ASBABUN NUZUL
Oleh: Yusroh El
Yasmin dan Syamsiyatul Fathun ni’mah
Mahasiswa
jurusan PAI, FITK, UIN maulana Malik Ibrahim malang
التجريد
القران هو كلام الله الذي نزل
النبي محمد صلى الله عليه وسلم بملك الجبريل وأنه أعظم المعجزة في العالم. الحقيقة
المطلقة يجعل ان يكون القرأن أفضل و أهمالمصدر في الإسلام . محتويات القرأن عامة فنحتاج
التفسير لفهمه, لأنه صفة عامة فمهمة نفهم أسباب النزول ليفهم التفسير القرأن . كما
رأيون العلماء أنّ نفهم اسباب النزول قبل نفسر الاية مهمة الاية الصعبة لفهمه خاصة.
فلذالك نواجب أن نفهم أهم اسباب النزول .
الكليمة المفتاحية: اسباب النزول,
القرأن, الطبيعة الدقيقة و الكلية.
A.
Pendahuluan
Al-quran
merupakan sumber utama dalam islam. Kebenaran yang mutlaq membuat semua orang islam
wajib untuk beriman sebagai dan
memulyakannya. Tujuan allah menurunkan alquran kepada makhluqnya tak lain
karena sebagai petunjuk dalam kehidupan yang didasarkan pada keimanan dan jalan
yang benar. Al-qur’an juga membahas cerita-cerita ummat masa lalu, hal tersebut
tak lain karena allah menyuruh kita untuk mempelajari kesalahan-kesalahan ummat
masa lalu agar tidak diulangi lagi. Alqur’an menjadi pedoman hidup seluruh
manusia maka kita sebagai orang islam yang meyakini dengan sepenuh hati bahwa
seluruh isi kandungan alquran pasti benar adanya maka kita wajib untuk
mempelajari dan mengamalkannya.
Untuk
memahami alquran kita juga harus mempelajari sebab turunnya ayat alqur’an,
Allah menurunkan alquran ada sebab musababnya yang menjadikan ayat itu turun
sesuai dengan konteks yang terjadi pada masyarakat arab waktu itu. Oleh sebab
itu asbabun nuszul dalam alquran merupakan kajian yang sangat penting terlebih
untuk menafsirkan suatu ayat dalam alqur’an karena menurut para ulama’ al
qur’an di turunkan dengan dua bagian. Satu bagian diturunkan secara langsung dan
ada beberapa ayat alqur’an yang diturunkan setelah ada suatu kejadian. seseorang
tidak bisa menafsirkan ayat alqur’an jika tidak mengetahui riwayat turunnya
ayat tersebut, Jika tidak mamahami turunnya suatu ayat maka tak jarang akan
menghasilkan tafsiran yang salah dan mengesampingkan tafsiran lain.
B.
Pembahasan
1.
Definisi Asbabun Nuzul
Secara
etimologi Asbab an-Nuzul terdiri dari kata asbab dan an-nuzul. Kata
Asbab berarti"كل
شيئ يتوصل الى غيره"
(sesuatu yang menyampaikan kepada sesuatu yang lain), "الحبل
"
(tali ,tambang), dan "كل
حبل حدرة من فوق"
(tiap tali yang kamu turunkan dari atas)[1]
sedangkan an-nuzul merupakan kalimat masdar dari kata nazala, kata nazala didalam
bahasa arab berarti "
الهبوط من علو إلى سفلى" yakni meluncur dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah.[2]Pengertian
tersebut dapat dijumpai kalimatnya didalam alqur’an yaitu:
وَقُلْ
رَبِّ أَنْزِلْنىِ مُنْزَلاً مُباَرَكاً وَأَنْتَ خَيْرُ المُنْزِلِيْنَ
(المؤمنون: 29)
“Yang artinya:
dan berdoalah: ya tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan
engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat” (almu’minun: 29)”
Selain itu kata
an-nuzul juga dapat diartikan sebagai tempat singgah atau tiba di tempat
tertentu, bahkan Al-Zamakhsyari menganggap bahwa ma’na ini adalah ma’na hakiki,
karena orang arab sering mengucapkan kalimat "نزل
فلان بمدينة كذا"
yang artinya “ fulan singgah/ tiba di kota….”
Selain
dari Al-Zamakhsyari, ada juga pendapat dari Dr. Ahmad Al-Sayyid Al-Kumiy dan
Dr. Muhammad Ahmad Yusuf Al-Qosim, dalam buku yang mereka tulis, mereka mendata
terdapatlima buah makna nuzul, dua diantaranya telah disebtkan diatas dan makna
lainnya yaitu : "الترتيب"yang berarti tertib, teratur dan lafadz " الإجتماع" yang berarti pertemuan.
Syekh
Abd Al-Wahab Abd Al-Majid Ghazian, juga berpendapat tentang apa yang dimaksud
dengan makna nuzul. Menurut beliau yang dimaksud nuzul adalah turun nya sesuatu
dan tempat yang tinggi ke tempat yng lebih rendah dan sesuatu itu tidak lain
dalah al-qur’an, lalu syekh ghazian berkomentar “oleh karena yang turun itu
bukan beerbentuk fisik, maka pengertian nuzul disini bisa mengandung pengertian
kiasan (majazi), dan apabila yang dimaksud turun adalah lafadz, maka nuzul
berarti ishal (penyampaian) dan dan al-I’lam (penginformasian)”[3]
Menurut
Ibnu Taimiyah yang diberi gelar syaikh Al-Islam ini menyatakan pendapatnya,
menurut beliau di dalam Alqur’an dan sunnah, kata nuzul tidak ada kecuali dalam
pengertiannya yang lazim. Alasan beliau berpendapat demikian karena allah menurunkan
alqur’an dalam bahasa arab, dan bahasa arab tidak mengenal kata nuzul kecuali
dengan makna ini. Ibnu Taimiyah tidak ingin berpanjang kata dalam membahas arti
secara lughawi dari kata nuzul ini, begitu juga dengan Al-Zarkahsyi. Mereka
lebih tertarik untuk mendenifisikan nuzulul qur’an, namun ketika mereka
mendenifisikan apa itu nuzulul qur’an pendapat mereka berbenturan karena
penuntasan makna dari kata nuzul. Al-zarkahsyi menyebutkan bahwa ahlusunnah
telah bersepakat bahwa kalam allah itu diturunkan. Tetapi mereka bersilnag
pendapat tentang pendenifisian dari kata nuzul. Ada yang mengatakan bahwa Nuzul
alqur’an berarti menampakkan Alqur’an., sementara ada pula yang mengatakan
bahwa Allah SWT memeberikan pemahaman mengenai kalamnya kepada jibril di langit.
[4]
Definisi
tersebut merupakan definisi secara etimologi menurut para ahli, sedangkan
secara terminologi menurut Az-Zarqani dalambukunya Manahil al ‘Urfan fi ‘Ulum
Al-Qur’an, pengertian asbabu an-nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan suatu
ayat atau beberapa ayat yang diturunkan untuk membicarakan sebab atau
menjelaskan hukum sebab tersebut pada masa terjadinya sebab itu.[5]
Sedangkan
menurut Hasbi As-Siddiqie asbubun nuzul merupakan kejadian yang karenanya
diturunkan al qur’an untuk menerangkan hukumnya di hari timbul
kejadian-kejadian itu dan suasana yang didalam suasana itu alqur’an diturunkan
Sertamembicarakan
sebab yang tersebut itu, baik diturunkan langsungsesudah terjadi sebab itu,
ataupun kemudian lantaran sesuatu hikmat.[6]
Menurut
kitab manna’ Khalil alqattan asbabun nuzul di definiskan sebagai sesuatu hal
yang yangkarenanya qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada
masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. [7]
Subhi as-Shalih
juga senada berpendapat :
ماَنَزَلَتَ
الاَياَتُ اَوِ الْاَياَتُ بِسَبَبِبِهِ مُتَضَمِّنَةٌ لَهُ اَوْ مُجِيبةً عَنْهُ
اَوْ مُبَيّنَةٍ لِحُكْمِهِ زَمَنَ وُقُعِهِ
Artinya:
“ Asbab
an-nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu beberapa ayat
al qur’an diturunkan (dalam rangka) mengcover, menjawab atau menjelaskan
hukumnya di saat sesuatu itu terjadi.” [8]
Menurut
kitab qowa’idul asasiyyah fi ‘ulumil qur’an yang dikarang oleh sayyid Muhammad
bin alawi almaliki alhasani pengertian dari asbabun nuzul yaitu:
هُوَ
ماَنُزِلَ الْقُرْأنَ لِأَجْلِهِ, كَسُؤاَلِ سَائِلق, أَوْ حُدُوْثِ حَادِثَةٌ.[9]
Yang artinya: Alqur’an
itu diturunkan sesuai dengan keadaan yang ada, seperti persoalan-persoalan yang
ditanyakan, atau cerita-cerita yang baru.
Berbagai
penjelasan asbabun nuzul telah dijelaskan baik secara etimologi maupun
termologi nya. Dan hasilnya Nampak tak jauh berbeda, maksudnya secara
sustansial, mereka sepakat bahwa yang dimaksud denga asbabun nuzul adalah
seseuatu yang melatar belakangi turun nya ayat, baik berupa peristiwa ataupun
berupa pertanyaan kepada nabi Muhammad SAW.
Tetapi dalam hal ini tidak semua
ayat terdapat asbabun nuzulnya, karena tidak semua ayat diturunkan karena
adanya suatu kejadian dan peristiwa atau karena adanya pertanyaan. Tetapi ada
diantara ayat al qur’anyang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab, mengenai
akidah iman, kewajiban islam, dan syariat allah dalam kehidupan pribadi dan
sosial.[10]
Al-Ja’bari
menyebutkan bahwa alqur’an diturunkan dalam dua katagori, yani alqur’an urun
tanpa sebab dan alqur’an turun karena suatu peristiwa atau kejadian. Sayyid
Muhammad bin alwi almaliki alhasani juga berpendapat mengenai katageri asbabun
nuzul dalam kitabnya:
أَنَّ نُزُلَ الْقُرْأن عَلىَ قِسْمَيْنِ: قِسْمُ نزل إبتداءً وَ قِسْمُ نُزِلَ عقب وَاقِعَةٍ أو سُؤالٍ[11]
Yang artinya:
“sesungguhnya turunnya al qur’an itu atas dua pembagian: yaitu turun begitu
saja (tanpa sebab) dan turun setelah kejadian atau pertanyaan”
adapun ayat
yang diturunkan pada nabi karena suatu kejadian atau peristiwamenurut
Az-Zarqani di bagi menjadi tiga bentuk[12]:
Pertama
, peristiwa khuzumah (pertengkaran) yang sedang berlangsung, misalanya
terjadinya pertengkaran,semisal pertengkaran antar golongan Aus dan khazraj,
akibat rekayasa dari kaum yahudi sampai mereka berteriak “as-silah, as-silah”
yang artinya “senjata, senjata” dari kejadian ini turunlah surah ali-imron
ياَأيُّها الذينَأمنوا
إنْ تُطِيْعُوا فَرِيْقًا مِنَ الَّذِيْنَ الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إيْمَانِكُمْ
كَفِرِيِنَ
Artinya: hai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi al-kitab, niscaya mereka akan mengembalikkan kemu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman (QS: Ali-imron 100)
Kedua,
kesalahan seseorang yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, seperti contoh
orang yang masih dalam keadaan mabuk mengimani salat sehingga orang tersebut
salah,kemudian turunlah surat an-nas.
Ketiga,
peristiwa mengenai cita-cita dan harapan, mislanya seperti muwafaqat yang
artinya persetujuan, kecocokan, peda waktu itu umar RA ada persesuaian dengan
tuhan ku ada tiga perkara, Aku usul kepada nabi agarmaqam nabi Ibrahim
dijadikan tempat solat, maka turunlah surat al baqoroh ayat 125 " وَاتَّحِذُوا
مِنْ مَقَامٍ إِبْرَاهِمَ مُصَلىَّ"yang artinya dan jadikan lah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat.
Sedangkan,
ayat yang diturunkan sebab ada pertanyaan yang ditujukan kepada nabi SAW, juga
mempunyai 3 bentuk:
Pertama,
pertanyaan tentang kejadian dimasa lalu, seperti dalam surah al-kahfi ayat 83:
وَيَسْئَلونَكَ
عن ذِى الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلوا عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْراً
yang artinya: mereka
akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang zulkarnain, katakanlah: “ aku akan
bacakan kepadamu cerit tentangnya”.
kedua,
pertanyaan tentang peristiwa yang sedang berlangsung, seperti dalam surah al
isra’ ayat 85:
وَيَسْئَلُوْنَكَ عَنِ الرُوحِ
قُلِ الرُّوْحُ من أَمْرِ رَبّي وما أُوتيْتُمْ من الْعِلْمِ إلاَّ قَليلاً
Yang artinya
:“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : “ roh itu termasuk
urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Ketiga,
pertanyaan tentang suatu kejadian atau peristawa yang akan datang, seperti dala
surah an naziat ayat 42:
يَسْئَلُوْنَكَ
عن الساعةِ أَيَّانَ مُرْسَهاَ kebangkitan, kapankah terjadinya.
Dari pembagian
tersebut, Az-Zarqani berpendapat bahwa tidak semua ayat mempunyai asbabun
nuzul, seperti ayat yang menjelaskan tentang kejadian di masa lampau dan dimasa
yang akan datang, seperti kisah para nabi terdahulu dan menjelaskan hari akhir
(kiamat) untuk masa yang akan datang.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa asbabun nuzul merupakan latar belakang yang menyebabkan
turunnya ayat, bukan berarti tanpa asbabun nuzul ayat al-qur’an tidak akan
turun, karena ayat al-qur’an bukanlah akibat dari sebab yang
melatarbelakanginya.
Sebagian besar dari ayat al-qur’an
diturunkan tanpa asbabun nuzulnya, ini dapat diartikan bahwa banyak ayat
al-qur’an yang tidak dapat dipahami karena tidak adanya asbabun nuzul yang membantu dalam memahami ayat al-qur’an. Fadzlurahman
menyatakan bahwa pengertian diatas hanyalah asbabun nuzul mikro, yang
menurutnya harus dibantu dengan asbabun nuzul makro, yakni latar belakang
historis masyarakat arab ketika al-qur’an diturunkan (Fadzlurahman, 1984:384).[13]
Dengan demikian asbabun nuzul memiliki dua sifat, yaitu mikro dan makro.
1.
Mikro
Asbabun nuzul mikro sering dijumpai dalam khazanah ilmu tafsir
tradisional yang mulai berkembang pada abad 2M[14],
yang mana dapat kita jumpai dalam ilmu tafsir tradisional. Ulama-ulama tradisional
memberikan batasan peristiwa dan pertanyaan kasuistik yang melatarbelakangi turunnya
ayat sebagai asbabun nuzul, yang kemudian dikenal dengan asbabun nuzul mikro.[15]
Hal ini dapat dilihat dari pendapat Al-Zarkasyi, beliau mendesinisikan asbabun
nuzul sebagai pertanyaan atau peristiwa yang mengakibatkan turunnya ayat
Al-qur’an.
Pedoman dasar para ulama’ mengetahui asbabun nuzul melalui riwayat
sahih yang berasal dari Rasulullah dan sahabat. Al-wahidi mengatakan “tidak
boleh berbicara tentang sebab turunnya ayat-ayat Alqur’an, kecuali dengan
periwayatan yang dinuqil dari mereka yang menyaksikan turunnya ayat, mengetahui
sebab-sebab turunnya, dan meneliti ilmunya. [16]Dapat
disimpulkan bahwa asbabu nuzul mikro adalah sebab-sebab khusus yang
melatarbelakangi turunnya ayat. Cara mengetahui asbabun nuzul mikro dengan
mengetahui periwayatan-pewirayatan yang sharih dan sahih yang menjelaskan sebab
turunnya ayat al-qur’an.
Contoh kitab tafsir yang mendasari penafsiran al-qur’an dengan
riwayat adalah جميع البيان في
التفسير القرانkarya Ibnu
Jarir A-t-Tabari, sumber penafsirannya bersumber pada pendapat-pendapat para [17]sahabat,
tabi’in dan tabi’in at-tabi’in melalui hadis yang mereka riwayatkan, meski
disisi lain ia juga kadangkala
menggunakan Ra’yu.
Fazlul Razi mengkritik model penafsiran tradisional sebagai model
penafsiran yang kurang merhatikan sejarah dan terlalu menekan pada teks
harfiyah. Kritik tersebut adalah:
a.
Kurang memperhatikan sejarah secara makro.
b.
Terlalu tekstual dalam menafsiri ayat-ayat al-qur’an.
c.
Adanya pemahaman yang terpotong-potong terhadap pemahaman
al-qur’an, padahal ayat al-qur’an secara umum(general) merupakan satu kesatuan
yang utuh(holistik).
Kritik Fazlul Razi menunjukan beberapa kekurangan dan kelemahan
penafsiran ayat al-qur’an dengan periwayatan. Seperti contoh dalam mengetahui
ayat pertama kali diturunkan kepada Nabi, ada riwayat menyatakan bahwa ayat
yang turun pertama kali adalah surat Al-Alaq 1-5, ada juga yang meriwayatkan
bahwa wahyu pertama surat Al-Mudastir 1-5 atau surat Al-Fatihah 1-7. Karena
itulah penafsiran ayat perlu memperhatikan asbabun nuzul yang bersifat makro.
2.
Makro
Pada abad 8M pengertian asbabun nuzul mengalami perkembangan yang
akan menjadi asbabun nuzul bersifat makro. Periode
ini juga awal kaum muslimin menafsirkan al-Qur’an secara bebas. Asbabun nuzul
diartikan bukan hanya peristiwa dan pertanyaan yang melatarbelakangi turunnya
ayat tetapi juga menyangkut kondisi sosio-historis yang melatarbelakangi
tuerunnya ayat.
Asbabun nuzul makro diperkenalkan oleh As-Syatibi (w.1388). ia
menyatakan “Maksud mengetahui asbbun nuzul adalah mengetahui situasi dan
kondisi yang melingkupi orang-orang yang mengajak berbicara, orang-orang yang
diajakbicara dan pembicara itu sendiri”.[18] Al-Qasimi menambahkan bahwa mengetahui asbabun nuzul itu
tidak bisa di dipahami esensinya kecuali juga harus mengetahui situasi dan
kondisi ketika ayat itu turun.
Pendapat ini diikuti oleh Fazlu Rahman dengan
definisi yang dikemukaan yaitu bahwa asbabun nuzul mencakup situasi dan kondisi
historis yang riil terjadi (social, politik, iptek, psikologi Nabi, ekonomi dan
sebagainya).[19] Pemikran ini memebuat Quraisy Shihab berfikir
bahawa asbabun nuzul perlu diperluas konotasinya yang mencakup sosio-kultural
pada masa turunnya ayat al-qur’an. Dengan demikian Al-Qasimi maupun Qurausy
Shihab mengembangkan paradigm baru tentang memahami asbabun nuzul, yang mana
tidak hanya perlu mengetahui sebatas informasi konvensioal dan redaksional
tetapi harus juga mencakup kondisi sosiologis dan kultural masyarakat pada saat
turunnya ayat.
Asbabun nuzul makro dapat disimpulkan sebagai
sebab-sebab umum yang menyertai turunnya ayat al-qur’an. Sebab-sebab umum ini mencakup situasi dan kondisi dalam lingkup
yang lebih luas, baik dari segi social, geografis, budaya, dan lainnya. Cara
untuk mengetahui asbabun nuzul makro adalah dengan rekonstruksi sejarah.
Menurut Fazlul Rahman diburuhkan beberapaperalatan ilmiah untuk
mengontrol kemajuan ilmu tafsir[20],
antara lain:
Pertama
: Diakui prinsip bahwa tidak hanya mengetahui tentang bahasa arab saja yang
diperlukan untuk memahami al-qur’an secara tepat, tetapi juga tentang
indiom-indiom bahasa arab pada zaman nabi juga.
Kedua
: tradisi historis yang berisi laporan-laporan tentang bagaimana orang-orang di
lingkungan nabi memahami perintah-perintah al-qur’an juga dianggap penting.
Setelah persyaratan-persyaratan ini dipenuhi, barulah penggunaan penalaran
manusia diberikan tempat.
Ketiga
: latar-belakang turunnya ayat-ayat al-qur’an dimasukan sebagai alat yang oerlu
untuk menerapkan makna yang tepat bagi firman Allah SWT.
Ini
dimaksudkan agar dapat mengontol kebebasan dalam menafsiri al-Qur’an.
Contoh kitab tafsir yang menggunakan
asbabun nuzul mikro dan makro adalah تفسير المنار karya Muhammad Abduh, penafsirannya tidak
hanya menekankan dalam bahasa tapi juga menekankan realitas universal sebagai
munasabah dalam asbabun nuzul. Seperti ketika beliau menafsirkan surat Al-Lail ayat 15 dan 17, dimana inti
dari asbabun nuzul ayat ditunjukan hanya
kepada Umayyah dan Abu Bakar as-Siddiq saja, akan tetapi Muhammad Abduh bahkan
menafsirkan ayat tersebut secara universalitas tanpa adanya pengkhususan
terhadap tokoh sejarah yang dituju oleh teks.[21]
Dengan
adanya asbabun nuzul yang besifat mikro dan makro dapat disimpulkan bahwa tidak
ada lagi dari ayat-ayat al-qur’an yang tidak memiliki asbabun nuzul, melainkan
hanya ada ayat-ayat al-qur’an yang tidak memiliki asbabun nuzul mikro.
2.
Perlunya mengetahui Asbabun Nuzul
Sebagaimana
telah kita jelaskan diatas, bahwa mengkaji Asbabun Nuzul merupakan suatu
keharusan karena ada sebagian ayat yang turun dengan sebab, baik terjadi
peristiwa yang melatar belakangi maupun adanya pertanyaan pada nabi. Akan
tetapi ada sebagian orang yang masih menganggap bahwa mempelajari asbabu Nuzul
itu tidak penting dikarenakan Asbabun nuzul tidak ada pengaruhnya dalam
menafsirkan al qur’an karena pembahasannya hanyalah berkisar tentang lapangan sejarah dan cerita. Anggapan tersebut
sangatlah tidak benar dan tidak perlu untuk didengarkan. Karena sebagian ayat
yang turun pada nabi pasti ada hal yang melatar belakanginya dan jika kita
tidak mengetahui hal-hal yang melatar belakanginya maka kita tidak bisa
menafsirkan alqur’an dengan benar. Uluma’
ulumul qur’an misalnya Al-Zarqani dan Al- suyuthiy telah mensinyalir
bagi orang-orang yang menganggap ilmu asababu nuzul tidak penting. Begitu juga
ulama’ lain seperti al-Wahidi, beliau berkata:
لا يمكن معرفة تفسير الاية دون
الوقوف على قصتها وبيان نزولها[22]
Yang artinya:
tidak mungkin mengetahui penafsiran ayat tanpa ada pengenalan cerita dan
pernyataan turun nya ayat tersebut.
Begitu
pula dengan ibnu taimiyah, beliau berkata:
معرفة
سبب النزول يعين على فهم الاية, فإنّ العلم بالسبب يورث العلم بالمسبب[23]
yang artinya: mengetahui
sababun nuzul membantu memahami ayat, dengan mengetahui sebabnya akan mewarisi
sebuah pengetahuan yang di sebabkannya.
Penjelasan para
ulama’ ulumul qur’an tersebut sudah cukup jelas dan menyadarkan kita sebagai
ummat muslim mempelajari ababun nuzul
itu snagat penting bagi orang islam karena
dengan mengetahui asbabun nuzul alqur’an maka kita dapat mengetahui
latar belakang turunnya ayat tersebut, jika kita tidak menegetahui latar
belakang turunnya ayat tersebut maka kita tidak dapat memahami ayat tersebut.
3.
Manfaat dan Pengaplikasian Asbabun Nuzul
Berikut
merupakan manfaat memepelajari serta pengaplikasian asbabun nuzul, antara lain:
1.
Membantu dalam memhami ayat alqur’an sekaligus mengatasiproblematika
dan ketidak pastian untuk memahami ayat-ayat dalam al qur’an.[24]
Seperti lafadz:
ولله
الْمَشْرقُ وَ المَغْرِبُ فأيْنَماَ تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ الله إنّ الله
السمعٌ عَليمٌ
Yang artinya:
dan kepunyaan allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
disitulah wajah allah. Sesungguhnya allah maha luas (rahmatnya ) lagi maha
mengetahui (QS: Albaqoroh 115)
Dalam lafadz
ini, secara dhahir, orang yang sholat boleh menghadap kemana saja, sesuai yang
diinginkannya, seakan-akan tidak ada kewajiban untuk menghdap ka’bah saat
melaksanakan sholat. Setelah memahami asbabun nuzul tentang ayat diatas,
maksudnya yaitu orang yang dibenarkan menghadap mana saja ketika shalat hanyalah
orang yang tidak tahu arah kiblat dan kemudian dia berijtihad.
2.
Mengatasi keraguan terhadap ayat yang diduga mengandung pengertian
umum.[25]
Sebagaimana firman allah:
قُلْ
لاَ أَجِدُ فِيْ مَا أُوحِيَ إلَيَّ مُحَرَّماً على طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ
يَكُونَ مَيْتَةً أَو دَمًا مَسْفُوْحاً أَولَحْمَ خِنْزيرٍفَإنّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقاً
أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَباغٍ وَلا عاَدٍ فإنّ رَبَّكَ
غَفورٌ رَحيمٌ
Yang artinya: katakanlah
“tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau darah daging babi karena sesungguhnya
semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain allah. Barang
siapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
pula melampaui batas, maka sesungguhnya tuhanmu maha pengampun lagi maha
penyayanag (QS. Al-An’am 145)
Menurut
imam syafi’i maksud dari ayat ini tidaklah umum (hashr), lalu imam syafi’I
menggunakan alat bantu nuzulul ayat untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan
dalam memahami ayat diatas. Seperti yang ditulis Al-Zarqaniy, menurut imam
syafi’i diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan
sesuatu kecuali yang telah mereka halalkan[26]sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa orang-orang kafir terutama orang yahudi mengharamkan
apa saja yang dihalalkan oleh allah dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh
allah. Lalu turunlah ayat 145 dalam surah Al an’am tersebut untuk menguatkan
dan menetapkan pengharaman dan bukan untuk menetapkan penghalalan makanna yang
tidak disebutkan ayat tersebut.
3.
Sebab nuzul dapat menerangkan tentang siapa ayat itu di turunkan
sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan
permusuhan dan perselisihan. [27]
Sebagaimana firman allah:
وَالَّذِيْ قاَلَ لِوَلِدَيْهِ أُفٌّ
لَكُماَ أُتَعِدَانِنِيْ أنْ أخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُوْنُ مِنْ قَلْبِي وهما
يَسْتَغيثانِ اللهَ وَيْلَكَ امن إنّ وَعد الله حقٌّ فَيَقولُ ما هذا إلّا أساطيرُ
الأوَّلينَ
Yang artinya:
dan orang yang berkata kepada kedua orang tuamu “cis” bagi kamu berdua, apakah
kamu berdua memperingatkan aku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal, padahal
sungguh telah berlalu beberapa ummat sebelumku? Lalu kedua orang tuanya itu
memohon pertolongan seraya berkata: celakalah kamu, berimanlah! Sesungguhnya
janji allah adalah benar, lalu ia berkata: ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu belaka (QS. Al ahqaf 17)
Menurut riwayat
Yusuf bin Abi mahik, ketika itu Marwan berada dikota hijaz. Ia telah diangkat
mrnjadi gubernur oleh muawiyah bin abu sufyan, dan berpidatolah dia bahwa yazid
bin muawiyah agar di baiat sesudah ayahnya. Dan ketika itu Abdurrohman bin abi
bakar dan mengatakan sesuatu, lalu
Marwan pun menyerukan agar menangkap Abdurrohman dan Abdurrohman pun berlari
kerumah aisyah sehingga Marwan tidak bisa menangkapnya, lalu Marwan pun
berkata: “itulah orang yang yang menjadi kasus sehingga allah menurunkan ayat (
dan orang yang berkata kepada bapak ibunya “cis bagi kamu berdua)”, lalu aisyah
pun berkata : “Allah tidak pernah menurunkan sesuatu ayat Qur’an mengenai kasus
seseorang diantara kami kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat
jahat” [28]
Dalam riwayat
lain dikatakan bahwa ketika Marwan meminta agar Yazid dibaiat, ia berkata bahwa
pembaiatan ini adalah tradisi tradisi Abu bakardan Umar bin khattab, tetapi
abdurrohman berkata pembaiatan ini tradisi Hercules dan kaisar, maka kata
Marwan inilah orang yang disampaikan allah dalam Al qur’an “ dan orang yang berkata
kepada bapak-ibunya “cis” bagi kamu berdua. Kemudian pendapat dari Marwan tadi
sampai kepada aisyah, dan aisyah pun berkata: “ Marwan telah berdusta. Demi
allah, maksud ayat itu tidaklah demikian. Sekiranya aku mau menyebutkan
mengenai siapa ayat itu turun, tentulah aku sudah menyebutkannya.[29]
DAFTAR PUSTAKA
Zaini,
Ahmad. 2014. Asbab an-Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami Makna Al qur’an.
Hermeunetik, 8 (1) : 4-7
Sumbulah,
Umi, dkk. 2014. “Studi alqur’an dan hadits”. Malang: UIN Maliki Press
As
Suyuthi. Al Itqon fi Ulumil Qur’an. Riyadh: Maktabah Alma’arif
Manna’
Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan oleh: Mudzakir AS.
Surabaya: Litera AntarNusa
Ahmad
Tajudin. 2015. Asbab An-Nuzul Menurut Nashr Hamid Abu Zayd. Tugas Skripsi. UIN
Walisongo. Semarang
HZ,
Syarafuddin. 2016. Ilmu Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Al Qur’an. Suhuf, 28
(1).: 86-
Susfita,
nunung. 2015. Asbabun nuzul al-qur’an Prespektif Mikro dan Makro. 13 (1): 71-
Bakri,
syamsul. Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan. Syamsbakr@yahoo.com. dosen IAIN Surakarta
As
Suyuthi. Sebab turunnya Ayat Al Qur’an. Diterjemahkan oleh: Tim Abdul Hayyie.
Jakarta: Gema Insani
Catatan:
1. Similarity cukup besar, 31%.
2. Penulisan gelar (Prof., Dr., Ustadz dll) dalam
karya tulis ilmiah hendaknya dihilangkan.
3. Referensu Syamsul Bakri itu maksudnya apa? Keterangannya
aneh sekali.
4. Penjelasan mikro dan makro tolong diperbaiki lagi,
supaya pembaca bisa lebih paham.
[1] Ahmad Zaini, 2014, “Asbab An-Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami
Makna Alqur’an”, Hermeuntik, vol.8, No.1, Juni, hal. 4
[2] Umi sumbulah,dkk,” studi qur’an dan hadits”, Malang: UIN
MALIKI PRESSS, 2014,hal. 155
[3] Umi sumbulah, dkk, Op.Cit, hal. 156
[4] Umi sumbulah, dkk, Op.Cit, hal. 157
[5] Ahmad Zaini, Op.Cit, hal 4
[7] Manna’ Khalil al-Qattan,
“Studi-stidi Ilmu Qur’an” , terj. Mudzakir AS, Surabaya: PT. pustaka Litera
AntarNusa,2014 hal.110
[8] Ahmad Tajudin, skripsi: “Asbab An-Nuzul Menurut Nasr Hamid Abu
Zayd” Semarang: UIN walisongo,2015,hal.34
[9] Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani, “Qowaidul Asasiyah
fi ulumil qur’an”, Surabaya: As Sofwah, hal.20
[10] Manna’ Khalil al-Qattan, Op.Cit, Hal 109
[11] Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani, Op.Cit, Hal. 20
[12] Ahmad Zaini, Op.Cit, hal. 5
[13] Syarafuddin H.Z, “ilmu Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Alquran”,
Suhuf, vol.28, 1 Mei 2016, hlm.86
[14] Syamsul Bakri, “Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan”,
Syamsbakr@yahoo.com, Dosen IAIN
Surakarta, hlm.3
[15] Ibid.
[16] Jalaluddin Assuyuthi, “Sebab Turunnya ayat Al-Qur’an”, terj. Tim abdul Hayyie,
Jakarta: Gema Insani, 2008, hal.12
[18] Syafiruddin.H.Z. op.cit. hlm.86
[19] Syamsul Bakri, op.cit. hlm.4
[20] Nunung Susfita, “Asbabun Nuzul Al Qur’an dalam Prespektif Mikro
dan Makro” vol. 13, no.1, Desember 2015, hlm.74
[22] Jalaluddin Abdur Rohman bin Abi Bakar As Suyithi, “Al-Itqon fi
Ulumil Qur’an”, Riyadh: Maktabah Al Ma’arif, 1996, Hal 84
[24] Umi Sumbulah,dkk, Op.Cit, hal. 170
[25] Ibid, hal. 172
[27] Manna’ Khalil al-Qattan,Op.cit, hal.114
[28] Manna’ Khalil al-Qattan, Op.Cit, hal. 115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar