Rian Wahyu
Saputra Faiz Nur S
Mahasiswa Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas C Angkatan 2015
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: rianwahyu887@gmail.com
Abstract
Another
trait which the hadith taught to Muslims is the open-mindedness, which allows
them to gain knowledge from other civilizations without prejudice. The purpose
of this writing as an effort to integrate the hadith with the social sciences.
It is known that in Islam there is no science that stands alone and apart from
the Islamic epistemological building, these sciences are nothing but parrots or
explanations. Social science and the science of hadith merupakaan two separate
science but have the same dimension yaaitu human. Both of these sciences can be
integrated as a blend which is at once the answer of Islam. That Islam buakn
only regulate the affairs of humanity. In social science there are several
auxiliary sciences in it such as examples of sociology, economics,
anthropology. Here the integration of hadits with the social sciences is also
based on the context of the hadits.
Keywords:Social
integration of hadits
Abstract
Sifat lain yang diajarkan hadis kepada umat Islam adalah keterbukaan
pikiran, yang memungkinkan mereka memperoleh pengetahuan dari peradaban lain
tanpa prasangka. Tujuan penulisan ini sebagai upaya mengintegrasikan hadits
dengan ilmu-ilmu sosial. Diketahui bahwa dalam Islam tidak ada ilmu yang
berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan epistemologis Islam, ilmu ini tidak
lain hanyalah beo atau penjelasan. Ilmu sosial dan ilmu hadits merupakaan dua
sains terpisah namun memiliki dimensi yang sama yaaitu manusia. Kedua sains ini
bisa diintegrasikan sebagai perpaduan yang sekaligus merupakan jawaban dari
Islam. Bahwa Islam buakn hanya mengatur urusan kemanusiaan. Dalam ilmu sosial
ada beberapa ilmu pelengkap di dalamnya seperti contoh sosiologi, ekonomi,
antropologi. Di sini integrasi hadits dengan ilmu sosial juga didasarkan pada
konteks hadits.
Keywords: social integrasi hadis
A.
Pendahuluan
Perkembangan keilmuan dari masa ke masa semakin meluas dan
melahirkan berbagai disiplin keilmuan yang semakin banyak, saat ini cabang
cabang keilmuan dari berbagai disiplin ilmu (eksak, social, dan humaniora)
seakan semakin menggeser posisi ilmu agama khususnya agama Islam dalam khasanah
keilmuan, dalam kahasanah keilmuan eksak, ilmu –ilmu yang diklaim sebagai ilmu
pasti seakan mengdeokrtin pemikiran kita mendahulukan logika dan
mengesampingkan adanya tuhan. Ilmu sosial humaniora saat ini mengarahkan kita
pada pemikiran-pemikiran barat yang terpengaruh liberalisme dan kapitalisme,.
Semakin pluralnya keilmuan umum (eksak, social, dan humaniora) ysng
saat ini seakan seakan menjadi ilmu yang harus kita pelajari harus kita imbangi
dengan pemahaman-pemahaman agama, sehingga pengetahuan umum tidak menjauhkan
kita dari tuhan, terlebih ilmu sosial humaniora yang berhubungan langsung
dengan kehidupan sehari-hari kita.
Ilmu-ilmu sosial humaniora yang saat
ini lebih condong kepada pemikiran-pemikiran yang melenceng dari ajaran-ajaran
Islam sudah harus disadari. Ilmu-ilmu sosial dengan berbagai teori yang
bermacam-macam seharusnya tidak melupakan kita bahwa agama Islam tidak hanya
mengatur cara-cara beribadah kepada Allah semata, tetapi juga mengatur hubungan
sesame manusia sebagai pedoman dalam menjalani hidup bermasyarakat sebagai
mahluk yang hidup berdampingan dengan yang lain.
Dasar-dasar di atas mendasari kami
dalam menyelesaikan tulisan dengan judul “intergasi ilmu sosial dan hadist”
dengan tuyjuan menambah wawasan dalam paradigm menyatuan (integrasi) dua
keilmuan bagi kami dan juga pembaca dan juga sebagai tugas mata kuliah studi
Al-Qur’an dan Hadist
B. Ilmu-ilmu sosial dan
hadis nabi
1.
Ilmu-ilmu sosial dan ruang
lingkupnya
Ilmu dalam bahasa Arab berasal kata kerja
(fi’il) ‘alima .bentuk mashdar (bentuk kata benda abstrak) dari yang berarti
tahu ataumengetahui, dan dalam bentuk fa’il(bentuk kata benda pelaku/subjek)
‘alim yaitu orang yang mengetahui/ berilmu, jamaknya ulama,dandalam bentuk
maf’ul (yang menjadiobyek) ilmu disebut ma’lum, atauyang diketahui.4 Dalam
bahasa Inggeri Ilmu biasanya dipadankan dengan katascience, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia katascience umumnya diartikan Ilmu
tapisering juga diartikan dengan IlmuPengetahuan,5 meskipun secarakonseptual
mengacu paada makna yang sama Sedangkan menurut cakupannyapertama-tama ilmu
merupakan sebuahistilah umum untuk menyebut segalapengetahuan ilmiah yang
dipandangsebagai satu kebulatan, dalam arti iniilmu mengacu pada ilmu
padaumumnya[1].
Tidak
dapat membayangkan bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada dalam
masyarakat atau sosial sebab semua individu tidak dapat hidup dalam
keterpencilan selama-lamanya. Manusia membutuhkan satu sama lain untuk bertahan
hidup dan untuk hidup sebagai manusia dengan demikian manusia adalah makhluk
sosial. Walaupun di zaman sekarang ini sudah ada ilmu tentang masyarakat yakni
sosiologi tetapi hal itu merupakan sebuah persoalan yang memasuki semua ilmu
sosial termasuk sejarah maupun filsafat (campbell, 1994: 3-4)[2].
Ilmu
sosial berbeda dengan ilmu kealaman yaitu terletak pada karakteristik yang
dimiliki oleh ilmu-ilmu sosial. Menurut soekanto ilmu-ilmu sosial belumlah
memiliki kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang diterima oleh kebanyakan masyarakat
sebab ilmu ini sendiri relatif belum lama berkembang sedangkan yang menjadi
objek nya adalah manusia dan masyarakat yang senantiasa berubah-ubah[3].
Sedangkan ilmu alam itu sudah mengalami perkembangan sehingga mempunyai
kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat yang
juga disebabkan oleh objek yang bukan manusia. Dan ilmu alam itu bersifat pasti
dan sedangkan ilmu sosial itu tidak pernah mengenal kebudayaan pasti atau tidak
pernah mengenal kebenaran tunggal.
Secara
keilmuan, terdapat banyak teori tentang masyarakat maupun social. Sebut saja
aristoteles filsuf yunani kuno yang menggunakan pendekatan biologis bahwa
manusia adalah sektor binatang dengan unsur-unsur tertentu yang khas khususnya
rasio dan keturunan keduanya penting karena memberikan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan standar etis (campbell, 1994:7)[4].
Kita tidak dapat mengetahui bagaimana bertindak jika kita tidak tahu bagaimana
rencana-rencana kita yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan kegiatan orang lain
di sekeliling kita. Kita tidak dapat bergabung dengan orang lain untuk membuat
pilihan-pilihan yang masuk akal mengenai kepentingan umum tanpa memiliki
kepercayaan mengenai ciri hakiki dari kehidupan bersama. Konsep kita mengenai
sosial masyarakat mendasar bagi pemula pemahaman diri kita sendiri.
Istilah
ilmu sosial menurut ralf dahrendorf, seorang ahli sosiologi jerman dan penulis
buku classand class conflict in industrial society yang dikenal sebagai
pencetus teori konflik non marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk
mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada
aspek aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukkan
sebuah komunitas yang dan pendekatan yang saat ini hanya di klaim oleh beberapa
orang saja sedangkan bentuk jamaknya ilmu-ilmu sosial. Mungkin istilah tersebut
merupakan bentuk yang lebih tepat ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi
antropologi psikologi ekonomi geografi sosial politik bahkan sejarah walaupun
di sisi lain yang termasuk ilmu ilmu humaniora[5].
jadi ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari
perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama jelas tidak bisa
dihindari bahwa dalam perkembangannya kemudian berbagai spesialis ilmu-ilmu
sosial tunggu meningkat, seperti ilmu komunikasi studi gender ilmu perbandingan
agama. Selanjutnya untuk berbagai disiplin yang sering di telah dikodekan
tumpang tindih seperti sejarah dan antropologi budaya sebagai ilmu humaniora
dan ilmu sosial akan dibahas pada pembahasan masing-masing disiplin ilmu dan
begitu juga untuk ilmu-ilmu lainnya.
mengenai ruang
lingkup ilmu sosial sangat luas dan sampai sekarang ini para para ahli
sebenarnya tidak ada kesepakatan yang bulat. Wallerstein (1997:22) mengelompokkan
beberapa disiplin ilmu yang dikategorikan sebagai ilmu sosial itu adalah
sosiologi antropologi geografi ekonomi sejarah psikologi hukum dan ilmu
politik. Sedangkan brown dalam karyanya yang berjudul explanation in social
science 1972 yang termasuk dalam paket ilmu sosial meliputi sosiologi
antropologi ekonomi sejarah demokrasi ilmu politik dan psikologi[6].
Cabang-cabang
ilmu yang termasuk dalam ilmu ilmu sosial yaitu yang pertama sosiologi yaitu ilmu sosial yang mengkaji tentang apa yang dialami oleh
masyarakat atau ilmu yang mengkaji tentang masyarakat. Isi dari disiplin ilmu
sosial adalah interaksi sosial gejala-gejala sosial organisasi-organisasi
sosial perubahan sosial dan proses sosial. Yang kedua adalah geografi yaitu
ilmu sosial yang mempelajari atau mengkaji tentang pagi itu gejala dan proses
alamiah maupun gejala dan proses kehidupannya oleh karena itu dalam hal gejala
dan proses kehidupan melibatkan kehidupan tumbuh-tumbuhan binatang dan manusia
sebagai penghuni bumi tersebut. Selanjutnya yaitu ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia. Kebutuhan yaitu suatu
keperluan manusia terhadap barang dan jasa yang sifat dan jenisnya sangat
bermacam-macam dalam jumlah yang tak terbatas. Selanjutnya yaitu ilmu sejarah
ilmu yang mempelajari penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa kisah maupun
cerita yang benar-benar terjadi pada masa lampau sejarah memiliki tiga hal
yakni sejarah sebagai peristiwa sejarah sebagai ilmu sejarah sebagai cerita.
2.
Relasi ilmu sosial dengan hadis nabi
Hadis
dalam islam memiliki kedudukan yang sangat urgen, hadis sebagai sumber hokum kedua
setelah al-qur’an[7]. Disini
kita mengetahui bahwa peran hadis juga tidak kalah pentingnya dengan al-qur’an
sebagai sumber hukum. Dan juga fungsi hadits yang gunanya memperkuat untuk
menafsirkan apa yang telah di terangkan
didalam al-qur`an, juga untuk menafsirkan ayat-ayat al-qur’an yang masih
bersifat umum. Karena al-qur’an tidak akan dapat dipahami secara sempurna tampa
adanya bantuan hadis. Ayat al-qur’an sebagaian besarsangat membutuhkan
penjelasan yang dapat menjelaskan maksudnya dan perinci yang dapat merinci
detalnya.
Ilmu
merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi
sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam
kegelapan. Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi allah dan
rasul-nya.
Makhluk
adalah berasal dari bahasa arab dari kata khalaga artinya membuat ataau
mencipta. Kata makhluk adalah kata benda penderita (isim ma’ful) yang berati
yang diciptakan atau yang dibuat(mahmud yunus, 1973:120)[8].
Manusia menurut pandangan islam adalah mkhluk mulia dan terhormat di sisi allah[9].
Manusia diciptaakan dalaam bentuk yang amat baik. Dan tentu saja manusia adalah makhluk sosial.
Tentunya, sebagai mahluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai
masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud
sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari
hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya.
Problem
sosial pada setiap masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat perkembangan kebudayaan dan kondisi
lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud dalam masalah
moral, masalah politik, masalah agama dan masalah lainnya. Dengan adanya
permasalah-permasalahan tersebut timbullah teori-teori sosial, yang pada
akhirnya terbentuklah ilmu-ilmu sosial. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang
kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini
disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk
multidimensional.
Ilmu-ilmu
social yang cara produksinya memerlukan interpretasi, lebih terbuka lebar untuk
di integrasi dengan hadis nabi. Sebab ilmu social memiliki dimensi yaitu
manusia dan objek kajianya adalah manusia dan masyarakat. Sedangkan hadis nabi
juga memiliki dimensi manusian meskipun beraasal dari tuhan dan nabi muhammad
yang sebagai pembuat syariah, sehingga manusia memiliki peran sebagai objek dari
kedua ilmu tersebut sebagai interpretasi dari dua sumber ajaran tersebut .Jadi
kedua ilmu tersebut merupakan penggabungan dua dimensi pengetahuan yang berbeda,
yaitu dimensi ketuhanan dan kemanusiaa.
C. Integrasi ilmu-ilmu
sosial dan hadis nabi
I.
Konsep pemahaman hadis
Setiap
istilah selalu memiliki definisi, dan
dalam mendefinisikansebuah iatilah,kita sering dihadapkan
denganberbagaipengertiandanperbedaanyangterdapatdalamberbagaibukurujukanatauyangdisampaikanolehparaulama,dantidakjarangperbedaanitumemicukebingungankhususnyauntukmenyimpulkanmaknayangsebenarnya.Namunapabilakitamengetahuiituakanpermasalahanmakakebingunganituakanhilangdandapatdihindari[10].
Adanyaperbedaandefinisisebenarnyalebihdipengaruhiolehdisiplindankonsentrasikaragenandefinisiistilahtersebut.Tiapulamayangberkecimpungdalambidangilmutertentumemilikidefinisisesuaidenganbidangilmuyangdigeluti,
yangpadagilirannyaakanmemunculkansuatudefinisibaruyangberbedadengandefinisiyanglainsemuadefinisiitudapatdianggapbenar,
selamakitadapatmenempatkandefinisitersebutsesuaidenganbidangdandisiplinilmuyangsesuai[11].
Pengertianhadissecaraetimologiadalahal-jadid
danal-khabar (baru dan berita).Menurutistilahsya’riat,pemakaianistilah hadissukaberbeda-bedasesuaidengandisiplinilmumasing-masing.Dapatpulabermaknaucapanyangdigunakandalampercakapanatauyang
datang melaluiwahyu[12]. Pengertianumumkatahatisitusebagaihalnyakatasholatpuasadanzakatkemudianmengalamipergerakandibawahpengaruhkuatnyaajaranislam.Katahadiskemudiandigunakansecarakhususuntukmenunjukkansalahsatujenisinfodalamagamadengantanpameninggalkanmaknayangumum[13].
Ketikamenjadiistilahteknishaditskemudiandiidentifikasikansecaraberagamolehbanyakulamadariberbagailatarbelakangkeilmuandanaliransementaraitujumhurulamahadissunnimemasukkan
hadis mauqu’(yangbersumberdarisahabat)danmaqthu'(bersumberdaritabi'in)dalamkategori
hadis,danmenganggap hadisidentikdengankabar.Tetapibiasanyaistilah hadis lebih banyakdimaksudkanolehmerekadenganperkataanperbuatandantaqrirnabi
sesudah bi’tsah[14].
Sunah
menurut bahasa adalah jalan yang diikuti atau kebiasaan yang baik maupun buruk.
Baik buruk tersebut ditentukan dengan cara penafsiran atau penisbatan[15]. Ulama
hadis umumnyaberanggapanbahwasunnahmerupakansinonimdarikatahaditskhabardanasar.
Merekamendefinisikansunnahsebagaisesuatuyangtidakdiriwayatkandarinabibaikberupaperkataan,perbuatan,persetujuan,penampilanfisikdanbudipekerti
darinabisamasajasebelumkenabianatausetelahnyaulama. Adapun para ulamafiqihsunnahberartiperbuatanyangapabiladikerjakanmendapat
pahala dan apabila ditinggalkan tidak masuk neraka[16].
Dansedangkankabarsecaraharfiahkabarberarti
“berita” (an-naba’)ataupembicarayangmasihmengandungkemungkinan benardandusta.Denganmaknabahasasepertiinimakakabarmenjadiekuivalendenganhadis.
Sebabkata hadis sendiriitumemilikiartisecaraharfiahmemang bias berarti”berita”
(khabar).Sedangkandarisegiteknologikabar jugadianggapsinonimdenganhadits. Jumhurulamahadissunnimendefinisikan“kabarsebagaisesuatuyangdisandarkankepadanabisahabatataupuntabiin”dengandemikian,
khabar meliputi sesuatu yang marfu’, mauquf, dan maqtu’[17].
Namun
demikiankabarmeliputisesuatuyangmampunamundemikianadasebagaisarjanahadisyangmantapkabardanhadisbukansinonim.
Dikemukakanbahwahadis sesuatuyang datang darinabisedangkan kabar adalahsesuatuyang
dating dariselainbeliausehinggaorangyangmenemukanbidangsejarahdisebutalkabari.Sementarayangberkecimpungdengansunnahdisebut“muhaddits”.
Adapunyangberpendapatbahwaantarakabardanhadismengandungpengertianumumdankhusus[18].
Disebutkan
bahwa seluruh hadisadalahkabar,dansebaliknyatidaksemuakabaradalahhadits.Maksudpernyataaniniadalah
bahwa hadishanyamencangkupsesuatuyangmaarfu’(disadarkankepadanabi)sedangkankabar
mencangkup sesuatuyangmarfu’ (didasarkanpadanabi)dan mauquf(yangdidasarkanpadasahabat)[19].
Adapulaatsaryangdianggapsinonimdenganhadits,khabar,dansunnah.
Jumhur ulamahadismengatakanashar“dengansesuatuyangdisandarkankepadanabi,sahabat,dantabiin.Sementaraimamnawawimenyebutkanbahwaatsardalam
terminology ulamasalafdanmayoritasulamasalafadalahsesuatuyangdiriwayatkandarinabimaupundarisahabat[20].
Hadisdalamislammemilikikedudukanyangsangaturgendimanahadismerupakansalahsatusumber
hukum keduasetelahalquran[21].alquranakansulitdipahamitanpa
intervensihadits.memaknaialqurantanpamengambilhaditssebagailandasan hokum danpedomanhidupadalahhalyangsangattidakmungkin.
Karenaal-quranakansulitdipahamitanpamenggunakanhadits. Kaitanyadengankedudukanhaditsdisampingalquransebagaisumberajaranislam,makaal-quranmerupakansumberpertama,sedangkanhadismerupakansumberkedua.
Bahkansulitdipisahkanantaraalqurandanhadis, secara keduanyaadalahwahyu,hanyasajaal-quranmerupakanwahyumatludanhadiswahyughoirumatlu[22].
Filosofi
hadis dalam upaya mencoba merumuskan kerangka filosofis, ilmu hadis perlu
dibedakan dalam 2 aspek. Pertama, terdapat sejumlah ilmu hadis yang berhubungan
dengan sejarah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan sanad atau rijalul hadis.
Dalam bidang ini, anaalisis yang ditampilkan bersifat historis. Kedua, ilmu
hadis yang berhubungan dengan pemahaman teks ataau matan hadis yang telah
memenuhi validitas historisnya, atau dalam ilmu hadis di sebut maaqbul, sahih
atau hasan[23].
II.
Pemahaman hadis dengan
perangkat ilmu-ilmu sosial
Ilmu sosial dengan hadist memang seakan dipandang sebagai dua
keilmuan yang tidak saling bersinggungan. Hal ini karena anggapan bahwa bahwa
ilmu agama termasuk hadist dan ilmu sosial adalah dua ilmu yang terpisah.
Anggapan ini yang harus dirubah karena ketika anggapan ini terus berkelanjutan,
maka yang terjaddi bisa saja adanya jurang pemisah antara kegiatan keagamaan
dan kegiatan sosial.
Hal yang seperti di atas adalah membutuhkan pemahaman agar tidak
terjadi pemisahan secara nyata antara agama dan sosial. Karena dalam agama
islam tidak hanya mengajak dan mengajarkan tata cara menyembah allah sebagai
tuhan pencipta seluruh yang ada. Tetapi juga mengajak dan mengajarkan bagaimana
menghargai ciptaannya, salah satunya yaitu mengajarkan tentang cara-cara
berhubungan dengan sesama manusia (muamalah) yang dalam dunia pendidikan kita
kenal dengan ilman social.
Salah satu metode yang tepat dalam memahami sunnah nabi adalah
melihat sebab-sebab khusus atau alasan tertentu yang menjadi latarbelakang
suatu hadis, baik yang tersurat maaupun tersirat, atau yang dipahami dari
kejadian yang menyertainya[24]. Untuk
memahami hadis dengan baik dan mendalaam, kita perlu mengetahui konteks yang
menjelaaskaan situasi dan kondisi munculnya suatu hadis, sehingga diketahui
maksud hadis tersebut dengan seksama, bukaan ats dasar pemikiran semata atau
dipahami dengan makna lahiriyah jauh dari tujuan sebenarnya[25].
Sangat penting menggunakan piranti keilmuan sosial, seperti
sosiologi, antropologi, dan sejarah dalam memahami hadis nabi. Sosiologi
berbicara mengenai masyarakat arab dan konstruksi sosialnya, antropologi
membincang manusia dan praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat arab, dan sejarah mendiskusikan situasi historis empiris masyarakat
arab ketika itu.Kesadaran sejarah (historical awareness) pada
hakikatnyaakan mudah terciptamelaluitiga varian ilmu sosial itu.Kesadaran
sejarah ini sangat urgen dalam kajian hadis, sebab hadis sebagai informasi hal
ihwal seputar nabi sendiri terbentuk pada abad pertama hijriyah.[26]
Pengintegrasian ilmu sosial dan hadist menjadi solusi yang
diharapkan mampu memadukan ilmu sosial dengan hadist sehingga muncul perpaduan
yang bisa diterima secara akal manusia.
Dengan adanya pemahaman hadist melalui ilmu sosial, akan menemukan
titik temu antara ilmu agama dan ilmu sosial. Diantara titik temu tersebut
adalah munculnya ilmu sosial yang berdasarkan ajaran-ajaran islam yang sesuai
dan juga penerapan di masyarakat sehingga tercipta lingkungan sosial yang
serlandaskan ajaran-ajaran islam.
Selain sebagai titik temu pengintegrasian ilmu sosial dan hadist
juga sebagai jawaban dari islam terhadap problematika kehidupan saat ini dan
penyeimbang arus pergerakan keilmuan global yang semakin meluas dan memunculkan
berbagai macal keilmuan dan teori-teori yang tak sedikit bertentangan dengan
agama islam termasuk dalam ilmu sosial humaniora.
Dalam memahami hadist denagn ilmu sosial memerlukan beberapa hal
yang perlu di perhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman yang
berpotensi menyebabkan perpecahan. Diantara yang perlu diperhatikan ddalam
memahami hadist melalui ilmu sosial adalah tata bahasa, sebab munculnya hadist
dan juga situasi saat hadist tersebut diucapkan oleh nabi muhammad saw dan juga
beberapa hal yang lain
Selain beberapa hal yang perlu diperhatikan di atas, ada juga yang
tak kalah penting yaitu memahami konteks hadist tersebut. Sebuah hadist tidak
bisa semata-mata difahami secara tekstual, karena dslsm sebuah perkataan
taekadang terdapat sebuah majas, sindiran, dan juga makna yang tidak bisa
difahami hanya dengan melihat dari sisi teks
III.
Aplikasi Pemahaman Hadis
dengan Ilmu-Ilmu Sosial
a.
Teks dan terjemah hadits
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ
لِنَفْسِهِ. (رواه البخارى ومسلم وأحمد والنسائى)
Anas ra. Berkata, bahwa nabi saw. Bersabda,
“tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (h.r. bukhari, muslim,
ahmad, dan nasa’i)[27]
Penjelasan
Berdasarkan hadist di atas, mencintai dan menghargai sesame manusia
adalah salah satu tanda keimanan seseorang kepada allah swt yang diwujudkan
sengan sikapnya kepada mahluk ciptaannya seperti dia mencintai dirinya sendiri,
yaitu merasa bahwa semua manusia adalah bersaudara karena dasar kita semua
adalah mahluk ciptaan allah swt dan mencintai dan menghargai ciptaannya adalah
merupakan wujud cinta dan keimanannya kepada allah swt sang pencipta
Jika rasa kecintaan dan
penghargaan kepada sesame manusia telah muncul, maka akan tercipta sebuah
masyarakat yang harmonis, rukun, dan aman. Karena didasari atas ketaatan dan
keimanan kepada sang pencipta melalui penghargaan kepada ciptaannya yaitu
manusia.
Dari sini bias diambil kesimpulan bahwa individualis adalah sikap
yang tidak baik karena berlawanan dengan sikap yang telah di terangkan di atas.
Dan sikap individual justru akan menjadikan seseorang menjadi terasingkan dari
masyarakat sekitarnya sendiri yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan
yang setara dengan keluarga. Orang yang menutup diri dari kehidupan sekitarnya
sama dengan mengasingkan diri sendiri dan hal tersebut tentu tidak baik
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hadist ini juga bias kita tarik kesimpulan bahwa agama islam sangat
mennghargai sebuah persaudaraan terutama antar sesame muslim. Karena
persaudaraan yang kuat itu akan menjadikan sebuah kelompok terlihat kuat.
Ketika umat islam erat dalam persaudaraan maka tidak ada perang saudara, tidak
ada saling menyalahkan karena semua permasalahan diselesaikan dengan cara
kekeluargaan, dan orang di luar akan gentar dengan kekuatan umat islam.
Dalam hal ini manusia tidaklah bisa hidup sendirian sebagi contohya
adalah pernikahaan. Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama
dalam pergaulan atau masyarakaat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja
merupakan satu jalan yang amaat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan
keturunan[28].
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (أخرجه البخارى)
Diriwayatkan dari abi musa ra. Di berkata,
"rasulullah saw. Pernah bersabda, 'orang mukmin yang satu dengan yang lain
bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (hr. Bukhari)
Penjelasan
Hadist diatas menggambarkan sebuah kelompok masyarakat, yangmana
satu bagian dengan bagian yang lain itu saling melengkapi seperti sebuah
bangunan yang harus kokoh di semua sisi dan bagus di semua bahan agar tercipta
bangunan yang kuat dan aman ditempati. Begitu juga sebuah masyarakat yang semua
warga harus saling melengkapi kekurangan masing-masing dengan kelebihan yang
lain sehingga semua saling melengkapi dan terciptanya masyarakat yang
gotongroyong dan mampu mengayomi semua warga yang tinggal di wilayah tersebut.
Zaman nabi muhammad saw telah dicontohkan sebuah kisah kuatnya rasa
persaudaraan yang dialami kaum muhajirin dan kaum anshor yang rela membagi
harta benda sampai istri untuk menolong saudaranya.
Dari
hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa manusia itu tidak bisa hidup
sendirian atau individualis. Karena manusia itu sangat membutuhkan seseorang
atau kelompok untuk berinteraksi. Interaksi sosial merupakan hubungan hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan
antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok
kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu interaksi sosial dimulai pada saat
itu mereka saling menegur berjabat tangan saling berbicara atau bahkan mungkin
berkelahi. Semacam itu merupakan bentuk interaksi sosial walaupun orang-orang
yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak tidak saling
menukar tanda-tanda interaksi sosial yang telah terjadi karena masing-masing
sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam
perasaan maupun saraf orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh misalnya bau
keringat minyak wangi suara berjalan dan sebagainya.
Berlangsungnya
suatu proses interaksi didasarkan pada pembagian faktor antara lain faktor
imitasi sugesti identifikasi dan simpati semua faktor tersebut dapat bergerak
secara bersamaan atau sendiri-sendiri[29].
Faktor
imitasi merupakan peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial
sebab salah satu segi positifnya adalah bahwa hinter imitasi dapat mendorong
seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dalam berperilaku[30].
Sehingga mungkin kalau seseorang itu tidak melakukan interaksi atau bersifat
individu itu akan menyebabkan hal-hal yang negatif di mana seseorang yang tidak
bisa memahami perilakunya itu baik atau buruk dari penilaian seseorang atau
dengan norma-norma yang ada di masyarakat maka seseorang tersebut akan
bertindak seenak enaknya atau tindakan yang negatif seperti contoh merusak
merusak fasilitas umum dan memiliki kebebasan yang sangat tinggi.
Faktor
sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu
sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain[31].
Jadi kita mengetahui bahwa untuk berinteraksi sangat penting sebab kita bila
akan bertindak di lingkungan masyarakat kita akan menilai diri kita sendiri
baik atau buruknya jadi kita itu akan menyesuaikan diri atau terkonstruksi
masyarakat sebagai contoh bila bertindak di masyarakat kita akan mengoreksi
diri apakah tindakan itu baik dan diterima oleh masyarakat atau yang akan kita
lakukan itu akan ditolak oleh masyarakat atau bisa dikatakan sebagai
penyimpangan.
Faktor
identifikasi yaitu merupakan kecenderungan kecenderungan atau keinginan
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain identifikasi
sifatnya lebih mendalam daripada imitasi karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini[32].
Jadi moersas identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya secara tidak
sadar atau sudah terkonstruksi oleh masyarakat tersebut karena masyarakat
seringkali membentuk memerlukan tipe tipe ideal tertentu di dalam proses
kehidupannya walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya proses identifikasi
berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang ber identifikasi benar
benar mengenai pihak lain. Jadi pandangan atau sikap dan kaidah-kaidah yang
berlaku pada pihak laintadinya dapat membakar dan bahkan menjiwa menjiwai nya
Faktor
simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana orang merasa tertarik kepada
pihak lain di mana posisi ini perasaannya memegang peran yang sangat penting
walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya[33].
Nila perbedaan utama dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk
belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukan yang lebih tinggi dan harus
dihormati karena mempunyai kelebihan kelebihan atau kemampuan kemampuan
tertentu yang patut dijadikan contoh. Pulsa simpati akan dapat berkembang di
dalam suatu keadaan dimana faktor saling mengerti terjamin.
Factor
pentingnya interaksi sosial ini dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang
terasingkan kehidupan yang terasing ditandai dengan ketidakmampuan untuk
mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Sudah tentu seseorang yang
hidup terasing sama sekali tidak dapat melakukan tindakan-tindakan. Misal
terhadap alam sekitar atau masyarakat sekitar mereka akan kesulitan untuk dapat
penilaian dari seseorang atau masyarakat tersebut. Dengan adanya kehidupan
terasing atau tidak melakukan interaksi sosial atau hubungan dengan orang lain
atau bersifat individu bisa menyebabkan perkembangan siswa seseorang akan
terhambat sebagai contoh seorang anak yang sejak kecil diasingkan dari
pergaulan dengan orang orang lain atau masyarakat maka anak tersebut mempunyai
kelakuan yang mirip dengan hewan mereka dapat berbicara namun tidak dapat
berlaku seperti manusia biasa dan secara fisik mereka tampak sebagai manusia
tetapi perkembangan jiwanya jauh ke belakang.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerjasama persaingan dan bahkan dalam bentuk
pertentangan atau perkelahian[34].
a.
Kerjasama
Jalan
berkehidupan masyarakat sangatlah penting tentu kerjasama tersebut sebab
kerjasama bisa memperkuat talisilaturahmi dan mempercepat selesainya
perkerjakan. Kerjasama timbul karena apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan pemilihan tersebut kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan
yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam
kerjasama yang berguna.
b.
Persaingan
Persaingan
merupakan sebagai suatu proses sosial yang dimana individu atau kelompok
kelompok manusia akan bersaing mencari keuntungan melalui bidang bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum.
Persaingan maunya dua tipe umum yaitu pribadi dan tidak pribadi. Bahasa inggris
yang bersifat pribadi adalah persaingan yang dialami oleh orang perorangan atau
individu secara langsung bersaing untuk untuk mencapai keunggulan tertentu. Dan
dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi yaitu persaingan yang berlangsung
adalah kelompok sebagai contoh persaingan yang dapat terjadi antara dua
pengusaha besar yang bersaing untuk mencapai monopoli suatu wilayah tertentu.
Seperti contoh persaingan adalah persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan dan peranan dan persaingan ras.
c.
Pertentangan
Pertandingan
dapat terjadi antara individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok
mereka menyadari adanya perbedaan-perbedaan misal ciri-ciri beribadah emosi dan
unsur-unsur kebudayaan. Ciri-ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada
hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Perasaan memegang peran
penting dalam mempertajam perbedaan premi dan tersebut sedemikian rupa sehingga
masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan tersebut
biasanya terwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan dorongan
untuk melakukan atau menyerang. Pertentangan merupakan suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Walaupun
pertentangan merupakan proses disosiatif yang agak yang tajam tetapi
pertambangan sebagai salah satu bentuk proses sosial dan juga mempunyai fungsi
positif bagi masyarakat sebab positif yaitu antara dua kelompok yang saling
bertentangan makanya kelompok yang satu dan kelompok yang satunya itu akan memperkuat
dirinya atau mempertajam dirinya yang bertujuan untuk mengungguli ke inti
kelompok lain.
D. Kesimpulan
Hadits
merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam spektrum yang
seluas-luasnya. Lebih lagi, hadis sumber Islam ini memainkan peran dalam
penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Hadits menciptakan iklim yang kondusif
bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan menuntut ilmu,
pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada penegasan
Tauhid. Karena itu Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu
Islam. . Melalui bantuan ilmu-ilmu social diharapkan mampu melahirkan
makna-makna kontekstual yang siap diterapkan dalam berbagai masa dan tempat di
manapunumat Islam berada. Dalam proses integrasi ini, hadis didudukkan sebagai
objek material yang didekati dengan objek formal berupa berbagai macam ilmu
sosial yang ada, seperti Sosiologi, Ilmu Sejarah, Ilmu Ekonomi, Psikologi, dan
Ilmu Politik. Integrasi ilmu-ilmu sosial dan hadis merupakan salah satu upaya
untuk sampai pada tujuan mulia tersebut.
E. Daftar Pustaka
Supardan, Dadang,Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural,
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Soejono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012),
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin
malang press, 2008)
Drs. Kaelany HD, M.A, islam dan aspek-aspek kemasyarakatan,
(Jakarta,pt. bumi aksara,2000),
Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar studi hadis,(kairo-maktabah
wahbah,1991),
Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis
Nabi”, Jurnal Living
Hadis,Volume 1,
Nomor 1, Mei 2016, 106.
H.Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung; Sinar Baru
Algensindo,2010),
Suja’i Sarifandi,“Ilmu Pengetahuan
dalam Perspektif Hadis Nabii”, JURNAL USHULUDDIN
Vol. XXI No. 1, Januari 2014, hlm 63.
Daniel
Juned, Ilmu Hadis, (Jakarta, erlangga, 2010)
Catatan:
1.
Dalam tulisan ilmiah, penulisan gelar (Prof. Dr. Ustadz, dll) dihilangkan.
2.
Tolong penulisan footnote diperbaiki.
3.
Tulisan dalam makalah ini masih agak amburadul, tolong dirapikan.
[1]Suja’i
Sarifandi,“Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis
Nabii”, JURNAL USHULUDDIN Vol. XXI No. 1, Januari 2014, hlm 63.
Struktural (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm,26.
Persada, 2012), hlm, 11.
[5] Ibid, Dadang Supardan, hlm, 30.
[6] Ibid, Dadang Supardan, hlm, 34.
[7]Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis
Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin malang press, 2008) hlm,6.
[8] Drs. Kaelany HD, M.A, islam dan aspek-aspek kemasyarakatan,
(Jakarta,pt. bumi aksara,2000), hlm,3.
[9] Ibid, hlm,6.
[10]Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis
Pengantar Studi Hadis Praktis, (uin malang press, 2008) hlm,1.
[11]Ibid, hlm,1
[12]Ibid, hlm2.
[13]Ibid,hlm,2.
[14]Ibid, hlm, 3.
[15]Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar
studi hadis,(kairo-maktabah wahbah,1991),hlm 11.
[16]IbidZeid B. Smeer, hlm, 5.
[17]Ibid, hlm, 5.
[18]Ibid, hlm, 6.
[19]Ibid, hlm, 6.
[20]Ibid, hlm, 6.
[21]Ibid, hlm, 6.
[22]Ibid, hlm, 7.
[23] Daniel Juned, Ilmu Hadis, (Jakarta, erlangga, 2010) hlm,13.
[24]Dr. Yusuf Al-qardhawi, pengantar
studi hadis,(kairo-maktabah wahbah,1991),hlm 202.
[25]Ibid,hlm 202.
[26]Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis
Nabi”, Jurnal Living Hadis, Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, 106.
[27]http://kulinerakal.blogspot.co.id/2011/07/hadits-hadits-kepedulian-sosial.html
[28] H.Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung; Sinar Baru
Algensindo,2010),hlm, 374.
[29]Soerjono soekanto-budi sulidtyowati,
sosiologi suatu pengantar, (Jakarta, Pt RajaGrafindo Persada,2013),hlm,57.
[30]Ibid, hlm, 57.
[31]Ibid,hlm,57.
[32]Ibid,hlm,57.
[33]Ibid,hlm,58
[34]Ibid, hlm, 64.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar