Minggu, 14 Oktober 2018

Asbab al-Nuzul (PAI I ICP Semester Genap 2018/2019)




ASBAB AL-NUZUL

Kharisma Nurdiana Putri (17110088)
Nurrochmah Soviani (17110102)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
This articles discusses about the science of asbab al-nuzul, which is the reason for the decline of one or several verses of the Holy Alquran. The scholars have a basic guideline to know the asbab of nuzul from a verse that is the sahih history from Rasulullah / friends. There are several opinions from various scholars regarding the process of the descent of the Alquran , namely the process of the descent of the holy Alquran directly and thr process of the gradual or gradual decline oh the Holy Alquran. This knowledge of asbab al-nuzul has many benefits. This knowledge makes someone know the meaning oh the Holy Alquran correctly, especially for someone who wants to interpret the Alquran. Besides, this knowledge can avoid the misunderstanding of the Alquran verses.
Keywords: Alquran, Asbab al-Nuzul
Abstrak
Artikel ini membahas mengenai Ilmu Asbab al-Nuzul, yang merupakan sebab-sebab diturunkannya satu atau beberapa ayat Alquran. Para ulama memiliki pedoman dasar untuk mengetahui asbab al-nuzul dari suatu ayat yaitu riwayat sahih yang berasal dari Rasulullah / dari sahabat. Terdapat beberapa pendapat dari berbagai ulama mengenai proses turunnya Alquran, yaitu proses turunnya Alquran secara langsung dan proses turunnya Alquran secara bertahap atau berangsur-angsur. Pengetahuan mengenai asbab al-nuzul ini memiliki banyak manfaat. Pengetahuan ini membuat seseorang mengetahui makna Alquran secara tepat, khususnya bagi seseorang yang hendak menafsirkan Alquran. Selain itu, pengetahuan ini dapat menghindarkan dari kesalahpahaman ayat.
Kata kunci: Alquran, Asbab al-Nuzul

A. Pendahuluan
            Dari segi bahasa (etimologi), kata Alquran adalah bentuk masdar atau kata benda dari kata kerja “قرا” yang mengandung makna isim maf’ul  yang berarti ‘bacaan’. [1] Alquran adalah kitab suci umat Islam, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Turunya Alquran merupakan peristiwa yang besar, yang sekaligus menyatakan kedudukannya kepada penghuni langit dan bumi. Alquran diturunkan sebagai hukum yang mengatur kehidupan umat Islam. Dalam Alquran dijelaskan mengenai akidah, ketauhidan, ibadah, janji dan ancaman Tuhan hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan antara manusia dengan Tuhan, jalan untuk mencapai kebahagiaan.
            Alquran merupakan pembeda antara kebenaran dan kebatilan, yang sudah tidak perlu lagi diragukan keasliannya karena Alquran merupakan wahyu yang turun kepada Rasulullah dan tak pernah berubah hingga akhir dunia. Hal ini dikarenakan Allah telah menjamin kesucian dan kemurnian Alquran. Jaminan ini tercantum dalam ayat Alquran sebagai berikut.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
 “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
            Alquran pertama kali dikenal oleh manusia sekitar lima belas abad yang lalu.[2] Tetapi meskipun Alquran turunnya sejak zaman dahulu, kehebatan Alquran tidak bisa diragukan lagi. Diantaranya Alquran memberitahukan hal yang telah terjadi, kejadian yang sekarang, serta berita berita atau peristiwa yang akan datang. Akan tetapi, manusia tidak bisa menafsirkan ayat Alquran secara mentah-mentah karena ditakutkan akan terjadi kesalahan penafsiran ayat. Maka dari itu pentingnya memperhatikan asbabun nuzul atau sebab diturunkan dan sejarah dibalik turunnya ayat atau surah dalam Alquran.
            Pengetahuan mengenai Asbab al-Nuzul ini sangat penting, karena hal ini snagat membantu dalam mengetahui ayat-ayatAlquran serta mengetahui makna-makan dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu, banyak sekali hadits yang diriwayatkan oleh Ahlussunnah, barangkali jumlahnya ada ribuan hadits. Namun, tampaknya tidak semua hadits yang diriwayatkan merupakan hadits yang sanadnya tersambung (sampai kepada Nabi Muhammad saw) dan sahih, melainkan ada juga yang mursal dan dhaif. [3]
B. Pengertian Asbab Al-Nuzul
            Secara etimologi, Asbab al-Nuzul terdiri dari dua kata, yaitu asbab dan al-nuzul. Asbab “ كلشيئييتو صلا لغيره ” berarti sesuatu yang menyampaikan sesuatu kepada yang lain, “ الحبل ” ikatan atau tali dan “ كلحبلحدر تهمنفقون  ” tiap tali yang kamu turunkan yang berasal dari atas.  Sedangkan secara terminologi, menurut Az-Zarqani dalam bukunya Manahil al-Urfan fi Ulum Al-Qur’an, asbab al-nuzul memiliki pengertian yaitu sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat, yang memiliki tujuan membahas sebab atau hukum sebab pada waktu terjadinya suatu peristiwa.[4]
            Subhi As-Salih memberikan pengertian sebagai sesuatu yang menjadi penyebab turunnya satu atau beberapa ayat, atau adanya suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat untuk menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan tersebut, atau sebagai penjelasan yang diturunkan ketika terjadinya suatu peristiwa.
            Ahli Ulama’ Alquran, Syekh Abdu al-Adhim al-Zarqani, dalam manahil al-Irfannya memberikan definisi mengenai Asbab Al-Nuzul yaitu sebagai sesuatu yang terjadi / kasus yang memiliki relevansi dengan turunnya ayat, ayat yang turun memiliki fungsi sebagai penjelasan hukum pada kasus tersebut.[5] Kasus yang dimaksud dalam hal ini sudah tentu merupakan kasus yang terjadi di zaman Rasulullah. Selain itu, muncul juga pertanyaan-pertanyaan yang setelah terjadinya peristiwa tertentu yang diajukan kepada Rasulullah. Kemudian turun satu atau beberapa ayat, berfungsi sebagai hukum yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
            Dari berbagai definisi mengenai Asbab al-Nuzul di atas, dapat disimpulkan bahwa Asbab al-Nuzul adalah sebab-sebab diturunkannya satu atau beberapa ayat, yang bertujuan untuk memberikan hukum mengenai penjelasan terjadinya suatu peristiwa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah.
            Namun, tidak semua ayat Alquran diturunkan karena terjadinya suatu peristiwa atau pertanyaan. Ada ayat Alquran yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban-kewajiban dalam Islam dan syariat Allah mengenai kehidupan pribadi dan Sosial. Al-Jabari menyebutkan: Alqur’an diturunkan dalam dua kategori: yang turun tanpa sebab dan yang turun karena adanya suatu peristiwa atau pertanyaan.” [6]
            Ada dua pendapat mengenai proses turunnya ayat Alquran, diantaranya
1.      Ayat-ayat Alquran diturunkan secara langsung
Allah berfirman dalam Alquran:
Al baqarah ayat 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ
مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dengan yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Dan firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam lailatul qadar.” (QS. Al-Qadr: 1)

Dan firman-Nya pula:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam yang diberkahi. Dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (QS. Ad-Dukhan: 3)

Ketiga ayat tersebut tidaklah bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam Lailatul Qadr dalam bulan Ramadhan. Namun, hal ini bertentangan dengan realita dalam kehidupan Rasulullah. Realitanya, Alquran diturunkan kepada Rasulullah dalam kurun waktu 23 tahun.

Dalam hal ini, para ulama memiliki tiga madzhab pokok, yaitu:[7]
a.       Madzab Pertama:
Ibn Abbas dan beberapa ulama lain berpendapat bahwa, yang dimaksud turunnya Alquran sekaligus yang teklah dijelaskan dalam tiga ayat tersebut adalah turunnya Alquran di Baitul ‘Izzah di langit, yang bertujuan agar para malaikat menghormatinya. Kemudian, Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 23 tahun, yaitu ketika beliau tinggal di Makkah ketika sesudah diutus selama 13 tahun dan sesudah hijrah dan tinggal di Madinah selama 10 tahun. Pendapat ini didasarkan oleh berita-berita shahih dari Ibn Abbas dari riwayatnya:

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra’: 106)

Ibn Abbas r.a. mengatakan:
 “Alquran itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w.”
b.      Madzhab Kedua:
Telah diriwayatkan oleh asy-Sya’bi, bahwa yang dimaksudkan turunnya Alquran dalam ketiga ayat tersebut adalah permulaan turunnya Alquran kepada Rasulullah. Awalnya, Alquran turun pada malah yang diberkahi, yaitu malam Lailatul Qadr pada bulan Ramadhan. Selanjutnya turunnya Alquran berlanjutsesuai dnegan kejadian dan peristiwa dalam 23 tahun pada masa Rasulullah tersebut. Dengan demikian, turunnya Alquran hanya dengan satu macam, yaitu secara berangsur-angsur.

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannnya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya begian demi bagian.” (QS. Al-Isra’: 106)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ
كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Dan berkatalah orang-orang Kafir: ‘Mengapa Alquran tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja:’, demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secaratartil (kelompok demi kelompok). Tidaklah orang kafir itu datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqon: 32-33)

c.       Madzab Ketiga:
Madzhab ini berpendapat bahwa, Alquran diturunkan ke langit dunia selama 23 malam lailatul qadr, yang pada setiap malam dalam malam-malam lailatul qadr itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan tersebut, secara berangsunr-angsur diturunkan kepada Rasulullah sepanjang tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad dari para ulama dan tidak memiliki dalil.
Al-Qurtubi telah mengutip dari Muqatil bin Hayyan riwayat mengenai kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya Alquran dari Lauhul Mahfudz sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Ibn Abbas berkata, “Alquran diturunkan pada malam lailatul qadr sekaligus. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan secara berpisah-pisah, serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari.” (HR. Ibn Mardawaih dan Baihaqi dalam kitab al-Asma’ was Sifat)

2.      Ayat-ayat Alquran tersebut tidak diturunkan secara langsung, melainkan secara bertahap atau berangsur-angsur.
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Artinya: “Dan Alquran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.”[8]
Ayat di atas menjelaskan bahwa turunnya Alquran bukanlah secara langsung, tetapi secara berangsur-angsur atau bertahap.
Allah juga berfirman dalam Alquran yang berbunyi:
وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192)
 نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (193)
( عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195
 “Dan Alqur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam; dia dibawa turun oleh ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang dari orang-orang yang memberi peringatan, dnegan bahasa Arab yang jelas.:” (asy-Syu’ara’: 192-195)
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
 “Katakanlah: “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu menurunkannya (Alquran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 97)
Kedua ayat di atas menyatakan bahwa Alquran adalah kalam Allah berbahasa Arab yang diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Disini dijelaskan bahwa turunnya Alquran pertama kali bukanlah turunnya ke langit dunia, melainkan turunnya Alquran secara bertahap.
Terkandung hikmah diturunkannya ayat-ayat Alquran secara bertahap yaitu:
Alquran diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur bertujuan untuk memberi syari’at kepada manusia dengan mengiringi peristiwa-peristiwa, serta menjawab dan menjelaskan berbagai pertanyaan yang muncul kepada Rasulullah. Turunnya Alquran secara bertahap atau berangsur-angsur ini telah dijelaskan dalam QS. Al-Isra’ ayat 106 yaitu:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusiia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”
Kemudian, hikmah Allah memutuskan demikian memiliki tujuan untuk mengalihkan beberapa akidah dari beberapa akidah ke satu akidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama, dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran, serta tidak iman kepada iman.[9]



C. Kegunaan Mempelajari Asbab Al-Nuzul
            Mempelajari Asbab Al-Nuzul memiliki beberapa faedah di antaranya:
1.      Memahami tentang hikmah adanya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum dalam menghadapi berbagai permasalahan.
2.      Membatasi hukum yang diturunkan dengan sebab terjadinya.
Allah berfirman : لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka untuk dipuji dengan perbuatan yang belum mereka kerjakan; janganlah kamu menyangkabahwa mereka terlepas dari siksa; dan bagi mereka siksa yang pedih.” (QS. Ali ‘Imran: 188)
3.      Mengatasi ketidakpastian dalam menangkap ayat-ayat Alquran (al baqarah ayat 115)
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Selain itu, ada beberapa pendapat lain mengenai keguanaan mempelajari asbab al-nuzul yaitu:
1.      Membantu penafsir untuk menafsirkan dan memahami setiap kandungan dalam ayat-ayat Alquran. Menurut Abu Hasan An-Naisabury, Asbab al-Nuzul adalah bagian ‘ulumul quran yang sangat diperhatikan karena suatu ayat tidak bisa ditafsirkan tanpa mengetahui cerita yang terdapat dalam sebab ayat itu turun.
2.      Penjelasan hikmah dari ayat-ayat yang Allah turunkan. Adanya hal tersebut akan menambah dan memperluas wawasan serta menjadikan pandangan hidup lebih baik ke depannya. Menurut Az-Zarqany, mengetahui hikmah dari hukum tersebut baik untuk muslim dan non-muslim.
3.      As-Suyuti berpendapat bahwa asbab al-nuzul memperjelas pemahaman tentang proses penetapan hukum. Hal ini memiliki pengertian bahwa kandungan hukum yang ada dalam suatu ayatb akan lebih mudah dipahami jika diawali dengan pemahaman asbab al-nuzul yang bersangkutan.
4.      Ahmad Von Denffer menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai asbab al-nuzul akan membantu seseorang memahami konteks diturunkannya sebuah ayat serta memberi penjelasan tentang implikasi sebuah firman.[10]


D. Asbab Al-Nuzul Mikro dan Makro
1.      Asbab al-Nuzul Mikro
               Hal yang menjadi pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul adalah melalui riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah dan Sahabat. Karena pemberitahuan sahabat mengenai sesuatu jika jelas maka ia mempunyai hukum Marfu (yang diandarkan kepada Rasulullah).  Al-Wahidi mengatakan “ tidak halal berpendapat mengenai azbabun nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebabnya, dan membahas tentang pengertiannya”. Metode inilah yang ditempuh Ulam Salaf sehingga mereka sangat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. [11]
               Di dalam asbab al-nuzul mikro ini, ulama salaf memiliki konsepsi bahwa pengetahuan asbabun nuzul hanya dapat menerima periwayatan yang shahih dan tidak ada tempat untuk berijtihad. Dalam referensi lain, disebutkan bahwa Asbab al-nuzul mikro ini suatu ayat al-Quran turun karena ada sebab khusus yang melatar belakangi ayat itu turun.
               Asbab al-Nuzul mikro adalah asbab al-nuzul yang sering ditemukan dalam khazanah ilmu tafsir tradisional yang berkembang sejak abad 2 H. Para ulama’ memberi batasan peristiwa dan pertanyaan kasuistik yang melatarbelakangi turunnya ayat sebagai asbab al-nuzul, yang kemudian dikenal sebagai asbab al-nuzul mikro.[12]

2.      Asbab al-Nuzul Makro
Konsekuensi dari Asbab al-nuzul mikro adalah berarti ada ayat-ayat bahkan sebagian besar ayat Al-Quran tidak mempunyai asbabun nuzul. Oleh karena itu banyak ayat Alquran yang  tidak dapat dipahami maksudnya dengan benar. Maka dari itu harus didukung oleh asbab al-nuzul makro, yaitu latar belakang historis masyarakat Arab ketika Al-Quran diturunkan baik pra islam dan ketika datangnya islam.[13]
Dalam Asbabun al-nuzul makro ini turunnya ayat menceritakan kejadian dahulu (peristiwa khusus), akan tetapi tujuan diturunkan ayat tersebut ditujukan untuk semua umat. Atau bisa dikatakan bahwa ayat yang diturunkan Allah itu bukan hanya memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terhadi, melainkan Allah juga memberikan petunjuk kepada manusia agar menempuh jalan yang benar.







E. Penutup
            Setelah membahas beberapa hal tentang asbab al-nuzul diatas, adalah :
1.      Asbab al-Nuzul adalah sebab diturunkannya satu atau beberapa ayat, yang bertujuan untuk memberikan hukum mengenai penjelasan terjadinya suatu peristiwa dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah.
2.      Mengetahui asbab al-nuzul suatu ayat sangatlah penting karena untuk mengetahui tafsiran suatu ayat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan ayat atau menafsirkan ayat-ayat dalam Alquran.
3.      Asbab al-Nuzul mikro sebab turunnya ayat dari suatu kejadian yang khusus, kalau asbab al-nuzul makro sebab turunnya ayat yang ditinjau dari kejadian-kejadian yang bersifat umum.

Daftar Pustaka

Muhaimin. 2012. Al-Quran 100 % Asli. Jakarta: Penerbit Nur Al-Huda
Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husein. 2000. Memahami Esensi Al-Qur’an.      terj. Idrus Alkaf. Jakarta: PT. Lentera Basritama
Zaini, Ahmad. 2014. Asbab An-Nuzul dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an. Hermeunetik. Vol. 8. No. 1
Sumbullah, Umi dkk. 2016. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN Maliki         Press
Al-Qattan, Manna’. 2012. Studi Ilmu-Ilmu Quran. terj. Mudzakir. Bogor:    Pustaka Litera Antar   Nusa
Alquran Al-Karim
Al-Abyari, Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. terj. St. Amanah. Semarang: Dina    Utama
Bakri, Syamsul. 2016. Asbabun Nuzul: Dialog Antara Teks dan Realitas     Kesejarahan.   Jurnal   At-Tibyan Vol 1 No. 1
Susfita, Nunung. 2015. Asbabun Nuzul Al Quran dalam Prespektif Mikro Makro,   dalam jurnal Tasamuh Vol 13. No. 1
Syarafuddin H. Z. 2016. Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Studi Ilmu Alquran, dalam Jurnal     Suhuf, Vol. 28, No. 1
Khaeruman, Badri. 2004. Sejarah Perkembangan Tafsir Quran. Bandung: Cv        Pustaka Setia

Catatan:
1.      Similarity 19%, cukup bagus.
2.      Makalah ini terlalu “mini” dalam hal penjelasan, coba diuraikan secara lebih jelas mengenai asbab al-nuzul mikro dan makro.









[1] Muhaimin, Al-Quran 100 % Asli, (Jakarta: Penerbit Nur Al-Huda, 2012)
[2] Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004)    hlm. 37
[3] Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i,  Memahami Esensi Al-Qur’an, terj. Idrus Alkaf,           (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2000)
[4] Ahmad Zaini, Asbab An-Nuzul dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an,    Hermeunetik, Vol. 8, No. 1, Juni 2014
[5]Umi Sumbulah dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: UIN Maliki Press, 2016). hlm. 163
[6]Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, terj. Mudzakir, (Bogor: Pustaka Litera Antar     Nusa, 2012), hlm. 109
[7]Ibid., 145
[8]Alquran Al-Karim, surah Al-Isra’ ayat 106
[9] Ibrahim Al Abyari, Sejarah Al-Qur’an, terj. St. Amanah, (Semarang: Dina Utama, 1993), hlm.    64
[10] Syamsul Bakri, Asbabun Nuzul: Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan. Jurnal At-Tibyan             Vol 1 No. 1 Januari-Juni 2016
[11] Nunung Susfita, Asbabun Nuzul AlQuran dalam Prespektif Mikro Makro, dalam jurnal Tasamuh              Vol 13, No. 1 Desember 2015, h. 71
[12] Syamsul Bakri, Op.cit., 3
[13] Syarafuddin H. Z, Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Studi Ilmu Alquran, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 28,                No. 1, Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar