Rabu, 03 Mei 2017

Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Hadis (P-IPS C Semester Genap 2016/2017)





Rian Wahyu Saputra Faiz Nur S
Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas C Angkatan 2015
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: rianwahyu887@gmail.com
Abstract
Another trait which the hadith taught to Muslims is the open-mindedness, which allows them to gain knowledge from other civilizations without prejudice. The purpose of this writing as an effort to integrate the hadith with the social sciences. It is known that in Islam there is no science that stands alone and apart from the Islamic epistemological building, these sciences are nothing but parrots or explanations. Social science and the science of hadith merupakaan two separate science but have the same dimension yaaitu human. Both of these sciences can be integrated as a blend which is at once the answer of Islam. That Islam buakn only regulate the affairs of humanity. In social science there are several auxiliary sciences in it such as examples of sociology, economics, anthropology. Here the integration of hadits with the social sciences is also based on the context of the hadits.
Keywords:Social integration of hadits
Abstract
Sifat lain yang diajarkan hadis kepada umat Islam adalah keterbukaan pikiran, yang memungkinkan mereka memperoleh pengetahuan dari peradaban lain tanpa prasangka. Tujuan penulisan ini sebagai upaya mengintegrasikan hadits dengan ilmu-ilmu sosial. Diketahui bahwa dalam Islam tidak ada ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan epistemologis Islam, ilmu ini tidak lain hanyalah beo atau penjelasan. Ilmu sosial dan ilmu hadits merupakaan dua sains terpisah namun memiliki dimensi yang sama yaaitu manusia. Kedua sains ini bisa diintegrasikan sebagai perpaduan yang sekaligus merupakan jawaban dari Islam. Bahwa Islam buakn hanya mengatur urusan kemanusiaan. Dalam ilmu sosial ada beberapa ilmu pelengkap di dalamnya seperti contoh sosiologi, ekonomi, antropologi. Di sini integrasi hadits dengan ilmu sosial juga didasarkan pada konteks hadits.
Keywords: social integrasi hadis






A. Pendahuluan
Perkembangan keilmuan dari masa ke masa semakin meluas dan melahirkan berbagai disiplin keilmuan yang semakin banyak, saat ini cabang cabang keilmuan dari berbagai disiplin ilmu (eksak, social, dan humaniora) seakan semakin menggeser posisi ilmu agama khususnya agama Islam dalam khasanah keilmuan, dalam kahasanah keilmuan eksak, ilmu –ilmu yang diklaim sebagai ilmu pasti seakan mengdeokrtin pemikiran kita mendahulukan logika dan mengesampingkan adanya tuhan. Ilmu sosial humaniora saat ini mengarahkan kita pada pemikiran-pemikiran barat yang terpengaruh liberalisme dan kapitalisme,.
Semakin pluralnya keilmuan umum (eksak, social, dan humaniora) ysng saat ini seakan seakan menjadi ilmu yang harus kita pelajari harus kita imbangi dengan pemahaman-pemahaman agama, sehingga pengetahuan umum tidak menjauhkan kita dari tuhan, terlebih ilmu sosial humaniora yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari kita.
            Ilmu-ilmu sosial humaniora yang saat ini lebih condong kepada pemikiran-pemikiran yang melenceng dari ajaran-ajaran Islam sudah harus disadari. Ilmu-ilmu sosial dengan berbagai teori yang bermacam-macam seharusnya tidak melupakan kita bahwa agama Islam tidak hanya mengatur cara-cara beribadah kepada Allah semata, tetapi juga mengatur hubungan sesame manusia sebagai pedoman dalam menjalani hidup bermasyarakat sebagai mahluk yang hidup berdampingan dengan yang lain.
            Dasar-dasar di atas mendasari kami dalam menyelesaikan tulisan dengan judul “intergasi ilmu sosial dan hadist” dengan tuyjuan menambah wawasan dalam paradigm menyatuan (integrasi) dua keilmuan bagi kami dan juga pembaca dan juga sebagai tugas mata kuliah studi Al-Qur’an dan Hadist

B. Ilmu-ilmu sosial dan hadis nabi
1.      Ilmu-ilmu sosial dan ruang lingkupnya
Ilmu dalam bahasa Arab berasal kata kerja (fi’il) ‘alima .bentuk mashdar (bentuk kata benda abstrak) dari yang berarti tahu ataumengetahui, dan dalam bentuk fa’il(bentuk kata benda pelaku/subjek) ‘alim yaitu orang yang mengetahui/ berilmu, jamaknya ulama,dandalam bentuk maf’ul (yang menjadiobyek) ilmu disebut ma’lum, atauyang diketahui.4 Dalam bahasa Inggeri Ilmu biasanya dipadankan dengan katascience, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia katascience umumnya diartikan Ilmu tapisering juga diartikan dengan IlmuPengetahuan,5 meskipun secarakonseptual mengacu paada makna yang sama Sedangkan menurut cakupannyapertama-tama ilmu merupakan sebuahistilah umum untuk menyebut segalapengetahuan ilmiah yang dipandangsebagai satu kebulatan, dalam arti iniilmu mengacu pada ilmu padaumumnya[1].
Tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada dalam masyarakat atau sosial sebab semua individu tidak dapat hidup dalam keterpencilan selama-lamanya. Manusia membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia dengan demikian manusia adalah makhluk sosial. Walaupun di zaman sekarang ini sudah ada ilmu tentang masyarakat yakni sosiologi tetapi hal itu merupakan sebuah persoalan yang memasuki semua ilmu sosial termasuk sejarah maupun filsafat (campbell, 1994: 3-4)[2].
Ilmu sosial berbeda dengan ilmu kealaman yaitu terletak pada karakteristik yang dimiliki oleh ilmu-ilmu sosial. Menurut soekanto ilmu-ilmu sosial belumlah memiliki kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang diterima oleh kebanyakan masyarakat sebab ilmu ini sendiri relatif belum lama berkembang sedangkan yang menjadi objek nya adalah manusia dan masyarakat yang senantiasa berubah-ubah[3]. Sedangkan ilmu alam itu sudah mengalami perkembangan sehingga mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat yang juga disebabkan oleh objek yang bukan manusia. Dan ilmu alam itu bersifat pasti dan sedangkan ilmu sosial itu tidak pernah mengenal kebudayaan pasti atau tidak pernah mengenal kebenaran tunggal.
Secara keilmuan, terdapat banyak teori tentang masyarakat maupun social. Sebut saja aristoteles filsuf yunani kuno yang menggunakan pendekatan biologis bahwa manusia adalah sektor binatang dengan unsur-unsur tertentu yang khas khususnya rasio dan keturunan keduanya penting karena memberikan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan standar etis (campbell, 1994:7)[4]. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana bertindak jika kita tidak tahu bagaimana rencana-rencana kita yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan kegiatan orang lain di sekeliling kita. Kita tidak dapat bergabung dengan orang lain untuk membuat pilihan-pilihan yang masuk akal mengenai kepentingan umum tanpa memiliki kepercayaan mengenai ciri hakiki dari kehidupan bersama. Konsep kita mengenai sosial masyarakat mendasar bagi pemula pemahaman diri kita sendiri.
Istilah ilmu sosial menurut ralf dahrendorf, seorang ahli sosiologi jerman dan penulis buku classand class conflict in industrial society yang dikenal sebagai pencetus teori konflik non marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukkan sebuah komunitas yang dan pendekatan yang saat ini hanya di klaim oleh beberapa orang saja sedangkan bentuk jamaknya ilmu-ilmu sosial. Mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi antropologi psikologi ekonomi geografi sosial politik bahkan sejarah walaupun di sisi lain yang termasuk ilmu ilmu humaniora[5].
 jadi ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama jelas tidak bisa dihindari bahwa dalam perkembangannya kemudian berbagai spesialis ilmu-ilmu sosial tunggu meningkat, seperti ilmu komunikasi studi gender ilmu perbandingan agama. Selanjutnya untuk berbagai disiplin yang sering di telah dikodekan tumpang tindih seperti sejarah dan antropologi budaya sebagai ilmu humaniora dan ilmu sosial akan dibahas pada pembahasan masing-masing disiplin ilmu dan begitu juga untuk ilmu-ilmu lainnya.
            mengenai ruang lingkup ilmu sosial sangat luas dan sampai sekarang ini para para ahli sebenarnya tidak ada kesepakatan yang bulat. Wallerstein (1997:22) mengelompokkan beberapa disiplin ilmu yang dikategorikan sebagai ilmu sosial itu adalah sosiologi antropologi geografi ekonomi sejarah psikologi hukum dan ilmu politik. Sedangkan brown dalam karyanya yang berjudul explanation in social science 1972 yang termasuk dalam paket ilmu sosial meliputi sosiologi antropologi ekonomi sejarah demokrasi ilmu politik dan psikologi[6].
Cabang-cabang ilmu yang termasuk dalam ilmu ilmu sosial yaitu yang pertama sosiologi  yaitu ilmu sosial  yang mengkaji tentang apa yang dialami oleh masyarakat atau ilmu yang mengkaji tentang masyarakat. Isi dari disiplin ilmu sosial adalah interaksi sosial gejala-gejala sosial organisasi-organisasi sosial perubahan sosial dan proses sosial. Yang kedua adalah geografi yaitu ilmu sosial yang mempelajari atau mengkaji tentang pagi itu gejala dan proses alamiah maupun gejala dan proses kehidupannya oleh karena itu dalam hal gejala dan proses kehidupan melibatkan kehidupan tumbuh-tumbuhan binatang dan manusia sebagai penghuni bumi tersebut. Selanjutnya yaitu ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia. Kebutuhan yaitu suatu keperluan manusia terhadap barang dan jasa yang sifat dan jenisnya sangat bermacam-macam dalam jumlah yang tak terbatas. Selanjutnya yaitu ilmu sejarah ilmu yang mempelajari penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa kisah maupun cerita yang benar-benar terjadi pada masa lampau sejarah memiliki tiga hal yakni sejarah sebagai peristiwa sejarah sebagai ilmu sejarah sebagai cerita.


2.      Relasi ilmu sosial dengan hadis nabi
Hadis dalam islam memiliki kedudukan yang sangat urgen, hadis sebagai sumber hokum kedua setelah al-qur’an[7]. Disini kita mengetahui bahwa peran hadis juga tidak kalah pentingnya dengan al-qur’an sebagai sumber hukum. Dan juga fungsi hadits yang gunanya memperkuat untuk menafsirkan apa  yang telah di terangkan didalam al-qur`an, juga untuk menafsirkan ayat-ayat al-qur’an yang masih bersifat umum. Karena al-qur’an tidak akan dapat dipahami secara sempurna tampa adanya bantuan hadis. Ayat al-qur’an sebagaian besarsangat membutuhkan penjelasan yang dapat menjelaskan maksudnya dan perinci yang dapat merinci detalnya.
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan. Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi allah dan rasul-nya.
Makhluk adalah berasal dari bahasa arab dari kata khalaga artinya membuat ataau mencipta. Kata makhluk adalah kata benda penderita (isim ma’ful) yang berati yang diciptakan atau yang dibuat(mahmud yunus, 1973:120)[8]. Manusia menurut pandangan islam adalah mkhluk mulia dan terhormat di sisi allah[9]. Manusia diciptaakan dalaam bentuk yang amat baik.  Dan tentu saja manusia adalah makhluk sosial. Tentunya, sebagai mahluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya.
Problem sosial pada setiap masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat perkembangan kebudayaan dan kondisi lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud dalam masalah moral, masalah politik, masalah agama dan masalah lainnya. Dengan adanya permasalah-permasalahan tersebut timbullah teori-teori sosial, yang pada akhirnya terbentuklah ilmu-ilmu sosial. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional.
Ilmu-ilmu social yang cara produksinya memerlukan interpretasi, lebih terbuka lebar untuk di integrasi dengan hadis nabi. Sebab ilmu social memiliki dimensi yaitu manusia dan objek kajianya adalah manusia dan masyarakat. Sedangkan hadis nabi juga memiliki dimensi manusian meskipun beraasal dari tuhan dan nabi muhammad yang sebagai pembuat syariah, sehingga  manusia memiliki peran sebagai objek dari kedua ilmu tersebut sebagai interpretasi dari dua sumber ajaran tersebut .Jadi kedua ilmu tersebut merupakan penggabungan dua dimensi pengetahuan yang berbeda, yaitu dimensi ketuhanan dan kemanusiaa.


C. Integrasi ilmu-ilmu sosial dan hadis nabi
         I.            Konsep pemahaman hadis
Setiap istilah selalu memiliki  definisi, dan dalam mendefinisikansebuah iatilah,kita sering dihadapkan denganberbagaipengertiandanperbedaanyangterdapatdalamberbagaibukurujukanatauyangdisampaikanolehparaulama,dantidakjarangperbedaanitumemicukebingungankhususnyauntukmenyimpulkanmaknayangsebenarnya.Namunapabilakitamengetahuiituakanpermasalahanmakakebingunganituakanhilangdandapatdihindari[10].
Adanyaperbedaandefinisisebenarnyalebihdipengaruhiolehdisiplindankonsentrasikaragenandefinisiistilahtersebut.Tiapulamayangberkecimpungdalambidangilmutertentumemilikidefinisisesuaidenganbidangilmuyangdigeluti, yangpadagilirannyaakanmemunculkansuatudefinisibaruyangberbedadengandefinisiyanglainsemuadefinisiitudapatdianggapbenar, selamakitadapatmenempatkandefinisitersebutsesuaidenganbidangdandisiplinilmuyangsesuai[11].
Pengertianhadissecaraetimologiadalahal-jadid danal-khabar (baru dan berita).Menurutistilahsya’riat,pemakaianistilah hadissukaberbeda-bedasesuaidengandisiplinilmumasing-masing.Dapatpulabermaknaucapanyangdigunakandalampercakapanatauyang datang melaluiwahyu[12]. Pengertianumumkatahatisitusebagaihalnyakatasholatpuasadanzakatkemudianmengalamipergerakandibawahpengaruhkuatnyaajaranislam.Katahadiskemudiandigunakansecarakhususuntukmenunjukkansalahsatujenisinfodalamagamadengantanpameninggalkanmaknayangumum[13].
Ketikamenjadiistilahteknishaditskemudiandiidentifikasikansecaraberagamolehbanyakulamadariberbagailatarbelakangkeilmuandanaliransementaraitujumhurulamahadissunnimemasukkan hadis mauqu’(yangbersumberdarisahabat)danmaqthu'(bersumberdaritabi'in)dalamkategori hadis,danmenganggap hadisidentikdengankabar.Tetapibiasanyaistilah hadis lebih banyakdimaksudkanolehmerekadenganperkataanperbuatandantaqrirnabi sesudah bi’tsah[14].
Sunah menurut bahasa adalah jalan yang diikuti atau kebiasaan yang baik maupun buruk. Baik buruk tersebut ditentukan dengan cara penafsiran atau penisbatan[15]. Ulama hadis umumnyaberanggapanbahwasunnahmerupakansinonimdarikatahaditskhabardanasar. Merekamendefinisikansunnahsebagaisesuatuyangtidakdiriwayatkandarinabibaikberupaperkataan,perbuatan,persetujuan,penampilanfisikdanbudipekerti darinabisamasajasebelumkenabianatausetelahnyaulama. Adapun para ulamafiqihsunnahberartiperbuatanyangapabiladikerjakanmendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak masuk neraka[16].
Dansedangkankabarsecaraharfiahkabarberarti “berita” (an-naba’)ataupembicarayangmasihmengandungkemungkinan benardandusta.Denganmaknabahasasepertiinimakakabarmenjadiekuivalendenganhadis. Sebabkata hadis sendiriitumemilikiartisecaraharfiahmemang bias berarti”berita” (khabar).Sedangkandarisegiteknologikabar jugadianggapsinonimdenganhadits. Jumhurulamahadissunnimendefinisikan“kabarsebagaisesuatuyangdisandarkankepadanabisahabatataupuntabiin”dengandemikian, khabar meliputi sesuatu yang marfu’, mauquf, dan maqtu’[17].
Namun demikiankabarmeliputisesuatuyangmampunamundemikianadasebagaisarjanahadisyangmantapkabardanhadisbukansinonim. Dikemukakanbahwahadis sesuatuyang datang darinabisedangkan kabar adalahsesuatuyang dating dariselainbeliausehinggaorangyangmenemukanbidangsejarahdisebutalkabari.Sementarayangberkecimpungdengansunnahdisebut“muhaddits”. Adapunyangberpendapatbahwaantarakabardanhadismengandungpengertianumumdankhusus[18].
Disebutkan bahwa seluruh hadisadalahkabar,dansebaliknyatidaksemuakabaradalahhadits.Maksudpernyataaniniadalah bahwa hadishanyamencangkupsesuatuyangmaarfu’(disadarkankepadanabi)sedangkankabar mencangkup sesuatuyangmarfu’ (didasarkanpadanabi)dan mauquf(yangdidasarkanpadasahabat)[19].
Adapulaatsaryangdianggapsinonimdenganhadits,khabar,dansunnah. Jumhur ulamahadismengatakanashar“dengansesuatuyangdisandarkankepadanabi,sahabat,dantabiin.Sementaraimamnawawimenyebutkanbahwaatsardalam terminology ulamasalafdanmayoritasulamasalafadalahsesuatuyangdiriwayatkandarinabimaupundarisahabat[20].
Hadisdalamislammemilikikedudukanyangsangaturgendimanahadismerupakansalahsatusumber hukum keduasetelahalquran[21].alquranakansulitdipahamitanpa intervensihadits.memaknaialqurantanpamengambilhaditssebagailandasan hokum danpedomanhidupadalahhalyangsangattidakmungkin. Karenaal-quranakansulitdipahamitanpamenggunakanhadits. Kaitanyadengankedudukanhaditsdisampingalquransebagaisumberajaranislam,makaal-quranmerupakansumberpertama,sedangkanhadismerupakansumberkedua. Bahkansulitdipisahkanantaraalqurandanhadis, secara keduanyaadalahwahyu,hanyasajaal-quranmerupakanwahyumatludanhadiswahyughoirumatlu[22].
Filosofi hadis dalam upaya mencoba merumuskan kerangka filosofis, ilmu hadis perlu dibedakan dalam 2 aspek. Pertama, terdapat sejumlah ilmu hadis yang berhubungan dengan sejarah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan sanad atau rijalul hadis. Dalam bidang ini, anaalisis yang ditampilkan bersifat historis. Kedua, ilmu hadis yang berhubungan dengan pemahaman teks ataau matan hadis yang telah memenuhi validitas historisnya, atau dalam ilmu hadis di sebut maaqbul, sahih atau hasan[23].


      II.            Pemahaman hadis dengan perangkat ilmu-ilmu sosial
Ilmu sosial dengan hadist memang seakan dipandang sebagai dua keilmuan yang tidak saling bersinggungan. Hal ini karena anggapan bahwa bahwa ilmu agama termasuk hadist dan ilmu sosial adalah dua ilmu yang terpisah. Anggapan ini yang harus dirubah karena ketika anggapan ini terus berkelanjutan, maka yang terjaddi bisa saja adanya jurang pemisah antara kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial.
Hal yang seperti di atas adalah membutuhkan pemahaman agar tidak terjadi pemisahan secara nyata antara agama dan sosial. Karena dalam agama islam tidak hanya mengajak dan mengajarkan tata cara menyembah allah sebagai tuhan pencipta seluruh yang ada. Tetapi juga mengajak dan mengajarkan bagaimana menghargai ciptaannya, salah satunya yaitu mengajarkan tentang cara-cara berhubungan dengan sesama manusia (muamalah) yang dalam dunia pendidikan kita kenal dengan ilman social.
Salah satu metode yang tepat dalam memahami sunnah nabi adalah melihat sebab-sebab khusus atau alasan tertentu yang menjadi latarbelakang suatu hadis, baik yang tersurat maaupun tersirat, atau yang dipahami dari kejadian yang menyertainya[24]. Untuk memahami hadis dengan baik dan mendalaam, kita perlu mengetahui konteks yang menjelaaskaan situasi dan kondisi munculnya suatu hadis, sehingga diketahui maksud hadis tersebut dengan seksama, bukaan ats dasar pemikiran semata atau dipahami dengan makna lahiriyah jauh dari tujuan sebenarnya[25].
Sangat penting menggunakan piranti keilmuan sosial, seperti sosiologi, antropologi, dan sejarah dalam memahami hadis nabi. Sosiologi berbicara mengenai masyarakat arab dan konstruksi sosialnya, antropologi membincang manusia dan praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat arab, dan sejarah mendiskusikan situasi historis empiris masyarakat arab ketika itu.Kesadaran sejarah (historical awareness) pada hakikatnyaakan mudah terciptamelaluitiga varian ilmu sosial itu.Kesadaran sejarah ini sangat urgen dalam kajian hadis, sebab hadis sebagai informasi hal ihwal seputar nabi sendiri terbentuk pada abad pertama hijriyah.[26]
Pengintegrasian ilmu sosial dan hadist menjadi solusi yang diharapkan mampu memadukan ilmu sosial dengan hadist sehingga muncul perpaduan yang bisa diterima secara akal manusia.
Dengan adanya pemahaman hadist melalui ilmu sosial, akan menemukan titik temu antara ilmu agama dan ilmu sosial. Diantara titik temu tersebut adalah munculnya ilmu sosial yang berdasarkan ajaran-ajaran islam yang sesuai dan juga penerapan di masyarakat sehingga tercipta lingkungan sosial yang serlandaskan ajaran-ajaran islam.
Selain sebagai titik temu pengintegrasian ilmu sosial dan hadist juga sebagai jawaban dari islam terhadap problematika kehidupan saat ini dan penyeimbang arus pergerakan keilmuan global yang semakin meluas dan memunculkan berbagai macal keilmuan dan teori-teori yang tak sedikit bertentangan dengan agama islam termasuk dalam ilmu sosial humaniora.
Dalam memahami hadist denagn ilmu sosial memerlukan beberapa hal yang perlu di perhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman yang berpotensi menyebabkan perpecahan. Diantara yang perlu diperhatikan ddalam memahami hadist melalui ilmu sosial adalah tata bahasa, sebab munculnya hadist dan juga situasi saat hadist tersebut diucapkan oleh nabi muhammad saw dan juga beberapa hal yang lain
Selain beberapa hal yang perlu diperhatikan di atas, ada juga yang tak kalah penting yaitu memahami konteks hadist tersebut. Sebuah hadist tidak bisa semata-mata difahami secara tekstual, karena dslsm sebuah perkataan taekadang terdapat sebuah majas, sindiran, dan juga makna yang tidak bisa difahami hanya dengan melihat dari sisi teks

   III.            Aplikasi Pemahaman Hadis dengan Ilmu-Ilmu Sosial
a.       Teks dan terjemah hadits
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ. (رواه البخارى ومسلم وأحمد والنسائى)
Anas ra. Berkata, bahwa nabi saw. Bersabda, “tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (h.r. bukhari, muslim, ahmad, dan nasa’i)[27]
Penjelasan
Berdasarkan hadist di atas, mencintai dan menghargai sesame manusia adalah salah satu tanda keimanan seseorang kepada allah swt yang diwujudkan sengan sikapnya kepada mahluk ciptaannya seperti dia mencintai dirinya sendiri, yaitu merasa bahwa semua manusia adalah bersaudara karena dasar kita semua adalah mahluk ciptaan allah swt dan mencintai dan menghargai ciptaannya adalah merupakan wujud cinta dan keimanannya kepada allah swt sang pencipta
Jika  rasa kecintaan dan penghargaan kepada sesame manusia telah muncul, maka akan tercipta sebuah masyarakat yang harmonis, rukun, dan aman. Karena didasari atas ketaatan dan keimanan kepada sang pencipta melalui penghargaan kepada ciptaannya yaitu manusia.
Dari sini bias diambil kesimpulan bahwa individualis adalah sikap yang tidak baik karena berlawanan dengan sikap yang telah di terangkan di atas. Dan sikap individual justru akan menjadikan seseorang menjadi terasingkan dari masyarakat sekitarnya sendiri yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan yang setara dengan keluarga. Orang yang menutup diri dari kehidupan sekitarnya sama dengan mengasingkan diri sendiri dan hal tersebut tentu tidak baik diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hadist ini juga bias kita tarik kesimpulan bahwa agama islam sangat mennghargai sebuah persaudaraan terutama antar sesame muslim. Karena persaudaraan yang kuat itu akan menjadikan sebuah kelompok terlihat kuat. Ketika umat islam erat dalam persaudaraan maka tidak ada perang saudara, tidak ada saling menyalahkan karena semua permasalahan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, dan orang di luar akan gentar dengan kekuatan umat islam.
Dalam hal ini manusia tidaklah bisa hidup sendirian sebagi contohya adalah pernikahaan. Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakaat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang amaat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan[28].

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (أخرجه البخارى)
Diriwayatkan dari abi musa ra. Di berkata, "rasulullah saw. Pernah bersabda, 'orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (hr. Bukhari)
Penjelasan
Hadist diatas menggambarkan sebuah kelompok masyarakat, yangmana satu bagian dengan bagian yang lain itu saling melengkapi seperti sebuah bangunan yang harus kokoh di semua sisi dan bagus di semua bahan agar tercipta bangunan yang kuat dan aman ditempati. Begitu juga sebuah masyarakat yang semua warga harus saling melengkapi kekurangan masing-masing dengan kelebihan yang lain sehingga semua saling melengkapi dan terciptanya masyarakat yang gotongroyong dan mampu mengayomi semua warga yang tinggal di wilayah tersebut.
Zaman nabi muhammad saw telah dicontohkan sebuah kisah kuatnya rasa persaudaraan yang dialami kaum muhajirin dan kaum anshor yang rela membagi harta benda sampai istri untuk menolong saudaranya.
Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendirian atau individualis. Karena manusia itu sangat membutuhkan seseorang atau kelompok untuk berinteraksi. Interaksi sosial merupakan hubungan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu interaksi sosial dimulai pada saat itu mereka saling menegur berjabat tangan saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Semacam itu merupakan bentuk interaksi sosial walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak tidak saling menukar tanda-tanda interaksi sosial yang telah terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun saraf orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh misalnya bau keringat minyak wangi suara berjalan dan sebagainya.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pembagian faktor antara lain faktor imitasi sugesti identifikasi dan simpati semua faktor tersebut dapat bergerak secara bersamaan atau sendiri-sendiri[29].
Faktor imitasi merupakan peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial sebab salah satu segi positifnya adalah bahwa hinter imitasi dapat mendorong seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dalam berperilaku[30]. Sehingga mungkin kalau seseorang itu tidak melakukan interaksi atau bersifat individu itu akan menyebabkan hal-hal yang negatif di mana seseorang yang tidak bisa memahami perilakunya itu baik atau buruk dari penilaian seseorang atau dengan norma-norma yang ada di masyarakat maka seseorang tersebut akan bertindak seenak enaknya atau tindakan yang negatif seperti contoh merusak merusak fasilitas umum dan memiliki kebebasan yang sangat tinggi.
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain[31]. Jadi kita mengetahui bahwa untuk berinteraksi sangat penting sebab kita bila akan bertindak di lingkungan masyarakat kita akan menilai diri kita sendiri baik atau buruknya jadi kita itu akan menyesuaikan diri atau terkonstruksi masyarakat sebagai contoh bila bertindak di masyarakat kita akan mengoreksi diri apakah tindakan itu baik dan diterima oleh masyarakat atau yang akan kita lakukan itu akan ditolak oleh masyarakat atau bisa dikatakan sebagai penyimpangan.
Faktor identifikasi yaitu merupakan kecenderungan kecenderungan atau keinginan keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini[32]. Jadi moersas identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya secara tidak sadar atau sudah terkonstruksi oleh masyarakat tersebut karena masyarakat seringkali membentuk memerlukan tipe tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang ber identifikasi benar benar mengenai pihak lain. Jadi pandangan atau sikap dan kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak laintadinya dapat membakar dan bahkan menjiwa menjiwai nya
Faktor simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana orang merasa tertarik kepada pihak lain di mana posisi ini perasaannya memegang peran yang sangat penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya[33]. Nila perbedaan utama dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukan yang lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan kelebihan atau kemampuan kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Pulsa simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan dimana faktor saling mengerti terjamin.
Factor pentingnya interaksi sosial ini dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasingkan kehidupan yang terasing ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Sudah tentu seseorang yang hidup terasing sama sekali tidak dapat melakukan tindakan-tindakan. Misal terhadap alam sekitar atau masyarakat sekitar mereka akan kesulitan untuk dapat penilaian dari seseorang atau masyarakat tersebut. Dengan adanya kehidupan terasing atau tidak melakukan interaksi sosial atau hubungan dengan orang lain atau bersifat individu bisa menyebabkan perkembangan siswa seseorang akan terhambat sebagai contoh seorang anak yang sejak kecil diasingkan dari pergaulan dengan orang orang lain atau masyarakat maka anak tersebut mempunyai kelakuan yang mirip dengan hewan mereka dapat berbicara namun tidak dapat berlaku seperti manusia biasa dan secara fisik mereka tampak sebagai manusia tetapi perkembangan jiwanya jauh ke belakang.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama persaingan dan bahkan dalam bentuk pertentangan atau perkelahian[34].
a.       Kerjasama
Jalan berkehidupan masyarakat sangatlah penting tentu kerjasama tersebut sebab kerjasama bisa memperkuat talisilaturahmi dan mempercepat selesainya perkerjakan. Kerjasama timbul karena apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan pemilihan tersebut kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
b.      Persaingan
Persaingan merupakan sebagai suatu proses sosial yang dimana individu atau kelompok kelompok manusia akan bersaing mencari keuntungan melalui bidang bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Persaingan maunya dua tipe umum yaitu pribadi dan tidak pribadi. Bahasa inggris yang bersifat pribadi adalah persaingan yang dialami oleh orang perorangan atau individu secara langsung bersaing untuk untuk mencapai keunggulan tertentu. Dan dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi yaitu persaingan yang berlangsung adalah kelompok sebagai contoh persaingan yang dapat terjadi antara dua pengusaha besar yang bersaing untuk mencapai monopoli suatu wilayah tertentu. Seperti contoh persaingan adalah persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan dan persaingan ras.
c.       Pertentangan
Pertandingan dapat terjadi antara individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok mereka menyadari adanya perbedaan-perbedaan misal ciri-ciri beribadah emosi dan unsur-unsur kebudayaan. Ciri-ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Perasaan memegang peran penting dalam mempertajam perbedaan premi dan tersebut sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan tersebut biasanya terwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan dorongan untuk melakukan atau menyerang. Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Walaupun pertentangan merupakan proses disosiatif yang agak yang tajam tetapi pertambangan sebagai salah satu bentuk proses sosial dan juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat sebab positif yaitu antara dua kelompok yang saling bertentangan makanya kelompok yang satu dan kelompok yang satunya itu akan memperkuat dirinya atau mempertajam dirinya yang bertujuan untuk mengungguli ke inti kelompok lain.

D.  Kesimpulan

Hadits merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam spektrum yang seluas-luasnya. Lebih lagi, hadis sumber Islam ini memainkan peran dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan menuntut ilmu, pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada penegasan Tauhid. Karena itu Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. . Melalui bantuan ilmu-ilmu social diharapkan mampu melahirkan makna-makna kontekstual yang siap diterapkan dalam berbagai masa dan tempat di manapunumat Islam berada. Dalam proses integrasi ini, hadis didudukkan sebagai objek material yang didekati dengan objek formal berupa berbagai macam ilmu sosial yang ada, seperti Sosiologi, Ilmu Sejarah, Ilmu Ekonomi, Psikologi, dan Ilmu Politik. Integrasi ilmu-ilmu sosial dan hadis merupakan salah satu upaya untuk sampai pada tujuan mulia tersebut.


E. Daftar Pustaka

Supardan, Dadang,Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Soejono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012),

Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin malang press, 2008)

Drs. Kaelany HD, M.A, islam dan aspek-aspek kemasyarakatan, (Jakarta,pt. bumi aksara,2000),

Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar studi hadis,(kairo-maktabah wahbah,1991),

Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis Nabi”, Jurnal Living
            Hadis,Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, 106.

H.Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung; Sinar Baru Algensindo,2010),

Suja’i Sarifandi,“Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabii”, JURNAL USHULUDDIN
Vol. XXI No. 1, Januari 2014, hlm 63.                                                         
Daniel Juned, Ilmu Hadis, (Jakarta, erlangga, 2010)

Catatan:
1.      Dalam tulisan ilmiah, penulisan gelar (Prof. Dr. Ustadz, dll) dihilangkan.
2.      Tolong penulisan footnote diperbaiki.
3.      Tulisan dalam makalah ini masih agak amburadul, tolong dirapikan.


[1]Suja’i Sarifandi,“Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabii”, JURNAL USHULUDDIN Vol. XXI No. 1, Januari 2014, hlm 63.
[2]Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm,26.
[3]Soejono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), hlm, 11.
[4]Ibid., Dadang Supardan, hlm,26.
[5] Ibid, Dadang Supardan, hlm, 30.
[6] Ibid, Dadang Supardan, hlm, 34.
[7]Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin malang press, 2008) hlm,6.
[8] Drs. Kaelany HD, M.A, islam dan aspek-aspek kemasyarakatan, (Jakarta,pt. bumi aksara,2000), hlm,3.
[9] Ibid, hlm,6.
[10]Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin malang press, 2008) hlm,1.
[11]Ibid, hlm,1
[12]Ibid, hlm2.
[13]Ibid,hlm,2.
[14]Ibid, hlm, 3.
[15]Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar studi hadis,(kairo-maktabah wahbah,1991),hlm 11.
[16]IbidZeid B. Smeer, hlm, 5.
[17]Ibid, hlm, 5.
[18]Ibid, hlm, 6.
[19]Ibid, hlm, 6.
[20]Ibid, hlm, 6.
[21]Ibid, hlm, 6.
[22]Ibid, hlm, 7.
[23] Daniel Juned, Ilmu Hadis, (Jakarta, erlangga, 2010) hlm,13.
[24]Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar studi hadis,(kairo-maktabah wahbah,1991),hlm 202.

[25]Ibid,hlm 202.
[26]Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis Nabi”, Jurnal Living Hadis, Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, 106.
[27]http://kulinerakal.blogspot.co.id/2011/07/hadits-hadits-kepedulian-sosial.html
[28] H.Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung; Sinar Baru Algensindo,2010),hlm, 374.
[29]Soerjono soekanto-budi sulidtyowati, sosiologi suatu pengantar, (Jakarta, Pt RajaGrafindo Persada,2013),hlm,57.
[30]Ibid, hlm, 57.
[31]Ibid,hlm,57.
[32]Ibid,hlm,57.
[33]Ibid,hlm,58
[34]Ibid, hlm, 64.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar