AL-QUR’AN DAN
HISTORISITASNYA(BUKTI KEASLIAN DAN SEJARAH PENULISAN SERTA PEMBUKUANNYA)
PIPS A2016
Widia
Diningrum (16130006)
Dewi
Nur Musthofiyah (16130012)
Achmad
Rizky Ludvy A (16130117)
Abstract
The Qur'an is the holy book of Allah that was passed last after the other holy books as the perfect and also the guidance for mankind. The Qur'an was revealed to the Prophet Muhammad with the angel of the angel Gabriel. Much humanity doubts the authenticity of the Qur'an. However, until now no one is able to make beautiful sentences like what is in the Qur'an. The Qur'an is not handed down directly in the form of a book, but it is gradually lowered by about 23 years. In his bookkeeping development only began in the period of Ustman ibn Affan's caliphate. before that, the Qur'an was only taught directly by the Prophet Muhammad and some of his companions wrote him in the things that existed at the time. Prior to the record, the Qur'an is only a scattered sheets that read only a piece of paragraph.
Abstrak
Al-Qur’an
adalah kitab suci Allah yang diturunkn terakhir setelah kitab-kitab suci
lainnya sebagai penyempurna dan juga pedoman bagi umat manusia. Al-Qur’an
diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril. Banyak
sekali umat manusia meragukan akan keaslian Al-Qur’an. Namun, sampai saat ini
tidak ada seorang pun yang mampu membuat kalimat indah seperti apa yang ada di
dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak diturunkan secara langsung berupa kitab, akan
tetapi diturunkan secara berangsur-angsur selam kurang lebih 23 tahun. Dalam
perkembangan pembukuannya baru dimulai pada masa kekhalifaan Ustman bin Affan.
sebelum itu, Al-Qur’an hanya diajarkan langsung oleh nabi Muhammad saw dan
sebagian para sahabat menulisknnya dalam benda yang ada pada saat itu. Sebelum
dibukukan, al-Qur’an hanya berupa lembaran-lembaran yang berserakan yang
bertuliskan hanya sepotong-potong ayat saja.
Keywords: Al-Qur’an, Nabi Muhammas saw, Mushaf
A. Pendahuluan
Al-Qur’an
adalah Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan utama diturunkannya
Alquran adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.[1]
Secara
bahasa Al-Quran bersal dari kata kerja qara’a
yang berarti “mengumpulkan atau menghimpun” , dan qira’ah yang berarti
“menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan
yang tersusun rapi.Awal di turunkannya Al-Quran ditandai dengan surat Al-Alaq
ayat 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ – خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ- الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ - عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ –
dan
setelah itu ayat al-qur’an turun secara beransur-ansur.
Al-Quran
juga memperkenalkan dirinya dengan berbagai sifat, di antaranya adalah bahwa
merupakan kitab yang keotentikannya di jamin oleh Allah, dan ia adalah
kitab yang selalu dipelihara. إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ - 15:9( Sesungguhnya Kami yang
menurunkan Al-Quran dan kalimah pemeliharanya ). ( QS 15:9 ).[2]
Gua
Hira menjadi saksi turunnya wahyu dari situ sebagian besar ulama Indonesia
bahwa turunnya Al-Quran jatuh pada 17 ramadhan yang sering kita peringati
dengan Nuzulul Quran,anggapan ini berdasasrkan surat Al-Anfal (8: 41), ketika
itu terjadi perang Badar pada tanggal 17 ramadhan. Untuk yang pertama Wahyu turun
menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah adalah melalui mimpi yang haqiqi, kedua dimasukkan
ke dalam jiwa Nabi tanpa melihatnya, ketiga malaikat Jibril muncul dihadapan Nabi
dengan rupa seorang laki-laki, keempat wahyu dating menyerupai lonceng, kelima wahyu
disampaikan malaikat Jibril dengan bentuk aslinya, keenam wahyu disampaikan di
atas lapisan-lapisan langit, ketujuh Allah berfirman langsung kepada nabi tanpa
perantara.[3]
Al-Quran mempunyai 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat,
dimana surah terpanjang adalah Al-Baqarah terdiri dari 286 surah, dan yang paling pendek adalah surah Al-Kautsar terdiri 3 ayat
Dalam kehidupan seorang muslim kita wajib berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadist karena di dalam Al-Qurna banyak firman-firman Allah yang merujuk pada umat manusia dalam kehidupannaya. Dari itu pula umat muslim wajib mengamalkan ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Quran, ketika kita sedang membaca atau kita dekat dengan Al-Quran maka hati kita cukup tenang dan nyaman, bagaimana kita tahu bahwa keberkahan Al-Quran bias mengangkat derajat seorang muslim menjadi lebih baik dan bias mensucikan dirinya dari hal-hal yang buruk bagi dirinya.
Untuk di Jawa Timur sendiri banyak berdiri pondok pesantren Al-Quran yang dimana mencetak para hafidz-hafidzoh quran yang baik, tidak hanya itu JawaTimur sendiri menjadi provinsi yang paling banyak hafidz-hafidzoh di Indonesia. Contohnya wakil Indonesia yang juga hafidz sekaligus imam Masjidil
Haram yang berasal dari Jawa Timur, yaitu Syech Syarwani yang makamnya terdapat
di Bangil-JawaTimur
Bagaimana
kita sering mendengar dan tidak bosan-bosannya mendapat nasihat dari para ulama
yang mengahruskan kita membaca, mengamalkan, memahami ayat Al-Quran bagi kehidupan
kita agar anak turun kita senantiasa dilindungi oleh Allah dan cinta terhadap
Al-quran.
B. Bukti-bukti Al-Qur’an sebagai Wahyu Allah SWT
Bagi setiap orang yang beriman
tentu tidak perlu pembuktian tentang kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Allah.
Karena mereka telah meyakininya dengan sepenuh hati. Akan tetapi berbeda dengan
orang-orang yang mengingkari nabi Muhammad atau para kaum kafir, mereka mengira
Al-Quran adalah ciptaan nabi Muhammad SAW.
Bahkan perkiraan mereka terhadap nabi Muhammad tidak ada yang dapat
membuktikannya secara jelas. Mereka hanya menggunakan alasan-alasan dan data
yang tidak benar. Karena kejadian ini Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk
menantang para tokoh-tokoh sastra untuk mendatangkan kitab seperti Al-Qur’an.
Setelah itu beliau meminta para tokoh-tokoh quraisy yang mahir dalam sastra
untuk membuat 10 surat seperti yang ada di dalam Al-Qur’an, namun mereka tidak
sanggup. Kemudian beliau meminta kepada merek satu surat saja, akan tetapi
merek tetap tidakmampu. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat al-isyra’ ayat
88:
Dari ayat diatas dapat kita
simpulkan bahwa, Al-Quran tidak bisa di buat oleh manusia dan jin, bahkan
dengan cara apapun mereka tidak akan pernah bisa menandingi keindahan bahasa
dan kerapihan susunan katanya , gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti
adalah ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an yang di buat oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Berikut ini keterangan dari
Al-Quran tentang pembuktian kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Allah antara lain[4] :
1.
Dari segi isi
a.
Kelengkapan isi
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai
pengoreksi kitab-kitab terdahulu. Ini bukan berarti bahwa ajaran yang dibawa
oleh nabi terdahulu adalah salah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat
Al-Maidah ayat 48:……
Artinya :
“ Dan kami telah menurunkan
kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain.
Kita mempercayai kitab-kitab yang
dibawa oleh nabi terdahulu adalah kitab dari Allah. Namun, seiring perkembangan
zaman kitab-kitab tersebut mulai diubah oleh manusia yang tidak bertanggung
jawab. Sehingga sangat menyimpang dari ajaran kitab yang asli.
Al-Quran pada hakikatnya
mengandung lima prinsip yaitu Tauhid, janji dan ancaman Allah, ibadah, dan
sejarah ummat terdahulu sebelum nabi Muhammad . Sebagaiman Allah berfirman
dalam Q.S. Yusuf ayat 111
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ
عِبْرَةٌ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن
تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً
لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ - 12:111
Artinya :
“Al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.
Dari ayat diatas dijelaskan
bahwa, Al-Quran adalah penyempurna kitab-kitab rasul sebelumnya, yaitu kitab
taurat yang diwahyukan kepada nabi Musa AS, kitab zabur yang diwahyukan kepada
nabi Daud AS, dan kitab Injil yang diwahyukan kepada nabi Isa AS, dan sebagai
petunjuk hidup untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
b.
Kehebatan Isi
Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Israa’ ayat 88
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ
وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya :
“ Katakanlah : “Sesunguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekaipun
sebagaian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
Dari ayat diatas, Allah
menegaskan kepada mansia yang megingkari
Al-Qur’an sebagai kalamullah, bahwa manusia maupun makhluk lainnya tidak akan
mampu membuat yang serupa dengan Al-Qur’an meskipun satu satu surat yang terpendek
saja. Kehebatan lainnya juga terletak pada isinya, dimana menceritakan masa
lalu dan masa yang akan datang, sehingga tidak mungkin bagi nabi Muhammad yang
buta huruf menulisnya sendiri.
2.
Dari segi Bandingan dengan
kitab-kitab Terdahulu
a.
Al-Qur’an mengakui kitab-kitab
terdahulu
Islam adalah agama yang
satu-satunya yang diciptakan oleh Allah, dimana agama para nabi dan rasul
terdahulu adalah islam. Dengan demikian kitab-kitab terdahulu yang dibawa oleh
para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad adalah berasal dari wahyu Allah.
Untuk itulah kita diwajibkan meyakini kitab-kitab terdahulu.[5] Sebagaiman Allah berfirman
dalam surat Al-Baqarah ayat 4
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Artinya :
“Dan mereka yang beriman kepada
kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-kitab
yang diturunlan sebelumnya.”
Tetapi perbedaannya dengan
Al-Qur’an adalah kitab yang diwahyukan kepada nabi terdahulu dikhususkan untuk kaum atau kelompok tertentu saja dan
hanya berlaku pada masa itu saja. Sedangkan kitab Al-Qut’an yang diturunkan
kepada nabi akhir zaman yaitu nabi
Muhammad untuk seluruh ummat manusia dan berlaku sampai akhir zaman.
b.
Al-Qur’an sebagai kitab suci
paling sempurna
Kitab suci ummat terdahulu banyak
dimanipulasi oleh manusia yang mengakibatkan kebenarannya tidak dapat
dipercaya. Maka dari itu, manusia harus meninggal semua ajaran-ajaran nya dan
beralih kepada Al-Qur’an yang dipelihara kebenarannya oleh Allah sampai akhir
zaman.
3.
Dari segi Historis
Allah SWT berfirman dalam surat
Yunus ayat 90-92 disebutkan bahwa :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا
ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ -
10:90آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ -
10:91فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ
وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ - 10:92
Artinya:
”Dan kami selamatkan Bani Israil
melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena
hendak menganiaya dan menindas mereka, hingga ketika Fir’aun hamper tenggelam
berkatalah dia. “ Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercaya oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang yang berserah diri
(kepada-Nya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. Dan kamu
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari itu kami selamat
badamu supaya dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu .
tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami.”
Dari ayat diatas kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an telah lama mengetahui bahwa jasad Fir’aun
akan ditemukan, dan itu terbukti setlah ditemukannya jasad firaun yang kemudian
sampai sekarang diawetka dan dijadikan mumi oleh orang Mesir. Ini membuktikan
bahwa Al-Quran dapat mengetahui kejadian masa lampau dan masa yang akan datang
dan ini juga membuktikan bahwa Al-Qur’an ada kalamullah.
4.
Dari segi Ilmu Pengetahuan
Di dalam Al-Qur’an diwajibkan
bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu, bahkan
Al-Qur’an juga menginspirasi para ilmuan untuk megadakan riset atau penelitian.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Ghosyiyah 17-18:
أَفَلَا
يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ - 88:17
وَإِلَى السَّمَاءِ
كَيْفَ رُفِعَتْ - 88:18
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ia diciptakan?”
“Tidak hanya di dalam bumi saja,
bahkan Al-Qur’an juga menganjurkan melintasi langit menuju luar angkasa untuk
melihat keagungan dan kebesaran Allah SWT.”
5.
Dari segi fitrah manusia
Fitrah adalah potensi-potensi
tertentu yang ada pada diri manusia yang telah dibawanya semenjak lahir, dalam
kaitannya dengan tugas manusia sebagai khalifah Allah untuk menciptakan
kemakmuran dan kebahagiaan dimuka bumi ini.
Dalam hal ini nabi Muhammad bersabda yang artinya “Tidaklah dilahirkan
seorang anak melainkan atas fitrah manusia (H.R Muslim).
C. Sejarah Singkat Penulisan dan Kodifikasi Al-Qur’an
1.
Masa
Nabi Muhammad SAW
Proses penulisan Al-Qur’an sudah
berlangsung sejak zaman nabi Muhammad saw dalam proses menerima wahyu dalam
rentang waktu kurang lebih 23 tahun. Setiap kali nabi Muhammad saw menerima
wahyu, nabi Muhammad saw memanggil para sahabat-sahabatnya untuk mendengarkan
ayat-ayat al-qur’an yang diterimanya. Apabila sahabat tidak memahami maksud
dari ayat yang dibacakan oleh nabi Muhammad saw, para sahabat langsung
menanyakan kepada beliau dan kemudian menghafalkannya. Nabi muhammad saw tidak
menganjurkan kepada umatnya untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an yang
diwahyukan, namun kelebihan dari umat islam pada waktu itu yakni mereka
berantusias untuk menghafalkan sesuai dengan kapasitas kemampuan mereka
kemudian diamalkannya tentang apa yang terkandung dalam ayat-ayat yang mereka
pahami. Mereka senantia menantikan wahyu-wahyu selanjutnya yang akan diajarkan
oleh Rasululloh saw secara langsung.
Dalam salah satu hadist di
riwatkan Al-Barra’ bin ‘Azib menceritakan disaat nabi Muhammad saw menerima
wahyu, beliau meminta kepada Umar bin Khattab untuk memanggilkan Zaid bin
Tsabit untuk datang dengan membawa alat tulis untuk menuliskan ayat al-Qur’an
yang baru diwahyukan. Pada masa itu media penulisan yang tersedia yaitu kulit
binatang, lempengsn batu, tulang binatang, dan juga pelepah kurma. Ini semua
membuktikan bahwa sudah adanya penulisan al-Qur’an sejak zaman nabi Muhammad
saw.
Selain itu, masih banyak para
sahabat yang juga ikut menuliskan ayat-ayat al-Qur’an diantaranya kurang lebih
terdapat enam puluh lima sahabat yang juga langsung ditugaskan oleh nabi untuk
menuliskan wahyu. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Alin bin Abi Thalib, Abu Umamah, Abu Ayyub Al-Anshari, Abu
Huzhaifah, Abu Sufyan bin Harb, Abu Salamah, Abu ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab,
Al-Arqam, Usaid bin Al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Tsabit bin Qais, Ja’far
bin Abi Thalib, Jahm bin Sa’ad, Suhaim, Hatib, Hudzaifah, Husain, Handzala,
Huwaitib, Khalid bin Sa’id, Khalid bin Walid, Zubbair bin ‘Awwam, Zubair bin
Arqam, Zaid bin Tsabit, Sa’ad bin Ar-Rabi’, Sa’ad bin ‘Ubadah, Sa’id bin Sa’id,
Shurahbil bin Hasan, Thalhah bin Ubaidillah, ‘Amir bin Fuhaira, ‘Abbas bin
Abdul Munthalib, Abdullah bin Al-Arqam, Abdullah bin Abi Bakr, Abdullah bin Ruhawah,
Abdullah bin Zaid, Abdullah bin Sa’ad, Abdullah bin Abdullah, Abdullah bin Amr,
Uqba, Al-‘Ala bin ‘Uqba, Amru bin Ash, Muhammad bin Maslamah, Mu’adz bin Jabal,
Mu’awiyyah bin Abu Sufyan, Mu’aqib bin Mughirah, Mundhir, Muhajir, dan Yazid
bin Abu Sufyan.[6] Para
sahabat melakukan penulisan tidak secara kolektif yang menuliskan secara
keseluruhan, namun hanya sepotong ayat saja yang menjadikan Al-Qur’an tidak
bisa di bukukan. Ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar pada masa itu juga tidak
seutuhnya bentuk al-Qur’an hanya berupa suhuf-suhuf dan mushaf-mushaf. Nabi
juga tidak menganjurkan para sahabat untuk menuliskan selain al-Qur’an karena
dikhawatirkan tercampurnya al-Qur’an dengan hal lainnya.
Dalam penyusunan urutan surah
yang terdapat saat ini memang tidak sesuai dengan kronologis turunnya ayat yang
diwahyukan Allah swt kepada nabi Muhammad saw. Namun, nabi Muhammad saw lebih
memahami tentang bagaimana penyusunan ayat dan pengelopokan surah-surah yang
sesuai. Penyusunan yang dilakukan oleh nabi Muhammad juga tidak sembarang.
Setiap setahun sekali malaikat jibril datang untuk memeriksa runtutan ayat dan
surat.[7]
Bukti lain adanya penulisan ayat
al-Qur’an pada zaman Rasulullah saw yaitu dalam kisah masuk islamnya salah satu
sahabat nabi yaitu Umar bin Khattab. Pada waktu itu, umar mendengarkan fatimah
yakni saudara perempuannya yang sedang membacakan awal surat At-Thaahaa yang
tertulis dalam mushaf. Allah memberikan hidayah kepada hidayah kepada Umar yang
kemudian umar mengambil mushaf yang dibaca oleh fatimah, dan masuklah umar
kedalam agama Islam.
2.
Masa
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Di masa Rasululloh saw, penulisan
al-Qur’an dilakukan ketika beliau mendapatkan wahyu. Rasululloh memerintahka
para sahabatnya untuk menulis dan juga menghafal wahyu yang telah diterimanya. Namun
sebagaian besar para sahabat hanya menghafalnya dan hanya sebagian sahabat yang
menulisnya.Kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Rasululloh digantikan oleh Khulafaur Rasyidin[8] yang mana yang menjadi
khalifah pertama yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada masa kepemimpinan khalifah
Abu Bakar, terdapat suatu pergerakan dimana Musailamah Al-Kadzab berdakwa yang
mengaku sebagai seorang nabi dimana tujuan musailamah adalah untuk memurtadkan
orang-orang islam. Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar menyiapkan pasukan
pengendara kuda berjumlah 4000 untuk memerangi Musailamah dibawah pimpinan
Khalid bin Walid. Pada saat itu Musailamah sedang berada di Yamamah dan sedang
mempengaruhi golongan Bani Hanifah. Peperangan berlangsung di Yamamah dan menewaskan
banyak pasukan perang dan tujuh puluh diantaranya adalah orang Qurra’. Mengetahui hal tersebut, Umar
bin Khattab meminta kepada khalifah Abu Bakar untuk melakukan suatu tindakan
tentang pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dan melakukan pembukuan untuk
menghindari hal-hal yang yang menjadikan hilangnya al-Qur’an. Pada Awalnya
khalifah Abu Bakar menolak usulan tersebut dengan alasan bahwa nabi Muhammad
saw tidak pernah melakukan hal tersebut. Umar mencoba untuk menegaskan apa yang
diinginkannya dengan alasan kenapa hal tersebut harus dilakukan. Tidak lama
kemudian dengan izin Allah yang telah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima
usulan Umar tersebut.
Kemudian Abu Bakar mempercayai Zaid bin Tsabit[9] untuk mengumpulkan
suhuf-suhuf dan juga menuliskan kembali suhuf-suhuf yang telah dikumpulkan.
Sebelumnya, Abu Bakar membentuk suatu kepanitian pengumpulan Al-Qur’an yang
mana diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dan dibantu para sahabat lain diantaranya
adalah Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, dan Abu Zaid. Disamping itu Umar bin
Khattab, Ali bin Abi Thalib dan juga para sahabat lainnya juga ikut
membantunya.[10]
Langka yang dilakukan Zaid bin
Tsabit dibawah utusan khalifah Abu Bakar yaitu mengumumkan ke seluruh penjuru
kota bagi siapa saja yang mempunyai tulisan-tulisan al-Qur’an dalam media
apapun yang pernah dituliskan dihadapan nabI Muhammad saw untuk menyerahkan
kepada panitia pengumpulan al-Qur’an, dan juga bagi siapa saja yang pernah
belajar al-Qur’an langsung kepada nabi Muhammad saw, untuk menuliskannya.[11] Setelah ayat-ayat
al-Qur’an sudah terkumpul, khalifah Abu Bakar, Zaid bin Tsabit dan juga sahabat
yang lainnya melakukan penyusunan al-Qur’an sesuai dengan apa yang telah
diajarkan oleh nabi Muhammad saw yakni dengan mengurutkan ayat yang saling
berkesinambungan. Kemudian menuliskannya kembali di atas kulit binatang karena
pada waktu itu belum ada media untuk menulis seperti halnya kertas. Setelah
semua tersalin diikatlah mushaf-mushaf tersebut dan disimpan di kediaman
khalifah Abu Bakar.
Setelah khalifah Abu Bakar wafat,
kepemimpinan agama islam digantikan oleh khalifah Umar bin Khattab.
Mushaf-mushaf yang pernah di simpah khalifah Abu Bakar berpindah tangan kepada
khalifah Umar. Pada masa kekhalifahan Umar terjadi suatu gerakan yaitu
penyembaran al-Qur’an namun masih berupa mushaf-mushaf yang tidak dibukukan.
Namun salinan pada masa khalifah Abu Bakar tetap disimpan di kediaman khalifah
Umar. Disamping penyebaran mushaf, khalifah Umar juga menempatkan para sahabar
diberbagai daerah untuk mengajarkan al-Qur’an secara langsung. Kebijakan
tersebut terjadi selama kepemimpinan khalifah Umar. Sepeninggal khalifah Umar,
salinan dari masa khalifah Abu Bakar di berikan kepada Hafshah binti Umar bin
Khattab[12].
3.
Masa
Utsman bin Affan
Penyempurnaan Al-Qur’an terjadi
setelah wafatnya nabi Muhammad saw. Hal ini dilakukan mulai dari zaman pemerintahan
khalifah Abu Bakar dan kemudian dilanjutkan dengan Umar bn Khattab. Mereka
melakukan gerakan untuk menuliskan Al-Qur’an yang sebelumnya hanya dihafalkan
oleh para sahabat-sahabat saja. Tulisan-tulisan Al-Qur’an pada masa itu
dinamakan shuhuf. Pembukuan Al-Qur’an dimulai pada zaman kekhilafahan Utsman
bin Affan. Hal itu diawali dengan terjadinya perang Yamamah yang diriwayatkan
oleh Bukhary dari Anas menjelaskan bahwa Hudzaifah Ibnul Zaman menemukan perselisihan
dalam pelafalan Al-Qur’an dalam memerangi penduduk Syam dalam peperangan yang
terjadi untuk mengalahkan Arminia dan Hudzaifah. Faktor utama yang menjadi
perselisihandalam pelafalan Al-Qur’an karena memang setiap umat islam
diberbagai wilayah memiliki dialek yang khas sendiri-sendiri. Karena pada saat
kepemimpinan Utsman bin Affan terjadi perluasan wilayah umat islam diluar
Jazirah Arab yang menjadikan umat islam tidak datang dari bangsa Arab saja.
Mereka menganggap kalimat al-Qu’an yang dilafalkan sudah benar. Hudzaifah
meminta kepada khalifah Utsman untuk segera melakukan tindakan untuk mengatasi
hal itu agar tidak terjadi suatu perselisihan mengenai kitab suci seperti apa
yang dilakukan oleh orang Nasrani dan Yahudi.
Mendengar hal tersebut, khalifah
Utsman menanggapinya langsung melakukan suatu tindakan yakni dengan
mengeluarkan suatu kebijakan untuk melakukan kodifikasi(pembukuan) yang selama
ini berupa shuhuf-shuhuf yang berserakan di tangan umat Islam. Dalam kebijakan
ini, khalifah Utsman menggunakan dua metode yang dilakukan. Pertama, Utsman bin Affan memerintkah
Zait bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Harits, dan Said bin Ash
untuk menyalin shuhuf-shuhuf sepeninggalan khalifah sebelumnya yang berada
ditangan Hafshah. Mereka menyalin menjadi beberapa mushaf, dan kemudian salinan
mushaf tersebut dikirimkan ke Kufah, Bashrah, Damaskus, dan Madinah. Kemudian
shuhuf-shuhuf itu dikembalikan lagi kepada Hafshah. Disamping itu Utsman bin
Affan memerintahkan untuk membakar mushaf Al-Qur’an selain salinan yang ditulis
oleh para sahabt . Salinan pertama disimpan sendiri oleh Utsman Bin Affan. Kedua, Utsman bin affan membentuk
sebuah tim pengumpulan naskah Al-Qur’an yang terdiri dari dua belas orang
sahabat diantaranya Sa’id bin Al-‘Ash, Nafi’ bin Zubair bin Amr bin Naufal,
Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Hisham,
Khatir bin Aflah, Anas bin Malik, Abdullah bin ‘Abbas, Malik bin Abi ‘Amir,
Abddullah bin Umar, dan Amru bin Ash.Utsman bin Affan memerintahkan melalui
pidatonya “saat ini, umat islam memiliki bacaan Al-Qur’an yang berbeda-beda,
dan aku memerintahkan untuk siapa saja yang mempunyai ayat-ayat Al-Qur’an yang
dituliskan sejak zaman Rasululloh agar segera diberikan kepadaku”. Mendengar
perintah tersebut, orang-orang berbondong-bondong menyerahkan bagian-bagian
ayat yang mereka miliki, yang dituliskan diatas kulit binatang, lempengan batu,
tulang binatang, dan pelepah kurma. Pada saat penyerahan ayat tersebut, Utsman
bin Affan bertanya kepada setiap orang apakah apa yang diserahkan yakni tulisan
potongan ayat mereka mengetahui dan memahami seperti apa yang telah dibacakan
oleh nabi Muhammad saw sendiri. Setiap orang bersumpah dan mengatakan apa yang
mereka baca sama dengan bacaan yang sudah diajarkan nabi Muhammad saw dan
kemudian ayat-ayat tersebut diserahkan kepada Zaid bin Tsabit. Setelah
terkumpul, para sahabat membandingkan shuhuf-shuhuf yang terkumpul dengan
shuhuf yang ada ditangan Hafshah. Setelah adanya kesamaan, para sahabat mulai
menyusun shuhuf-shuhuf tersebut menjadi sebuah mushaf. Dalam penyusunan tersebut
114 surah telah di urutkan yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah An-Nas.[13]Penyusunan surah tersebut
sesuai dengan cara penulisan yang sudah dilakukan oleh khalifaah Abu Bakar yang
pernah ia lakukan dihadapan Rasululloh saw. Setelah itu para sahabat membacakan
susunan ayat-ayat tersebut didepan Utsman dan seluruh para sahabat untuk
mendapatkan kesepakatan. Dirasa tidak ada yang protes tentang penyusunan
surah-surah tersebut para sahabat menuliskan kembali al-Qur’an menjadi beberapa
salinan.[14] Para
sahabat membuat 6 buah salinan yang akan disebarluaskan wilayah penduduk islam
diantaranya yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam, dan Yaman dan satu lagi disimpan
Utsman sendiri di Madinah yang sekarang dikenal sebagai Al-Mushaf Al-Imam.[15]
Disamping menyebarkan
mushaf-mushaf yang sudah dibenarkan dan disepakati, Khalifah Utsman juga
mengutus para sahabat bersama dengan mushafnya untuk mengajarkan Al-Qur’an
dengan pelafalan yang benar berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh nabi
Muhammad saw pada saat itu. Adapun para sahabat yang diutusnya antara lain
Abdullah bin Saib ke Mekkah, Al-Mughirah bin Syihab ke Syam, Abu Abdirrahman As
Sulma ke Kufah, Amir bin Qais ke Basrah, dan Zaid bin Tsabit ke Madinah.[16]
Kebijakan khalifah Utsman untuk
mengumpulkan suhuf dan menyalin mushaf menjadi beberapa salinan dan
disebarluaskan mampu mengatasi perselisihan umat islam dalam hal kitab suci.
Selain itu, pembukuan al-Qur’an di masa khalifah Ustman menghasilkan suatu
bacaan isi al-Qur’an yang sama dan juga menentukan urutan tatanan surah-surah
yang sudah disepakati bersama. Hal itu menjadikan khalifah Ustman mendapatkan
banyak pujian dari umat Islam sebagai khalifah yang mampu memperjuangkan
masalah kitab suci seperti apa yang telah dilakukan oleh khalifah Abu Bakar
Ash-Siddiq sebelumnya.
D. Penutup
Alquran adalah
Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan utama diturunkannya Alquran adalah
untuk menjadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Quran juga
memperkenalkan dirinya dengan berbagai sifat, di antaranya adalah bahwa
merupakan kitab yang keotentikannya di jamin oleh Allah, dan ia adalah
kitab yang selalu di pelihara. Inna
nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahulahafidzun ( Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan kalimah
pemeliharanya ). ( QS 15:9 ).
Pada saat diturunkannya
Al-Quran atau wahyu juga terdapat banyak bukti kepada Nabi yang Allah berikan
di Gua Hiro. Maka dari itu kita sebagai umat muslim marilah terus berusaha mengamalkannya
karena keberkahan Al-Quran sangat besar bagi kehidupan kita. Dengan demikian rugi rasanya apabila kita sebagai umat muslim meninggalkan atau jauh dari Al-quran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Emsoe. 2002. The Amazing Stories of
Al-Quran. Bandung: Salamadani.
At-Tubany, ZiyadUl-Haq. 2009. Karakter Diri Dibalik Juz
Al-Quran. Surakarta: Rahma Media Pustaka
Ghazali, Abd Moqsith dkk. 2009. Metodologi Studi
Al-Quran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hitami, Munzir. 2012. PengantarStudi Al-Quran.
Yogyakarta: LKiSYogyakarta
Mustofa, Ahmad. 1994. Sejarah Al-Quran.
Surabaya: Al-Ikhlas
Shaleh, AbdQodirdkk. 2008. Antropologi
Al-Quran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Shihab, M.Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran.
Bandung: Mizan.
Catatan:
1.
Similarity hanya 3%. Selamat!!!
2.
Referensi yang hanya menyantumkan alamat website
tidak boleh. Harus menyantumkan keterangan jurnal/buku/penelitian yang dikutip
lengkap.
3.
Struktur makalah harusnya: pendahuluan, definisi
Alquran, bukti-bukti Alquran sebagai wahyu Allah, sejarah Alquran dari masa ke
mana, dan simpulan. Bukan seperti yang ada dalam makalah ini.
4.
Pendahuluan bukan berisi materi pembahasan, tetapi uraian-uraian
yang bisa mengantarkan pada materi pembahasan.
5.
Materi
tentang Bukti-bukti Alquran sebagai wahyu Allah belum “mantap.” Harusnya,
supaya mantap, diberikan bukti ayat Alquran yang sesuai dengan temuan ilmu
pengetahuan modern.
6.
Daftar pustaka hanya sembilan?
7.
Penutup/Simpulan berisi kesimpulan dari pembahasan
yang ada, dan saya belum melihat itu.
[1]http://repository.uinsu.ac.id/468/4/BAB%20I.pdf
[2]Shihab, M. Quraish, Membumikan Al- Quran, (Bandung
: Mizan,1994) hal 21
[3]Emsoe Abdurrahman dan Apriyanto Ranoedarso, The amazing stories
of Al-Quran, (Bandung:Salamadani, 2002) hal 8
[5]Ibid
[6]Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories of Al-Qur’an, hal. 38.
[7] Diriwayatkan oleh Bukhary
dalam hadist shahihnya.
[8] Seorang pemimpin yang menggantikan
nabi Muhammad saw setelah beliau wafat yang sudah dipercayai oleh umat Islam,
bukan Nabi.
[9] Seseorang yang hidup di zaman
nabi Muhammad saw dan telah menjadi sekretaris kepercayaan Rasululloh karena
dirinya mempunyai kecerdasan yang sangat tinggi, terampil, cermat dan juga
teliti. Disamping itu juga Zaid bin Tsabit pernah belajar dan juga menghafal
ayat Al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw.
[10] H. Ziyad Ul-Haq At-Tubany, Karakter Diri Dibalik Juz Al-Qur’an,
hlm. 6-7.
[11] Banyak pendapat yang mengatakan
bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa kekhalifaan Abu Bakar menjadi pengumpulan
naskah al-Qur’an yang pertama(Al-Jam’ul Qur’an Awwal) dan ada juga yang
mengatakan bahwa ini adalah pengumpulan naskah al-Qur’an yang kedua(Al-Jam’ul
Qur’an Ats-Tsany)
[12] Salah satu istri Nabi Muhammad
saw dan merupakan putri dari Khalifah Umar bin Khattab.
[13] Namun secara kronologis
sebenarnya surah yang pertama diturunkan adalah surah Al-‘Alaq.
[14] Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories of Al-Qur’an, hal. 46-47.
[15] Jumlah salinan Mushaf tidak bisa
dipastikan karena diberbagai macam buku ada yang menyebutkan 4, 7, dan 9.
[16]H. Ziyad Ul-Haq At-Tubany, Karakter Diri Dibalik Juz Al-Qur’an,
hlm. 12-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar