Moh Yusuf Fathoni S & Muhammad Rijalul Firdaus
MahasiswaUinMaulana Malik Ibrahim Malang
Email :thonies30@gmail.com&firdausrijal46@gmail.com
Abstract
This article tells about the Qur'an
and its historicity, the Qur'an is the revelation of Allah SWT which was
conveyed to the Prophet Muhammad through the intermediaries of the Angel
Gabriel, then taught to friends like Abu Bakar Ash-Shidiq RA, Umar bin Khattab RA, Usman bin ‘Affan RA, Ali bin Abi Tholib to this day to study and practice the
teachings in the Al-Quran and be able to take lessons in it and can be taught
to the children of Adam in life until the end. Islamic religion is a religion
that is blessed by Allah SWT and His messengers to be able to practice the
wisdom and study the Qur'an is to study it with more enthusiasm to reach the
goals in the hereafter later as promised for the blessings that have been given.
Abstrak
Artikel ini menceritakan tentang Al-Qur’an dan Historisitasnya, Al-Qur’an
adalah wahya Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
melewati perantara Malaikat Jibril, kemudian diajarakan kepada para sahabat-sahabat seperti Abu
Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab RA, Utsman bin ‘Affan RA, Ali bin Abi Tholib hingga zaman sekarang ini untuk mengkaji dan mengamalkan ajaran-ajaran dalam Al-Quran serta bisa mengambil hikmah-hikmah
di dalamnya dan bisa diajarkan kepada para bani adam dalam kehidupan hingga akhir nanti. Agama islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan Para utusan-Nya untuk
bisa mengamalkan hikmah-hikmah dan mengkaji Al-Qur’an adalah dengan mempelajarinya
dengan lebih semangat untuk menggapai cita-cita di akhirat nanti kelak sebagaimana
yang telah di janjikan atas nikmat yang telah diberikan.
Keyword:Alqur’an ,wahyu, hikmah, islam
A.
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah petunjuk manusia di dalam dunia demi untuk
kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah kitab suci yang
ke-4 yang menjadi penyempurna dalam kitab-kitab sebelumnya.
Dalam tinjauan sejarah itu Al-Qur’an adalah kitab suci
umat beragama Islam seluruh indonesia akan tetapi Al-Qur’an tidak boleh
dijadikan alat selain beribadah kepada Allah SWT dikarenakan tidak akan sirna
hingga akhir dari dunia ini semua akan musnah tetapi hendaklah menyakini bahwa hari akhir itu
benar-benar adanya dan apabila semua orang yang
tidak percaya akan hal itu maka imannya harus dipertanyakan lagi
kemudian lebih afdholnya membaca kalimat syahadat untuk memperbarui keimanannya
dan lebih bertambah menyakini atas segala kehidupan yang dia alami hingga akhir
nanti.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya mengandung
banyak-banyak unsur tentang agama. Al-Qur’an diturunkan bertujuan untuk menjadi
pedoman atau kitab pegangan orang Muslim di dunia maupun di akhirat. Di dalam
kitab suci Al-Qur’an banyak sekali aturan-aturan, teori-teori dan semua ajaran
terkhususnya ajaran islam. Kami akan membahas Al-Qur’an dan historisitasnya
yang akan kami jelaskan.
B.
Denifisi
al-Qur’an.
‘’Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qiraa-ah berarti adalah merangkai huruf-huruf dan
kata-kata satu dengan yang lainya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an
asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata(masdar-infinitif) dari qara’a, qira,
atau wa qur’anan.[1]
Al-Qur’an disini berarti qira’ah (bacaan atau cara
membacanya). jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tashrif)
dari kata fu’lan seperti “ghufran’’ dan “syukron’’. Anda dapat mengatakan
; qara’tuhu, qur’an, qira’atan dan qur’anan, dengan satu makna. Dalam kontek sini
maqru’ (yang di baca, sama dengan qur’an yaitu satu penamaan isim maf’ul dengan
masdar.)
‘’Al Quran “ menurut bahasa ialah: bacaan atau yang
dibaca .Al Quran adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu
“ maqru sama dengan yang dibaca.”
Menurut istilah ahli Agama (‘Huruf Syara), ialah:
”Nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.yang ditulis
di mushaf- mushaf ini boleh dibaca mish-hafdan mush-haf : mushaf adalah lembaran-lembaran
yang dikumpulkan dan diikat menjadi buku[2]
Al-Qur’an
menurut istilah adalah kalam Allah yang bersifat mukjizat diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya
dari Allah dengan mutawatir dan yang membacanya bernilai ibadah.[3]
Predikat kalam
Allah untuk al-Qur’an ini bukan datang dari Nabi Muhammad atau dari sahabat
atau dari siapapun. Akan tetapi, dari Allah. Dialah yang memberikan nama kitab
suci agama Islam ini.[4] Wahyu pertama yang turun
kepada Nabi SAW, yaitu:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
“bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan” (Q.S Al-Alaq/96: 1)
Dalam surah lain yang terbilang diturunkan, Allah juga
telah memperkenalkan, bahwa kitab suci agama ini adalah Al-Qur’an. Allah
berfirman :
$pkr'¯»t ã@ÏiB¨ßJø9$# ÇÊÈ ÉOè% @ø©9$# wÎ) WxÎ=s% ÇËÈ ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr& óÈà)R$# çm÷ZÏB ¸xÎ=s% ÇÌÈ ÷rr& ÷Î Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ
”Hai orang
yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali
sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan (tartil)” (Q.S. Al-Muzammil/73: 1-4)
a.
Kata As Sayuthy dalam Al Itqan :’’Watas arti kata Al Quran
,ialah’’Kalamullah yag diturunkan Muhammad,yang tak dapat ditandingi oleh yang
menentangnya,walaupun sekedar sesurat saja daripadanya’’.
b.
Kata As Syaukany dalam Al Irsyad:’’Yang lebih utama dikatakan ,’’Al
Quran itu ,Kalamullah yang diturunkan Kepada Muhammad,yang ditiliwatkan dengan
kisan lagi mutawatir adalah diberitakan oleh golongan manusia yang berjumlah banyak,yg mustahil menurut adat
mereka berdusta.
Ringkasnya, dapat kita katakan bahwa
sesungguhnya : ‘’Al-Quran itu wahyu ilahi yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w.,yang
telah di sampaikan ke pada kita ummatnya dengan jalan mutawatir,yang mana
dihukumi kafir bagi siapa yang mengingkarinya’’.
Kemudian , apabila pengertian–pengertian kalimat ’’Qur,an ‘’ kita tinjau dengan lebih jauh kedepanya, adab berapa sekitar lima pendapat yang kami akan jelaskan di
bawah ini :
a.
pendapat AsySyafi’y, yaitu :’’lafadh ‘’ Alqur’an ‘’yang di ta’rifkan dengan
‘’Al’’, tidak berhamzah (tidak berbunyi An) dan bukan di ambil dari sesuatu kaimat
yang lain tidak diambil dari qara’tu sama dengan aku telah membaca . kalimat ini
nama resmi bagai kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW’’.Menurut
pendapat ini , kita harus membaca ‘’Al-Qur’an dengan tidak membunyikan ‘’a’’.
b.
ada pendapat yang di nukilkan dari Al Asy’ary dan juga beberapa golongan
yang lainya, yaitu: ’’lafadh Qur’an’’ diambil dari lafadh ’’qarana’’ yang
berarti’. Menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain’’. Kemudian lafadh
‘’Qur’an‘’ itu di jadikan kalam. Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabinya. Dinamai wahyu tuhan ini dengan Al-Quran, mengingat
bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya, beriring-iring dan yang
satu digabungkan kepada yang lain.
c.
Pendapat Al-Lihyani (wafat tahun 215 H) dan segolong Ulama’ lainKata
Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata
kerja (fi’il ) قرأ yang artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tasrif.
Dari tasrif (قرأ- يقلرأ- قرآنًا ), kata قرآنا artinya
bacaan yang bermakna isim maf’ul
artinya yang dibaca. Dengan hal itu dinamakan Al-Qur’an. kata tersebut
selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai kitab suci umat Islam yang
diturunkanoleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW.
Allah berfirman dalam surah Al-Qiyamah Ayat
17-18 yang berbunyi:
¨bÎ) $uZøn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, apabila Kami
telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. Al-Qiyyamah/75:17-18)
d.
Pendapat Al-Farra’ (wafat tahun 207 H)Kata Al-Qur’an berasal dari lafal قرائِنُ merupakan
bentuk jama’ dari kata قرينةٌ yang berarti petunjuk atau indikator,
mengingaat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan,
kemudian dijadikan nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW.
e.
Pendapat Az-Zujaj (wafat tahun 331 H)Kata Al-Qur’an adalah kata sifat dari
kata القرءُ yang se-wazan (seimbang) dengan kata فعلاَنُ
yang berarti الجمعُ
(kumpulan). Kata tersebut digunakan sebagai
salah satu nama kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW karena
Al-Qur’an terdiri dari sekumpulan ayat- ayat yang memuat kisah-kisah,
perintah-perintah, dan larangan-larangan dan kumpulan inti sari dari
kitab-kitab yang terdahulu.[5]
Beberapa pendapat ulama’ mengenai definisi
Al-Qur’an secara istilah, diantaranya:
a.
Syeh Muhammad Khudari BeikDalam kita Tarikh at-Tasyri’ al islam karangan
Syyeh Muhammad Khudari Beik mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut:
القُرْآنُ هُوَ اللَّفْظُ المُنَزَّلُ عَلَى مُحَمْدٍ صلي الله عليه
وسلم لِلتَّدَبُّرِ وَالتَّذَكُّرِ المَنْقٌوْلُ مُتَوَاتِرًا وَهُوَ مَا بَيْنَ
دَفَّتَيْنِ المَبْدُوْأُ بِسُوْرَةِ الفَاتِحَةِ وَلْمَخْتُوْمُ بِسُوْرَةِ
النَاسِ0
“Al-Qur’an ialah lafal (firman Allah) yang
berbahasa arab, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, untuk dipahami isinya
dan selalu diingat, yang disampaikan dengan mutawatir, yang ditulis dalam
mushaf, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.”
b.
Dr. Subkhi Shahih mengemukakan definisi Al-Qur’an adalah:
القُرْآنُ هُوَ الْكِتَابُ المُعْجِسُ المُنَزَّلُ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى الّله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَكْتُوْبُ فِي المَصَاحِفِ المَنْقُوْلُ
عَلَيْهِ بِالتَّوَّاتُرِ المُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ0
“Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mengandung
mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf
yang disampaikan secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya.”
c.
Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an
adalah:
القُرْآنُ هُوَ الكِتَابُ المَكْتُوْبُ فِى المَصَاحِفِ المَحْفُوْظُ
فِى صُدُوْرِ مَنْ عَنَى بِحِفْظِهِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ0
”Kitab (Al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis
dalam mushaf-mushaf yang terpelihara di dalam orang yang menjaganya dengan
hafalannya (yakni) orang-orang Islam.”
Dalam ketiga definisi diatas dapat kita ambil beberapa
unsur-unsur yaitu:
1.
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT
2.
Al-Qur’an terdiri atas bahasa arab
3.
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad
4.
Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang mengandung mu’jizat bagi nabi
Muhammad yang diturunkan dengan perantara malaikat jibril
5.
Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawaatir (diriwayatkan orang banyak)
6.
Al-Qur’an merupakan bacaan yang mulia dan bernilai ibadah bagi yang
membacanya.
7.
Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf yang diawali dengan surah al-Fatihah
dan diakhiri dengan surah an-Nas
8.
Al-Qur’an selalu terjaga/terpelihara kemurniannya dengan adanya orang Islam
yang menjaganya dengan menghafalkan Al-Qur’an.
C.
Bukti-bukti al-Qur’an sebagai wahyu Allah
Bagi orang mukmin sendiri sebenarnya tidak usah perlu
dibuktikanya Al-Qur’an sebgai wahyu ilahi
karena mereka (ummat) sudah mengerti bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk di buat pedoman hidup dan
di buat untk kehidupan manusia di dunia ini.
Akan tetapi adanya orang selain islam di luar sana
menghakimi bahwa sesungguhnya Al-Qur’an hanya di bawa atau di buat Nabi Muhammad
saja melainkan bahwa sesungguhnya
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT bukan hanya maknanya saja akan tetapi
lafadznya juga dari Allah SWT.
Sebetulnya orang mengira bahwa Al-Qur’an adalah karya Nabi
Muhammad adalah orang yang tidak ada yang berani untuk membuktikan dengan argumentasinya
dan menguatkanya dengan asumsinya. Mereka biasanya hanya bisa mengemukakan alasan
yang tidak berarti lagi, dan mencari-cari data yang tidak benar.
Sebagaimana untuk memberikan untuk memberikan orang-orang
kafir yang penasaran, dan sekaligus meperlihatkan
bahwasanya Al-Qur’an itu bukanlah buatan manusia sebagaimana yang merek sangka.
Wahyu secara sematik berarti “isyarat yang cepat, surat, tulisan, dan
segala sesuatu yang disampaikan kepada orang lain untuk diketahuinya”.
Secara terminologis wahyu adalah pengetahuan
yang didapat seseorang didalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu
datang dari Allah SWT, baik dengan perantara, dengan suara atau tanpa suara,
maupun tanpa perantara. Dengan demikian definisi wahyu digunakan al-Qur’an
untuk menunjuk pemberitahuan Allah kepada nabi-nabi sudah berlainan sekali
dengan pengertian bahasanya, tapi wahyu tidak sama dengan ilham/ kasyaf (penglihatan batin), perasaan dalam jiwa dan
lain sebagainya.[6]
Allah SWT berfirmandalam surah Ar Rumayat 27
yang berbunyi:
uqèdur Ï%©!$# (#ätyö7t t,ù=yÜø9$# ¢OèO ¼çnßÏèã uqèdur Ücuq÷dr& Ïmøn=tã 4
ã&s!ur ã@sVyJø9$# 4n?ôãF{$# Îû ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4
uqèdur âÍyèø9$# ÞOÅ3ysø9$# ÇËÐÈ
“dan
Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah
bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. Ar Rum/30: 27)
Ayat ini menerangkan bahwasanya hanya Allah
SWT sajalah adalah pencipta alam raya yang begitu besarnya ini semua dengan kehendak-Nya
yang mutlak. Seorang peneliti yang merenungkan semua ciptaan khalik akan adanya
menemukan banyak bukti untuk mematahkan klaim dan kebohongan orang orang kafir dan
musyrik, baik mengenai kehidupan yang terjadi secara kebetulan, mengenai kemampuan
alam untuk memilih dan menjalankan hukum, gerakan dan kehidupannya mengenai evolusi
makhluk yang berakibat meningkatkannya hewan dan benda mati, maupun menurunnya manusia
dari asal yang sama dengan kera. Semua itu klaim filosofis yang tidak ada kaitanya
dengan sains, bahkan logika ilmu sendiri menolak klaim tersebut dan meyingkap adanya
tujuan di baliknya, yaitu pemalsuan kekafiran yang sangat memperhatikan. .[7]
Dalam pengertiannya Allah berfirman dalam surah al-Syura’/42: 51
* $tBur tb%x. A|³u;Ï9 br& çmyJÏk=s3ã ª!$# wÎ) $·ômur ÷rr& `ÏB Ç!#uur A>$pgÉo ÷rr& @Åöã Zwqßu zÓÇrqãsù ¾ÏmÏRøÎ*Î/ $tB âä!$t±o 4
¼çm¯RÎ) ;Í?tã ÒOÅ6ym ÇÎÊÈ
“dan tidak mungkin bagi seorang
manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu
atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (Q.S al-Syura’/42: 51)
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa wahyu yang
dikaruniakan kepada manusia ada tiga macam, yaitu: (1) pewahyuan (menurunkan
wahyu), (2) memperdengarkan suara dari belakang tirai/hijab, dan (3) dengan
perantara malaikat yang membawa wahyu (Jibril).
Didalam al-Qur’an disebutkan bahwa al-Qur’an
sepenuhnyaa berasal dari Allah SWT dan tidak sedikitpun bercampur tangan nabi
Muhammad SAW. Allah bahkan mengancam Nabi Muhammad apabila mengada-mengada di
dalam al-Qur’an. hal tersebut tertera dalam al-Qur’an surah al-Haqqah/69: 43-47
yang berbunyi:
×@Í\s? `ÏiB Éb>§ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÍÌÈ öqs9ur tA§qs)s? $oYøn=tã uÙ÷èt/ È@Ír$s%F{$# ÇÍÍÈ $tRõs{V{ çm÷ZÏB ÈûüÏJuø9$$Î/ ÇÍÎÈ §NèO $uZ÷èsÜs)s9 çm÷ZÏB tûüÏ?uqø9$# ÇÍÏÈ $yJsù Oä3ZÏB ô`ÏiB >tnr& çm÷Ztã tûïÌÉf»ym ÇÍÐÈ
“ia adalah wahyu yang
diturunkan dari Tuhan semesta alam, seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan
sebagian Perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada
tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya, Maka
sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari
pemotongan urat nadi itu.(Q.S
Al-Haqqah/69: 43-47)
Sementara itu, Nabi sendiri juga melarang para
sahabatnya untuk menulis teks-teks selain al-Qur’an. larangan tersebut agar
ayat-ayat al-Qur’an tidak tercampur dengan teks-teks lain, terutama hadis Nabi.
Karena Al-Qur’an itu adalah sebagai dasar, pedoman dalam Islam dan hadis adalah
pelengkap, penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak bisa dipahami oleh kaum
awam. Tak semua umat Islam dapat
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri jika penafsiran itu dilakukan
sendiri hal tersebut dapat mengakibatkan orang itu menjadi kafir karena salah
faham dengan maksud ayat tersebut. Maka dari itu Al-Qur’an diturunkan dengan
mutawattir (diriwayatkan oleh orang banyak) karena agar tidak ada unsur salah
pemahaman.
Al-qur’an mempunyai sekian banyak fungsi.
Diantaranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw. Bukti kebenaran
tersebut di kemukkan dalam tantangan yang sifatnya bertahap. Pertama.menantang
siapapun yang meragukanya untuk menyusun semacam Al-Qur’an secara keseluruhan.
hal ini terdapat pada Q.S Ath-Thuur/52: 54. Kedua, menantang mereka untuk bisa
menyusun suluruh surat semacam Al-Qur’an. Seluruh Al-Qur’an berisikan 114
surah. ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah saja semacam
Al-Qur’an. tantangan tersebut surat tulis dalam surah yunus/10: 38. Keempat,
menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan
satu surah dari Al-Qur’an. [8]
Seperti halnya terdapat pada surahAl-A’raf/
17: 88 yang berbunyi:
tA$s% _|yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rçy9õ3tFó$# `ÏB ¾ÏmÏBöqs% y7¨Zy_Ì÷ãZs9 Ü=øyèà±»t tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä y7yètB `ÏB !$oYÏKtös% ÷rr& ¨bßqãètGs9 Îû $uZÏG¯=ÏB 4
tA$s% öqs9urr& $¨Zä. tûüÏdÌ»x. ÇÑÑÈ
pemuka-pemuka
dan kaum Syu'aib yang menyombongkan dan berkata: "Sesungguhnya Kami akan
mengusir kamu Hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota
Kami, atau kamu kembali kepada agama kami". berkata Syu'aib: "Dan
Apakah (kamu akan mengusir kami), Kendatipun Kami tidak menyukainya?" (Q.S. Al-A’raf/17: 88)
Pertama adalah aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya,seperti
yang sering diketahui bahwasanya sering kali Al-Qur’an turun secara spontan , guna
menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa-peristiwa. Semisal pertanyaan
orang yahudi tentang hakikat ruh lalu pertanyaan seperti ini dijawab secara
langsung, dan tentunya spontanitas tersebut merupakan tidak akan memberi peluang
untuk berfikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun
demikian setelah Al-Qur’an setelah diturunkan dan kemudian di lakukan analisis serta
perhitungan tentang redaksi-redaksinya lalu ditemukanlah hal-hal yang sangat menajubkan.
Ditemukan juga adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang
digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan tentang
aibnya Fir’aun, yang mengejar-ngejar nabi musa, yang mana diceritakan dalam surah
Yunus. Pada ayat 92 surah yunus , ditegaskan bahwa ”Badan Fir’aun tersebut akan
diselamatkan tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikut.’’ Tidak seorang
pun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadisekitar 1200 tahun S.M.Nanti,
pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakala loret menemukandi
lembah Raja-raja luxor Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa
ia adalah fir’aun yang bernama maniptah dan yang pernah mengejar nabi Musa A.S.
Selain itu, pada tanggal 8 juli 1908, Elliot Smith mendapatkan izin dari pemerintah
Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir’auntersebut. Apa yang ditemukanya adalah
salah satu jasad yang utuh,seperti yang diberitakan oleh AL-Qur’an melalui nabi
yang ummiy (tak pandai membaca dan menulis itu).
Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya, banyak sekali
isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an. Misalnya diisyaratkan bahwa ’’Cahaya
matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan (dari
cahaya matahari)’’ (perhatikan QS 10:5); atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanya bagaikan ’’ladang’’
(QS 2:223); dan masih banyak lagi lainya yang kesemuanya belum diketahui manusia
kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad
mengetahuinya kalau bukan dari dia, Allah Yang Maha Mengetahui
Semua bukti-bukti ini dimaksudkan bahwa petunjuk-petunjuk
yang disampaikan oleh Al-Qur’an adalah benar, sehingga dengan ini semua manusia
yakin serta secara tulus mengamalkan petunjuk-petunjuknya. [9]
Sejarah singkat penulisan dan kondisi al-Qur’an a (Masa Nabi, Abu Bakar, Ustman).
a.
Penulisan dan kodifikasi pada masa Nabi
Pada masa Nabi Muhammad
SAW masih hidup, penulisan al-Qur’an dalam satu buku komplit belum merupakan
kebutuhan mendesak dan belum ada naskah yang sempurna. Keaslian dan keutuhan
al-Qur’an tetap terjaga dengan baik. Al-Qur’an cukup terjaga keaslian dan kebutuhannya
melalui hafalan itu bermula dari hafalan nabi yang pada bulan ramadhan selalu
dicek ulang oleh malaikat Jibril. Kemudian para sahabat mengecek kepada Nabi
SAW. [10]Jadi
pada masa Nabi SAW banyak sahabat yang menghafalkan al-Qur’an karena pada masa
itu para sahabat langsung mendengarkan apa yang Nabi sampaikan dan para sahabat
kala itu langsung menangkap dan mengingatnya. Jadi, keutuhan al-Qur’an sangat
terjaga.
b.
Penulisan dan Kodifikasi pada masa Abu Bakar
As Sidiq
Pada masa khalifah Abu
Bakar sudah mulai berusaha untuk mengumpulkan mushaf Al-Qur’an. pada masa itu,
Al-Qur’an masih berserakan di mana-mana.Orang terdahulu menulis ayat-ayat
al-Qur’an masih di pelepah kurma, tulang-tulang, batu, kulit hewan, dsb dan
tersebar di berbagai tempat. Usaha ini dilaksanakan atas saran Umar bin Khattab
yang pada masa itu menjadi penasehat utaa khalifah Abu Bakar. Umar mengemukakan
beberapa alasan untuk mengumpulkan Al-Qur’an, salah satunya adaalah banyaknya
para penghafal Al-Qur’an yang sudah mati syahid pada saat mengikuti peperangan
Yamamah.
Akhirnya, Abu Bakar
As-Shidiq menunjuk Zaid Bin Tsabit sebagai pemimpin untuk menulis Al-Qur’an.
Zaid bin Tsabit ini adalah sekertaris sejak zaman Rosulullah SAW. Mushaf dibuat untuk dijadikan pedoman
pembelajaran al-Qur’an oleh kaum muslimin saat itu. Setelah usaha tersebut
selesai, maka mushaf disimpan oleh khalifah Abu Bakar As-Shidiq. Setelah khalifah
Abu Bakar meninggal dunia mushaf Al-Qur’an disimpan oleh Hafsah binti Umar,
putri Umar bin Khattab yang juga salah satu istri Nabi Muhammad SAW.
c.
Penulisan dan Kodifikasi pada masa Usman Bin
‘Affan
Usaha kodifikasi
(pembukuan) al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Nabi SAW. Zaid Bin Tsabit sebagai
sekertasir Nabi sudah mulai mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar
dimana-mana atas perintah Nabi SAW. Pada khalifah Abu Bakar usaha itu
disempurnakan. Pada khalifah Utsman Bin Affan wilayah Islam sudah semakin luas.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan
terjadinya perbedaan pembelajaran al-Qur’an di beberapa plosok wilayah. Maka,
khalifah Utsman bin Affan berencana untuk menggandakan mushaf setelah muncul
usulan dari Khuzaifah dan membentuk suatu badan atau paitia pembukuan
al-Qur’an, yang anggotanya terdiri atas Zaid bin Tsabit sebagai ketua
panitianya dan Abdurrahman bin haris, ‘Abdullah ibn Zubair, Sa’id ibn ‘Ash
sebagai anggota.
Setelah tim tersebut
menyelesaikan tugasnya, khalifah Utsman ibn Affan mengembalikan mushaf orisinal
kepada hafsah. Kemudian beberapa mushaf hasil kerja tim tersebut dikirim ke
berbagai kota. Sementara itu, mushaf- mushaf lain yang ada pada saat itu
diperintahkan oleh khalifah Utsman untuk dibakar. Pembakaran mushaf dimaksud
adalah untuk mencegah terjadinya pertikaian di kalangan umat, karena
masing-masing mushaf yang dibakar itu mempunyai kekhususan. Para sahabat
penulis wahyu Nabi SAW tidak diikat oleh suatu ketentuan penulisan yang
seragam, sehingga terdapat perbedaan antara koleksi sahabat satu dengan sahabat
yang lain.
Ada yang kelihatanya
mencampurbaur antara al-Qur’an dan penjelasan Nabi SAW atau sahabat sendiri.
Walaupun sesungguhnya para sahabat tidak mengenali mana yang ayat al-Qur’an dan
mana yang penjelasan ayat. Misalnya, dengan membubuhi kode-kode tertentu yang
mungkin hanya yang diketahui yang bersangkutan. Mushaf yang ditulis pada masa
khalifah Abu Bakar tetap disimpan dirumah Hafshah sampai akhir hayat beliau.
9.
Penutup
Setelah mengkaji di atas Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Nabi muhammad SAW melalui
perantara malaikat jibril dan cara menjaganya adalah dengan memuliakanya menjaganya dan mengamalkan perintah-perintah dan laranganya serta memberitahukan kepada anak turunya tentang Al-Qur’an
sebagai guna kitab suci ini sebagai pedoman hidup dan selama berada di dunia dan akhirat, diambil dari hikmah-hikmah cerita untuk menyelamatkan pemusnahan dari selain agama
islam mulai zaman nabi hingga sekarang adalah bentuk menghargai dan menjaga kalamullah yang
seharusnya dijaga hingga akhir nanti.
Didalam Al-Qur’an sangat banyak ayat yang
menunjukkan bahwa Al-Qur’an benar-benar wahyu Allah SWT, seperti halnya Fir’aun
yang jasadnya diselamatkan Allah supaya menjadi pembelajaran bagi generasi
selanjutnya. Dengan bukti-bukti tersebut dapat membuat kita lebih yakin dan
bersemangat untuk beribadah dan membaca Al-Qur’annya.
Banyak sahabat pada zaman Nabi yang menghafal
Al-Qur’an dengan hal tersebutlah Al-Qur’an sampai sekarang masih terjaga
keasliannya. Tetapi, sangat banyak sahabat yang gugur pada medan perang maka
pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq yang mendapat usulan dari Umar bin
Khattab untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an dan membukukan dan hal tersebut
terealisasi dan pada masa Khalifah Utsman bin ‘Affan mushaf al-Quran
digandankan karena wilayah kekuasaan Islam sudah semakin luas. Dan dengan
berkembangnya masa maka Al-Qur’an sekarang sudah dimiliki oleh semua umat Islam
untuk dibaca setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
M.Hasbi Ash Shiddieqy,sejarah dan pengantar ilmu
al-quran dan tafsir,midas surya
grafindo,Jakarta,1992.
Shihab,Prof. Dr. M.Quraish DKK, Sejarah dan Ulumul
al-Qur’an,Pustaka firdaus, Jakarta, 1999.
Hermawan,Acep, M.Ag, Ulumul Qur’an, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2011
Sri aliyah Dosen Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Raden Fateh Palembang, Jurnal bukti kebenaran
Al Quran.
Drajat,Prof. Dr. H.
Amroeni, M.Ag, Ulumul Qur’an pengantarilmu-ilmu Al-Qur’an, Kencana,
2017.
Khalill, Manna
al-Qaththan,studiilmu-ilmu al-Qur’an,terj.Mudzakir(Jakarta:PustakaLiteraAntar
Nusa,2007
Ma’ruf, Amari, Nur Hadi, Mengkaji Ilmu Tafsir,
2014,surabaya:PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri.
Shihab,Dr.M.Quaish,1996,Membumikan Al-Qur’an,Mizan,
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=membumikan+al+quran&oq=membu, tanggal 30-08-2018 15.24
Catatan:
1.
Similarity agak tinggi, 38%.
2.
Pendahuluan tolong diperbaiki.
3.
Penulisan footnote disamakan semua.
4.
Tolong pembahasan mengenai definisi Alquran dirapikan, terkesan asal
dicampurkan.
5.
Referensi artikel jurnal harus diberikan penjelasan di mana diterbitkan dan
lain sebagainya.
6.
Dalam tulisan ilmiah, titel (Prof. Dr. Ustadz, dll) harus dihilangkan.
Makalah ini tidak rapi, perlu adanya perapian agar
pembaca dapat membacanya dengan mudah. Jangan asal tempel saja, tetapi ditata
agar tidak mengecewakan.
[1]Manna Khalil al-Qaththan, studi ilmu-ilmu al-Qur’an Mudzakir (Jakarta:Pustaka Litera Antar
Nusa,2007
hal 16
[2]M.Hasbi Ash Shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu al-quran dan tafsir, midas surya
grafindo, Jakarta, 1992, hal2
[3]Prof. Dr. M.Quraish Shihab DKK, Sejarah
dan Ulumul al-Qur’an,Pustaka firdaus, Jakarta, 1999, Halaman 13.
[4]Acep Hermawan, M.Ag, Ulumul Qur’an,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, halaman 11
[6]Prof. Dr.
M.Quraish Shihab DKK, Sejarah dan Ulumul al-Qur’an,Pustaka firdaus,
Jakarta, 1999,halaman 48
[7] Sri aliyah Dosen Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fateh Palembang, Jurnal bukti kebenaran Al
Quran, hal 5
[8] Dr M QuraishShihab,Membumikan Al-Qur’an
:FungsidanPeranWahyudalamkehidupanMasyarakat.Yogyakarta :Mizan 1996
[9]Dr M QuraishShihab,Membumikan Al-Qur’an
:FungsidanPeranWahyudalamkehidupanMasyarakat.Yogyakarta :Mizan 1996
[10] Prof. Dr. H. AmroeniDrajat, M.Ag, Ulumul Qur’an
pengantarilmu-ilmu Al-Qur’an, Kencana, 2017, halaman 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar