Nurul
Hidayati Dwi Lestari (16110145) dan Moh. Hamdani (16110150)
PAI
D 2016
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
This article discusses the
Takhrij Hadith which Takhrij's own understanding is something that gives
information about the source of the original hadith along with a complete
explanation of its sanad, and in this discussion Takhrij Hadith includes the
meaning of Takhrij in the language and also the term, and the benefit of
studying what Takhrij only, and here also explain the steps or methods of a
Hadîth in the first two ways, conventionally (traditional) and the second
through software. In the first way, conventionally there are five methods used
here are the first, Takhrij by using the method of knowing the companion of the
hadith narrator. Secondly, Takhrij using the method of knowing the beginning of
lafadz from Matan Hadith. Thirdly, Takhrij uses the method of knowing the words
of the passage of Hadith which are rarely circulated or rarely used. Keempeat,
Takhrij using the method of knowing the title of the Hadith. Fifth, Takhrij by
using the method shows the existence of Matan and Sanad Hadith. And in this
conventional method we use the work book of A.J. Wensick entitled Mu'jam
al-Fahras to teach a Hadith. And the second way, using Software where in this
method we are easier to takhrij a Hadith.
Abstrak
Pada artikel
ini membahas tentang Takhrij Hadits yang dimana pengertian Takhrij itu sendiri
adalah sesuatu yang memberikan infomasi tentang sumber hadits yang asli beserta
dengan penjelasan lengkap sanadnya,dan dalam pembahasan ini Takhrij Hadits
meliputi pengertian Takhrij secara bahasa dan juga istilah, dan manfaat
mempelajari Takhrij itu apa saja, dan disini juga menjelas langkah-langkah atau
metode-metode mentakhrij sebuah Hadits dengan dua cara yaitu yang pertama
secara konvensional (manual) dan yang kedua melalui software. Dalam cara yang
pertama, secara konvensional disini ada lima metode yang digunakan yaitu yang
pertama, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui sahabat perawi hadits.
Kedua, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui awal lafadz dari Matan
Hadits. Ketiga, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui kata-kata bagian
dari Hadits yang jarang beredar atau jarang digunakan. Keempeat, Takhrij dengan
menggunakan metode mengetahui judul Hadits tersebut. Kelima, Takhrij dengan
menggunakan metode memperlihatkan suatukeadaan dari Matan dan Sanad Hadits. Dan
dalam metode konvensional ini kita menggunakan buku karya dari A.J. Wensick
yang berudul Mu’jam al-Fahras untuk mentakhrij sebuah Hadits. Dan cara yang
kedua, menggunakan Software yang dimana dengan metode ini kita lebih mudah
untuk mentakhrij sebuah Hadits.
Kata Kunci:
Takhrij, Manfaat, Metode-Metode, Software
A.
Pendahulan
Peranan
hadis sangatlah penting bagi kehidupam umat islam. Jadi tidak heran para ulama
terdahulu mati-matian dalam mengumpulkan dan mempelajari ilmu hadis. Mereka
mengorbankan segala kekuatannya dalam hal itu, sampai-sampai mereka mendatangi
beberapa tempat yang yang sekiranya terdapat sebuah hadis.
Berkat usaha para ulama
tersebut, maka hadisthadist Nabi telah berhasil dikumpulkan serta dibukukanmenjadi
khazanah yang sangat berharga bagi umat Islam. Diantara tokoh tokoh yang begitu
berjasa dalam melakukanusaha mulia tersebut adalah al-Bukahri, Muslim, al-Turmuzi,
al-Darimi dan lain sebagainya.
Walaupun hadist-hadist
Nabi telah dibukukan yang penulisannya sudah lengkap baik matan maupun
sanadnya,pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kita temui
baik dalam tulisan maupun ceramahhadist-hadist yang tampa identitas (tidak
disebutkan rawi dan kolektor serta kualitasnya) Terkadang hanya disebutkanpotongannya
saja tanpa disebutkan rawi pertama serta kolektornya dan terkadang hanya
disebutkan rawi pertamaserta kolektonya. Hal ini tentu saja tidak begitu
meyakinkan kita apalagi kalau hadist yang disetir berkenaandengan masalah
akidah maupun ibadah. Oleh karena itu kita perlu menelusuri hadist tersebut
pada kitab sumbernyayang asli agar kita bisa rnengetahui lafal hadist yang
dujumpai secara lengkap baik matan maupun sanadnya.
Menelusuri hadist pada
sumber aslinya tidak bisa dilakukan sembarangan saja tapi perlu metode
tersendiriyang sudah dirumuskan oleh para ahli hadist yang disebut dengan
Metode. Takhrij al-hadist. Dalam uraian diatas dianjurkan untuk kita dalam
mengetahui metode takhrij al-hadits tersebut. Oleh karena itu makalah ini akan
kita jelaskan sedikit tentang metode tersebut.
B.
Pengertian
Takhrij Hadits
Dipandang
dari segi kebahasaan, kata ”Takhrij” itu sendiri berasal memiliki beberapa
arti. Adapun yang paling mendekati adalah dari kata:خرج-يخرج-خروجا mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’il (huruf ra’) menjadi:خرّج-يخرّج-تخريجا yang berarti mengeluarkan, menampakkan, menerbitkan,
menyebutkan, dan menumbuhkan.[1]
Begitu juga dengan kata الاخراج yang mempunyai arti memperlihatkan atau menampakkan.[2] Maksudnya
menampakkan sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak
kelihatan dan masih samar. Penampakan dan pengeluaran di sini tidak mesti
berbentuk fisik yang konkret, tetapi mencakup non fisik yang hanya memerlukan
tenaga dan pikiran seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbath yang
berarti mengeluarkan hukum dari nash Alquran dan hadis.[3]
Sedangkan
dari segi istilahnya adalah,
التخريج هو
الدلالة على موضع الحديث في مصادره الاصلية التي اخرجته سنده ببيان مرتبته عند
الحاجة
Takhrij
merupakan memberikan informasi atau pemberitahuan terhadap tempat hadis didalam
sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan kualitas sesuai kebutuhan.[4]
Dalam
mengenal pengertian takhrij alangkah baiknya kita mengetahui kata dasar yang
sama dari kata kharaja yaitu ikhraj dan istikhraj. Kata ikhraj dalam
terminologi ilmu hadis yaitu periwayatan hadis dengan menyebutkan sanadnya
mulai dari mukharijnya dengan perawinya sampai kepada rasul SAW. Jika hadis
tersebut marfu’, atau sampai kepada sahabat jika hadis tersebut muwaquf, atau
sampai kepada tabi’in jika hadis tersebut maqthu’. Selanjutnya kata iskhraj,
kata stikhraj dalam istilah ilmu hadis yaitu, bahwa seorang hafiz (ahli hadis)
menentukan suatu kitab kumpulan hadis karya orang lain yang telah disusun lengkap
dengan sanadnya, lalu dia mentakhrij hadis-hadisnya dengan sanadnya sendiri
tanpa mengikuti jalur sanad penyusun kitab tersebut. Akan tetapi jalur sanadnya
itu bertemu dengan sanad penulis buku tersebut pada gurunya atau guru sebagai
penerima hadis pertama, dengan syarat bahwa hadis tersebut tidak datang dari
sahabat lain, tetapi mestilah dari sahabat yang sama.[5]
C.
Manfaat
Takhrij Hadis
Seseorang
yang mempelajari ilmu takhrij hadis sangatlah penting dan merupakan suatu
keharusan bagi seorang ilmuan dalam menguasai dibidang ilmu-ilmu kesyariahan,
terutama dalam bidang hadis dan ilmu hadis. Jadi oleh karena itu dianjurkan
untuk mempelajari kaidah-kaidah dan metode takhrij, dengan hal itu seseorang
yang menguasainya dapat mengetahui bagaimana cara untuk sampai kepada suatu
hadis didalam sumber-sumbernya yang asli, yang disusun pertama kali oleh para
ulama mengkodifikasi hadis. Ketika menyadari bahwa sebagian para penyusun atau
pengarang kitab-kitab dalam bidang fiqih, tafsir dan sebagainya yang didalamnya
terdapat (tercantum) hadis nabi muhammad SAW, mereka hanya menulis dan
meringkas hadis yang dibutuhkannya saja atau di saat tertentu saja. Selain itu,
biasanya para mushannif tidak mengklarifikasikan status dari hadis tersebut,
apakah hadis tersebut maqthu’, mauquf atau marfu’ yang kemudian berlanjut
kepada kualitas hadis tersebut. Nah hal ini akan sangat rasakan oleh seseorang
ketika mereka tidak mempelajari takhrij hadis, dan akan mempelajarinya karena
mereka merasa membutuhkannya.[6]
Takhrij
disini juga bertuajn apakah hadits yang kita cari itu melalui jalur yang
berkualitas (sahih) taupun tidak.[7]
Juga untuk mengetahui sumber asal hadis yang ditakhrij. Selain itu juga
bertujuan untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hadis-hadis tersebut. adapun
beberapa manfaat tersebut dipaparkan secara perinci sebagai berikut, yaitu
antara lain:[8]
1.
Adanya buku
hadis dapat kita ketahui referensinya. Jadi dengan mempelajari takhrij kita
dapat mengetahui kitab hadis apa saja yang didalamnya terdapat hadis tersebut
dan kita dapat mengetahui perawi hadis yang ditelitinya.
2.
Dapat menampung
beberapa sanad hadis. Dengan takhrij juga kita dapat menghimpun sejumlah sanad,
kita dapat mendapatkan sebuah hadis yang akan diteliti. Misalnya kita mencari
sanad yang ada di kitab Al-Bukhari maupun dikitab-kitab lain.
3.
Memberikan
suatu informasi kepada kita tentang kadar kemampuan seorang perawi dalam
mengingat atau menghafalkan hadis serta kejujuran dalam pewayatanya. Selain itu
juga dapat mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan yang
terputus (munqathi’).
4.
Dengan adanya
dukungan sanad lain yang seimbang maupun lebih tinggi kualitasnya sehingga
meningkatkan suatu hadis yang dha’if menjadi hasan li ghairihi. Bisa juga
ditemukannya sanad lain yang lebih tinggi kualitasnya atau sederajat sehingga
dapat meningkatkan hadis hasan menjadi shahih li ghairihi.
5.
Mengetahui
bagaimana penilaian para imam hadis terhadap suatu kualitas hadis dan penilaian
bagaimana kritikan yang disampaikan.
6.
Dapat
menghimpun sejumlah sanad maupun matan sebuah hadis bagi seseorang yang
melakukan takhrij.
7.
Sebagai bentuk
pemberitahuan setelah dilakukannya penelitian dari segi sanad maupun matannya,
bahwasanya suatu hadis tersebut bisa dikatakan dhaif, hasan maupun hadis sahih.[9]
D.
Metode-Metode
Takhrij Hadits Secara Konvensional
Jika
kita dimintai mentakhrijkan suatu Hadits, maka yang harus kita lakukan pertama
kali ialah memperhatikan status dari Hadits yang akan kita takhrijkan, dengan
cara memperhatikan yang meriwayatkannya, atau melihat judulnya, atau bisa juga
dengan kita memperhatikan sifat spesifik yang terkandung dalam Hadits tersebut
pada Sanad atau pada Matannya. Cara tersebut untuk memudahkan dalam mentakhrij.[10]
Dibwah ini adalah Metode-Metode Takhrij Hadits secara konvensional:
1.
Metode
Pertama, Takhrij dengan Metode Mengetahui dari Perawi Hadits Pertama
Pada
sebuah Hadits yang akan di Takhrij dengan metode ini caranya yaitu dengan
berlandaskan pada perawi pertama. Perawi dari golongan sahabat pada Hadits
tersebut, bila sanadnya itu muttasil samapai pada Nabi Muhammad SAW. Juga bisa
dari golongan Tabi’in, jika hadits tersebut mursal.[11]Jika
kita tidak mengetahui nama perawi atau
nama perawi tidak disebutkan pada Hadits, maka kita tidak bisa menggunkan
metode ini.[12]
Contoh
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ
زِيَادٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ
وَاقِدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمْ
الْمَرْأَةَ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوهُ إِلَى
نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَ
Kita
bisa menggunakan metode ini, jika menemukan Hadits seperti contoh diatas. Dan
kita bisa mencari melalui perawi Hadits yang pertama. Yang diatas bisa dilihat
bahwa perawi pertamnya adalah Jabir. Kemudian kita bisa mencari melalui
kitab-kitab takhrij hadits yang dimana disusun dengan susunan rawinya.[13]
Kitab
yang bisa untuk mentakhrij dengan memakai metode ini adalah ada beberapa kitab,
yaitu: 1) Kitab Musnaid (kitab ini disusun dengan berdasar pada perawi
pertamanya) seperti musnad Imam Ahmad bin Hanbal yang dimana hadits-hadits
dalam kitab ini tersusun sesuai dengan perawi-perawinya.[14]
Dan kitab musnad ini termasuk cukup besar dan berisi kurag lebih 40.000 Hadits.[15]
2) Kitab al-Athrof yang dimanapemgarang menyusunnya berdasar pada nama
sahabat-sahabat, dan meyusun nama-nama mereka sesuai dengan urutan huruf abjad.[16]
Kelebihan:
dalam mencari hadits, hasilnya kan lebihtepat. Disebabkan langsung difokuskan
kepada suatu Hadits yang telah diriwayatkan oleh sahabat yang dimaksudkannya.[17]
Kekurangan:
a) jika kita tidak mengetahui perawinya, maka kita tidak bisamenggunkan metode
ini. b) jika perawi meriwayatkan banyak Hadits, maka kita harus mencarinya
dengan satu persatu, oleh sebab itu diperlukan kesabaran yang luar biasa.[18]
2.
Metode
Kedua, Takhrij dengan Cara Mengetahui Lafadz Pertama Matan Hadits.
Dalam
metode yang kedua ini adalah suatu metode dengan cara mengetahui lafadz pertama
pada suatu matan Hadits, dan urutan dalam hadits ini sesuai dengan urutan
huruf-huruf alfabet dan juga huruf hijaiyah.[19]
Kitab
Al-Jami’As-Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nazir, kitab ini juga menggunakan
metode ini. Kitab ini dikarang oleh Jalaluddin Abu Fadhil Abd Ar-Rohman Ibn Abi
Bakar Muhammad Al-Khudri As-Suyuthi. Pencarian Hadits dalam kitab ini sangat
mudah karena kitab ini hadits-hadits nya disusun berdasarkan dengan urutan
huruf hijaiyah.[20]
Contoh:
قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ
Step-step
yang harus dilakukakan untuk mengetahui lafadz lengkapnya yaitu dengan
menelusuri penggalan matan dari hadits terserbut pada urutan awal matan.
Muhammad Fuad Abdul Baqi, dalam kamusnya, penggalan Hadits diatas berada pada
halaman 2014. Maksudnya adalah lafadz yang dicari terdapat pada halaman 2014
dan di juz IV. Hasil dari penelusuran ini adalah sebagai berikut:[21]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ
إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu
bukalah dari kekuatan itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang
yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”[22]
Kelebihan: yang dimana kita bisa melacak
dengan cara yang cepat apabila sudah kita ketahui awalan katanya.
Kekurangannya: kita tidak mungkin bisa menemukan sebuah hadits yang akan kita
cari, bila terjadi suatu perubahan walaupun hanya sedikit saja diawal kata.
Contohnya apabila kita mencari hadits yang berbunyi اِذَاأتَا كُم
akan tetapi yang kita ingat adalah لَوجاأكم jadi
hadits tersebut tidak akan mungkin bisa ditemukan.[23]
3.
Metode
ketiga, Takhrij dengan Cara Mengemukakan Kata-Kata yang Jarang Digunakan dalam
Suatu Bagian Matan Hadits.
Dalam
metode ini melalui kosa kata yang berbentuk isim, atau fi’il dengan
bermacam-macam pecahan tafsirnya, yang mana itu akan dijadikan sebagai kunci
ataupun sebagai alat bantu untuk mencari Hadits.[24]
Pada
metode ini agar pencarian sebuah Hadits bisa dilakukan dengan cepat dan mudah,
maka upayakan untuk menggunakan kosa kata yang jarang digunakan dalam sebuah
hadits.[25]
Contoh: kita
akan mencari hadits yang berbunyi sebagai berikut,
إِنَّ النَّبِيَّ
صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي عَنْ طَعَامِ الْمُتَبَارِيَنِ اَنْ يأْ
كُلَ
Kita pilih kataالْمُتَبَارِيَنِdalam entriتَبَرَsupaya pelacakan bisa dilakukan lebih cepat dan mudah.
Kenapa kita menggunakan kosa kata tersebut, dikarenakan kosa kata tersebut
lebih sedikit digunakan daripada kosa kata yang lainnya, misalnya نَهَيatauطَعَمْ[26]
Metode ini mempunya kelebihan dan
kekuranagn, kelebihannya ialah:[27]
a)
Dapat dengan
mudah dan cepat mencari Hadits.
b)
Memungkinkan
dalam mencari Hadits dengan melalui setiap kata yang ada dalam suatu matan
Hadits.
c)
Jika kita hanya
menggunakan salah satu kosa kata yang ada dalam sebuah hadits, maka itu bisa
dipakai untuk mentakhrij sebuah Hadits.[28]
d)
Kita bisa
mempeoleh suatu informasi yang rinci akan nomor hadits, nama dari bab, dan mana
dari kitab.[29]
Kelemahan:[30]
a)
Prosesnya akan
dirasakan susah dikarenakan jika kita tidak bisa menemukan akar lafadz pada
Hadits yang akan kita cari.
b)
Hasil pencarian
kadang tidak sama persis denagan Hadits yang akan kita cari, disebabkan apabila
didapat hal tentang pengurangan atau penambahan kata padamatan Hadits.
Diperlukan
kitab penunjang dalam metode ini, yaitu kitab Al-Mu’jam Al-Mufahros Li Alfadz
al-Hadits an-Nabawi oleh A.J. Wensinck dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi.Kitab
tersebut merupakan kamus daftar isi dari lafadz-lafadz Hadits Nabi yang
didalamnya ada sembilan referensi dari beberapa referensi yang terkenal
kitab-kitab Induk.[31]
Kitab-kitab tersebut adalah sebagai berikut: Shahih al-Bukhari,Shahih Mualim,
Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan
Darimi,Muwaththa’ Malik, dan Musnad Imam Ahmad.[32]
4.
Metode
keempat, dengan Cara Mencari Suatu Hadits dengan Berdasar Pada Tema atau Topik.
Jika
melakukan takhrij dengan metode ini, maka kita harus menyimpulkan tema dari
hadits terlebih dahulu, setelah itu kita mencari tema tersebut pada kitab-kitab
yang disusun dengan menggunakan metode ini.[33]
Kitab
Miftah Kunuz As-Sunnah yang dimana kitab ini banyak membantu dalam penggunaan
metode ini, didalamnya berisi tentang daftar isi Hadits yang telah disusun
berdasar judul-judul pembahasan, kitab ini dikarang oleh Dr. Arijin Vensink.[34]
Contoh
Hadits dibawah ini:
بُنِيَ الإِسلاَمُ عَلَي خَمْسٍ دَةِ اَنْ لاَاله إلاَّاللهُ وَاَنَّ
مُحَمَّدًارَسُوْلُالله, وَاِقُامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالصَوْمِ
رَمَضَانَ وَحِجُّ البَيْتِ مَنِ اِسْتَطَعَ الَيْهِ سَبِيْلاَ
“Di bangun Islam atas lima (fondasi), yaitu
kasaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu adalah
Rasulullah, menidrikan shalat, membayar zakat, mempuasakan bulan Ramadhan, dan
menunaikan haji bagi yang telah mampu.”[35]
Dapat
disimpulkan bahawaHadits diatas memuat beberapa tema, ada tauhid, ada iman,
sholat,zakat, puasa, dan juga haji. Berdasar pada tema-tema diatas, selanjutnya
kita harus mencari tema-tema tersebut dalam kitab-kitab Hadits. Jika tema yang
kita cari pada suatu hadits tidak kita temukan, maka akan sulit untuk melakukan
takhrij hadits denagn cara menggunakan metode ini.[36]
Adapun
kelebihan dan kekuranagn pada metode ini, kelebihannya adalah:[37]
a)
Pada metode ini
cukup dengan mengetahui makna sbuah hadits yang akan di takhrij, sudah isa
memakai metode ini.
b)
Metode ini juga
bisa membuat seseorang yang menggunakannya bisa mengasah kecerdasan pada saat
berusaha mencari makna hadits yang di carinya.
Kekurangan:[38]
a)
Jika hadits
yang akan ditakhrij itu sulit disimpulkan, dan akhirnya tidak dapt menentuka
temanya, bisa dikatakan metode ini tidak dapat dipakai atau tidak bisa
diterapkan.
b)
Jika terdapat
pemahaman yang berbeda anatara para mukharij dengan para penyusun kitab, maka
mukharij akan mencari Hadits pada tempat yang salah.
5.
Metode
Kelima, dengan Cara MengetahuiSifat dan Jenis Hadits (Status Hadits)
Dalam
metode ini yang bisa dijadikan patokan dalam pencarian suatu hadits adalah jika
dalam hadits terlihat sifat yang jelas akan jenishadits itu. Ulama-Ulama telah
mengelompokan hadits-hadits sesuai dengan jenisnya. Para mukharij nantinya akan
terasa mudah dalam pencarian sebuah hadits jika sudah menemukan jenis hadits
tersebut.
Misalnya,
kita sudah mengetahui jenis hadit yang akan kita takhrij, danhadits itu
termasuk dalam jenis hadits mutawatir, makalangkah selanjutkan kita cukup
melacak pada kitab yang kumpulan hadits-hdits jenis mutawatir. Begitupun juga
dengan jenis-jenis hadits yang lainnya, jika hadits yang akan kita cari itu
terglong dalam jenis hadits maudhu’, maka kita harus mencari kitab kumpulan
hadits-hadis maudhu’.[39]
Pada
metode ini, yang bisa dijadikan untuk mentakhrij antara lain yaitu: kitab
al-Azhar al Mutanatsirah fial-Akhbar al-Mutawatirah (kitab ini berisi
hadits-hadits muatawir) oleh Iman as-Suyuthi, kitab Tanzih asy-Syari’ah
al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar asy-Syani’ah al-Maudhu’ah (berisi hadits-hadits
maudhu’) oleh Ibn ‘Iraq, kitab al Ithafat as-Saniyah fial-Ahadits al-Qudsiyyah
(berisi hadits-hadits Qudsi) oleh Majlis al-A’la bida al-Qur’an dan Hadits, dan
masih banyak lagi kitab-kitab yang lainnya.[40]
Kelebihan:
Kitab yang digunakan pada metode ini sedikit, sehingga kita mencarinya tidak
sulit, dan metode ini cukup simpel dan mudah.[41]
Kekurangan: Dikarenakan sedikit hadits-hadits yang termuat dalam kitab yang
akhirnya menjadikan keleluasaan dalam pelacakan sangat terbatasi, dan ini yang
menjadi kekurangannya.[42]
E.
Metode-Metode
Takhrij Hadits dengan Komputer
Takhrij
Hadits saat ini sudah mudah dalam melakukannya, karena teknologi zaman sekaramg
sudah semakin canggih, yaitu dengan menggunkan tekonologi komputer. Yang dimana
softwarenya bernama Mausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah. Pentakhrijan
suatu hadits dengan teknologi komputer cara menggunakannya bermacam-macam, cara
ini juaga mengikuti teori pentakhrijan pada umumnya. Pencarian dengan
menggunakan komputer kita bisa mengetahui kualitas pada hadits teresbut, mulai
dari kualitas matan hadits atau kualitas sanadnya, dan hadits-hadits yang
lainnya juga bisa dicari dengan menggunakan aplikasi atau software takhrij
hadits.[43]
Sebagai
pengingat saja, mentakhrij Hadits dengan metode komputer jangan terlalu terpaku
atau mengandalkan apa yang terdapat dalam aplikasi tersebut. Kalau
memungkinkan, sebaiknnya dicek dulu dengan kitab-kitab yang ada agar memperkuat
dalam proses pentakhrijan. Karena yang membuat software ini adalah manusia,
maka dari itu manusia tidak luput dari kesalahan.[44]
1.
Mencari
Hadits Berdasar kepada nomor Haditsnya.
Kita sering
sekali menjumpai dalam buku, ketika ada yang mengutip sebuah Hadits. Dan
rata-rata hanya memberi keterangan beupa makna dari hadits tersebut, nomor haditsnya, dan nama mukharrij nya.[45]
Maka dari itu, kita akan melacaknya untuk memperoleh infirmasi yang lengkap
tentang hadits yang akan kita cari. Langkah-langkahnya sebagai berikut:[46]
a.
Buka aplikasi
Takhrij HaditsMausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah.
b.
Klik عرض
kemudian رقم الحديث seperti gambar dibawah.
c.
Kemudian
akanmuncul gambar seperti yang dibawahini, lalu pilihlah salah satu kitab
hadits yang akan kamu cari. Misalnya, kita akan mencari hadits yangakan
ditakhrij oleh pada kitab Muslim dengan nomor 1855, kemudian klik ikon pojok
kanan bawah.
d.
Dibawah ini
adalah hasilnya
Jika
kita ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang sama. Maka kita klikأطراف
seperti dibawah ini.
Pada
kolom yang berada di tengah bawah, disitu terlihat jelas ada beberapa hadits
yang sama (nomor hadits 1851, 1852, dan seterusnya) dan terdapat pada kitab
yang sama yaitu kitab Muslim.
Kemudian
yang kedua, jika kita ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang berbeda,
klikتخريجdibawah ini adalah contohnya.
Setelah
kita klikتخريج, hasilnya dikolom menunjukkan ada hadits yang sama pada
kitab yang lain. Yaitu terdapat pada kitab Bukhari.
2.
Mencari Hadits
Berdasar Kepada Kata-Kata dari Matan Hadits.
Metode
yang ini juga sering digunakan dalam mentakhrij suatu hadits. Kata-kata yang
akan digunakan disini adalah berupa fi’il atau isim.[47]
Langkah-langkah nya seperti dibawah ini:[48]
a.
Klik بحثkemudianالبحث
الصرفي
b.
Kemudian akan
muncul seperti gamabar yang dibawah ini, lalu ketiklah kata-kata darimatan
Hadits yang akan kita cari. Contoh, kata-kata منكم
منكرا kemudian klik و,
kemudian متتالية, kemudian klik ikon بحث yang berada pada pojok kanan bawah.
1)
و
maksudnya disini adalah jika diketik dua kata. Maka nanti hasil pencariannya
akan ditampilkan jika kedua kata yang diketik tadi berada pada
suatu hadits.
2)
اوmaksudnya disini yaitu jika kita mengetik dua kata. Maka nanti
hadits akan di tampilkan jika salah satu dari kata yang kita ketik tadi
terdapat pada suatu hadits.
3)
متبا عطة غير مرتبةmaksudnya
disini ialah beberapa kata yang kita ketik tadi nanti letaknya akan ditampilkan
berjauh-jauhan dalam suatu hadits, tidak runtut. Mungkin salah satu dari mereka
nanti ada yang diawal atau satunya di akhir hadits. Misalnyaمنكم منكرا
hasil pencarian yang akan ditampilkan ada kata منكم ataupun adaمنكرا walaupun letaknya berjauh-jauhan.
4)
متبا عدة مرتبة disini maksudnya ada beberapa kata yang berjauh-jauhan tapi saling
berurutan dalam hadits. Misal kita mencari kata منكم
منكرا, maka nanti akan
ditampiilkan hadits pencarian yang ada kedua kata tersebut yang berjauh-jauhan,
tetapi kata منكم berada diawal daripada kata منكرا.
5)
متتا لية
maksudnya disini adalah ada beberapa kata yang berurutan dalam hadits. Kita
ambil contoh منكم منكرا, nanti hasil yang akan ditampilkan adalah dua kata tersebut
yang tanpa disela-selai kata-kata lain.
6)
باللو اصق
disini maksudnya adalah pada ikon ini fungsinya untuk mencari kata yang
diinginkan ditambah dengan kata awalan atau akhiran. Misalnya, kita akan mengetik
kataمحسن maka nanti hasil atau yang muncul adalah kata محسنtermasuk juga kata yang mempunyai awalan
danakhiran, misalnya محسنين.
7)
مطابق
disini maksudnya adalah, jika ada kata yang awalannya hanya berupaال dan akhirannya berupa ة. Misalnya, kata محسن ,
maka nanti yangmuncul adalah kata محسن, bisa juga kata yang berawalan dan
akhiran, contoh المحسن atau محسنة.
8)
على مستوى الجذر maksudnya kita mencari kata yang kita inginkan beserta
kata-kata yang lainnya yang dimana itu berasal dari akar kata yang menyamainya.
c.
Pada windows 7,
kata yang kita ketik tidak bisa ditampilkan.
Maka
jika muncul seperti gambardiatas, maka kita tidak bisa memilih ikon بحثdiseababkan karena tidak bisa terbaca, jadi
kita harus memilih ikon كل الجذور disebabkan kita harus memilih semua
pilihan tersebut.
d.
Dibawah ini
adalah hasilnya, maka kita cari satu persatu hadits yang kita maksud.. ada kata
منكم منكرا secara berurutan dalam 6 hadits.
e.
Gambar dibawah
ini adalah salah satu hasil dari 6 hadits yang muncul tadi. Kitaambil dari Imam
Ahmad, nomor 11034.
Jika
ingin mengetahui hadits yang sama dan pada kitab yang sama, maka kliklah اطرافز
, disitu akan muncul beberapa hadits yang samapada kitab yang sama pula.
kemudian jika
ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang berbeda, makan klik تخريج
untuk menemukan pada kitab yang berbeda.
F.
Penutup
Dari uraian
diatas tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa takhrij hadits ialah sesuatu yang menunjukan
sumber lengkap dari suatu hadits, mulai dari sanad hingga rawinya, bahkan
kualitas hadits tersebut. Kita juga tahu bahwa tujuan dari takhrij ini juga
sangat banyak begitupun manfaatnya.
Cara mentakhrij
sebuah hadits juga banyak sekali metode-metodenya, mulai dari cara yang
konvensional (terbagi dalam beberapa metode) hingga cara yang lebih praktis
yaitu dengan menggunakan komputer (terbagi dalam bermacam-macam metode). Dan
setiap metode pasti ada kelemahan dan kekurangan masing-masing. Tetapi yang
jelas takhrij hadits ini sangat membantu dalam mencari informasi yang lengkap
tentang suatu hadits.
DAFTAR
PUSTAKA
Zuhri,
Muh. Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003.
Al-Thohhan,
Mahmud.Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al
Munawar dan Masykur Hakim. Semarang: Dina Utama, 1995.
Sahrani, Sohari.Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia,
2010.
Smeer, Zeid B. Ulumul Hadits. Malang: UIN-Malang Press,
2008.
Soetari,
Endang. Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2008.
Anwar,
Ali. Takhrij al-Hadits dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadits dan
Meneliti Kualitasnya. Kediri: IAIT Press, 2011.
Majid, Khon Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2008.
Solahuddin, M Agus dan Suyadi, Agus. Ulumul Hadis. Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2008
Ahmad, Muhammad. Ulumul Hadis. Bandung: CV.Pustaka Setia,
2004.
Catatan:
1.
Similarity 15%.
2.
Hadis sudah
masuk KBBI dengan kata hadis dan bukan hadist
3.
Pengulangan
referensi dalam footnote yang sudah ditulis sebelumnya tidak ditulis semua
keterangannya.
Secara umum makalah ini sudah baik.
[1] Abdul Majid
khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 115.
[2] Zeid B. Smeer,
Studi Hadis Kontemporer, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), hlm. 249.
[3]Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 115.
[4]M Agus Solahudin.
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 189.
[5] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 186.
[6] Ibid., hlm. 190.
[7] Muh. Zuhri, Hadis
Nabi: Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2003),hlm. 150.
[8]Abdul Majid khon,
Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah,
2008, hlm. 118.
[9]Muhammad Ahmad,
Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hlm. 132.
[10]Mahmud
Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin
Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 38.
[11] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 199.
[12]Mahmud
Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin
Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 40.
[13] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 176.
[14] Ibid.,
[15]Mahmud
Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin
Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 42.
[16] Ibid., hlm.
44.
[17] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 177.
[18] Ibid.,
[19]M Agus Solahudin.
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm.196.
[20] Ibid., hlm.
146-147.
[21] Ibid., hlm.
197.
[22] Ibid.,
[23] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 174.
[24]Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 175.
[25] Ibid.,
[26] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 196.
[27] Ibid., hlm.
196-197.
[28] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 174
[29] Ibid.,
[30] Ibid., hlm.
175.
[31] Mahmud
Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin
Al Munawar dan Masykur Hakim (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 74.
[32] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 197.
[33]ibid., hlm.
201.
[34] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 177.
[35] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 201.
[36] Ibid.,
[37] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 178.
[38] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 202.
[39] Zeid B Smeer, Ulumul
Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 178.
[40] Ibid.,
hlm.179.
[41] Ibid.,
[42] Sohari
Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 202.
[43] Endang
Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2008), hlm. 169-170.
[44] Ibid., hlm.
70.
[45] Ali Anwar, Takhrij
al-Hadits dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadits dan Meneliti Kualitasnya,
(Kediri: IAIT Press, 2011), hlm. 29.
[46] Ibid., hlm.
30-31.
[47] Ibid., hlm.
66.
[48]Ibid., hlm.
66-72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar