Mahasiswa
Pendidikan Agama Islam Angkatan 2016UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK
Hadist ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad ﷺ
baik perkataan perbuatan maupun ketetapannya. Hadist merupakan sumber syariat islam kedua setelah al-qur’an. Hadist
banyak dimuat didalam berbagai kitab-kitab hadist yang menjadi rujukan suatu hukum tertentu
setelah hukum tersebut tidak terdapat dalam Al-qur’an. Untuk mencari sebuah
hadist dari kitab-kitab hadist tentunya tidak mungkin harus mencari atau
membuka satu persatu kitab hadist, namun dengan adanya ilmu takhrij dapat
mempermudah dalam pencarian hadist. Ilmu takrijh sendiri merupakan metode yang
digunakan untuk mengeluarkan, mencari serta mengungkapkan hadist dari
sumber-sumber aslinya. Takrijh hadist ini sangat berguna bagi mahasiswa bahkan
dosen dalam mengunggkap sebuah hadist. Dengan berkembangannya dunia teknologi
seperti sekarang ini takhrij hadist tidak hanya dilakukan dengan kitab-kitab
tetapi takhrij dapat dilakukan dengan software atau aplikasi, yang semuanya itu
ialah untuk mempermudah seseorang dalam memahami sebuah hadist.
Kata kunci :Ilmu
hadist, Takhrij hadist
ABSTRACT
Hadits is everything related to the Prophet of Muhammad ﷺ, whether his sayings, behaviour, or decisions. Hadits is the
second source of Islamic law after the Holy Qur’an. There are so many hadits
are written in hadits book as source to decide some cases since it is not
stated in Holy Qur’an. The existence of takhrij method allows people to find
hadits easily without searching in many books. Takhrij hadits is a method used
to take out, look for and reveal hadits from the original soures. This method
is very useful for students and teachers to reveal hadits. Since technogoly is rising,
takhrij hadits is not only applied in books but also with software or
application which is to help people in understanding hadits.
Keywords : Science
of hadits, Takhrij hadits
A.
Pendahuluan
Hadist
adalah satu dari dua sumber syariat Islam setelah Al-Quran. Fungsi hadits dalam
syariat Islam sangat strategis. Diantara fungsi hadis yang paling penting
adalah menafsirkan Al-Qur`an dan menetapkan hukum-hukum lain yang tidak
terdapat dalam Al-Qur`an. Begitu pentingnya kedudukan hadits, pantas jika salah
seorang ulama berkata, “Al-Qur`an lebih membutuhkan kepada Sunnah daripada
Sunnah kepada Al-Qur`an.”
Sejak
jaman kenabian, hadis adalah ilmu yang mendapat perhatian besar dari kaum
muslimin. Hadits mendapat tempat tersendiri di hati para sahabat, tabi’in dan
orang-orang yang datang setelah mereka. Setelah Al-Quran, seseorang akan
dimuliakan sesuai dengan tingkat keilmuan dan hapalan hadisnya. Karena itu,
mereka sangat termotivasi untuk mempelajari dan menghafal hadis-hadis Nabi
melalui proses periwayatan. Tidak heran, jika sebagian mereka sanggup menumpuh
perjalanan beribu-ribu kilometer demi mencari satu hadits saja.
Penguasaan para ulama terdahulu terhadap hadist begitu luas,
sehingga mereka tidak merasa sulit jika disebutkan suatu hadist untuk
mengetahuinya dalam kitab-kitab Hadist. Ketika semangat belajar sudah melemah,
mereka kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadist yang dijadikan sebagai
rujukan para ulama dalam ilmu-ilmu syar’i. maka sebagian dari ulama bangkit dan
memperlihatkan hadist-hadist yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan
sumbernya dari kitab-kitab Hadist yang asli, menjelaskan metodenya dan
menerangkan hukumnya dari yang shahih atas yang dha’if yang penjelasan tersebut
diklasifikasi menjadi ilmu takhrij hadist.
B.
Pengertian Takhrij Hadist
Dalam
kamus Lisan al-‘Arab disebutkan definisi takhrij (تَخْرِيجٌ)secara bahasa berasal dari huruf(ر-ج–خ) yang berarti tampak atau jelas.[1]Menurut
Mahmud al-Thahan takhrij adalah dua perkara yang saling berlawanan berkumpul
menjadi satuhal.[2]Menurut
istilah takhrij hadits adalah penelusuran atau pencarian hadis di berbagai
kitab-kitab koleksi hadis sebagai sumber asli dari hadist yang dimaksud, yang
di dalam sumber itu disebutkan secara
lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan. Sedangkan Ilmu takhrij adalah
bagian dari ilmu hadis yang membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui
sumber hadis itu berasal dan untuk menentukan kualitas sanad hadis dan untuk di
tolak atau diterimanya hadis-hadis.
Pengertian
takhrij menurut ahli hadist memiliki tiga macam pengertian yaitu:
1.
Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya
orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut.
usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. misalnya seseorang mengambil sebuah
hadist dari kitab jamius sahih muslim, kemudian ia mencari sanad hadist
tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh imam muslim
2.
Suatu keterangan bahwa hadist yang dinukilkan ke dalam kitab
susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama
penyusunnya. Misalnya, penyusun hadist mengakhiri penulisan hadistnya dengan
kata-kata Akhrajahul Bukhari. Artinya bahwa hadist yang dinukil itu terdapat
kitab jamius shahih bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim
berarti hadist tersebut terdapat dalam kitab shahih muslim.
3.
Suatu usaha mencari derajat, sanad dan rawi hadist yang tidak
diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
Misalnya
:
1.
Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah
suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadist yang terdapat dalam kitab Tafsir
Al-Kasysyaaf, yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadistnya,
apakah shahih, hasan, atau lainnya.
2.
Al Mugny An Hamlil Asfar, karya Abdurrahim Al-Iraqy, adalah kitab
yang menjelaskan derajat-darajat hadist yang terdapat dalam kitab Ihya
Ulumuddin karya Al-Ghazali.
Pengertian
takhrijul hadist telah mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut :
1.
Pada tahap petama takhrij berarti penyebutan hadist-hadist dengan
sanadnya masing-masing. Terkadang pengarang menitik beratkan pada masalah sanad
atau terkadang pada masalah matan.
2.
Pada tahap kedua istilah takhrij berkembang menjadi penyebutan
hadist-hadist dengan sanadnya yang berbeda dengan sanad-sanad yang ada pada
kitab kitab hasdit sebelumnya. Umumnya penyebutan sanad-sanad dalam kitab kedua
ini ditujukan untuk meratifikasi sanad-sanad yang ada pada kitab pertama.
3.
Pada tahap ketiga, di mana hadist-hadist yang telah dikoleksi dalam
kitab-kitab hadist istilah takhrij bermakna perujukan riwayat-riwayat hadist
kepada kitab-kitab yang ada.
C. Sepintas
sejarah tentang Takhrij
Dahulu ulama klasik, mulai pada masa sahabat hingga pada abad
kelima hijriyah belum mengenal tentang takhrijhadits, sebab penguasan mereka
terhadap sumber-sumber sunnah sangat luas. Kontak mereka dengan sumber-sumber
asli hadist amat kuat. Dan juga mereka memiliki wawasan yang luas tentang hadist. Dan tingkat kedhabitan ulama
hadist pada saat itu sangat tinggi. Sehingga jika mereka mengutarakan pendapat,
mereka dengan mudah menyebutkan hadits yang ada sebagai dasar dan
argumentasinya.[3]
Hal demikian hanya berlangsung beberapa abad saja, kajian hadits
semakin menurun dan semangat belajar juga mulai melemah.Dan sampai terbatasnya
waktu bagi para ulama dan peminat hadist untuk menela’ah kitab-kitab sunnah dan
sumber-sumbernya yang asli. Ketika itulah mereka mulai mengalami kesulitan
mengetahui letak hadits yang dijadikan penguat oleh para penyusun kitab
ilmu-ilmu syar’I dan ilmu-ilmu lainnya. Lalu sebagian ulama (hadits) bangkit.
Mereka mentakhrij hadits-hadits yang ada pada sebagian kitab-kitab sunnah yang
asli dan mereka menyebutkan metode-metodenya.[4]
Setelah itu mulailah bermunculan kitab-kitab takhrij hadits, Mahmud
al-Thahan menyebutkan bahwa kitab takhrij yang pertama kali adalah Takhrij
al-Fawaid al-Muntakhabah al-Shihah wa al-Gharaib yang ditulis oleh Abu al-Qasim
al-Husayni. setelah kitab-kitab itu menyebar hingga mencapai puluhan kitab.
Dengan demikian ulama hadits telah melakukan usaha besar terhadap kitab-kitab
hadits yang mereka takhrij. Kalau saja mereka tidak melakukan usaha tersebut
pasti akan terjadi kendala dalam upaya pelestarian kitab-kitab ilmu syar’i. Dan
kita juga akan mengalami kesulitan saat merujuk kepada sumber-sumber hadits
yang sangat beragam.
D.
Hal yang Mendasar dalam Takhrij Hadits
Mentakhrij matan suatu hadits berarti mengungkap perawi Hadits
tersebut dalam kitabnya disertai bab dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
kitab tersebut.Setelah mentakhrij suatu hadits hendaknya kita dapat menjelaskan
sekitar hadits tersebut. Mungkin, tentang keshahihannya, ketersambungnya
sanadnya dan lain-lain. Ini tentunya dengan cara membandingkan diantara
sanad-sanadnya yang ada.
Bila kita dihadapkan mencari hadits dengan sahabat sebagai penerima
dari nabi lebih dari satu, maka kita harus mencari sahabat yang meriwayatkannya
keseluruhan seperti yang diminta. Seperti ; suatu hadits diriwayatkan oleh
ulama hadits dari dua sahabat (A & B). hadits dengan perawi A dikeluarkan
oleh Fulan dalam kitabnya (nama kitab kumpulan Haditsnya) dalam bab ini, jilid
sekian, halaman sekian, nomor hadits sekian dan lain-lain, dengan menyebutkan
nama-nama perawi yang terdapat dalam sanadnya. Adapun hadits dengan perawinya B
dikeluarkan oleh Fulan dalam kitabnya (nama kitab haditsnya) dan seterusnya seperti yang telah disebutkan
diatas.
Yang menjadi sasaran pokok mencari hadits adalah materinya. Dan
hendaknya kita tidak terkecohkan oleh perbedaan lafal. Selama ada kesamaan
sahabat dan kesamaan pengertian dalam susunan kalimatnya, tetap dinamakan
hadits. Memang wajar bila dalam suatu hadits terdapat perbedaan kata dalam
matan. Imam Zaila’I : “Kewajiban seorang Muhaddits hanyalah membahas materi
Hadits dan meneliti perawi yang mengeluarkannya. Adapun perbedaan lafal,
tambahan atau pengurangan tidak banyak mempengaruhi”.[5]
Imam Al-Syakhawi berkata : “ Para ahli takhrij tidak berbuat
sendiri-sendiri terhadap Haditsnya. Kebanyakan mereka berbuat menurut kitab
induk Hadits-hadits tersebut dan begitu pula dengan sanad-sanadnya. Setelah
menyelesaikan suatu hadits, mereka berterus terang menisbatkannya kepada,
katakanlah, Imam Bukhari atau Imam Muslim atau kepada keduanya, sekalipun
terdapat perbedaan lafal dengan beliau berdua. Yang mereka kehendaki hanyalah materi
pokok Hadits.
Materi-materi keislaman diantaranya bersumber kepada Sunnah Nabi.
Untuk mencari suatu Hadits mengharuskan penggunaan Ilmu Takhrij. Dengan Ilmu
Takhrij ini kita akan lebih tahu kitab-kitab hadits yang menjadi pembahasannya.
Takhrij Hadits tidaklah terbatas pada matan Hadits, akan tetapi
mencakup :
1.
Mentakhrij Hadits dari berbagai kitab induknya.
2.
Mentakhrij sanad-sanad Hadits beserta biografi dan penilaian
terhadap perawi.
3.
Mentakhrij lafal-lafal yang asing melalui kitab-kitab yang
berhubungan dengan itu.
4.
Mentakhrij lokasi kejadian dalam Hadits melalui kitab-kitab yang
dikarang untuk itu.
5.
Mentakhrij nama-nama karangan melalui kitab-kitab yang
diperuntukkan bagi bidangnya.[6]
E.
Tujuan Takhrij
Tujuan
takhrij hadits adalah sebagai berikut :
1.
Menunjukkan sumber Hadits-hadits dan menerangkan ditolak atau
diterimanya hadits-hadits tersebut.
2.
Untuk mengetahui asal usul riwayat hadits yang akan diteliti.
3.
Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadits yang akan diteliti.
4.
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid atau mutabi’ pada
sanad yang diteliti.[7]
F.
Manfaat Takhrij
Tidak diragukan lagi bahwa mengetahui disiplin ilmu takhrij sangat
penting bagi orang yang menggeluti ilmu-ilmu syar’i, mempelajari kaidah-kaidah
dan metodenya, agar ia mengetahui bagaimana sampai kepada hadits tersebut pada
sumber-sumbernya yang orisinal. Manfaat takhrij sangat besar bagi seseorang
yang berkecimpung dalam hadits dan ilmu-ilmu hadits.sebab dengan perantaraannya
seseorang mendapat
Petunjuk kepada salah satu sumber hadits pertama yang disusun oleh
para tokoh/imam hadits.[8]
Dibawah ini beberapa manfaat yang mempelajari takhrij hadits :
1.
Dapat memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadist
sahih, hasan, ataupun dhaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun
sanadnya.
2.
Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah
diketahui bahwa suatu hadits adalah hadits yang maqbul (dapat diterima). Dan
sebaliknya, tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadits adalah
mardud (tertolak).[9]
3.
Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadits adalah benar-benar berasal
dari Rasulullah SAW. Yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat
tentang kebenaran hadits tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
4.
Takhrij memperkenalkan sumber-sumber Hadits, kitab-kitab asal
dimana suatu hadits berada beserta Ulama yang meriwayatkannya.
5.
Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad Hadits-hadits melalui
kitab-kitab yang ditunjukinya.
6.
Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan
riwayat-riwayat hadits yang banyak itu maka dapat diketahui apakah riwayat
tersebut munqathi’, mu’dal dan lain sebagainya.
7.
Takhrij memperjelas hukum Hadits dengan banyak riwayatnya. Terkadang kita dapatkan suatu hadits dhaif
melalui satu riwayat, namun dengan takhrij kemungkinan kita akan dapati riwayat
lain yang shahih. Hadits yang shahih itu akan mengangkat hukum hadits yang
dhaif tersebut ke derajat yang tinggi.
8.
Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para Ulama
sekitar hukum Hadits.
9.
Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar. Karena
terkadang kita dapati seorang perawi yang belum ada kejelasan namanya, seperti
Muhammad, Khalid dan lain-lain. Dengan adanya takhrij kemungkinan kita akan
dapat mengetahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
10.
Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran
riwayat.[10]
G.
Metode Takhrij Hadits
Dalam melakukan takhrij hadis dapat menggunakan beberapa metode untuk
melakukan penelusuran terhadap hadits yang akan di takhrij. Metode-metode ini
dimaksudkan untuk membantu mempermudah mencari hadis-hadits nabi. sebagai
berikut:
a.
Metode takhrij hadits melalui periwayat pertama dalam hadits
Metode ini dapat dilakukan dengan cara mengetahui nama perawi
pertama dari kalangan sahabat yang tertera dalam hadits yang akan di takhrij.
Setelah mengetahui nama perawinya, langkah selanjutnya yaitu mencari nama perawi
tersebut dalam kitab Musnad atau al-Athraf. Selanjutnya setelah menemukan
perawi yang sedang dicari, setelah itu pentakhrij harus mencari hadits yang
tertera di bawah perawi tersebut.Dan akan diketahui ulama hadits yang telah
meriwayatkannya.[11]Dalam
hal ini kita membutuhkan tiga macam kitab: Musnad, Mu’jam,dan Al-Athrof.[12]
b.
Metode Takhrij al-Hadits melalui Kata Pertama dalam Matan
Metode Takhrij al-Hadits iniMerupakan metode pencarian hadist
melalui lafadz pertama matan suatu hadist yang akan di takhrij. Melalui metode
ini pentakhrij harus menghimpun lafadz pertama dari matan hadits yang akan di
takhrij berdasarkan dengan huruj hijaiyah.Setelah itu pentakhrij mencari lafadz
itu ke dalam kitab-kitab takhrij yang disusun sesuai dengan metode ini
berdasarkan huruf pertama, uruf kedua dan seterusnya.[13]Langkah-langkah
pencarian pada contoh hadits yang berbunyi من يردالله به خيرkarena
awal lafad tersebut adalah huruf “mim” maka pentakhrij harus mencarinya pada
bab mim (م).
Setelah itu mencari huruf “nun”. Begitupun seterusnya. Kelebihan menggunakan
metode ini adalah meskipun kita tidak hafal keseluruhan matan hadits, kita bisa dengan cepat menemukan/menelusuri
hadits yang sedang kita teliti dengan menggunakan lafal pertama akan tetapi,
jika terdapat perbedaan lafal pada awal matan dalam hadits itu, maka akan
membuat kita kesulitan dalam menemukan hadits tersebut.[14]kitab
yang digunakan dalam metode ini adalah Al-Jami’ As-Shaghir Min Hadits Al-Basyir
Al-Nadzir.
c.
Metode Takhrijul Hadits dengan tema tertentu
Seorang pentakhrij boleh saja tidak terikat dengan bunyi lafadz
pertama pada matan hadits, tetapi berupaya memahami melalui topiknya. Metode
ini Merupakan metode pencarian hadits melalui suatu topic permasalahan atau
tentang tema tertentu. Misalnya, hadist yang akan diteliti itu mengenai topic
anjuran tentang menikah dll.[15]Keunggulan
metode ini ialah pentakhrij dituntut untuk memahami tema hadits tersebut dan
dapat memperkenalkan pentakhrij tentang hadits-hadits lain yang memiliki tema
yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah terkadang pentakhrij sulit
menyimpulkan tentang topic suatu hadits yang akan ditaakhrijnya, dan terkadang
pemahaman pentakhrij berbeda dengan pemahaman penyusun kitab, karena penyusun
kitab meletakkan suatu hadits pada topic yang tidak diduga oleh pentakhrij.
d.
Metode Takhrij Melalui Kata-kata yang asing dalam Matan Hadits
Metode ini tergantung terhadap kata-kata yang ada di dalam matan
hadits yang ingin kita telusuri. Semakin asing suatu kata maka, akan memudahkan
kita untuk lebih cepat menemukannya. Metode ini memiliki kelebihan yaitu
mempercepat kita dalam mencari Hadit melalui kata-kata apa saja yang terdapat
di dalam matan hadits. Akan tetapi kekurangan menggunakan metode ini adalah
pentakhrij harus memiliki kemampuan berbahasa Arab, karena metode ini menuntut
untuk mengembalikan kata-kata kunci kepada kata dasarnya dan kekurangan lainnya
adalah terkadangan suatu hadits tidak dapat ditemukan dengan satu kata kunci,
sehingga pentakhrij harus mencari kata kunci lain yang terdapat di dalam matan
hadits tersebut.[16]
e.
Takhrij hadits berdasarkan status suatu hadits
Melalui metode ini pentakhrij harus menentukan status hadits
terlebih dahulu, misalnya hadits tersebut mutawattir, hadis qudsi, mursal dll.
Jika sudah mengetahui status hadits baru kita bisa melacaknya melalui
kitab-kitab yang memuat hadits berdasarkan statusnya. Kelebihan metode ini
yaitu diantaranya dapat memudahkan kita dalam proses takhrij. karena hadits
yang dimuat didalam kitab-kitab takhrij berdasarkan statusnya jumlahnya sangat
sedikit dan tidak rumit. Akan tetapi kekurangannya adalah terbatasnya
kitab-kitab yang memuat hadits berdasarkan statusnya, dan pentakhrij juga harus
bisa memiliki wawasanilmu hadits yang tinggi sehingga bisa menentukan status
hadits.[17]
H. Kitab-kitab yang digunakan dalam Takhrij Hadist
Dalam mentakhrij hadits kita membutuhkan kitab-kitab yang bisa membantu kita dalam melakukan takhrij hadits. Berikut ini beberapa kitab tersebut ialah:
a. Hidayatul Bari ila tartibi Ahadisil Bukhari
Kitab ini disusun oleh Abdur Rahman Ambar Al-Misri At-Tahtawi.
Kitab ini disusun untuk membantu pentakhrij dalam menelusuri hadits yang ada di
dalam kitab Shahih Al-Bukhori.lafadzh hadits didudun menggunakan huruf abjad
Arab.[18]
b.
Mu’jam
Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris litartibi Ahaditsi Shahihi
Muslim
Kitab ini
merupakan salah satu juz dari kitab Shahih Muslim yaitu juz yang ke-5.
Juz ke-5 ini
merupakan kamus dari juz 1-4 yang berisi:
1.
Daftar
urutan judul kitab, nomor hadits, dan juga juz yang memuatnya.
2.
Berisi
tentang Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits yang ada di
dalam kitab Shahih Muslim.
3.
Daftar
awal matan hadits tersusun menurut abjad dan juga diterangkan nomor-nomor
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari jika kebetulan hadits tersebut juga
diriwayatkan oleh Bukhori.[19]
c.
Miftahus
Sahihain
Penyusun
kitab ini adalah Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab ini bisa
digunakan untuk mencari hadits di dalam kitab Shahih Muslim. Tetapi, kitab ini
hanya memuat hadits-hadits qouliyah saja. Hadits itu disusun berdasarkan abjad
dari awal lafadz matan hadits.[20]
d.
Al-Jami’us
Shagir
Penyusunnya adalah Imam jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti. Di dalam
kitab kamus ini termuat hadits yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan
Hadits yang disusun oleh As-Suyuti juga, yakni kitab Jam’ul Jawani. Hadits
dalam kitab ini disusun mulai awal abjad lafadz matan hadits. Beberapa dari
hadits-hadits tersebut ditulis secara lengkap dan ada juga yang ditulis
sebagian saja, namun telah memiliki pengertian yang cukup. Kitab ini juga
menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits tersebutr dan
nama-nama mukharijnya. Dan hamper setiap hadits yang dikutip dijelaskan
kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujuo oleh As-Suyuti.[21]
e.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li al-fazil Hadits nabawi
Kitab ini disusujn oleh sekelompok orientalis diantaranya yaitu Dr.
Arnold John Wensick. Kitab ini digunakan untuk mencari hadits berdasarkan
petunjuk lafadz matan hadits. Oleh karena itu, kitab ini bisa memberikan
informasi kepada pencari matan dan sanad hadits, asal saja sebagian dari lafadz
matan yang dicari telah kita ketahui. Kitab ini terdiri dari 7 juz.[22]
I.
Takhrij hadist dengan komputer
a.
Pencarian
berdasarkan nomor
1.
Buka
Aplikasi Mausu’at al-Hadith al-Sharif yang telah di instal
2.
Kemudian
Klik عرض kemudian klik رقم الحديت
untuk pencarian hadith melalui nomor
3.
Lalu muncul gambar di bawah, setelah itu pilih kitab dan nomor hadith yang
kita inginkan misalnya yang kita ambil ialah kitab Muslim nomor 1648 kemudian
klik ikon عرض لا حديث
4.
Berikut di bawah ini hasil pencarian dari hadith Imam Muslim nomor 4867
b.
Pencarian berdasarkan kata/kata-kata matan hadith
1.
Klik بحث kemudian pilih البحث الصرفي
sebagaimana gambar di bawah ini
2.
Lalu kita ketik kata-kata matan yang akan kita cari misalnya سلك طريقا lalu klik ikon بحث
dipojok kanan bawah
3.
Apabila software ini diinstalkan pada komputer yang sistem operasinya
menggunakan microsoft Windows 7 maka pilihan kata tida terbaca seperti di bawah
ini. Dalam situasi ini kita dapat memilih ikon كل
الجذور
4.
Kemudian akan tampil hasi pencarian seperti gambar dibawah ini kemudian
klik عرض لموضع
5.
Berikut ini adalah tampilan hadist yang dicari berdasarkan kata-kata matan
hadith
J.
Penutup
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa takhrij
hadits adalah penelusuran atau pencarian hadis di berbagai kitab-kitab koleksi hadis
sebagai sumber asli dari hadis yang dimaksud, yang di dalam kitab itu disebutkan secara lengkap matan dan sanad
hadis tersebut. Takhrij muncul
ketika minat kajian ulama hadits semakin menurun dan semangat belajar juga
mulai melemah. Dan sampai terbatasnya waktu bagi para ulama dan peminat hadist
untuk menela’ah kitab-kitab sunnah dan sumber-sumbernya yang asli. Ketika
itulah mereka mulai mengalami kesulitan mengetahui letak hadits yang dijadikan
penguat oleh para penyusun kitab ilmu-ilmu syar’I dan ilmu-ilmu lainnya. Lalu
sebagian ulama (hadits) bangkit. Mereka mentakhrij hadits-hadits yang ada pada
sebagian kitab-kitab sunnah yang asli. Salah satu tujuan adanya takhrij hadist
adalah untuk Menunjukkan sumber Hadits-hadits dan menerangkan ditolak atau
diterimanya hadits-hadits tersebut. Takhrij hadits memiliki beberapa manfaat
yaitu Dapat memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadist sahih,
hasan, ataupun dhaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun
sanadnya. Takhrij hadits memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu Dapat
memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadist sahih, hasan, ataupun
dhaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya. Memberikan
kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah diketahui bahwa suatu hadits
adalah hadits yang maqbul (dapat diterima). Dan sebaliknya, tidak
mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadits adalah mardud (tertolak).
Beberapa metode yang bisa kita gunakan pada saat mentakhrij diantaranya yaitu
Metode takhrij hadits melalui periwayat pertama dalam hadits, Metode Takhrij
al-Hadits melalui Kata Pertama dalam Matan, Metode Takhrijul Hadits dengan tema
tertentu, Metode Takhrij Melalui Kata-kata yang asing dalam Matan Hadits,
Takhrij hadits berdasarkan status suatu hadits.
Daftar Pustaka
M. Noor Sulaiman PL. 2008. Antologi Ilmu Hadits.Jakarta: Gaung Persada Press
Andi Rahman. 2016. Pengenalan
Atas Takhrij Hadis.Jakarta :
Jurnal studi hadis. Vol.2,
No.1
Mahmud Al Thihhan. 2010. Dasar-Dasar Ilmu
Takhrij, terj. Agil Husin Al-Munawar & Masykur Hakim. Semarang: Dina
Utama
Abu Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul
Hadi Daar al-I’tishaam. 1994. Metode Takhrij
Hadits. terj. S Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar. Semarang: Dina Utama
Masykur
Bachtiar Fachrurozi. 2009. Takhrij
Al-Hadits. Yogyakarta: Aditya
Media
Tahuma Haris Wahyudi dan Imron Rosyadi.Hadis-Ilmu Hadiskelas X. Mojokerto: Mutiara Ilmu
Rofiah, Khusniati. 2010. Studi Ilmu Hadith.
Ponorogo: STAIN PO Press
M. Solahuddin & Agus Suyadi. 2008.Ulumul
Hadis. Bandung: Pustaka
Anwar, Ali. 2011. Takhrij Al-Hadith Dengan
Komputer. Kediri : Pustaka Pelajar
Tajidun Nur dan debibik nabilatul Fauziah, Pengenalan
Metode Takhrij Hadits Dalam Upaya meningkatkan kompetensi Dosen Fakultas Agama
Islam (FAI) Universitas Singaperbangsa Karawang. Jurnal Pendidikan: Karawang
Catatan:
1. Similarity cukup tinggi sebesar 35%.
2.
Zaman now
menurut KBBI, kata yang digunakan adalah hadis bukan hadits
3. Mana penggunaan kitab al-Mu’jam al-mufahrasnya?
[1]Tajidun Nur dan debibik nabilatul Fauziah, Pengenalan Metode Takhrij
Hadits Dalam Upaya meningkatkan kompetensi Dosen Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Singaperbangsa Karawang. Jurnal Pendidikan: Karawang
[2]M.
Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits,(Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), hlm.155
[3]Andi Rahman, Pengenalan Atas Takhrij Hadis, Riwayah: Jurnal
studi hadis, Jakarta:PTIQ Vol.2, No.1,
2016
[4]Mahmud
Al Thihhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, terj. Agil Husin Al-Munawar &
Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), Hlm. 40
[5]Abu
Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi Daar al-I’tishaam, Metode
Takhrij Hadits, terj. S Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, (semarang:
Dina Utama, 1994), hlm.13
[7]Masykur
Bachtiar Fachrurozi, Takhrij Al-Hadits, (Yogyakarta: CV. Aditya Media,
2009), hlm.7
[8]Mahmud
Al Thihhan, Op.cit.,Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, terj. Agil Husin
Al-Munawar & Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), Hlm. 21
[9]Tahuma
Haris Wahyudi dan Imron Rosyadi, Hadis-Ilmu Hadiskelas X, (Mojokerto:
Mutiara Ilmu), hlm. 74
[10]Abu
Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi Daar al-I’tishaam, Metode
Takhrij Hadits, terj. S Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,
(semarang: Dina Utama, 1994), hlm.5
[11]Khusniati
Rofiah, Studi Ilmu Hadith, (Ponorogo: STAIN PO Press, 2010), Hlm.169
[14]
Ibid
[15]Masykur
Bachtiar Fachrurozi. Takhrij Al-Hadits (Yogyakarta: CV. Aditya Media,
2009), Hlm. 7
[16]Abu Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi Daar
al-I’tishaam, Op.cit, hlm.60
[17]Khusniati
Rofiah, Studi Ilmu Hadith,
(Ponorogo: STAIN PO Press, 2010), hlm.175.
[18]Masykur
Bachtiar Fachrurozi, Takhrij Al-Hadits (Yogyakarta: CV Aditya Media,
2009), hlm. 8
[19]Ibid
[20]M.
Solahuddin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis ( Bandung: CV PUSTAKA, 2008),
hlm. 194
[21]Ibid
[22]Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar