Mochamad Ilham
Akbar dan Muhamad Muhibbin
Mahasiswa Universitas Islam Maulana
Malik Ibrahim Malang
PAI B 2016
e-mail: muhammadmuhibbin71@gmail.com
Abstrak:Al-Quran
adalah sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad
S.A.W. melewati perantara malaikat Jibril guna di sampaikan kepada seluruh umat
islam, kitab suci Al-Quran adalah wahyu dari Allah dibuktikan dengan beberapa
ayat Al-Quran dan beberapa pendapat para Ulama’, tulisan Al-Quran berkembang
sesuai perkembangan zaman pada masa Nabi Muhammad, Abu bakar, Utsman bin Affan,
ditulis di atas kulit, pelepah, dan batu namun masih belum rapi yang disebut
dengan shuhuf-shuhuf hingga berkembang
pada masa Abu Bakar dengan dikumpulkan menjadi “Mushaf”, pada masa
Utsman bin Affan, terbitlah “Mushaf Utsmani” yang mana Mushaf ini adalah
pembetulan dari beberapa shuhuf yang awal mulanya membuat pertikaian karena
perbedaan Qira’at atau cara membaca. Artikel berikut ini akan memaparkan
tentang Ta’riful Quran (pengertian Al-Quran), Bukti Al-Quran sebagai
wahyu dari Allah, dan Kodifikasi penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad,
Abu Bakar, Utsman bin Affan.
Kata
Kunci: Historisitas, Al-Quran, Pengertian, Kodifikasi, Bukti.
Abstract:
The Quran is a scripture written by Allah S.W.T to Prophet Muhammad S.A.W.
through the intermediaries of the angel Gabriel to be conveyed to all Muslims,
the Holy Quran is a revelation from Allah evidenced by some Qur'anic verses and
some of the scholars' opinion, the Qur'anic writings evolve according to the
times of development at the time of Prophet Muhammad, Abu Bakar , Utsman bin
Affan, written on the skin, fronds, and stone but still not so well-known as
shuhuf-shuhuf until it grew in the time of Abu Bakr by being compiled into
"Mushaf", during Utsman bin Affan, the emergence of "Mushaf
Utsmani" which Mushaf is a correction of some shuhuf which initially made
a dispute because of Qira'at difference or way of reading. The following
article will show about the Ta'riful Quran (Quran understanding), Qur'anic
proof as revelation from Allah, and The codification of the Qur'anic writing at
the time of Prophet Muhammad, Abu Bakr, Utsman bin Affan.
Key
words: Historicality, Al-Quran, Understanding, Codification, Evidence.
A.
Pendahuluan
Al-Quran adalah
kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Quran merupakan puncak dan
penutup Wahyu Allah yang di peruntukkan bagi setiap manusia, dan bagian dari
rukun iman yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W , melalui perantara
Malaikat Jibril. Al-Quran juga memiliki multi fungsi dan selalu mempunyai
hubungan yang pasti dalam fenomena-fenomena kehidupan,hal ini diantaranya
mukjizat ,akidah,ibadah,mu’amalah ,akhlak,hukum,sejarah,dan dasar-dasar sains.
Kitab suci yang diturunkan pertama kepana Nabi Muhammad S.A.W adalah dinamai
Al-Kitab dan Al-Quran (bacaan yang sempurna),walaupun penerima dan masyarakat
pertama yang di temui nya tidak mengenal baca-tulis.ini semua,dimaksudkan ,agar
mereka dan generasi penerus akan membacanya. Fungsi utama Al-Kitab atau
Al-Quran yaitu sebagai petunjuk .Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca
dan memahaminya.[1]
Sejak masa turunnya Al-Quran dalam bahasa Nabi
dari kalangan bangsa Arab, kaum muslimin dari golongan sahabat ,tabi’in,ulama
dan qurra’ amat memperhatikan dengan serius :suatu perhatian yang tidak ada
taranya di bandingkan dengan kitab samawi manapun. Sebagai bukti nyata ialah
banyaknya kitab yang di karang berkenaan dengan ilmu Al-Quran sejak dari masa
kurun waktu islam terdahulu oleh para qurra’, mufassir ,dan ulama. Sampai hari
ini pun ulama masih terus menerus membahas dari bermacam- macam aspek dalam
Al-Quran.[2]
Nabi S.A.W adalah seorang ummi yang
mana beliau tidak dapat menulis maupun tidak dapat membaca, lantas bagaimana
Rasulallah mengajarkan ayat-ayat Al-Quran pada para sahabat ? Setelah
Rasulallah menghafal ayat atau surah Al-Quran. Rasul S.A.W. menyampaikan kepada
manusia, membacakannya kepada para sahabat agar mereka menghafalkannya. Hal ini
diungkapkan oleh hadist-hadist yang dirawikan oleh tokoh-tokoh hadist
terpercaya yang kitab-kitab mereka menjadi rujukan kaum muslimin.[3]
B.
Pengertian Al-Quran
Secara etimologi (bahasa) Al-Quran Berarti bacaan karena makna
tersebut di ambil dari kata “قرآءة” atau “قرآن” , yaitu bentuk mashdar dari kata “قرأ”.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran sudah banyak di berikan pengertian oleh
para mufassir.
Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa Al-Quran adalah firmanAllah yang
mu’jiz,diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang tertulis
dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang
membacanya, diawali dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Naas.
Imam Al-Zarqoni memberikan pengertian bahwa
Al-Quran adalah lafaz yang di turunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, diawali
dengan Surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surah An-Naas.[4]
Makna Al-Quran menurut Rektor IAIN
Sultan Syarif Qosim adalah Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia
yangmenghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.
Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini.
Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan.
Namun demikian, pemahaman terhadap isi yang di kandungnya tidaklah semudah
orang memahami isi buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin
memahaminya lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang
relevan dan tepat untuk memahaminya. Sehingga pesan Illahi itu dapat dicerna
secara baik dan dapat di maksimalkan dalam hidup dan kehidupan manusia.
Menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’), ialah : “Nama bagi kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi nya Muhammad S.A.W. yang ditulis dalam mashaf[5].
Demikianlah menurut ‘uruf, menurut makna yang populer, dalam kalangan ummat.
Al-Quran menurut pendapat ahli Kalam, ialah yang di tunjuki oleh
yang di baca itu, yakni : “Kalam azali yang berdiri pada dzat allah yang
senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah ditimpa sesuatu bencana”.
Al-Alusy dalam Ruhul Ma’ani berkata
: Para Mutakallimin memberi nama Al-Quran kepada kalimat-kalimat yang gaib yang
Azali, sejak dari awal Al-Fatihah hingga akhir An-Naas, yaitu lafadz-lafadz
yang terlepas dari sifat kebendaan, baik secara dirasa, dikhayali, ataupun
lain-lain,yang tersusun pada sifat allah yang Qadim.
Sebagian Muta’akhirin menambahkan bahwa : “Al-Quran adalah yang
kita beribadat dan mentilawatkannya.
Ringkasanya,
dapat kita katakan bahwa : “Al-Quran itu
adalah wahyu Illahi yang di turunkan kepada Muhammad S.A.W., yang telah di
sampaikan kepada kita sebagai ummatnya dengan jalan mutawatir, yang di hukum
kafir bagi orang yang mengingkarinya.[6]
Al-Quran
mempunyai beberapa nama, dinyatakan pula bahwa “Kalam Tuhan” yang di turunkan
dan di wahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W[7].
tidak hanya dinamai “Al-Quran”,tetapi juga dinamai dengan :
a. “Al-Kitab”
Lafadz “ Al-Kitab” lebih banyak di pakai dalam Al-Mashaf. Dia
adalah muradhif bagi lafadz “Al-Quran”.
b. “Al-Furqan”
Di kutip dari Surah
Al-Furqan ayat 1, bahwasanya Allah S.W.T. menurunkan surah ini tidak lain agar dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam semesta.
c. “Adz-Dzikr”
Dikutip dari surah
Al-Anbiya’ ayat 21, bahwasanya Allah S.W.T. Menurunkan
Al-Quran sebagai pengingat bagi orang-orang musyrik terdahulu agar tidak menyembah selain Allah S.W.T.
Mengapa Al-quran dinamai
dengan Al-Quran, Adz-Dzikr, Al-Kitab , Raisul Mufassirin Al Imam
Ibn Jarir At-Thabary telah menjelaskan dalam tafsir besarnya “Jami’ul Bayan”
sebab Al-Quran dinamai dengan Al-Quran dan dengan nama yang empat tersebut.[8]
Berfirman Allah S.W.T. :
“ Kami Wahyukan kepada engkau sebaik-baik kisah dengan wahyu yang
Kami turunkankepada engkau , yakni “Al-Quran” ini, sesungguhnya engkau sebelum
itu adalah orang-orang yang lalai”. (Q.A.3.S 12 : Yusuf).
“ Maha bahagialah Allah yang telah menurunkan “Al-Furqan” kepada
hamba Nya supaya ia menjadi “Nadzir” bagi alam semesta”. (Q.A. 1.S. 25:
Al-Furqan).
“ Segala puji bagi hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan
kepada hambaNya “Al-Kitab” dan tidak Ia jadikan baginya kebohongan”. (Q.A. 1.S.
18: AL-Kahf).
“ Bahwasanya Kami hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan
kepada “Adz-Dzikr” dan bahwasanya kami sungguhakan memeliharanya”.(Q.A. 9.S. 15
Al-Hijr)
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas, mengapa Al-Quran dinamai
dengan Al-Quran, Al-Quran dinamai dengan Al-Quran karena ia “dibaca”, dinamai
dengan Al-Furqan karena sebagai “pencerai” yang benar dan yang salah, dinamai
dengan Al-Kitab karena ia “ditulis”, dan dinamai dengan Adz-Dzikr karena ia “suatu
peringatan” dari Allah pada para hambaNya .
Hakikat Al-Quran,
Menurut para Ulama Mu’tazilah, bahwasanya Al-Quran ialah: huruf-huruf dan suara
yang dijadikan Allah, yang setelah berwujud lalu hilang dan lenyap.
Menurut Al-Ghazali dalam
Al-Mustashfa: “Hakikat Al-Quran ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah,
yaitu: suatu sifat yang Qadim diantara sifat-sifatNya. Dan kalam itu lafadz
yang musytarak, dipergunakan untuk lafadz yang menunjuk kepada makna,
sebagaimana di pergunakan untuk makna yang telah di tunjuk oleh lafadz.[9]
Tentang sumber-sumber Al-Quran,
Keyakinan ilahiah wahyu-wahyu yang di terima Muhammad merupakan keyakinan
standart dalam teologi islam. Tanpa keyakinan tersebut,tidak ada seorang muslim
pun yang mengklaim dirinya sebagai seorang muslim.Tetapi, keyakinan tersebut
telah mendapat tantangan serius ketika di proklamasikan pertama kali oleh
Al-Quran dan berlanjut hingga dewasa ini di kalangan tertentu pengamat islam
yang Non-Muslim.
Al-Quran sendiri tidak
menyembunyikan oposisi yang serius terhadap Nabi, tetapi justru merekam rentetan peristiwa tersebut tanpa
memutar balikan sebuah pandangan negatif para oposan kontemporer Nabi mengenai
asal-usul genetik atau sumber wahyu yang di terimanya, termasuk ejekan dan
celaan musuh Nabi[10].
Sebagaimana terlihat, para penantang Muhammad memang berbeda untuk setiap
kasusnya. Tetapi, dalam berbagai jawaban tersebut, kitab suci ini selalu
menekankan asal usul ilahiahnya: Wahyu yang di terima Muhammad itu bersumber
dari Tuhan semesta alam.[11]
Nuzulul Quran, Al-Quran adalah Kitab
Samawi yang terakhir yang di turunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha
Agung kepada Nabi Muhammad S.A.W. sebagai rosul terakhir. Turunnya Al-Quran itu
sudah jelas dan pasti berdasarkan dalil naqli dan aqli. Adapun dalil aqli itu
ialah dari segi-segi kemukjizatan yang di kandung oleh kitab ini yang menantang
manusia dan Jin untuk mendatangkan tandingan Al-Quran tetapi secara mutlak
mereka tidak mampu padahal tantangan terus berlaku hingga hari kiamat.[12]
Berfirman Allah S.W.T. :
انّآانزلناه في ليلة القدر°
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya(Al-Quran) pada
malam kemuliaan (Lailatul Qadr)”
Turunnya
Al-Quran yang pertama kalinya adalah
pada malam Laylatul Qadar merupakan pemberitahuan bagi Nabi dan para malaikat,
Turunnya Al-Quran kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab terdahulu,
sangat mengagetkan orang dan menimbulkan pengetahuan terhadapnya.Oleh karena
itu, wahyu turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati nabi dan menghibutnya
serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan
agama ini dan mencukukan Nikmat-Nya.[13]
Akan tetapi, lahir (zahir) dari ayat
tersebut bertentangan dengan kejadian nyata Nabi Muhammad, yang mana Al-Quran
turun selama 23 tahun,oleh karenanya para ulama mempunya 2 madzhab pokok,
yaitu:
1.Madzhab Pertama, yaitu
pendapat Ibn Abbas dan para ulama yang lain serta yang di jadikan pegangan para
ulama lainya. Yang dimaksud dengan turunnya Al-Quran dalam ayat di atas adalah
turunnya Quran sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para malaikat
menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Quran diturunkan kepada para
rasul kita Muhammad S.A.W. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sesuai
dengan peristiwa dan kejadian sejak ia di utus hingga sampai wafatnya. Beliau
tinggal di Mekkah sesudah diutus selama 13 tahun dan sesudah hijrah tinggal di
madinah selama 10 tahun. Ibn Abbas berkata “ Rasulullah S.A.W. Diutus pada usia
40 tahun. Ia tinggal di mekkah selama 13 tahun, pada waktu itulah wahyu terus
turun kepadanya, kemudian ia di perintah hijrah selama 10 tahun, dan beliau
wafat pada usia 63 tahun. [14]
2.Madzhab Kedua, yaitu yang
diriwayatkan oleh Sya’bi [15],yang
di maksud turunnya Al-Quran dalam salah satu ayat diatas adalah permulaan
turunya Al-Quran pada rasulallah S.A.W. permulaan turunnya Quran dimulai pada
malam lailatul Qadar di bukan Ramadhan, yang merupakan malam yang di berkahi.
Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan
kejadian dan peristiwa selama kurang lebih 23 tahun. Dengan demikian, Quran
hanya satu cara turun, yaitu dengan cara yang berangsur-angsur atau secara
bertahap, dalam firman Allah S.W.T :
وقرآنا فرقناه لتقرءه على الناس على مكث ونلزلناه تنزيلا°
Artinya : “Dan Quran (kami turunkan)
berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan kami menurunkannya
secara bertahap.” (al-Isra’/17: 106)
Dengan demikian, maka pendapat yang kuat
ialah bahwa Al-Quranul Karim itu dua kali di turunkan:
Pertama: Di turunkan secara
sekaligus pada malam lailatul qadar ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Kedua: Di turunkan dari
langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
C.
Bukti Al-Quran adalah Wahyu
Wahyu adalah
isyarat yang cepat. Itu terjadi memalui
pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan
terkadang melalui saluran mata semata, dan terkadang pula melalui
isyarat dengan sebagian anggota badan. Al wahy atau wahyu adalah kata
masdar, dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu:
tersembunyi dan cepat, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa wahyu adalah
pemberitahuan yang ,tersembunyi dan cepat khusus di beritahukan kepada orang
yang di beritahu tanpa di ketahui orang lain.[16]
Wahyu menurut istilah, ialah: nama
bagi sesuatu yang dicampakkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada
Nabi-nabiNya. Disebut dalam kitab Al-Masyariq, bahwa wahyu itu pada misalnya: “
Sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat”.[17]
Tentang diturunkanya wahyu Al-Quran
dapat dilihat pada ayat 185 surah Al-Baqarah :
شهر رمضان اللّذى انزل فيه القران هدى لنّاس وبيّنت مّن الهدى
والفرقان°
Artinya: “(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah)bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan
(Permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”
Salah satu bukti bahwa Al-Quran
adalah wahyu dari Allah adalah tidak ada kitab lain yang dapat menandingi
isinya, keindahan makna-nya dan sumber tolak ukur dalam setiap kehidupan, dapat
di buktikan dengan tantangan Allah dalam surah Al-Baqarah 23 :
وإن كنتم في ريب
ممّا نزلّنا على عبدنا فأتوابسورة مّن مّثله وادعوا شهداء كم مّن دون الله إن كنتم
صادين°
Artinya
: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang yang
benar.”
Dalam ayat tersebut Allah S.W.T.
Menantang siapa pun yang untuk membuat karya layaknya Al-Quran, dari segi
keindahan bahasa, keunggulan ilmiah yang terkandung di dalamnya, serta tata
bahasanya, mengapa demikian ? Kalau saja Al-Quran yang membuat adalah manusia, tentunya
Al-Quran pasti ada tandingannya, akan tetapi jika tidak ada, dapat kita
simpulkan bahwa memang Al-Quran adalah wahyu Allah yang sempurna, di turunkan
pertama kali kepada Nabi Muhammad di Gua hira.
Ibn Asythah dalam Kitabul
Mashahif, bersumber dari Ubaid bin Umair, berkata: Jibril datang kepada
Nabi S.A.W membawa sehelai kain sutera,lalu berkata: “Bacalah!” Nabi
menjawab, “Aku tak bisa membaca.” Kemudian ia (Jibril) berkata. “Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu.” Mereka berpendapat bahwa wahyu ini turun
pertama turun dari langit. Az-zuhri meriwayatkan, bahwa Nabi S.A.W sedang
berada di Gua Hira ketika di datangi malaikat dengan membawa kain sutera
bertuliskan :
إقرأ با سم ربك الذي خلق ° خلق لإنسان من علق° إقرأ وربك لأ كرم °
الذي علم با لقلم °علم الإنسان ما لم يعلم°
Penerimaan wahyu Al-Quran ada di
luar jangkauan nalar manusia. Selama 14 abad yang silam tak ada seorang rasul
yang muncul, dan dalam memahami fenomena wahyu kita semata-mata merujuk pada
laporan authentic dari Nabi Muhammad dan orang-orang kepercayaan yang
menyaksikan kehidupan beliau sebagai cermin tentang apa yang dialami oleh
nabi-nabi sebelumnya dalam menerima komunikasi ketuhanan.[18]
Ustadz Farid Wadji mendefinisikan
tujuan-tujuan dalam Al-Quran dengan mengatakan: “
Al-Quran adalah Wahyu Ilahi yang diturunkan oleh Ruhul Amin yaitu Malaikat
Jibril kedalam hati Rasulallah S.W.T agar menjadi peringatan dan kabar gembura
bagi seluruh umat manusia. Dan keyakinan kita, wahai kaum muslimin,- ialah
bahwa Al-Quran itu adalah kitab yang mencakup berbagai macam hukum dan prinsip
yang beraneka ragam: ia mencakup intisari kitab samawi terdahulu dan ia membawa
aturan yang paling agung demi kesempurnaan kehidupan dunia dan akhirat.[19]
Wahyu yang di terima Muhammad memiliki
asal-usul Illahiah, seperti yang telah di tunjukkan di bagian yang lalu, selalu dijelaskan dalam Quran ayat :
° إنْ هُوَ إلَّى وَحْيٌ يُوْحى°وَمَا يَنْطِقُ
عَنِ الْهَوَا
Artinya:
“Dan tidaklah (Muhammad) berbicara mengikuti hawa nafsunya. Sungguh (ucapannya)
itu tidak lain adalah wahyu yang di wahyukan”.[20]
Sementara di dalam sejumlah bagian
Al-Quran yang lain Muhammad di perintahkan mengikuti apa-apa yang di wahyukan
Tuhan kepadanya (6:50,106; 7:203; 10.109; 33:2; 46:9; 43:43; dll.). Ia tidak
mengharamkan makanan apapun kecuali bangkai,darah,daging babi atau binatang
yang di sembelih atas nama selain Allah- karena tidak menemukan larangan
semacam itu eksis di dalam wahyu yang di wahyukan kepadanya (6:145) .[21]
Pada ayat lainya, terdapat juga
bukti bahwa Al-Quran, yaitu dalam surat Al-Anfal 41:
إن كنتم بالله وما
أنزلنا على عبدنا يوم الفران يوم التقى الجمعن °
Artinya: “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan yaitu di hari bertemunya dua
pasukan”
Itulah bulan ketika Muhammad S.A.W
beri’tikaf di Gua Hira, menjauhkan diri dari khalayak untuk berpuasa dan
beribadah. Adapun tentang kepastian malam dimulainya wahyu itu tanggal 17
Ramadhan,karena “bertemunya dua pasukan besar”[22],ialah
pada tanggal tersebut ,tahun kedua Hijrah. Yang dimaksud dengan dua pasukan
besar adalah kaum muslimin dan kaum musyrikin di Badr.Jadi ayat diatas
mengisyaratkan kepada dua hari besar, pada suatu diantara kedua hari tersebut
Allah memuliakan Muhammad S.A.W memuliakan kaum muslmin dan kemenangan di
berikan-Nya. Diriwayatkan oleh Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabary dalam
tafsirnya,dengan sanad dari Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib a.s. yang berkata
“Lailatul Furqan adalah hari bertemunya dua pasukan besar pada tanggal
17 Ramadhan”.[23]
C.
Sejarah Penulisan dan Kodifikasi Al-Quran (Nabi Muhammad, Abu bakar, dan
Utsman)
Selama
Berabad-abad, kaum muslim telah menunjukkan kesungguhan untuk melestarikan dan
menyampaikan Al-Quran sebagaimana di wahyukan kepada Nabi Muhammad. Kaum muslim
menggunakan semua sarana pelestari dan komunikasi yang mungkin : kulit, kertas,
dan tinta, papan dan kapur, media cetak,kaset dan juga internet. Al-Quran telah
diajarkan dan di pelajari secara rahasia maupun terang-terang an, di
rumah-rumah, di masjid-masjid besar, di taman kanak-kanak,dan juga di madrasah.
Tapi, pada akhirnya dalam setiap generasi ada banyak muslim yang mengabdikan
diri secara tulus untuk mengatasi masalah
berat berupa menghafal Al-Quran dan menguasai bacaannya, teks sakral ini
terus dilestarikan secara utuh, diriwayatkan secara akurat, dan di agungkan
ditengah masyarakat muslim.[24]
1.Pada
Zaman Nabi Muhammad S.A.W
Rasulallah telah mengangkat para
penulis wahyu Al-Quran dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Mu’awiyah,
‘Ubai bin Ka’b dan Zaid bin Sabit.Bila ayat turun, ia memerintahkan mereka
menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah,sehingga
penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan dalam hati.[25]Para
penulis Al-Quran menulis ayat-ayat pada pelepah, batu dan sobekan kain, dan
kadang-kadang diatas kulit atau tulang, yang biasa dilakukan orang-orang Arab
pada waktu itu. Semua itu mereka beri nama shuhuf. Shuhuf-shuhuf itu di
tulis dan di simpan di rumah Rasulallah S.A.W. Muhammad bin Ishaq dalam Al-Fihrits
mengatakan: “Pada zaman Rasulallah S.A.W Al-Quran ditulis dihadapan beliau
diatas kepingan batu, pelepah dan tulang-tulang unta.” Dalam suatu riwayat lain yang bersumber dari
Ali bin Ibrahim, dari Abi Bakar al-Hadhrami bahwa Abu Abdillah Ja’far bin
Muhammad a.s. berkata: Rasulallahpernah berkata kepada Ali: “Hai Ali,Al-Quran
ada di belakang tempat tidurku ,di
shuhuf, sutera, kertas(lembaran atau kain lainnya). Ambillah, kemudian
kumpulkan, jangan di sia-siakan seperti orang Yahudi menyia-nyiakan Taurat.”
Ali menuju ke tempat tersebut dan membungkusnya dengan kain kuning.[26]
Diwaktu Rasulallah Wafat, seluruh
Al-Quran itu baru di tulis belum di atas kertas. Ada yang ditulis diatas
pelepah kurma ada yang diatas kulit, ada yang diatas kain, ada yang diatas
tulang, dan ada pula yang di atas punggung unta. Disimpan di dalam hati
sekalian orang muslim pada waktu itu. Di waktu Rasulallah masih hidup,
tiap-tiap ayat yang turun kepadanya itu dihafalnya. Juga di hafal oleh
orang-orang Islam yang lainya.Sehingga hafalan itu melekat di hati Rasulallah
dan umat islam pada waktu itu.[27]
Adapun nama penulis wahyu Al-Quran
(Kuttab) yang terkenal : Abu bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali ,’Amir ibn Fuhairah (
Salah satu penulis surat nabi yang dikirimkan kepada beberapa raja), Ubay Ibn Ka’ab
(Penulis dari kaum Anshar,dan paling banyak menulis wahyu), Tsabit Ibn Qais Ibn
Syammas, Zaid Ibn Tsabit, Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, Yazid(saudara daripada
Mu’awiyah), Al Mughirah Ibn Syu’bah, Az Zubair Ibn Al ‘Auwam, Khalid Ibn
Walid,Al ‘Ala Al Hadrhramy, ‘Amir Ibn ‘Ash,Muhammad Ibn Maslamah.
B.
Pada Zaman Abu Bakar
Abu Bakar menjalankan urusan islam
setelah Rasulallah. Ia dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besarberkenaan
dengan kemurtadan sebagian orang Arab.Karena itu Abu bakar segera menyiapkan
pasukan untuk memeranginya, diantaranya terdapat juga Hafidz dan Qurra’.[28]
Abu Bakar menyiapkan satu pasukan tentara terdiri dari 4000 pengendara kuda,
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pasukan Khalid berangkat untuk menggempur
mereka. Dan banyak pula sahabat yang gugur.Diantara sahabat yang gugur, salah
satunya adalah Zaid ibnul Khattab, saudara ‘Umar. Sebanyak 700 penghafal
Al-Quran yang syahid. Setelah ummat islam mengeraskan tekanan nya, pertolongan
Allah pun datang.[29]
Melihat banyak sahabat Al-Quran yang
gugur, maka timbulah hasrat ‘Umar ibn Khattab untuk meminta Abu Bakar agar
Al-Quran itu dikumpulkan, karena khawatir akan hilang berangsur-angsur, kalau
di hafal saja, karena para hafidz semakain berkurang. Abu bakar mulanya menolak
ajakan ‘Umar tesebut, namun setelah Allah membukakan pintu hati Abu Bakar ,Abu
Bakar menyetujui nya,. Dan selanjutnya Abu Bakar mendatangi Zaid ibn Tsabit ,
memerintah Zaid , mengingat kedudukannya dalam qira’at, penulisan, pemahaman
dan kecerdasannya serta kehadirannya dalam pembacaan Al-Quran yang terakhir
kali, Abu Bakar menceritakan tentang kekhawatirannya ‘Umar. [30]Zaid
berkata “ Demi Allah ,Kalaulah aku di bebani untuk memindahakan suatu gunung,
tidaklah lebih berat daripada aku diperintahkan untuk mengumpulkan Al-Quran.”
Dan Abu bakar menjawab “Demi Allah ,ini satu kebaikan.
Setelah Abu Bakar mengulangi
permintaannya beberapa kali, luluhlah hati Zaid ,dan Zaid pun memulai
mengumpulkan Al-Quran yang tertulis pada pelepah-pelepah,kepingan-kepingan
batu, dan yang dihafal oleh para sahabat. Dari riwayat tersebut, terlihat
jelaslah bahwa Abu Bakar bertindak hal tersebut karena belum pernah di lakukan
oleh Rasulalallah S.A.W. Demikian pula Zaid, Ia juga tidak mau bertindak apa
yang belum pernah di lakukan Rasulallah,karena takut dikatakan bid’ah terhadap
masalah agama.Di dalam kitab Al-Itqan, dengan mengutip buku Al-Maghazi
karya Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab,
katanya: “ Ketika peristiwa Al-Yamamah menimbulkan banyak korban ,Abu Bakar
prihatin dan khawatir akan hilangnya ayat-ayat Al-Quran. Kemudian para sahabat
saling berdatangan dengan membawa ayat Al-Quran kepada Abu Bakar, sehingga
terkumpulah lembaran-lembaran.Karena itulah Abu Bakar disebut sebagai orang
yang pertama kali mengumpulkan Al-Quran.Lalu Umar memanggil orang-orang Madinah
yang merasa menerima Al-Quran dari Rasulallah, Abu Bakar berkata pada Umar dan
Zaid : “Duduklah kalian diantara pintu masjid. Siapa saja yang datang membawa
ayat Al-Quran serta dua orang saksi, segeralah catat.Kedua saksi tersebut
bertujuan agar memberi kesaksian bahwa ayat Al-Quran yang di bawa oleh setiap
orang adalah benar seperti yang di baca ulang di hadapan Nabi pada tahun wafat
beliau dan di tulis sepengatahuan beliau.”[31]
Kita sudah mengetahui bahwa Quran
sudah tercatat pada masa Nabi Muhammad, namun bentuknya masih berserakan dalam
pelepah kurma, kulit dan tulang-tulang, kemudian pada masa Abu Bakar muncul
perintah darinya untuk mengumpulkan menjadi satu “Mushaf”. Keistimewaan seperti inilah hanya
ada pada himpunan Quran yang di kerjakan oleh Abu Bakar. Para Ulama berpendapat
bahwa penamaan Quran dengan “mushaf” itu baru muncul sejak saat itu, di saat
mengumpulkan Al-Quran, Ali berkata “ Orang yang paling besar pahalanya dalam
pengumpulan mushaf adalah Abu Bakar.Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu
Bakar. Dialah orang pertama yang mengumpulkan Al-Quran”.[32]
Dari penjelasan diatas kita dapat
menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Abu bakar)[33] :
·
Orang
yang pertama kali melakukan kompilasi Al-Quran adalah Abu Bakar, terjadi
setelah perang Yamamah.
·
Sedangkan
orang yang mempunyai gagasan pertama untuk melakukan kompilasi Al-Quran adalah
Umar Ibn Khattab.
·
Motivasi
Umar memaksa Abu Bakar untuk melesatarikan Quran adalah agar eksistensi
Al-Quran tetap terjaga.
·
Abu
Bakar memilih Zaid untuk menulis Al-Quran karena kemampuanya.
·
Kompilasi
yang di tulis Zaid adalah apa yang pernah ditulis pada masa Nabi Muhammad .
·
Abu
Bakar menyerahkan Mushaf kepada Umar selaku penggantinya, lalu Mushaf di
berikan kepada Hafsah.
·
Istilah
Mushaf baru muncul pada masa Abu Bakar.
C.
Pada Zaman Utsman Bin ‘Affan
Gerakan Pengumpulan Shuhuf-shuhuf
pada masa Utsman, Sesudah beberapatahun berlalu dari pemerintah ‘Utsman Bin
Affan timbullah beberapa penggerak yang menggerakan para sahabat supaya
meninjau kembali shuhuf-shuhuf yang telah di tulis oleh Zaid bin Tsabit.
Ketika terjadi perang Armenia dan
Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat
itu ialah Hizaifah bin Al-Yaman.Ia melihat banyak perbedaan cara-cara membaca
Al-Quran. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing
orang tetap berpegang teguh pada bacaanya dan bahkan saling
mengkafirkan.Melihat kenyataan seperti itu, Huzaifah segera menghadap Utsman
dan melaporkan kepadanya apa yang telah di lihatnya. Utsman juga memberi tahu
kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang
yang mengajarkan qiraat pada anak-anak. Mereka sepakat untuk menyalin
lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukanumat islam
dengan bacaan yang tetap pada satu huruf.[34]
Maka Utsman meminta kepada Hafsah
supaya memberikan shuhuf-shuhuf yang ada padanya untuk di salin kedalam
beberapa mushaf. Sesudah itu akan dikembalikan lagi kepada Hafsah, sesudah
shuhuf-shuhuf itu di terima oleh Utsman, beliau pun menyuruh Zaid Bin Tsabit,
Abdullah ibn Zubair, Zaid ibn Ash, Abdur Rahman Ibn Harits Ibn Hisyam menyalin
dari shuhuf-shuhuf itu beberapa mushaf.Jika terjadi perselisihan maka hendak
akan ditulis menggunakan bahasa Quraisy, karena Al-Quran diturunkan dengan
lisan Quraisy. Utsman mengirim mushaf-mushaf tersebut ke beberapa kota-kota
besar satu mushaf,serta memerintahkan agar shuhuf yang lainya di bakar. Menurut
Ibn Abu Daud: Utsman membentuk suatu badan pada tahun ke -25 Hijriah, yang mana
badan tersebut terdiri dari 12 orang dan di kepalai oleh Zaid bin Tsabit,
tugasnya yaitu menentukan bahasa mana yang harus di pakai ,untuk menghilangkan
perselisihan tentang pemakaian kalimat. Tegasnya badan tersebut berpegang pada
penyusunan yang telah sempurna dilakukan dimasa Abu Bakar.Sesudah sempurna baik
dari segala ayat quran nya, tempat nya yang ada dalam surah dan penertiban
surah, Utsman pun menyuruh salin empat mushaf dari naskah pertama dinamai
Al-Imam. Sebuah naskah ke Mekkah, ke Kuffah, ke Basrah, ke Syam. Asal salinan
tulisan badan lajnah tinggal di tangan Utsman sendiri, dan Utsman menyuruh
membakar shuhuf-shuhuf yang ada dalam masyarakat dan menyuruh kaum muslimin
membaca Al-Quran dengan Qiraat yang termateri dalam Al-Imam itu.[35]
Dari penjelasan diatas kita dapat
menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Utsman bin Affan)[36] :
·
Faktor
utama penyebab Utsman memodifikasi Al-Quran adalah perbedaan masyarakat muslim
tentang bacaan Al-Quran.
·
Untuk
melaksanakan tugas berat tersebut, ‘Utsman membentuk suatu badan yang di
kepalai oleh Zaid bin Tsabit guna menentukan bahasa yang akan di pakai agar
menghilangkan perselisihan .
·
Modifikasi
Al-Quran merujuk pada shuhuf yang telah disusun pada masa Abu Bakar.
·
Mushaf
‘Utsmani’ ditulis dengan dialek Quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan
bahasa mereka.
·
Mushaf
yang di cetak oleh badan pimpinan Zaid bin Tsabit di kirim ke Kuffah, Basrah
,Syuria, Mekkah, dan Madinah.
·
Setelah
selesai segal proses penyalinan shuhuf, Zaid membacakan hasilnya di depan Utsman
dan beberapa sahabat lain ke propinsi islam , Zaid di Madinah, ‘Abdullah bin
Al-Said di Mekkah, Al- Mughiroh bin Syihab di Syuria, Abu ‘Abdurrahman
Al-Salimi di Kuffah, dan Amir bin ‘Abdul Qodir di Basrah.
E.
Penutup
Dari penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Al-Quran adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup bagi manusia
yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.
Bukti bahwa Al-Quran adalah benar-benar wahyu Allah S.W.T. adalah dari beberapa
Firman Allah di dalam Al-Quran yang mana Allah telah menantang siapapun untuk
membuat kitab se-sempurna Al-Quran, jika ada maka Al-Quran akan ada
tandinganya, namun tidak karena kesempuranaan Al-Quran hanyalah milik Allah S.W.T.
,mengenai perkembangan penulisan atau kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi
Muhammad, Al-Quran telah di tulis namun masih berupa shuhuf-shuhuf
(lembaran-lembaran) oleh para sahabat Nabi pada masa itu, ada yang diatas
pelepah kurma, kulit binatang, dan bahkan diatas batu, pada masa kepemimpinan
Abu Bakar Al-Quran mulai di kumpulkan menjadi “Mushaf” atas hasrat dari Umar
bin Khattab yang meminta agar segera di kumpulkan karena takut akan semakin
menghilangnya para huffadz Al-Quran, pada masa Utsman bin Affan, Mushaf-Mushaf
mengalami perbaikan dari segi bahasa karena pada saat itu banyak kaum muslimin
yang bertikai akibat bahasa dari masing-masing mushaf berbeda oleh karena itu,
dengan berkiblat pada mushaf yang ada pada masa Abu Bakar, Utsman segera
memperbaiki bahasa Mushaf tersebut dan muncul-lah “Mushaf Utsmani”.
Daftar Pustaka
Al-A’zami, Muhammad Mustafa. The History The Qur’anic Text.Jakarta:GEMA INSANI,2005.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,2015.
Az-Zanjani, Abu Abdullah. Wawasan
Baru Tarikh Al-Quran. Bandung:Mizan,1986.
T.M. Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah
Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan Bintang,1974.
Amal, Taufik Adnan. Rekontruksi
Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA,2001.
Anwar, Abu. Ulumul Quran.
Pekanbaru:Amzah,2002.
Al-Abyabi, Ibrahim. Sejarah
Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA,1992.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati.
Bandung: Mizan,1994.
Ibrahim, Muhammad Ismail. Sisi
Mulia Al-Quran. Jakarta:CV. RAJAWALI,1986.
Mattson, Inggrid. Ulumul Quran
Zaman Kita. Jakarta:Zaman,2013.
Mochamad Samsukadi, “Sejarah
Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran dari Teks Metafisik sampai Textus
Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember 2016
Catatan:
Makalah
ini sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa perbaikan yang harus dilakukan:
1.
Cara
penulisan footnote salah, harus diperbaiki.
2.
Bagian
bukti-bukti al-Qur’an sebagai wahyu Allah lebih dipertajam lagi.
[1]M.Quraish
Shihab.Lentera Hati.Bandung:Mizan.1994.hlm.27-28
[2]Abu Abdullah
Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.15
[3]Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.53-54
[4]Abu Anwar.Ulumul
Quran.Pekanbaru:Amzah.2002.hlm.13
[5] Mas-haf
boleh di baca Mish-haf dan Mus-haf. Maknanya: Lembaran-lembaran yang
dikumpulkan dan di ikat, merupakan buku.
[6]Hasbi
T.M. As-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.15-16
[7] Ibid.,
hlm. 19
[8] Ibid.,
hlm. 20
[9] Ibid.,
hlm. 22
[10]Taudik
Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm. 51
[11] Ibid.,
hlm.55
[12]Muhammad
Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.11
[13]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.142
[14]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.143
[15]
Asy-Sya’bi adalah ‘Amir bin Syaharil, termasuk tabiin besar dan salah seorang
guru Abu Hanifah yang terkemuka. Dia juga ahli hadist dan ahli fiqih, wafat 109
H.
[16]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.35
[17]Hasbi
T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.25
[18] M.M.
Al-A’zami.The History The Qur’anic
Text.Jakarta:GEMA INSANI.2005.hlm.48
[19]Muhammad
Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.10
[20] Surah
An-Najm,ayat 3-4.
[21]Taufik
Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm.61
[22] Surah
Al-Anfal,ayat 41.
[23]Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.46
[24]Inggrid
Mattson.Ulumul Quran Zaman Kita.Jakarta:Zaman.2013.hlm.200
[25]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.183
[26]Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.65-66
[27]Ibrahim
Al-Abyabi.Sejarah Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA.1992.hlm.55
[28]Manna’ Khalil
Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.185
[29]Hasbi
T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.89
[30]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.186
[31]Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.85-86
[32]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.188-189
[33]
Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran
dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember
2016,hlm.248-249
[34]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.190
[35]Hasbi
T.M. Ash-Shiddieqy.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.93-94
[36]
Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran
dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember
2016,hlm.253-255
Tidak ada komentar:
Posting Komentar