ASBAB AL-NUZUL
Kharisma
Nurdiana Putri (17110088)
Nurrochmah
Soviani (17110102)
Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
This articles discusses
about the science of asbab al-nuzul, which is the reason for the decline of one
or several verses of the Holy Alquran. The scholars have a basic guideline to
know the asbab of nuzul from a verse that is the sahih history from Rasulullah
/ friends. There are several opinions from various scholars regarding the
process of the descent of the Alquran , namely the process of the descent of
the holy Alquran directly and thr process of the gradual or gradual decline oh
the Holy Alquran. This knowledge of asbab al-nuzul has many benefits. This
knowledge makes someone know the meaning oh the Holy Alquran correctly,
especially for someone who wants to interpret the Alquran. Besides, this
knowledge can avoid the misunderstanding of the Alquran verses.
Keywords: Alquran,
Asbab al-Nuzul
Abstrak
Artikel ini membahas
mengenai Ilmu Asbab al-Nuzul, yang merupakan sebab-sebab diturunkannya satu
atau beberapa ayat Alquran. Para ulama memiliki pedoman dasar untuk mengetahui
asbab al-nuzul dari suatu ayat yaitu riwayat sahih yang berasal dari Rasulullah
/ dari sahabat. Terdapat beberapa pendapat dari berbagai ulama mengenai proses
turunnya Alquran, yaitu proses turunnya Alquran secara langsung dan proses
turunnya Alquran secara bertahap atau berangsur-angsur. Pengetahuan mengenai
asbab al-nuzul ini memiliki banyak manfaat. Pengetahuan ini membuat seseorang
mengetahui makna Alquran secara tepat, khususnya bagi seseorang yang hendak
menafsirkan Alquran. Selain itu, pengetahuan ini dapat menghindarkan dari
kesalahpahaman ayat.
Kata kunci: Alquran,
Asbab al-Nuzul
A. Pendahuluan
Dari segi bahasa (etimologi), kata
Alquran adalah bentuk masdar atau kata benda dari kata kerja “قرا” yang mengandung
makna isim maf’ul yang berarti ‘bacaan’.
[1] Alquran
adalah kitab suci umat Islam, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
Malaikat Jibril. Turunya Alquran merupakan peristiwa yang besar, yang sekaligus
menyatakan kedudukannya kepada penghuni langit dan bumi. Alquran diturunkan
sebagai hukum yang mengatur kehidupan umat Islam. Dalam Alquran dijelaskan
mengenai akidah, ketauhidan, ibadah, janji dan ancaman Tuhan hubungan antara
manusia dengan manusia, hubungan antara manusia dengan Tuhan, jalan untuk
mencapai kebahagiaan.
Alquran merupakan pembeda antara kebenaran dan kebatilan,
yang sudah tidak perlu lagi diragukan keasliannya karena Alquran merupakan
wahyu yang turun kepada Rasulullah dan tak pernah berubah hingga akhir dunia.
Hal ini dikarenakan Allah telah menjamin kesucian dan kemurnian Alquran.
Jaminan ini tercantum dalam ayat Alquran sebagai berikut.
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Alquran pertama kali dikenal oleh
manusia sekitar lima belas abad yang lalu.[2]
Tetapi meskipun Alquran turunnya sejak zaman dahulu, kehebatan Alquran tidak
bisa diragukan lagi. Diantaranya Alquran memberitahukan hal yang telah terjadi,
kejadian yang sekarang, serta berita berita atau peristiwa yang akan datang.
Akan tetapi, manusia tidak bisa menafsirkan ayat Alquran secara mentah-mentah
karena ditakutkan akan terjadi kesalahan penafsiran ayat. Maka dari itu
pentingnya memperhatikan asbabun nuzul atau sebab diturunkan dan sejarah
dibalik turunnya ayat atau surah dalam Alquran.
Pengetahuan mengenai
Asbab al-Nuzul ini sangat penting, karena hal ini snagat membantu dalam mengetahui
ayat-ayatAlquran serta mengetahui makna-makan dan rahasia-rahasia yang
terkandung di dalamnya. Maka dari itu, banyak sekali hadits yang diriwayatkan
oleh Ahlussunnah, barangkali jumlahnya ada ribuan hadits. Namun, tampaknya
tidak semua hadits yang diriwayatkan merupakan hadits yang sanadnya tersambung
(sampai kepada Nabi Muhammad saw) dan sahih, melainkan ada juga yang mursal dan
dhaif. [3]
B. Pengertian Asbab Al-Nuzul
Secara etimologi, Asbab al-Nuzul terdiri dari dua kata,
yaitu asbab dan al-nuzul. Asbab “ كلشيئييتو صلا لغيره ”
berarti sesuatu yang menyampaikan sesuatu kepada yang lain, “ الحبل ” ikatan atau
tali dan “
كلحبلحدر تهمنفقون ” tiap tali yang kamu turunkan yang berasal
dari atas. Sedangkan secara terminologi,
menurut Az-Zarqani dalam bukunya Manahil al-Urfan fi Ulum Al-Qur’an, asbab
al-nuzul memiliki pengertian yaitu sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat, yang memiliki tujuan membahas sebab atau hukum sebab pada
waktu terjadinya suatu peristiwa.[4]
Subhi As-Salih memberikan pengertian sebagai sesuatu yang
menjadi penyebab turunnya satu atau beberapa ayat, atau adanya suatu pertanyaan
yang menjadi sebab turunnya ayat untuk menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan
tersebut, atau sebagai penjelasan yang diturunkan ketika terjadinya suatu
peristiwa.
Ahli Ulama’ Alquran, Syekh Abdu al-Adhim al-Zarqani,
dalam manahil al-Irfannya memberikan definisi mengenai Asbab Al-Nuzul yaitu
sebagai sesuatu yang terjadi / kasus yang memiliki relevansi dengan turunnya
ayat, ayat yang turun memiliki fungsi sebagai penjelasan hukum pada kasus
tersebut.[5] Kasus
yang dimaksud dalam hal ini sudah tentu merupakan kasus yang terjadi di zaman
Rasulullah. Selain itu, muncul juga pertanyaan-pertanyaan yang setelah
terjadinya peristiwa tertentu yang diajukan kepada Rasulullah. Kemudian turun
satu atau beberapa ayat, berfungsi sebagai hukum yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dari berbagai definisi mengenai Asbab al-Nuzul di atas,
dapat disimpulkan bahwa Asbab al-Nuzul adalah sebab-sebab diturunkannya satu
atau beberapa ayat, yang bertujuan untuk memberikan hukum mengenai penjelasan
terjadinya suatu peristiwa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada Rasulullah.
Namun, tidak semua ayat Alquran diturunkan karena
terjadinya suatu peristiwa atau pertanyaan. Ada ayat Alquran yang diturunkan
sebagai permulaan, tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban-kewajiban dalam
Islam dan syariat Allah mengenai kehidupan pribadi dan Sosial. Al-Jabari
menyebutkan: Alqur’an diturunkan dalam dua kategori: yang turun tanpa sebab dan
yang turun karena adanya suatu peristiwa atau pertanyaan.” [6]
Ada dua pendapat mengenai proses turunnya ayat Alquran,
diantaranya
1.
Ayat-ayat
Alquran diturunkan secara langsung
Allah
berfirman dalam Alquran:
Al
baqarah ayat 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ
مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang
hak dengan yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Dan
firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam lailatul qadar.” (QS. Al-Qadr: 1)
Dan
firman-Nya pula:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam yang diberkahi. Dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan” (QS. Ad-Dukhan: 3)
Ketiga
ayat tersebut tidaklah bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam
Lailatul Qadr dalam bulan Ramadhan. Namun, hal ini bertentangan dengan realita
dalam kehidupan Rasulullah. Realitanya, Alquran diturunkan kepada Rasulullah
dalam kurun waktu 23 tahun.
Dalam
hal ini, para ulama memiliki tiga madzhab pokok, yaitu:[7]
a. Madzab
Pertama:
Ibn Abbas dan beberapa ulama lain
berpendapat bahwa, yang dimaksud turunnya Alquran sekaligus yang teklah
dijelaskan dalam tiga ayat tersebut adalah turunnya Alquran di Baitul ‘Izzah di
langit, yang bertujuan agar para malaikat menghormatinya. Kemudian, Alquran
diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 23 tahun, yaitu
ketika beliau tinggal di Makkah ketika sesudah diutus selama 13 tahun dan
sesudah hijrah dan tinggal di Madinah selama 10 tahun. Pendapat ini didasarkan
oleh berita-berita shahih dari Ibn Abbas dari riwayatnya:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى
النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra’: 106)
Ibn Abbas r.a. mengatakan:
“Alquran
itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w.”
b. Madzhab
Kedua:
Telah diriwayatkan oleh asy-Sya’bi,
bahwa yang dimaksudkan turunnya Alquran dalam ketiga ayat tersebut adalah
permulaan turunnya Alquran kepada Rasulullah. Awalnya, Alquran turun pada malah
yang diberkahi, yaitu malam Lailatul Qadr pada bulan Ramadhan. Selanjutnya
turunnya Alquran berlanjutsesuai dnegan kejadian dan peristiwa dalam 23 tahun pada
masa Rasulullah tersebut. Dengan demikian, turunnya Alquran hanya dengan satu
macam, yaitu secara berangsur-angsur.
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ
لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakannnya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
begian demi bagian.” (QS. Al-Isra’: 106)
وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ
كَذَٰلِكَ
لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ
إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Dan berkatalah orang-orang Kafir:
‘Mengapa Alquran tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja:’, demikianlah
supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secaratartil (kelompok demi kelompok). Tidaklah orang kafir itu datang
kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqon: 32-33)
c. Madzab
Ketiga:
Madzhab ini berpendapat bahwa, Alquran
diturunkan ke langit dunia selama 23 malam lailatul qadr, yang pada setiap
malam dalam malam-malam lailatul qadr itu ada yang ditentukan Allah untuk
diturunkan setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan tersebut, secara
berangsunr-angsur diturunkan kepada Rasulullah sepanjang tahun. Madzhab ini
adalah hasil ijtihad dari para ulama dan tidak memiliki dalil.
Al-Qurtubi telah mengutip dari Muqatil
bin Hayyan riwayat mengenai kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya Alquran dari
Lauhul Mahfudz sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Ibn Abbas berkata,
“Alquran diturunkan pada malam lailatul qadr sekaligus. Kemudian diturunkan
secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan secara berpisah-pisah, serta
perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari.” (HR. Ibn Mardawaih dan Baihaqi
dalam kitab al-Asma’ was Sifat)
2.
Ayat-ayat
Alquran tersebut tidak diturunkan secara langsung, melainkan secara bertahap
atau berangsur-angsur.
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى
النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Artinya:
“Dan Alquran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)
membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahap.”[8]
Ayat di atas
menjelaskan bahwa turunnya Alquran bukanlah secara langsung, tetapi secara
berangsur-angsur atau bertahap.
Allah juga berfirman
dalam Alquran yang berbunyi:
نزلَ بِهِ الرُّوحُ
الأمِينُ (193)
(
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194
بِلِسَانٍ
عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195
“Dan Alqur’an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam; dia dibawa turun oleh ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang dari orang-orang yang memberi
peringatan, dnegan bahasa Arab yang jelas.:” (asy-Syu’ara’: 192-195)
قُلْ مَنْ كَانَ
عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Katakanlah:
“Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu menurunkannya (Alquran)
ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya
dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Al-Baqarah: 97)
Kedua ayat di atas
menyatakan bahwa Alquran adalah kalam Allah berbahasa Arab yang diturunkan ke
dalam hati Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Disini dijelaskan bahwa
turunnya Alquran pertama kali bukanlah turunnya ke langit dunia, melainkan turunnya
Alquran secara bertahap.
Terkandung hikmah
diturunkannya ayat-ayat Alquran secara bertahap yaitu:
Alquran diturunkan
secara bertahap atau berangsur-angsur bertujuan untuk memberi syari’at kepada
manusia dengan mengiringi peristiwa-peristiwa, serta menjawab dan menjelaskan
berbagai pertanyaan yang muncul kepada Rasulullah. Turunnya Alquran secara
bertahap atau berangsur-angsur ini telah dijelaskan dalam QS. Al-Isra’ ayat 106
yaitu:
وَقُرْآنًا
فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Alquran itu telah
Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan
kepada manusiia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”
Kemudian, hikmah Allah
memutuskan demikian memiliki tujuan untuk mengalihkan beberapa akidah dari
beberapa akidah ke satu akidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama,
dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran, serta tidak iman kepada iman.[9]
C.
Kegunaan Mempelajari Asbab Al-Nuzul
Mempelajari Asbab Al-Nuzul memiliki beberapa faedah di
antaranya:
1.
Memahami tentang
hikmah adanya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum dalam
menghadapi berbagai permasalahan.
2.
Membatasi hukum
yang diturunkan dengan sebab terjadinya.
Allah berfirman : لَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا
بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ ۖ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah
sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah
mereka kerjakan dan mereka suka untuk dipuji dengan perbuatan yang belum mereka
kerjakan; janganlah kamu menyangkabahwa mereka terlepas dari siksa; dan bagi
mereka siksa yang pedih.” (QS. Ali ‘Imran: 188)
3.
Mengatasi ketidakpastian
dalam
menangkap ayat-ayat Alquran
(al baqarah
ayat 115)
وَلِلَّهِ
الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ
اللَّهِ ۚ
إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Selain itu, ada
beberapa pendapat lain mengenai keguanaan mempelajari asbab al-nuzul yaitu:
1.
Membantu
penafsir untuk menafsirkan dan memahami setiap kandungan dalam ayat-ayat
Alquran. Menurut Abu Hasan An-Naisabury, Asbab al-Nuzul adalah bagian ‘ulumul
quran yang sangat diperhatikan karena suatu ayat tidak bisa ditafsirkan tanpa mengetahui
cerita yang terdapat dalam sebab ayat itu turun.
2.
Penjelasan
hikmah dari ayat-ayat yang Allah turunkan. Adanya hal tersebut akan menambah
dan memperluas wawasan serta menjadikan pandangan hidup lebih baik ke depannya.
Menurut Az-Zarqany, mengetahui hikmah dari hukum tersebut baik untuk muslim dan
non-muslim.
3.
As-Suyuti
berpendapat bahwa asbab al-nuzul memperjelas pemahaman tentang proses penetapan
hukum. Hal ini memiliki pengertian bahwa kandungan hukum yang ada dalam suatu
ayatb akan lebih mudah dipahami jika diawali dengan pemahaman asbab al-nuzul
yang bersangkutan.
4.
Ahmad Von
Denffer menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai asbab al-nuzul akan membantu
seseorang memahami konteks diturunkannya sebuah ayat serta memberi penjelasan
tentang implikasi sebuah firman.[10]
D. Asbab Al-Nuzul Mikro
dan Makro
1.
Asbab al-Nuzul
Mikro
Hal yang menjadi pedoman dasar
para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul adalah melalui riwayat shahih yang
berasal dari Rasulullah dan Sahabat. Karena pemberitahuan sahabat mengenai
sesuatu jika jelas maka ia mempunyai hukum Marfu (yang diandarkan kepada Rasulullah). Al-Wahidi mengatakan “ tidak halal
berpendapat mengenai azbabun nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada
riwayat atau mendengar langsung dari orang yang menyaksikan turunnya,
mengetahui sebabnya, dan membahas tentang pengertiannya”. Metode inilah yang
ditempuh Ulam Salaf sehingga mereka sangat berhati-hati untuk mengatakan
sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. [11]
Di dalam asbab al-nuzul mikro
ini, ulama salaf memiliki konsepsi bahwa pengetahuan asbabun nuzul hanya dapat
menerima periwayatan yang shahih dan tidak ada tempat untuk berijtihad. Dalam
referensi lain, disebutkan bahwa Asbab al-nuzul mikro ini suatu ayat al-Quran
turun karena ada sebab khusus yang melatar belakangi ayat itu turun.
Asbab al-Nuzul mikro adalah asbab
al-nuzul yang sering ditemukan dalam khazanah ilmu tafsir tradisional yang
berkembang sejak abad 2 H. Para ulama’ memberi batasan peristiwa dan pertanyaan
kasuistik yang melatarbelakangi turunnya ayat sebagai asbab al-nuzul, yang
kemudian dikenal sebagai asbab al-nuzul mikro.[12]
2.
Asbab al-Nuzul
Makro
Konsekuensi
dari Asbab al-nuzul mikro adalah berarti ada ayat-ayat bahkan sebagian besar
ayat Al-Quran tidak mempunyai asbabun nuzul. Oleh karena itu banyak ayat
Alquran yang tidak dapat dipahami
maksudnya dengan benar. Maka dari itu harus didukung oleh asbab al-nuzul makro,
yaitu latar belakang historis masyarakat Arab ketika Al-Quran diturunkan baik pra
islam dan ketika datangnya islam.[13]
Dalam
Asbabun al-nuzul makro ini turunnya ayat menceritakan kejadian dahulu
(peristiwa khusus), akan tetapi tujuan diturunkan ayat tersebut ditujukan untuk
semua umat. Atau bisa dikatakan bahwa ayat yang diturunkan Allah itu bukan
hanya memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terhadi, melainkan
Allah juga memberikan petunjuk kepada manusia agar menempuh jalan yang benar.
E. Penutup
Setelah membahas beberapa hal tentang asbab al-nuzul
diatas, adalah :
1.
Asbab al-Nuzul
adalah sebab diturunkannya satu atau beberapa ayat, yang bertujuan untuk
memberikan hukum mengenai penjelasan terjadinya suatu peristiwa dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah.
2.
Mengetahui asbab
al-nuzul suatu ayat sangatlah penting karena untuk mengetahui tafsiran suatu
ayat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan ayat atau menafsirkan
ayat-ayat dalam Alquran.
3.
Asbab al-Nuzul
mikro sebab turunnya ayat dari suatu kejadian yang khusus, kalau asbab al-nuzul
makro sebab turunnya ayat yang ditinjau dari kejadian-kejadian yang bersifat
umum.
Daftar
Pustaka
Muhaimin.
2012. Al-Quran 100 % Asli. Jakarta: Penerbit Nur Al-Huda
Thabathaba’i,
Sayyid Muhammad Husein. 2000. Memahami Esensi Al-Qur’an. terj. Idrus Alkaf. Jakarta: PT. Lentera
Basritama
Zaini,
Ahmad. 2014. Asbab An-Nuzul dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an. Hermeunetik. Vol. 8. No. 1
Sumbullah,
Umi dkk. 2016. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN Maliki Press
Al-Qattan,
Manna’. 2012. Studi Ilmu-Ilmu Quran. terj. Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa
Alquran
Al-Karim
Al-Abyari,
Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. terj. St. Amanah. Semarang: Dina Utama
Bakri,
Syamsul. 2016. Asbabun Nuzul: Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan. Jurnal At-Tibyan Vol 1 No. 1
Susfita,
Nunung. 2015. Asbabun Nuzul Al Quran dalam Prespektif Mikro Makro, dalam jurnal
Tasamuh Vol 13. No. 1
Syarafuddin
H. Z. 2016. Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Studi Ilmu Alquran, dalam Jurnal Suhuf, Vol.
28, No. 1
Khaeruman,
Badri. 2004. Sejarah Perkembangan Tafsir Quran. Bandung: Cv Pustaka Setia
Catatan:
1.
Similarity 19%, cukup bagus.
2.
Makalah ini terlalu “mini” dalam hal penjelasan, coba diuraikan
secara lebih jelas mengenai asbab al-nuzul mikro dan makro.
[1] Muhaimin, Al-Quran
100 % Asli, (Jakarta: Penerbit Nur Al-Huda, 2012)
[2] Badri
Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Qur’an, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2004) hlm. 37
[3] Sayyid Muhammad
Husein Thabathaba’i, Memahami Esensi
Al-Qur’an, terj. Idrus Alkaf, (Jakarta:
PT. Lentera Basritama, 2000)
[4] Ahmad Zaini, Asbab
An-Nuzul dan Urgensinya Dalam Memahami Makna Al-Qur’an, Hermeunetik, Vol. 8, No. 1, Juni 2014
[5]Umi Sumbulah
dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: UIN Maliki Press, 2016). hlm.
163
[6]Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, terj. Mudzakir, (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2012), hlm. 109
[7]Ibid., 145
[8]Alquran
Al-Karim, surah Al-Isra’ ayat 106
[9] Ibrahim Al
Abyari, Sejarah Al-Qur’an, terj. St. Amanah, (Semarang: Dina Utama,
1993), hlm. 64
[10] Syamsul Bakri,
Asbabun Nuzul: Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan. Jurnal
At-Tibyan Vol 1 No. 1
Januari-Juni 2016
[11] Nunung
Susfita, Asbabun Nuzul AlQuran dalam Prespektif Mikro Makro, dalam
jurnal Tasamuh Vol 13, No. 1
Desember 2015, h. 71
[12] Syamsul Bakri,
Op.cit., 3
[13] Syarafuddin H.
Z, Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Studi Ilmu Alquran, dalam Jurnal Suhuf,
Vol. 28, No. 1, Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar