MAKKIYAH DAN
MADANIYAH
Satriya Dwi
Wicaksono1, Iqbal Hanif2
Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: 1satriyauin99@gmail.com,
2iqbalhanif1999@gmail.com
Abstrac
The writing of this article is about Makkiyah and Madaniyah, which aims to explain to the reader in depth and detail about the definitions, examples of verses, rules and uses of the Makkiyah and Madaniyah. The background to writing this article is because many of the Muslims who do not understand and know clearly about Makkiyah and Madaniyah. Makkiyah and Madaniyah can be distinguished in terms of time and place of decline, because it is seen from the different conditions of Mecca and Medina. This study of Makkiyah and Madaniyah is really nothing more than understanding the grouping of verses - Alqu'an based on differences in time and place of descent. Many of the experts who put forward the definitions of Makkiyah and Madaniyah, one of which is Makkiyah, is the Alquran verses that descended before the emigration of the Prophet Muhammad. while Madaniyah is the Qur'anic verses that came down after the migration of Prophet Muhammad. In this explanation, it can be determined that the verses that came down after the migration, even though it happened around Mecca, are still classified as Madaniyah verses and vice versa
.
Abstrak
Penulisan artikel ini tentang Makkiyah
dan Madaniyah, yang bertujuan untuk
memberi penjelasan kepada pembaca secara mendalam dan rinci tentang definisi,
contoh ayat, kaidah, dan kegunaan dari Makkiyah
dan Madaniyah tersebut.Adapun yang
melatarbelakangi penulisan artikel ini adalah karena banyak dari umat Islam
yang belum memahami dan mengetahui secara jelas tentang Makkiyah dan Madaniyah.Makkiyah dan Madaniyah dapat di bedakan dari segi waktu dan tempat turunnya,
karena dilihat dari kondisi masyarakat Mekkah dan Madinah yang berbeda. Studi
tentang Makkiyah dan Madaniyah ini sesungguhnya tidak lebih
dari memahami pengelompokan ayat – ayat
Alquran berdasarkan perbedaan waktu dan tempat turunnya. Banyak dari
pakar yang mengemukakan definisi dari Makkiyah
dan Madaniyah salah satunya yaituMakkiyah adalah ayat – ayat Alquran yang turun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad.
sedangkanMadaniyah adalah ayat – ayat
Alquran yang turun setelah hijrah Nabi Muhammad. Dalam penjelasan ini maka
dapat ditetapkan bahwa ayat – ayat yang turun setelah hijrah, sekalipun itu
terjadi di sekitar Mekah tetap diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah begitupun sebaliknya
Keywords:
Makkiyah,
Madaniyah
A.
PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci terakhir yang
di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muahammad sebagai puncak dan penutup wahyu
Allah yang di peruntutkan kepada umat
manusia dan disampaikan oleh Nabi Muhammad,adapun Alquran diturunkan secara
berngsur-angsur dan tidak dapat ditulis sekaligus, karena yang menerimanya
seorang nabi yang ummi dalam arti
tdak bisa membaca dan menulis.[1]Adapaun
menurut Alquran sendiri Hikmah diturunkanya Alquran secara bertahap untuk
meneguhkan perasaan Nabi Muhammad sehingga ia senantiasa merasa dalam
komunikasi intensif dengan Tuhan.[2]Oleh
karena itu Alquran memiliki
keistimewaan, yaitu apabila umat manusia
membacaya akan diberi pahala untuknya.
Di dalam kitab Alquran terdapat 30 juz,
114surat, dan 6666 ayat yang di dalam Alquran. Pada umumnya para ulama
mengelompokan surat-surat Alquran menjadi dua, yaitu surat Makkiyah dan surat Madaniyah.
Dan para ulama mempunyai masing- masing pendapat dalam jumlah masing-masing setiap
kelompoknya antara jumlah surat Makkiyah
dengan Madaniyah.
Di sisi lainnya para ulama juga meneliti
dan menyelidiki surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, Mereka meneliti dari macam-macam aspek sesuai dengan asbab
nuzulnya. Lebih dari itu, mereka juga menaruh perhatian dari aneka segi kajian,
dan tidak lupa mengenai surat-surat Makkiyah
dan Madaniyah. Dengan meneliti
karakteristik tempat turunya yang berbeda akan diketahui sifat dan karakter
dari surat itu. Dengan demikian akan diketahui pola-pola dakwah yang dikembangkan
oleh Nabi Muhammad.
Dengan meneliti dan meyelidiki kapan dan
dimana tempat turunya surat-surat Makkiyahdan
Madaniyah akan diperoleh gambaran
mengenai situasi waktu dan tempat turunnya surat Makkiyah dan Madaniyah.
Dan dalam menggali nilai kandungan serta definisi dari surat Makkiyah dan Madaniyah maka seorang mufasir akan membandingkan bobot nilai
kandungan serta definisi antara surat-surat Makkiyah
dan Madaniyah, melalui perbandingan
ini, akan dijumpai kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda, oleh karena itu
ilmu Makkiyah dan Madaniyah banyak membutuhkan banyak
penelitian periwayatan dan nash-nash Hadis yang mendasarinya.
B. PENGERTIAN DAN
CONTOH AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Ilmu Makkiyah
dan Madaniyah adalah ilmu membahas tentang surat-surat dan ayat-ayat
yang mana di turunkan di Mekah dan yang
mana di turunkan di Madinah.[3]
Selain itu para ulama menetapkan turunya ayat-ayat dan surat-surat sebagai
dasar penentuan Makkiyah dan Madaniyahnya, oleh karena itu mereka
membuat definisi Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
المكي ما نزل بمكة ولو بعد الهجرة ,والمدني ما نزل بالمدينة
Artinya:
“Makkiyah ialah yang diturunkan di
Mekkah, sekalipun turunnya sesudah Hijrah; Madaniyah ialah yang diturunkan di
Madinah.”[4]
Dan ada ulama
yang menyatakan orang yang menjadi sasaran ayat-ayat dan surat-surat sebagai
kriteria penentuan Makkiyah dan Madaniyahnya, sehingga para ulama merumuskan definisinya sebagai
berikut.
المكي ما وقع
خطابا لأهل مكة, والمدني ما وقع خطابا لأهل المدينة
Artinya:
“Makkiyah ialah khitabnya
(seruannya) jatuh kepada penduduk Makkah, dan Madaniyah ialah khitabnya
(seruannya) jatuh kepada penduduk Madinah.”[5]
Dengan demikian
definisi ini, dimaksudkan bahwa ayat/surat yang dimulai dengan ياأيهاالناس adalahMakkiyah, karena penduduk mekah pada
saat waktu itu pada umumnya masih kafir, mesikipun seruan itu ditujukan pula
kepada selain penduduk mekah. Sedangkan ayat/surat yang dimulai denganياأيهاالذين أمنوا adalah Madaniyah,
karena penduduk Madinah pada waktu itu pada umumnya sebagian besar sudah
beriman meskipun seruan itu juga ditujukan kepada selain penduduk Madinah.[6]
Selain itu
bedasarkan waktu dan tempat turunyanya, ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, mempunyai
tiga definisi (ta’rif) yang sering
dikemukakan para pakar di bidang ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Makkiyah adalah ayat-ayat
Alquran yang turun sebelum Nabi Muhammad hijrah, sedangkan Madaniyah yaitu ayat-ayat Alquran yang turun sesudah hijrah.
Definisi ini mentetapkan, ayat-ayat yang turun sesudah hijrah, meskipun terjadi
di sekitar kota Mekah tetap diklasifikasikan sebagi ayat Madaniyah,
2.
Makkiyah yaitu ayat-ayat
yang turunnya di kota Mekah dan sekitarnya sekali pun itu setelah hijrahnya
Nabi Muhammad, dan Madaniyah yaitu
ayat-ayat yang turun di Madaniyah,
3.
Makkiyahadalah ayat yang khitabnya (tuntunan) ditunujukan kepada penduduk
di kota Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat yang khitabnya kepada penduduk
di Madinah. [7]
Dengan
mencermati definisi diatas, dapat dikatan bahwa ayat Makkiyah ayat yang turun di kawasan Makkah dan sekitarnya, sebelum
atau sesudah Nabi Muhammad hijrah yang memiliki hukum mengikat atas orang
Makkah.[8]
Di dalam
Alqur’an, surat-surat dan ayat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah diklasifikasikan
menurut fase dan tempat turunya. Berikut ini
adalah tahap-tahapnya:[9]
1.
Surah-surah
yang turun di Mekah
Imam Badruddin Muhammad
bin Abdullah Al-Zarkasyi didalam kitabnya Al-Burhanfi Ulum Al-Qur’an menulis
bahwa surah-surah yang diturun di mekah memiliki jumlah 83 buah. Jumlah
tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarih didalam kitab Al-Fihrist
miliknya. Ibnu Jarih
meriwayatkan kitab miliknya yang bersumber dari ‘Atha’ dan Ibnu Abbas, yang
didalam isinya sebagai berikut, “Surah yang turun di Mekah berjumlah 85 buah
dan yang turun di Madinah berjumlah 28 buah.”
Perbedaan
tersebut tidak hanya sekedar dilihat dari jumlah surah, dan urutan-urutan surahnya.
Misalnya surah Al-Insyirah menurut urutan yang disusun Ibnu Nadim dengan sanad
dari Muhammad bin Nu’man bin Nasyir yang dimuat dalam kitab Al-Fihrist, surah
ini ditempatkan di urutan ke-8, sedangkan pada Al-Zarkasyi menempatkannya pada
urutan ke-11.
Berikut ini
adalah kronologi turunnya ayat-ayat Al-quran di Mekkah,
Iqra’ s.d Maa Lam ya’lam, Al-qalam, Al-muzammil, Al-mudatsir, Al-Lahab
(menurut riwayat Mujahid), Al-Takwir, Al-a’la, Al-insyiroh, Al-Ashar, Al-Fajr,
Al-Dhuha, Al-Laili, Al-Adiyat, Al-Kautsar, Al-Takatsur, Al-Mauun, Al-Kafirun,
Al-Fill, Al-Ikhlas, Al-Falq, Al-Nas, Al-Najm, Abasa, Al-Qadr, Al-Syams,
Al-Buruj,At-Tin, Quraisy, Al-Qariah, Al-Qiyamah, Al-Humazah, Al-Mursalaat, Qaf,
Al-Balad, Al-Rahman, Al-Jin, Yasin, Shad, Al-Furqan, Al-Malaikah, Al-Fathir,
Maryam, Thaha, Al-Waqiah, Al-Syu’ara, Al-Naml, Al-Qashash, Al-Isra’, Hud,
Yusuf, Yunus, Al-Hijr, Al-Shaffat, Luqman, Al-Mu’minun, Saba’, Al-Anbiya,
Al-Zumar, Al-Mu’min, Al-Sadjah, Ha Mim ‘Ain Sin Qaf, Al-Zukhuf, Ha Mirn
Al-Dhukhan, Ha Mim Al-Syari’ah, Ha Mim Al-Ahqaf, Al-Dzariyat, Al-Ghasyiyah.
Al-Kahfi, Al-An’am, Al-Nahl, Nuh, Ibrahim, Al-Sajdah, Al-Thur, Al-Mulk,
Al-Haqqah, Sa’ala Sailun, Al-Naba, Al-Naziat, Al-infithar, Al-Insyiqaq, Al-Rum,
Al-Ankabut, Al-Muthaffifin, Iqtarabat Al-Sa’ah, Al-Thariq, dan berdasarkan sumber Al-Tsauriy, dan Firas, dan Al-Sya’biy berkata:
“Surah Al-Nahl turun di Mekkah, Kecuali ayat Wa in ‘aqabtum fa’ aqibu bi mistli ma’ uqibtum bihi.
2.
Surah
– surah yang turun di Madinah,
Berikut ini
adalah surah-surah yang turun di Madinah,
Al-Baqarah, Al-Anfal, Al-A’raf, All’Imran, Al-Mumtahanah, Al-Nisa’,
Al-Zalzalah, Al-Hadid, Alladzina Kafaru,Al-Ra’d, Hal ata’ ala Al-Insan,
Al-Nisa’, Al-Bayyinah, Al-Hasyr, Al-Nashr, Al-Nur, Al-Hajj, Al-Munafiqun,
Al-Mujadalah, Al-Hujurat, Al-Tahrim, Al-Jumu’ah, Al-Taghabun, Al-Hawariyun,
Al-Fath, Al-Ma’idah, Al-Taubah, Al-Mu’awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas).
3.
Ayat-ayat
yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah
Ayat-ayat Alquran yang turun di Mekah dan hukumnya
Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.
Ayat
13 surah Hujurat
2.
Ayat
3 sampai dengan 5 surah Al-Ma’idah
Ayat 13 surah
Al-Hujurat, turun pada waktu Fathu Mekah, ayat ini dinyatakan sebagai Madaniyah karena turunnya setelah
hijrah, dan Al-Ma’idah, ayat 3,4, dan 5 turun di hari Jum’at. Disaat itu umat
Islam tengah melakukan wuquf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’.Haji
ini dilakukan Rasulullah, setelah beliau berhijrah. Dengan demikian, ketiga
ayat di atas bisa diklasifikasikan sebagai bagian ayat-ayat Madaniyah meskipun turun di Arafah dan
seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar kotaMekah.
4.
Ayat-ayat
yang turun di Madinah dan hukumnya Makkiyah
1.
Al-Mumtahanah
2.
Ayat
41 surah Al-Nahl
3.
Awal surah At-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini
sebetulnya Madaniyah, akan tetapi khittab-nya
ditujukan kepada penduduk Mekah.
Surah Al-Mumtahanah
turun ketika Rasulullah bakal berangkat menuju Mekah saat menjelang peristiwa Fathu
Mekah(Penaklukan Kota Mekah).Kejadian
tersebut terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui
Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah, seseorang yang bernama Hattab bin Abi
Balta’ah menulis surat guna disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isi
surat itu mengkonfirmasikan rencana Rasulullah dan kaum Muslimin yang segera berangkat
ke kota Mekah yang disebut paling terakhir. Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan
ayat-ayat ini sebagai Makiyah.Dan
beliau tidak menjelaskan alasannya secara detail. Mungkin, penulis kitab Al-Burhan
fi ‘Ulum Al-Qur’an ini sudah sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalahayat-ayatyangkhittab-nya
ditujukankepada penduduk yang tinggal di Mekah.
Bila dilihat
dengan seksama kasus ayat 41 surah An-Nahl, tampaknya itu benar, karena
Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah sebagai ayat Madaniyah yang hukumnya Makkiyah, oleh karenanyakhittab-nya ditujukan
kepada penduduk Mekah.
5.
Makkiyah mirip Madaniyah
Pada pembahasan
sebelumnya telah disinggung kasus ayat 32 surah Al-Najm. Disana ada kata “الكباثر” yang statusnya itu dapat membingungkan
banyak orang, karena hampir seluruh ulama
mendefinisikannya sebagai berikut:
“Pelanggaran hukum yang menyebabkan had.” Sedangkan
sebelum Rasulullah meninggalkan Mekkah lalu
menuju ke Madinah untuk berhijrah, beliau belum mengenal hukuman. Oleh karena itu Ayat-ayat tersebut
bisa disebut Makkiyah mirip Madaniyah.Selain itu Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat 114 surah Hud ke dalam
kategori ayat jenis ini. Karena surah tersebut turun berkenaan dengan peristiwa
Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang sedang memebeli
kurma kepadanya.
6.
Madaniyah mirip Makkiyah
Melihat di kitab
Al-burhan fi ulum Al-quran, materi yang membhas seputar Makkiyah dan Madaniyah terbilang lengkap.Ayat Madaniyah yang mirip Makkiyah
didaalam kitabnya tersebut hanya memiliki 3 ayat, yaitu:
1.
Ayat
17 surah Al-Anbiya, yang sehubungan datangnya delegasi kaum Nasrani Najhan
2.
Ayat
1 surah Al-Adiyat.
3. Ayat 32 surah Al-Anfal.
Selain itu, di
sebagian tempat terdapat beberapa ayat-ayat yang turun diantaranya, Ayat 85
surah Al-Qashash yang turun di Al-Juhfah, ayat 45 surah Al-Zhukruf yang turun di
Bait Al-Maqis Palestina, ayat 45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, 24 surah
Al-Insyiqaq yang turun di Thaif, dan ayat 30 surah Al-Ra’d yang turunnya di
Hudaibiyah.
7.
Ayat-ayat
yang turun pada malam hari
Dalam Al-Burhan
fi ‘Ulum Al-Qur’antidak banyak
yang dicatat, mengenai ayat yang turun pada malam hari. Hanyaterdapat tiga buah, yaitu:
1.
Ayat
1 surah Al-Hajj. Ayat ini turun ketika terjadi peperangan bani Al-Mushthaliq
2.
Ayat
67 surah Al-Ma’idah
3.
Ayat
56 surah Al-Qashash
Selain
ayat-ayat yang dituturkan diatas, Amir Abdul Aziz menambahkan beberapa ayat
lagi yang turun pada waktumalam, yaitu:
1.
Ayat
190 sampai akhir surah Ali Imran, yang berarti keseluruhannya berjumlah 10
ayat. Diriwayatkan,
“Bahwa suatu
malam Bilal hendak mengumandangkan adzan subuh. Sebelum I tu ia mendapati Rasulullah tengah dalam
keadaan menangis. Bilal langsung
menanyakan, apa gerangan yang telah membuat Rasulullah menangis? Rasul, menjawab
“Apa yang menghalangiku untuk menangis?Baru saja diturunkan kepadaku malam ini
(Rasulullah lalu membacakan ayat 90 surah Al Imran sampai dengan akbir surah
itu).setelah membacakan ayat-ayat yang baru saja beliau terima, Rasulullah
kemudian mengatakan kepada Bilal: “Celakalah bagi orang yang membacanya, tetapi
tidak memikirkannya.”
2.
Surah
Al-An’am. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkata:
“Surah Al-An’am
turun di Mekah sekaligus pada malam hari, dikawal seribu malaikat dengan
mengumandangkan tasbih.”
3.
Surah
Maryam. Diriwayatkan dari abu Maryam Al-Ghassaniy, berkata:
“Aku pernah
mendatangi Rasulullah S.A.W., lalu kukatakan, aku punya tetangga yang malam ini
melahirkan bayi wanita, beliau (Rasulullah S.A.W) lalu mengatakan, “Mala mini
diturunkan kepadaku surah Maryam, berilah nama Maryam.”
8.
Ayat-ayat
yang turun pada musim dingin
1.
Ayat
11 surah Al-Nur, yang mana sabab nuzul-nya berkaitan dengan dirinya
diturunkan pada musim dingin, yang dikatakan Aisyah.
2.
Ayat
9 surah Al-Azhab. Khudzaifah meriwayatkan, pada malam Al-Azhab, orang-orang berpencar
dengan Rasulullah, kecuali 12 orang. Rasulullah datang dan mengatakan kepada
mereka, “Bangkitlah dan berangkatlah ke kampung Al-Azhab. Kutanyakan: “Wahai
Rasulullah S.A.W, demi zat yang telah mengutusmu dengan benar, saya tidak
melakukan untuk mu kecuali karena takut kedinginan.”Lalu turunlah ayat 9
surah Al-Azhab dan ayat yang sesudahnya.
9.
Ayat-ayat
yang turun di perjalanan
1.
Ayat
281 surah Al-Baqarah, yang turun di Mina pada tahun terjadinya Haji Wada’.
2.
Ayat
58 surah Al-Nisa’. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad pada hari futuh saat
beliau sedang berada di ka’bah.
3.
Ayat
176 surah Al-Nisa’
4.
Ayat
3 surah Al-Ma’idah, turun di Arafah pada waktu haji Wada’.
10. Ayat-ayat yang turun Musyayya’
Musyayya’ yang artinya
diiringi, dikawal, dan diantar.Ada sebagian ayat Alquran yang ketika turun
dikawal sejumlah malaikat sebagai penghormatan. Ayat-ayat yang ketika turun diperlakukan
seperti itu disebut, ayat Musyayya’.Ayat-ayat atau surah-surah tersebut adalah:
1.
Al-Fatihah.
Surah ini ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
2.
Ayat
Kursiy, ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
3.
Surah
Yunus. Surah ini ketika turun dikawal 70.000 malaikat.
4.
Surah
Al-An’am. Dikawal 20.000 malaikat.
5.
Ayat
45 surah Al-Zukhruf, turun dikawal 20.000 malaikat.
Tentang riwayat
pengawalan oleh 70.000 malaikat ketika turun surah Yunus yang merujuk pada apa
yang disebut Abu’ Amar bin Shalah dalam fatwanya dengan sumber dari Ubai bin
Ka’ab, oleh Al-Zarkasyi dinilai berisnad lemah. Kebanyakan ayat Al-Qur’an
dibawa Jibril sendiri tanpa pengawalan, demikian menurut Al-Zarkasyi.
C.
KAIDAH-KAIDAH DALAM MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADNIYAH
Dalam menetepkan ayat-ayat Alquran yang
termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang
teguh pada dua perangkat pendekatan
berikut ini.[10]
1.
Pendekatan
tranmisi (periwayaatan)
Dengan
perangkaat periwayatan, para sarjana muslim merujuk pada riwayat-riwayat valid
yang berasal dari shabat yaitu orang-orang yang besar yang mungkin menyaksikan
langsung turunya wahyu, atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan
mendengar langsung dari sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan
proses kewahyuan Alquran, termasuk didalamnya adalah formasi kronologis Alquran.Sebagian
besar dalam menentukan Makkiyah dan Madaniyah melalui metode yang pertama
ini.
Di
dalam kitab Al-Intishar, Abu Bakar
bin Al-Baqilani yang menjelaskan:
“pengetahuan
tentang Makkiyah dan Madaniyah hanya dapat dilacak pada otoritas sahabat dan
tabi’in saja. informasi itu tidak ada yang datang dari Rasulullah, karena
memang ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.”[11]
Hadis-hadis
nabi yang telah tada didalam kodifikasi kitab hadis, membuat sarjana muslim pun
telah merekam informasi dari para sahabat dan tabi’in tentang Makkiyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi
al-matsur, tulisan asbab an-nuzul, pembahasan-pembahsan
ilmu-ilmu Alquran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Otoritas
para sahabat dan para tabi’in dalam mengetahui informasi kronologi Alquran
dapat dilihat dari pernyataan mereka. Yang terdapat dalam salah satu riwayat
Al-Bukhari, Ibn Mas’ud, berkata,
وَالّذِيْ لاَإِلهَ غيرُهُ مانَزَلتْ أيَة مِنْ
كِتَابِ اللهِ وَانا أعْلَمُ فِيمَنْ نَزَلَتْ ,
ولَوْ أعْلمُ مَكَنَ أحَدٍ أعْلمَ بِكِتابِ اللهِ
مِنّيْ تَنَالُهُ المَطَا يَالَأ تَيْتُهُ
Artinya:
“Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya tidak ada satu
ayat pun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan dimana
diturunkan. Seandainnya kutahu tempat orang gaya lebih paham dariku tentag
kitab Allah, pasti aku akan menjumpainnya.”[12]
Qadhi Abu Bakar ibn Thayyib dalam al-Intishar menegaskan bahwa, “pengetahuan
tentang surah Makki dan Madani mengacu pada hafalan para sahabat dan tabiin”.[13]
Dalam riwayat lain di sebutkan bahwa Ibn
Abas berkata, ketika ditanya oleh Ubay bin Ka’ab mengenai ayat yang diturunkan
di Madinah, Ia menjawab, “Terdapat dua puluh surat yang diturunkan di Madinah,
sedangkan sisanya diturunkan di Mekkah.”[14]
As-Suyuthi menyediakan sebagian lembar dalam kitab Al-Itqan-nyauntuk merekam-merkam riwayat dari sahabat dan tabi’in
mengenai perangkat periwayatan dalam mengetahui kronologis Al-quran.[15]
2.
Pendekatan
analogi (qiyas)
Disaat
melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim menggunakan
pendekatan analogi berpedoman dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi
tersebut. Oleh karena itu apabila didalam surahMakkiyah terdapat satu ayat yang mengandung sifat Madaniyah atau mengandung peristiwa Madaniyah, maka surah tersebut dikatan
sebagai ayat Madaniyah. Begitu pula
sebaliknya apabila didalam surah Madaniyah
terdapat suatu kandungan yang bersifat Makkiyah
atau berbarengan dengan peristiwa Makkiyah,
maka bisa dikatakan sebagai surah Makkiyah.Dan
apabila satu surah adalah surah yang ada di dalam karakterisitik Makkiyah
maka surah itu merupakan surah Makkiyah.
Berkaitan
dengan qiyas ijtihadi,para ulama
mengatakan “setiap surah yang didalamnya mengandung kisah-kisah Nabi-nabi dan
umat terdahulu, maka surah itu adalah surah Makkiyah.
Adapun surah yang di didalamnya terdapat kewajiban dan ketentuan, maka
surah itu merupakan surah Madaniyah”.[16]
Dalam
menentukan dan mengetahui Makkiyah dan
Madaniyah Imam al-Ja’bari mengtakan sebagai berikut,
“Untuk mengetahui
Makki dan Madani ada dua jalan, yaitu sima’i (riwayat) dan qiyas (penerapan).
Jalan sima’i adalah menrut riwayat yang sampai kepada kita mengenai turunya
Alquran itu, sedangkan qiyas ialah seperti yang dikatkan al-Qomah dari Abd
Allah, yaitu semua surah yang berisi “Ya Ayyuh al-Nas” dan seterusnya seperti dalil
teori kedua dari content analysis”.[17]
Selain
dengan pendekatan transmisi dan pendekatan analogi, untuk mengetahui dab
membedakan apakah itu ayatMakkiyah dan Madaniyah,maka dengan menggunakan dhawabithdan mumayyizat. Yang mana dhawabith merupakan karakter lafal
sedangkan mumayyizat adalah karakter
gaya bahasa, dan berikut dhawabith (karakter/ciri
lafal) dari surat Makkiyah dan Madaniyah.
a. Ciri-ciri
surat Makkiyah:
1. Terdapat
kata kalla (كلا) di seluruh atau sebagian besar ayatnya, kalimat kalla disebut 33 kali dalam 15 surat.
Hikmah “kalla” untuk menahan dan
melarang orang yang sombong dan keras
kepala dengan demikian itu cocok digunakan
untuk berbicara kepada kaum musyrikin di Mekah
2. Di
setiap suratnya tersapat dalam ayat-ayat sajdahterdapat14
surat, anatara lain yaitu
al-A’raf, an-Nahl, ar-Ra’d, Maryam, al-Isra’, dan al-Hajj.
3. Di setiap suratnya di awali dengan qasam atau sumpah, terdapat 15 surat,
yang terdiri dari,
al-Buruj, adz-Dzariyat, al-Adiyat , ath-Thuur, an-Najm, ash-Shaffat, al-Mursalat,
ath-Thariq, al-Ashr, dan al-Fajr.
4. Setiap
surat di buka dengan huruf huruf hijaiyyah, seperti “haa-mim dan alif-lam-mim”
dan lain-lain.
5. Di
setiap suratnya memuat “Ya ayyuhan-naas”,kecuali
surat al-Hajj namun ia tetap Makkiyah.[18]
b.
Ciri-ciri surat Madaniyah:
1.
Terdapat kalimat
“orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya
2.
Terdapat
hukum-hukum hudud, faraidl, qihahsh dan
jihad
3.
Menyebut dengan
kalimat “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut)
4.
Memuat bantahan
terhadap Ahalu Al-Kitab (Yahudi dan
Nasrani)
5.
Memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan
Al-ahwal Al-Syakhshiy.[19]
D. KEGUNAAN
MEMPELAJARI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Suyuthi memberitahu “bahwa diantara manfaat
pemahaman Makkiyah dan Madaniyah adalah
untuk mengetahui nasikh dan mansukh serta mengetahui ayat yang
berfungsi mukhashshish (yang
mengkhususkan) terhadap ayat-ayat sebelumnya yang turun secara umum.”[20]
Di dalam ilmu Makkiyah dan Madaniyah,
di temukan banyak manfaat dan kegunaannya,
seperti yang di terangkandi Qaththan sebagai berikut, [21]
Pertama, sebagai ilmu alat bantu dalam
memahami Alquran, sebab pengetahuan ini memberikan banyak konstribusi penting
didalam menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan benar. mengetahui kapan turun,
tempat diturunkan, dan mengenai apa diturunkan, dan menjadi pegangan para
mufasir untuk mengetahui mana ayat yang mansukh
dan nasikh.
Kedua, menjiwai model bahasa Alquran dan
memanfaatkan keindahan dan kelenturan model bahasa tersebut dalam metode dakwah,
sebab setiap situasi dan kondisi mempunyaibahasa dakwah yang berbeda pula.
Dengan demikian, sebagai acuan dalam ketrampilan berdakwah.
Ketiga, mengetahui sejarah-sejarah Nabi
Muhammad secara mendalam lewat ayat-ayat
Alquran, baik ketika Nabi berada di Mekkah atau pun di Madinah. Pengetahuan sejarah kehidupan Nabi yang
digali dari ayat-ayat tersebutakan sangat bermanfaat sekali dalam menentukan
cara berdakwah yang sesuai sehingga dapat menentukan sikap terhadap siapa
seruan itu ditunjukan.
Keempat, kaum muslimin dapat mengikuti
dan mencatat tempat, waktu dan fase turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad
secara akurat. Hal ini menambah
keyakinan akan otenitas dan validitas Alquran Al karim sehingga kepada zaman
kita sekarang ini tanpa mengalami pengurangan, penambahan, atau perubahan.[22]
E. PENUTUP
Setelah melakukan kajian di atas, bahwa
definisiMakkiyah dan Madaniyah adalah ayat-ayat Al-quran yang turun di mekkah
dan ada juga ayat-ayat yang turun di madinah.Dan ayat yang turun sebelum Nabi
Muhammad hijrah adalah Makkiyah dan ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad
hijrah adalah Madaniyah. Selanjutnya di dalam Al-quran, ayat-ayat Makkiyah ada
pada surah Al-baqarah, Al-anfal, Al-A’raf
dan masi banyak ayat makkiyah di dalam Al-quran. Sedangkan ayat-ayat
Madaniyah ada pada surah Al-Nahl, Nuh, Ibrahim dan masih banyak lagi ayat-ayat
Madaniyah di dalam Al-quran.
Didalam jurnal ini kita dapat mengetahui
tentang berbagai macamperbedaan kaidah-kaidah dalam mengetahui makkiyah dan
madaniyah. Diantarannya kita dapat mengetahui dengan pendekatan transmisi
(periwayatan) dan pendekatan analogi (qiyas).Pendekatan transmisi yaitu Melalui riwayat dari para sahabat yang menyaksikan
turunnya wahyu, dan juga dari tabi’in yang mengetahuinya dari para sahabat.Sedangkan
pendekatan analogi (qiyas) yaitu mempelajari
karakteristik surat atau ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah yang sudah di ketahui
dari riwayat-riwayat yang dapat diterima. Selain itu di jurnal ini menjelaskan
berbagai kegunaan mempelajari Makkiyah
dan Madaniyah, antara lain sebagai ilmu untuk mendalami ilmu Alquran, sebagai
metode dakwah, mngetahui sejarah Nabi Muhammad, dan kaum muslimin mencatat
tempat,waktu, dan fase turunnya Alquran secara akurat.
Kegunaan dalam
mempelajari Makkiyah dan Madaniyah yang disebutkan dan dijelaskan
diatas mempunyai berbagai kegunaan, diantaranya alat bantu untuk memahami
Alquran, mempermudah dalam metode
dakwah, mengetahui sejarah Nabi, dan kaum muslimin dapat mencatat fase turunnya
Alquan secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Drajad, Amroeni, Ulumul Qur’an. Depok:
Kencana, 2017.
Hadiyanto, Andy, “Makkiyah Madaniyah: “Upaya
Rekonstruksi Peristiwa Pewahyu”, Jurnal
Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari 2011.
Zuhdi, Masifuk, Pengantar Ulumul
Qur’an. Surabaya: PT Bina
Ilmu Offset, 1993.
Sumbulah, Umi dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN-Maliki Press, 2016.
Hermawan, Acep, Ulumul Qur’an . Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011.
Ansyory,
Anhar, Pengantar Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan, 2012.
Muhtador, Moh “Teologi Persuasif: Sebuah Tafsir
Relasi Umat Beragama”, Jurnal Ilmu Aqidah
dan Studi Keagamaan, vol. 4, No.2, Januari 2016.
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia,
2000
Ali,
Moh, “Kontekstualisasi AL-Qur’an: Studi Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Melalui Pendekatan Historis Fenomenologis”, Jurnal
Hunaf, vol.7, No.1, April 2010.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013.
Catatan:
Artikelnya bagus, sudah tidakada yang perlu diperbaiki,
tinggal bagaimana penjelasannya di kelas.
[1]Amroeni Drajad, Ulumul Qur’an (Depok: Kencana, 2017),
hlm. 36.
[2]Andy Hadiyanto, “Makkiyah
Madaniyah: Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan”, Jurnal
Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari 2011, 3.
[3]Masifuk Zuhdi, Pengantar
Ulumul Qur’an (Surabaya: PT
Bina Ilmu Offset, 1993), hlm. 67.
[4]Ibid.
[6]Ibid.
[7] Acep Hermawan, ulumul Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011), hlm.52.
[8] Moh Muhtador,
“Teologi Persuasif: Sebuah Tafsir Relasi Umat Beragama”, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan.vol. 4, No.2, Januari 2016,
190.
[9]Umi Sumbulah dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis (Malang:
Uin-Maliki Perss, 2016), hlm. 142-153.
[10]Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2000), hlm.108.
[11]Ibid.
[12]Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, hlm.109.
[13]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 72.
[14] Rosihan, Anwar,Ulumul Qur’an, hlm.109.
[15]Ibid.
[16]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 73.
[17]Moh Ali,
“Kontekstualisasi AL-Qur’an: Studi Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah Melalui
Pendekatan Historis Fenomenologis”, Jurnal
Hunaf, vol.7, No.1, April 2010, 64.
[18]Anhar Ansyory,Pengantar Ulumul Qur’an(Yogyakarta:
Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan), hlm. 29.
[19]Umi Sumbulah dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 138-139.
[20]Andy Hadiyanto,
“Makkiyah Madaniyah: Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan”. Jurnal Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari
2011, 4.
[21]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 71-72.
[22] Yunahar Ilyas,.Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta, Itqhan
Publishing, 2013), hlm. 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar