Rabu, 09 Mei 2018

Nasionalisme Perspektif Alquran dan Hadis (PIPS D Semester Genap 2017/2018)



NASIONALISME PERSPEKTIF AL-QUR’AN dan HADIS
Amy Septiamuna Pamuji Rahayu,  Handy Mohammad Shodiq
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
P.IPS angkatan 2016
Abstract
This article discusses the nationalism of the perspective of Al-Quran and Hadith. In his discussion contains about the notions of nationalism, history of nationalism, and nationalism according to Al-Quran and Hadith. Nationalism is the principal ideology to build the nation. The early birth of nationalism in the 15th century AD when the Protestant Reformation movement marked the birth of the nation states in Europe. Then over time the idea spread to America and France, followed by Italy and Germany until the development of nationalism entered ASIA. The birth of nationalism to form a nation so as not to waver, has a clear objective against the nation, and has the ideology that as the foundation of the state. Furthermore, nationalism into Indonesia based on who want to escape from the western colonization, the spirit of nationalism born from the spirit of the heroes to expel the invaders from the face of the earth. The subsequent discussion of nationalism is seen from the perspective of Al-Quran and Hadith, by explaining the notion of nationalism according to Islamic view.

Keywords: Nasonalism, Al-Quran, and Hadith
Abstrak
Artikel ini membahas tentang nasionalisme perspektif Al-Quran dan Hadist. Dalam pembahasannya memuat tentang pengertian nasionalisme, sejarah nasionalisme, dan nasionalisme menurut Al-Quran dan Hadis. Nasionalisme merupakan pokok idiologi untuk membangun bangsa. Awal kelahiran nasionalisme pada abad ke 15 Masehi ketika gerakan Reformasi Protestan menandai kelahiran nation states di Eropa. Kemudian seiring berjalannya waktu paham tersebut menyebar ke Amerika dan Prancis, di ikuti Itali dan Jerman sampai perkembangan nasionalisme masuk ASIA . Lahirnya nsionalisme membentuk bangsa agar tidak goyah, mempunyai tujuan jelas terhadap bangsa, dan memiliki idiologi yang sebagai landasan bernegara. Selanjutnya nasionalisme masuk ke Indonesia berdasarkan yang ingin lepas dari penjajahan bangsa barat, semangat nasionalisme lahir dari semangat para pahlawan untuk mengusir penjajah dari muka bumi. Pembahasa selanjutnya yaitu nasionalisme yang dilihat dari perpektif Al-Quran dan Hadist., dengan menkjelaskan pengertian nasionalisme menurut pandangan Islam.
Kata Kunci: Nasonalisme, Al-Quran, dan Hadist
A.Pendahuluan
Nasionalisme merupakan salah satuunsur dalam pembinaan kebangsaan atau di sebut nation-building. Dalam proses pembinaan semua anggota masyarakat  dibentuk agar berwawasan kebangsaan dan berpola tata lakusecara khas yang mencerminkan budaya maupun ideology. Proses pembinaan kebangsaan memang unik . namun bagi masyarakat Indonesia  yang plural dan heterogen akan lebih mengedepankan wawasan kebangsaan yang unsur-unsurnya adalah rasa kebangsaan, faha kebangsaan, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme.
Pada akhirnya kepentingan nasionalisme dikejar dan di wujudkan dengan semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan perlu diaktualisasikan karena adanya berbagai imperative regional maupun global. Oleh sebab itu nasionalisme tidak boleh lepas kendali dan berubah menjadi chauvinisme, akan tetapi justru memancarkan wataknya yang akomodatif. Semangat kebangsaan harus dibina agar tidak hanya mampu menumbuhkan ketahanan nasional saja, akan tetapi juga menjadi endorong terbentuknya ketahanan regional.[1]
Islam mengakui bahwa sang Pencita alam menjadikan manusi hidup berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa. Namun dalam islam bahwasanya tidak diperbolehkan menjadikan Nasionalisme yang fanatik. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis akan berupaya membahas tentang nasionalisme dalam persektif al-qur’an dan hadis.
B. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme  dari kata “nation”memiliki arti bangsa. Artinya sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat istiadatnya, sama asal usulnya, sama budayanya. Arti Nasionalisme dalam kamus KBBI adalah paham (ajar) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, sifat kenasionalan atau diartikan  kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual besama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integrasi, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, semangat kebangsaan.[2]
Nasionalisme secara konseptual memiliki makna yang beragam. Ada yang mengartikan nasionalisme sebagai “kulturnation”, loyalitas etnis dan keinginan menegakkan negara didasarkan identitas budaya, negara, bahasa dan sebagainya.
Pengertian lain bahwa nasionalisme adalah suatu identitas kelompok kolektif yang secara emosional mengikat banyak orang menjadi satu bangsa. Bangsa menjadi sumber rujukan dan ketaatan tertinggi bagi setiap individu sekaligus identitas nasional.[3]
Para tokoh mendefinisikan arti nasionalisme berbeda-beda diantaranya :
Menurut soekarno nasionalis merupakan sekular terhadap agama (islam). Islam jika digunakan sebagai landasan berjuang justru akan mempersempit ruang bagi perjuangan karena identitas islam akan menyebabkannya mengabaikan identitas lain seperti suku, ras, dan etnis. Islam hanya akan menjadikan sebuah dasar idiologi yang mampu menjujung tinggi kepentingan golongan.
Menurut pendapat Renan, seorang professor dari Sorbonne, pengertian nasionalisme sebagai suatu gerombolan manusia yang terikat oleh pengalaman-pengalaman yang satu.
Menurut Ki Hajar Dewantara nasionalisme mengemukakan rasa kebangsaan yang berasal dari rasa percaya diri, yang menjadi rasa kekelargan dan menjadi rasa hidup bersama. Kemudian mempersatukan kepentingan bangsa daripada kepentingan diri sendiri.[4]
Menurut Anderson, Nasionalisme adalah sebuah komunitas politik berbayang sebagai kesatuan yang terbatas dan kekuasaan tertinggi.[5]
Menurut Smith, pengertian nasionalisme adalah idiologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya.
Menurut Hyman adanya nsionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa bangsanya adalah penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimegerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air.[6]
Hans Kohn mendefinisikan Nasionalisme sebagai suatu keadaan pikiran yang di dalamnya kesetiaan tertinggi dari seorang individu dirasakan bagi negara bangsanya.
Joseph Ernest Renan, mengemukakan bahwa munculnya satu bangsa adalah karena satu kelompok manusia yang mau bersatu, di mana syarat persatuan itu adalah kehendak untuk bersatu.
Menurut Otto Bauer, paham bangsa muncul karena persamaan perangai dan tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan nasib yang sama.[7]
Dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa nasionalaisme adalah suatu sikap yang mementingkan kebangsaan diatas segalanya atau dengan kata lain seseorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi akan lebih memahami dan mengharagai nilai-nilai kebangsaan dan memiliki semangat yang tinggi.[8]
B. Sejarah Nasionalisme
Benedict Anderson mengatakan bahwa pada abad ke 15 gerakan Reformasi Protestan menandai kelahiran kesadaran nation states di Eropa, dari gerakan tersebut akhirnya melahirkan paham liberalisme. Berkembangnya paham liberalisme selepas gerakan reformasi Protestan tersebut akhirnya melahirkan paham baru, yaitu paham nasionalisme. Ada yang berpendapat bahwa paham nasionalisme pertama kali muncul di Inggris dan menjadi cikal bakal nasionalisme Barat karena Inggris unggul dalam penemuan – penemuan ilmiah, perdagangan, perkembangan, pemikiran, serta aktivitas politik.
Kemudianmunculnya nasionalisme di Amerika dan Perancis (Revolusi Perancis) merupakan perkembangan lebih lanjut dari nasionalisme Inggris. Negara- negara terkemuka Eropa lainnya seperti Jerman dan Italia yang masing-masing dari negara tersebut dipimpin oleh Otto van Bismarck dan Giuseppe Garibaldi, lahir sebagai nation states yang lebih terlambat, yaitu awal tahun 1870-an.
Jika sebelumnya nasionalisme Eropa lekat dengan liberalisme. lambat laun ia berubah menjadi kekuatan kolonialis-imperialis yang ekspansif. Inggris dan Perancis saling berlomba menaklukkan wilayah-wilayah di benua lain untuk mengeksploitasi wilayah yang ditaklukkannya.Hingga akhirnya terjadilah persaingan antarkedua kekuatan kolonial ini diberbagai benua, terutama di Asia dan di Afrika. Di Perancis sendiri, revolusi pada tahun 1789 yang dijiwai oleh semboyan Liberte, Egalite, dan Fraternite (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan) menjadi surut karena kediktatoran Napoleon Bonaparte, yang kemudian diangkat menjadi kaisar Napoleon I. Nasionalisme liberal Perancis pun berakhir dan dilanjutkan dengan nasionalisme imperialistik.
Sedangkan nasionalisme di Jerman diwarnai dengan Pan-Jermanisme sekaligus anti Semitisme. Tujuannya adalah mengumpulkan semua orang dari nasionalitas Jerman dan semua Kawasan di Eropa bersama-sama dalam satu negara dimana anasir Jerman mendominasi. Daniel Dhakidae menyebutkan bahwa merumuskan nation sebagai suatu kepentingan politik adalah kesalahan yang fatal dan berbahaya.Sebab Hitler melakukan kesalahan itu ketika merumuskan nasionalisme Jerman dalam arti kesatuan bangsa berdasarkan tanah dan darah (Enie Nation von Boden und Blut). Artinya semua yang sedarah Jerman dari ras Aria  adalah bangsa Jerman. Semua yang setanah adalah Jerman dan semuanya adalah “kolektivitas politik” yang harus berada di bawah ein Fuehrer sehingga timbulah rasisme dan etnis Yahudi sebagai korbannya.
Berhembusnya angin nasionalisme yang sedemikian kencang di Eropa pada abad ke-19 mempengaruhi monarki monarki besar pada saat itu yang bersifat multi nasional untuk menemukan identitas nasional masing-masing. Pada dasarnya monarki monarki besar ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebangsaan. Sudah lazim bahwa dinasti dinasti dari monarki itu melakukan pernikahan antar dinasti yang melintas bangsa. WangsaRomanov (yang secara kebangsaan adalah Rusia) memerintah orang-orang Tartar Jerman dan Armenia serta orang-orang Rusia dan Finlandia. Wangsa Romanov melakukan “naturalisasi” dengan upaya untuk menyatukan bangsa dengan kerajaan dinasti yang disebut sebagai nasionalisme-resmi melalui Rusifikasi atau Rusia-an. Rusifikasi yang digagas oleh Pangeran Sergei Uvarov pada tahun 1832 ini dilaksanankan melalui penggunaan bahasa Rusia sebagai Bahasa kerajaan dalam wilayah Rusia yang secara alamiah adalah lintas bangsa ini.[9]

Nasionalisme di Negara-negara Jajahan

Ketika nasionalisme muncul di Eropa Barat, wacana nasionalisme di kawasan lain belum muncul. Model kekuasaan politik di eropa, terutama di Asia dan di Eropa juga memiliki kesamaan dengan model imperium yang bersifat dinasti. Dengan kata lain kesamaan tersebut didasarkan oleh identitas-identitas kultural dan religius.Di timur tengah, kekuasaan politik yang berkembang paska pemerintahan nabi Muhammad dan Khilafah adalah imperium yang lintas batas kultural.Beberapa wilayah kekuasaan imperium - imperium itu memiliki penduduk yang multi-agama dan multi-kultur. Seperti di Andalusia Semenanjung Balkan dan India utara. Sementara di Afrika kekuasaan politik yang dibangun lebih merincikan etnisitas atau kesukuan, ada beberapa di antaranya bercampur dengan identitas religius atau agama. Kesadaran terhadap suatu identitas baru merebak ketika ada kebutuhan untuk menghadapi penetrasi barat di negeri-negeri Asia, Afrika dan Amerika latin. Emerson menyebutkan paling tidak ada dua faktor penyebab timbulnya nasionalisme di negara-negara jajahan.

Pertama,terlalulama masyarakat hancur oleh pengaruh dan penjajahan barat dalam bentuk pembangunan administrasi dan institusi ekonomi modern di samping tekanan terhadap penduduk asli, semakin kuat dan lengkap pula perasaan nasionalisme masyarakat bersangkutan. Kedua, tampilnya elitberpendidikan barat. Para elit ini, sebagai kaum terdidik dan profesional yang menerjemahkan pengalaman-pengalaman nasionalis mereka dan ideologi barat ke tingkat lokal, menjadi pusat kristalisasi rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap penguasaan kolonial.

Di Asia, Afrika dan Amerika Latin mulai disadari bahwa nasionalisme merupakan suatu gerakan perjuangan rakyat yang modern dan berperan penting dalam membangun suatu kekuatan bangsa melawan kolonialisme bangsa Eropa Barat sekaligus dalam rangka mendirikan suatu negara dan pemerintahannya.Tokoh yang memimpin gerakan itu dapat dikatakan merupakan tokoh pergerakan nasional yang berlatar belakang pendidikan barat. SepertiMahatma Gandhi dan Alif ali jinnah dari India. Di Filipina adaQuezon dan Rosmina. Luang Pradit di Thailand merupakan pengacara didikan diParis dan Pibul Songgram yang mempelajari bidang kemiliteran di Perancis.Di Indonesia sendiri adaSoekarno yang mana adalah seorang insinyur,Muhammad Hatta adalah seorang mahasiswa di belanda dan Sutan Syahrir adalah intelektual didikan belanda dan penulis yang akrab dengan dunia dan pemikiran barat.[10]

Nasionalisme di Amerika Latin

Di negara-negara Amerika Latin, orang-orang Kreol tampil sebagai pelopor gerakan nationalis. Mereka ini adalah orang yang mewarisi darah Eropa namun dia sendiri dilahirkan di benua Amerika. Walaupun mereka memiliki darah eropa, orang-orangKreol tetap mengalami diskriminasi dalam struktur birokrasi pemerintah kolonial kaum peninsulares ( koloni Spanyol). Kolonialisme Spanyol dan Portugal di Amerika Latin menghasilkan suatu stratifikasi sosial masyarakat kolonial setempat yang menempatkan koloni Spanyol dan Portugis berada dibucuk hierarki. Di bawahnya berturut-turut adalah orang Kreol, dan yang paling bawah adalah orang Indian sebagai bumiputera. Wilayah-wilayah kekuasaan Spanyol di Amerika Latin pada masa kolonial meliputi wilayah Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah.Kemudian daerah kekuasaan lainnya adalah meliputi Venezuela,Kolombia dan Ekuador. Di wilayah Peru sendiri meliputi Peru dan Chile.Perwakilan Mahkota Spanyol di La Plata adalah meliputi Argentina,Paraguai,Uruguay dan Bolivia sekarang. Satu-satunya wilayah kekuasaan mahkota Portugal adalah perwakilan Mahkota di Brazil.

Bahasa, agama, silsilah dan adat istiadat orang Kreol dan peninsular memang sama, akantetapi hanya orang Peninsularlah yang berhak untuk menduduki jabatan tertinggi sebagai wakil mahkota.Dari latar belakang tersebut akhirnya orang Kreol timbul perasaan yang tidak puas dan merasa didiskriminasi. Dari ketidakpuasan ini timbul perasaan identitas sebagai orang Amerika. Kemudian lahirlah tokoh-tokoh nasionalis dengan tokohnya yang terkenal Simon Bolivar. Ia memerdekakan Kolombia Raya dari orang-orang peninsular (Spanyol) yang kemudian terpecah-pecah menjadi Kolombia, Venezuela dan Ekuador. Di Argentina sendiri muncul  Jose de san Martin sebagai tokoh nasionalisme dan Chile tampil Bernando O Higgins.Oleh mereka negara-negara Amerika Latin merdeka dari Spanyol lewat revolusi bersenjata. Brazil yang menjadi jajahan Portugal meraih kemerdekaannya dengan damai karena kekuatan militer kolonial Portugal tidak sekuatSpanyol sehingga orang-orang Kreol dengan mudah mengambil alih kekuasaan colonial Portugis. Faktor lain adalah karena putra mahkota portugal yang memerintah Brazil justru memproklamasikan dirinya sebagai kasiar Brazildengan gelar Predo I.

Faktor luar juga berpengaruh terhadap perjuangan pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin. Pada tahun 1808 napoleon bonaparte menduduki spanyol dan menunjukkan saudaranya kejadian ini memicu koloni-koloni spanyol untuk memberontak. Sehingga orang-orang kreol memandang adanya kekosongan kekuasaan dan mengambil alih pemerintahan kota. Pemberontakan yang dimotori orang-orang kaya kreol terjadi di berbagai kota antara lain di buenos aires dan cara tes.

Di provinsi spanyol baru orang-orang kreol melancarkan pemberontakan yang dilakukan bersama-sama dengan orang-orang indian. Misalnya pada tahun 1808Napoleon Bonaparte menduduki Spanyol dan mendudukan saudaranya, Joseph pada tahta Spanyol. Hai ini memicu pemberontakan pada koloni-koloni Spanyol. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang Kreol untuk mengambil alih kekuasaan. Pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Kreol terjadi di berbagai kota. Diantaranya adalah kota Buernos  Aires dan Caracas.

Di provinsi Spanyol Baru, orang-orang Kreol melancarkan pemberontakan yang dilakukan bersama-sama dengan orang-orang Indian. di bawah pimpinan Miguel Hidalgo, mereka menyerbu masuk ke kota guanajuato lalu membunuh 500 tentara spanyol di gedung walikota. Kemudian pada awal 1801 Hidalgo tertangkap dan kemudian dieksekusi oleh pasukan tentara Spanyol di Chihuahua. Kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Morelos. Ia mendukung pembebasan orang orang indian dari perbudakan serta menuntut reformasi agraria.Ia juga menekankan bahwa warga negara berhak memilih bentuk pemerintahan mereka hingga akhirnya Morelos merumuskan gambaran sebuah pemerintahan baru oleh seluruh pendudukkecuali peninsulares, tidak akan ada lagi struktur masyarakat berdasarkan Indian mulato atau kasta.Akan tetapi seluruhnya akan disebut sebagai bangsa Amerika.Morales menggabungkan rasionalisme dengan komitmen pada persamaan sosial dan rasial.

Dengan demikian munculah perasaan mendua yang muncul dalam nasionalisme Amerika Spanyol awal dengan wataknya yang jauh menjangkau sifat particular-lokal yang telah tercampur.Artinya telah timbul perasaan solidaritas Amerika Latin sekaligus perasaan kebangsaan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk nasional states.[11]

Nasionalisme di Asia Tenggara

Diantara negara-negara Asia Tenggara gerakan kaum nasionalis untuk memperoleh kemerdekaan secara signifikan terjadi di Indonesia,Vietnam,Burma dan Filipina.DGEHall menyebut bahwa gerakan gerakan nasional yang telah mencapai intensitas yang tinggi baik di Burma,Indonesia dan Indocina dengan sangat kuat telah dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan di mana-mana di Asia.Pemberontakan boxer tahun 1899 di china.Munculnya Jepang dan kekalahan Rusia yang mencolok tahun 1905. Revolusi Tiongkok tahun 1911 dan pembentukanPartai Kuomintang oleh Sun Yat Sen ketua partai suara yang semakin bertambah di kongres nasional India serta bangkitnya Mohandas Karamchand Gandhi dan kelancaran gerakan non koperasi yang melawan kekuatan inggris di India,  membangkitkan antusiasme mereka dengan pengertian Asia tengah melepaskan belenggunya.

Sedangkan di Indonesia kaum nasionalis indonesia pertama adalah mereka yang beruntung dapat menikmati pendidikan berkat politik etis pemerintah kolonial Hindia Belanda yang resmi berjalan pada tahun 1901. Dari merekalah gagasan nasionalisme muncul untuk pertama kalinya dan episode perjuangan kemerdekaan nasional di indonesia pun dimulai.Gerakan nasionalisme di Indocina berpusat di Vietnam.Mereka mempunyai tradisi nasionalisme yang bermula dari perjuangan kemerdekaannya yang panjang melawan Cina. Kaum nasionalis di vietnam yang tampil melawan kolonialisme perancis sendiri merupakan produk pendidikan perancis sendiri. Organisasi Viet Minh pada tahun 1939 menjadi ujung tombak gerakan nasional selama kurun waktu pendudukan Jepang.

Di Burma gerakan nasionalis berpusat di pusat-pusat kota menghadapi kesulitan dalam menggerakkan suatu mayoritas politik. Dalam masa penjajahan inggris tidak terdapat partai atau organisasi antikolonial etnik. Samapi menjelang kemerdekaannya, Burma masih menghadapi masalah integrase nasional.

Sementara itu kolonialisme Spanyol di Filipina menghasilkan pola yang mirip dengan Amerika Latin yang dicirikan oleh sistem feodalism tanah yang menampilkan tuan-tuan tanah yang menguasai perkebunan besar di pedesaan dengan kompleks perumahannya.Keadaan ekonomi orang-orang Mestizo yang relatif baik membawa para pemuda untuk belajar di eropa pada dasawarsa 1980-an dan menjadikan mereka kelompok cendekiawan yang pertama di daerah koloni dan memulai suatu serangan budaya terhadap klerikarisme dan terhadap dominasi politik spanyol.<ereka membuka konsolidasi atas kesadaran sendiri mengenai suatu strata Mestizo Filipina raya.Di mana para sesepuh mereka telah membentuk kelompok kelompok penguasa lokal di provinsi yang berserakan. Orang-orang inilah yang pada akhir abad tersebut mulai menyebut dirinya sebagai kaum “Filipino” suatu istilah yang hingga saat iti menjadi cikal bakal kaum KreolSpanyol.Bahasa Tagalog yang saat itu hanya dimengerti oleh penduduk Luzon Tengah dan Selatan dipakai sebagai alat artikulasi dan agregasi aspirasi kaum nationalis Filipina, sekaligus penanaman identitas nasional sebagai filipino atau orang filipina. Dan Bahasa tagalog menjadi Bahasa resmi Filipina.

Nasionalisme di Afrika
Ekspansi Eropa pertama kali di Benua Afrika terjadi pada abad ke 15, dimulai oleh Portugal dan disusul oleh negara-negara eropa lainnya. Mula-mula, orang-orang Eropa datang terutama untuk berdagang. Mereka cukup puas dengan menempati garis-garis pantai Afrika. Sampai abad ke-19 sebagian kecil afrika berada dibawah kekuasaan Eropa. Kolonialisasi  Afrika berjalan intensif setelah terselenggaranya Kongres Berlin (1884-1885) dimana dasar-dasar aturan yang memungkinkan kekuatan-kekuatan Eropa saling membagi Afrika sebagai daerah kekuasaan diletakkan.
Kelahiran nasionalisme di afrika memiliki kemiripan dengan nasionalisme di Asia.Pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial menghasilkan elit berpendidikan baru. Mereka berperan besar dalam menyuarakan kemerdekaan  mereka terhadap penjajah.[12]

C. Nasionalisme dalam Perspektif Islam dan Hadits
Di dunia Islam studi nasionalisme berasal dari Kawasan timur tengah terutama Turki dan Arab. Banyak kalangan terpelajar dari Arab maupun Turki yang belajar di beberapa universitas Eropa yang kembali dating ketanah kelahiran mereka dengan membawa konsep-konsep baru nasionalisme. Konsep Eropa tentang tanah air “patria” mulai mempengaruhi kata “wathan” dalam penyebutan Arab dan “vatan” dalam penyebutan Turki. Kata tersebut memberi pengertian baru pada “pengertian politik” konsep tanah air. Para pelajar percaya terhadap kemajuan peradaban Eropa karena kuatnya patriotism yang dimiliki individu dan masyarakat terhadap negara mereka masing-masing.
Perdebatan tentang nasionalisme sesungguhnya di awali oleh gagas pan-Iislamisme sebelumnya yang oleh Al-Afghani dan Abduh. Menurut mereka runtuhnya islam bukanlah kelemahan internal kaum muslim melainkan inperialisme agresif oleh Kristen Eropa. Untuk mengfhancurkan kaum muslim dan memperbudak mereka
Kekosongan wacana dikalangan dunia islam memacu beberapa pemikir Arab dan Turki. Hal itu merujuk kepada nasionalisme yang murni berwatak Eropa yang Moderen dan secular. Di Mesir munculah tokoh bernama Abdul Rahman Al Kawakibi yang digadang-gadang sebagai ideolog utama nasionalisme Arab xsedangkan di Turki ada Ziya gokalp. Perumus pertama nasionalisme Turki. Keduanya mengambil gagasan nasionalisme dari sumber yang sama yaitu Eropa. Mereka yakin bahwa nasionalisme eropalah yang dapat dijadikan sebagai pemicu perubahan social dan politik di dunia islam. Dengan itu di harapan kondisi umat islam dapat bersaing dengan kekuatan Eropa. Akan tetapi arah pendekatan itu berbeda.
Berkembangnya nasionalisme model barat telah berimplikasi sangat jauh dengan tatanan islam. Format negara dan bangsa dipaksakan sebagai satu-satunya model pemerintahan dalam dunia internasional. Akibatnya dunia islam terpecah-pecah menjadi negara nasional yang tidak lagi bersumber pada hukum islam yang baku. Dan akhirnya negara kaum muslim ini juga gagal menggalang solidaritas internasional yang efektif dikalangan mereka ketika menghadapi kekuatan barat.
Basis kekuatan negara dan bangsa yang berpatok pada etnisitas, kultur, bangsa dan wilayah telah mengabaikan kategori religious sebagai sebuah ikatan social dalam kaum muslim. Absennya iman (islam) dalam perumusan nasionalisme inilah yang menimbulkan kritikan pedas oleh kalangan aktifis islam. Mereka percaya bahwa inilah yang menyebabkan lemahnya dunia islam yaitu “nasionalisme”. Muhammad Ali Naqfi menyatakan dengan tegas bahwa nasionalisme tidak kompetibel dengan islam karena keduanya berlawanan secara idiologis. Hal itu sama sekali ditolak islam. Basis-basis  nasionalisme umumnya hanya bersifat local, sedangkan islam mempunyai tujuan kesatuan universal atau menyeluruh. Alasan lain bahwa nasionalisme itu berkaitan erat dengan sekularisme. Naqfi berpendapat jika islam bangkit maka nasionalisme padam begitupun sebaliknya saat nasionalisme bangkit maka kekalahan islam.
Abdul Aziz bin Baz memperkuat argument di atas dengan menyatakan bahwa nasionalisme adalah taktik-taktik jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai islam. Dengan mengutip al-Quran. Baz menyatakan kriteria yang ada dalam nasionalisme adalah bahwa tidak ada keistimewaan satu kelompok sosial yang berdasarkan darah etnis budaya dan ras atas kelompok lainnya. Semuanya setara dihadapan Allah baik Arab maupun Ajam.

Kecaman-kecaman aktivis Islam ini yang menolak sama sekali apa yang berkenaan dengan nasionalisme telah menempatkan Islam vis a vis dengan nasionalisme. Mereka merumuskan ulang konsep islam kontemporer dengan mencoba menggali segi baik nasionalisme dan mengambilnya sebagai salah satu model perjuangan nasionalisme dan mengambilnya sebagai salah satu model perjuangan. Jadi mereka berusaha menempatkan nasionalisme setelah di diskrining sebagai salah satu alat perjuangan untuk mencapai cita-cita umat islam. Mereka sadar bahwa kebangkitan islam global dapat dimulai dari negara-negara nasional yang telah berdasar islam.

Kemudian salah satu tokoh Hasan al-banna membedakan antara konsep al-wathoniyah dan al-qawmiyah dalam menjelaskan arti kebangsaan. Alwathoniyah setara dengan kata patriotisme yang berarti cinta tanah air. Sedangkan al qawmiyah lebih merujuk sebagai nasionalisme rasa berbangsa dan bernegara. Konsep ini mengacu pada sekelompok orang yang disatukan oleh satu ideologi visi dan aspirasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama.Dalam kaidah Ushul Fiqih Albanna melakukan apa yang dikenal dengan memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik . Unsur-unsur terbaik dari patriotisme atau nasionalisme diserap dan dirumuskan untuk menjadi alat perjuangan kebangkitan islam. [13]

Dari pendapat para cendekiawan muslim diatas Al-Quran sendiri berbicara cinta manusia pada negerinya sebagai penyelaras terhadap kehidupannya.Oleh sebab itu pengusiran dari negeri sendiri sama dengan pembunuhan yang mengeluarkan manusia dari kehidupannya. Al-Quran menjadikan kemerdekaan negara dan kebebasannya adalah merupakan wujud cinta terhadap tanah air serta perjuangan para pahlawan dalam membela tanah airnya. Alquran menyatakan pada surat al-Baqarah ayat 243-244.

۞أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ۞وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ۞

Artinya : “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Dan berperanglah kamu di jalan Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Depag.RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, 2002: 49-50).

Muhammad Abduh berpendapat bahwa ayat ini tidak lain berbicara tentang salah satu sunnatullah pada komunitas manusia yang tidak berubah dan tidak berganti. Sebab kehidupan bangsa-bangsa bergantung pada vitalitas nasionalismenya yang menjamin kemerdekaan dan kehidupan negerinya. Kematian bangsa-bangsa bergantung pada kematian nasionalisme pada negeri tempat mereka hidup itu.[14]

Lebih Jauh Hasan al-Banna menguraikan perspektif nasionalisme dalam Islam. Ada beberapa tipe yang beliau sebutkan, diantaranya :

Pertama, Nasionalisme Kerinduan. Jika nasionalisme biasa diartikan cinta tanah air dan rindu terhadapnya. Lebih dari itu Islam juga menganjurkan demikian. Sesungguhnya Bilal telah mengorbankan segalanya demi imannya,Bilal juga pernah suatu ketika di Madinah menyenandungkan bait-bait puisi kerinduan akan Makkah, tanah asalnya.

Kedua, Nasionalisme kehormatan dan kebebasan. Nasionalisme yang dimaksud adalah keharusan berjuang membebaskan tanah air dari cengkraman imperialisme maka kita pun sepakat tentang itu. Islam telah menegaskan perintah itu dengan tegas - tegasnya. Allah SWT berfirman :
ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Al-Munafiqun : 8)

Dalam ayat lain disebutkan,

ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

Artinya : dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisaa’ :141)


Ketiga,Nasionalisme kemasyarakatan. Jika yang mereka maksudkan dengan nasionalisme adalah memperkuat ikatan kekeluargaan antar anggota masyarakat maka di sini pun kita sepakat untuk mereka. Islam bahkan menganggap itu sebagai kewajiban. Rasulullah SAW bersabda,

“Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

Lihat pula Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali Imran : 118)

Keempat nasionalisme pembebasan. Jika yang mereka maksudkan dengan nasionalisme adalah membebaskan negeri negeri lain maka itu pun telah diwajibkan dalam islam. Islam akan mengarahkan para pasukan pembebas untuk melakukan pembebasan yang paling berbekas.

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Artinya : Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.(al-Baqarah: 193).

Sekarang jika kita melihat para tokoh pengaruh nasionalisme dari kalangan radikal sekuler di antara mereka, kita sepakat dengan mereka tentang nasionalisme menurut mereka yang mana “nasionalisme dapat mendatangkan manfaat bagi manusia dan tanah airnya”. Nasionalisme menurut mereka tidak lebih dari kenyataan bahwa ia merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan ajaran Islam yang agung. Yang membedakan Islam dengan mereka adalah bahwa batasan nasionalisme bagi Islam ditentukan oleh batasan iman. Sementara pada mereka batasan paham itu ditentukan oleh teritorial wilayah negara dan batasan geografis semata. BagiIslam, setiap jengkal tanah di bumi ini dimana di atasnya ada seorang muslim mengucapkan Laa IllahaIllallah maka itulah tanah air Islam.

Bagi Kaum nationalis semua orang yang ada di luar batas tanah tumpah darahnya sama sekali tidak dipedulikan. Mereka hanya mengurus apa yang terkait di dalam batas wilayahnya.Islam sama sekali tidak membenarkan itu. Islam menginginkan kekuatan dan kemaslahatan untuk semua bangsa-bangsa muslim tanpa peduli batasan-batasan wilayah. Sementara kaum nasionalis menganggap yang demikian itu sebagai suatu kewajaran. Demikianlah yang kemudian membuat ikatan di antara kaum muslimin menjadi renggang dan kekuatannya pun lemah hingga musuh mendapatkan kesempatan emas untuk menghancurkan melalui tangan saudara islam kita sendiri.

Hasan al-Banna mengingatkan tentang betapa rapuhnya dan yang mengatakan bahwa seruan kepada islam hanya merusak persatuan bangsa yang terdiri dari berbagai aliran dan agama. Sesungguhnya islam sebagai agama persatuan dan persamaan telah menjamin kekuatan ikatan itu selama masyarakat dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.[15]


D. PENUTUP
Nasionalisme biasa di artikan bangsa (nation) yaitu sekumpulan manusia yang sama bahasanya sama adat istiadatnya (budaya), sama latar belakangnya, dan sama tempat tinggalnya. Nasionalisme  adalah syarat yang tidak bisa ditolak untuk mewujutkan kesejahteraan bangsa.
            Nasionalisme merupakan gejala modern yang muncul pertama kali pada abad ke 15 di eropa tepatnya di Inggis.Seiring berjalannya waktu paham nasioanalisme menyebar ke amerika dan prancis, kemudian diikuti Italia dan Jerman. Kemudian lahirnya paham nasionalisme digunakan oleh Inggris dan Prancis untuk menduduki wilayah di Asia dan Afrika. Kemudian dari nasionalisme menjadi politik kolonialisme dan imperialism. Perkembangan lebih lanjut kedika di Asia, Afrika, Amerika Latin yang dijajah bangsa Eropa Barat. Sehingga merasa bahwa bangsa yang dijajah membutuhkan kemerdekaan. Dan bangsa yang dijajah merasa senasib seperjuangan akhirnya bangsa yang di jajah memberontak dan melawan untukmerdeka.
Sedangkan jika memandang nasionalisme dalam perspektif islam para tokoh islam berpendapat bahwa nasionalisme yang dimaksud oleh orang-orang nasionalis sekuleris liberal tidak lebih dari kenyataan bahwa ia merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan ajaran Islam yang agung. Nasionalisme menurut paham mereka itu ditentukan oleh teritorial wilayah negara dan batasan geografis semata.Yang membedakan Islam dengan mereka adalah bahwa batasan nasionalisme bagi Islam ditentukan oleh batasan iman.  BagiIslam, setiap jengkal tanah di bumi ini dimana di atasnya ada seorang muslim mengucapkan Laa IllahaIllallah maka itulah tanah air Islam. Dengan kata lain bahwa islam tidak mengenal Batasan wilayah, karena Islam bersifat universal.Berbanding terbalik dengan paham nasionalisme yang identic dengan cinta tanah air yang berlingkup pada Batasan wilayah tertentu.

           
Foot Note
[1]Ichlasul Amal, Armaidy Armawi, Regionalisme, Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional, (Yogyakarta:Gajahmada University Press), hal 11-13
[1]Kamus KBBI
[1]Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong, Jurnal Mozaik Vol 3 No.3, Juli 2008, hlm 2-3.
[1]Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionlisme, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57-58
[1] Grendi Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi “Hilangnya Semangat Kebangsaan dalam Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007, hlm 4
[1]Ibid, hal 8
[1]Zetty Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, Universum vol 10 No.1 Januari 2016.
[1]Dwi Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme, FKIP UMP 2013, hlm 8-9
[1]Islam dan Nasionalisme, hlm 4-8.
[1]Ibid, hlm 8-11.
[1]Ibid, hlm 11-14.
[1]Ibid, hlm 14-18.
[1]Ibid, hlm 185-192.
[1] Mugiyono, RELASI NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang).
[1]Islam dan Nasionalisme, hlm 193-198.


Daftar Pustaka

Amal, Ichlasul, Armaidy Armawi, Regionalisme, Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional, (Yogyakarta:Gajahmada University Press).

Kamus KBBI

Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong, (Jurnal Mozaik Vol 3 No.3, Juli 2008)

Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionlisme, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57-58

Grendi Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi,(“Hilangnya Semangat Kebangsaan dalam Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007).

Zetty Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, (Universum vol 10 No.1 Januari 2016).

Dwi Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme, (FKIP UMP 2013).

Mugiyono, RELASI NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang).

Catatan:
1.      Similarity 26%.
2.      Footnote dan daftar pustaka perlu dirapikan.
3.      Untuk menemukan nasionalisme dalam Islam, jangan hanya menggunakan Hasan al-Banna, tapi baca karya Quraysh Shihab dan jurnal-jurnal yang mengkaji nasionalisme dari sudut pandang Alquran dan hadis.



[1]Ichlasul Amal, Armaidy Armawi, Regionalisme, Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional, (Yogyakarta:Gajahmada University Press), hal 11-13
[2]Kamus KBBI
[3]Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong, Jurnal Mozaik Vol 3 No.3, Juli 2008, hlm 2-3.
[4]Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionlisme, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57-58
[5] Grendi Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi “Hilangnya Semangat Kebangsaan dalam Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007, hlm 4
[6]Ibid, hal 8
[7]Zetty Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, Universum vol 10 No.1 Januari 2016.
[8]Dwi Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme, FKIP UMP 2013, hlm 8-9
[9]Islam dan Nasionalisme, hlm 4-8.
[10]Ibid, hlm 8-11.
[11]Ibid, hlm 11-14.
[12]Ibid, hlm 14-18.
[13]Ibid, hlm 185-192.
[14] Mugiyono, RELASI NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang).
[15]Islam dan Nasionalisme, hlm 193-198.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar