MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
Ahmad Ismail Sa’addullah dan Daril Mufaroha
Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Kelas D Angkatan 2015
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: aismails.19.sc@gmail.com
Abstract
This
article tries to discuss the concept of revelation of the Qur'an al-karim to
Prophet Muhammad which distinguish decline in the verses of the Quran in
different places, especially cities of Makkah and Madinah. The scholars
expressed his opinion about this concept that where there is a classification
of the verses of Meccan surah and Madaniyyah, there are characteristics such
verses down dimakkah are short and verse down in Madinah are long, then of the
period down that paragraph the scholars agreed that paragraph which fell before
the hijra is paragraph Meccan surah although down in the city of Medina and the
verses which fell after the hijra is Madaniyyah although down in the city of
Mecca. In addition the concept of basic Meccan surah and Madaniyyah is to help
one to understand more deeply the content and the content contained in the
Quran itself and helps to understand and adjust the situation or timing of the
decline of Al-Quran.
Abstrak
Artikel ini mencoba membahas tentang konsep turunnya wahyu Al-Quran
Al-karim kepada Nabi Muhammad SAW yang mana membedakan turunnya ayat-ayat
Al-Quran di tempat yang berbeda-beda khususnya kota Makkah dan kota Madinah.
Para ulama menyampaikan pendapatnya tentang konsep ini yang mana ada
pengklasifikasian terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah, terdapat
cirri-ciri seperti ayat yang turun dimakkah bersifat pendek dan ayat yang turun
di Madinah bersifat panjang, kemudian dari periode turun ayat tersebut para
ulama sepakat bahwa ayat yang turun sebelum hijrah adalah ayat Makkiyah walaupun
turun di kota Madinah dan ayat yang turun sesudah hijrah adalah Madaniyyah
walaupun turun di kota makkah. Selain itu konsep tentang Makkiyah dan
Madaniyyah adalah dasar untuk membantu seseorang untuk memahami lebih dalam
kandungan dan isi yang ada dalam Al-Quran itu sendiri dan membantu mengerti
serta menyesuaikan situasi atau waktu dari turunnya Al-Quran.
Keywords: Al-Quran,
Hijrah, Makkah, Madinah
A.
Pendahuluan
Al-Qur’an bagi kaum
muslimin adalah Kalam
Allah yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad Saw. melalui
perantaraan Jibril selama
kurang lebih dua
puluh tiga tahun. Kitab suci ini
memiliki kekuatan luar biasa yang berada diluar kemampuan apapun :“Seandainya
kami turunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya
tunduk terpecah-pecah karena gentar
kepada Allah” (QS. al-Hasyr: 21). Kandungan pesan Ilahi yang
disampaikan Nabi Muhammad
Saw. pada permulaan
abad ke-7 M.
itu telah meletakkan
basis untuk kehidupan individual
dan sosial kaum muslimin
dalam segala aspeknya.
Bahkan masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan
hidup dengan merespon dakwah al-Qur’an.
Itulah sebabnya al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan muslim dan
berbagai pengalaman keagamaanya.
Tanpa pemahaman yang
semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran dan kebudayaan
kaum muslimin tentunya akan sulit dipahami.
Al-quran
sebagai petunjuk dan cara hidup bagi manusia sangat menarik untuk dipelajari
dan digali lebih dalam tentang isinya dan paham-paham didalamnya, dari pertama
turunnya ayat Al-quran sampai ayat yang terakhir turun tidak boleh kita
lewatkan tentang sejarah turunnya Al-quran itu sendiri, karena Al-quran
diturunkan tidak langsung melainkan ayat demi ayat yang turun sebagai pencerah
hati Nabi saat bimbang dan petunjuk saat gelisah. Maka dari itu tempat dan
periode waktu turunnya ayat Al-Quran sangat penting dipelajari bagi umat muslim
Kita tentu tahu
bahwa kitab suci Al-quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW terdiri dari
30 juz dan 144 surat yang didalamnya terdiri dari ayat-ayat makkiyah dan
madaniyyah, yang apabila kita bahas antara ayat makkiyah dan madaniyyah
terdapat ciri-ciri yang membedakan yang membedakan keduanya. Oleh karena itu
Penulis mencoba mengkaji tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah
tersebut.
B.
Pengertian dan Contoh Ayat
Makkiyah dan Madaniyyah
1.
Pengertian
Makkiyah dan Madaniyyah
Ilmu Makky dan Madany merupakan ilmu yang membahas
tentang surat-surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an mana yang diturunkan di
Makkah dan yang mana yang diturunkan di Madinah. [1]
Dalam
pembahasan tentang ayat-ayat makkiyah dan Madaniyyah, terdapat pengelompokan
ayat-ayat Al-quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya sebuah atau beberapa
buah ayat Al-quran. Dalam hubungan ini terdapat tiga definisi yang sering
dikemukakan oleh pakar bidang ini, yaitu:
1.
Dari
perspektif masa turunya Makiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah
hijrah ke madinah, walaupun ayat tersebut tidak turun di Makkah. Adapun
madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke Madinah,
walaupun ayat tersebut juga bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun
setelah hijrah disebut Madaniyyah dan walaupun ayat tersebut turun di makkah
atau arafah.[2]
Adapun dikalangan para ulama terdapat beberapa pendapat tentang
dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan Makkiyah dan Madaniyyah nya, suatu
surat atau ayat. Yang sebagian besar ulama menetapkan lokasi turunnya ayat/
surat sebagai dasar penentuan Makkiyah dan Madaniyyahnya. Sehingga mereka
membuat definisi Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut:
المكى ما نزل بمكة ولو بعد الهجره والمدنى ما نزل بالمدينة
Artinya: Makkiyah
ialah yang diturunkan di Makkah,
sekalipun turunnya sesudah hijrah; Madaniyyah ialah yang diturunkan di
Madinah.[3]
2.
Dari
perspektif tempat turunnya Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di makkah dan
sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyah. Adapun Madaniyah ialah
ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud. Quba`, dan sul`a.[4]
Adapun pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa penetapan masa
turunnya ayat atau surat merupakan dasar ditentukannya ayat tersebut tergolong
Makkiyah ataupun Madaniyyah, maka mereka membuat definisi tentang Makkiyyah dan
Madaniyyah sebagai berikut:
المكى مانزل قبل هجرة الرسول ص. م. وان كان نزوله بغير مكة, والمدني ما نزل بعد هذه الهجرة, وان كان نزوله بمكة
Artinya;
Makkiyah ialah yang diturunkan sebelum Nabi Hijrah ke Madinah, sekalipun
turunnya di luar Makkah, sedangkan Madaniyyah ialah yang di turunkan sesudah
nabi Hijrah, meskipun turunnya di Makkah.[5]
3.
Dari
perspektif objek pembicaraannya Makkiyah adalah ayat-ayat yang khitabnya
ditunjukkan kepada orang-orang Makkah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat
yanG khitabnya ditunjukkan kepada orang-orang Madinah.[6]
Pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa orang/golongan menjadi
sasaran penentuan ayat atau surat Makkiyah dan Madaniyyah. Maka mereka mendefinisikan
nya sebagai berikut:
المكى ماوقع خطابا لاهل مكة, والمدني ماوقع خطابا لاهل الدينة.
Artinya : Makkiyah ialah khitabnya
(seruannya) jatuh kepada penduduk Makkah, dan Madaniyyah ialah yang khitabnya (
seruannya ) jatuh kepada penduduk Madinah.[7]
Dengan definisi tersebut , dapat di
jelaskan bahwa ayat atau surat yang dimulai dengan يا ايها النا س(wahai
manusia) adalah Makkiyah, karena penduduk kota Makkah pada waktu itu umumnya
masih kafir , meskipun seruan itu juga di tunjukkan kepada penduduk selain
penduduk Makkah. Sedangkan ayat atau surah yang dimulai dengan ” يا ايها الذين امنوا (wahai orang-orang yang beriman) adalah
Madaniyyah, karena pada waktu itu penduduk Madinah mayoritas sudah beriman ,
meskipun seruan itu juga di tunjukkan kepada penduduk selain kota Madinah.
Namun dari definisi diatas tidak selalu ayat/ surah yang dimulai dengan ya
ayyuhannas dan ya ayyuhaladzinaamanu disebut dengan surat Makkiyah/ Madaniyyah.
Misalnya ya ayyuhannas yang terdapat dalam surah an-Nisa merupakan Madaniyyah.[8]
Menurut tempat diturunkannya, setiap
surah terbagi atas surah Makkiyah (surah Makkah) dan surah Madaniyyah (surah
Madinah). Dalam pembagiannya didasarkan pada tempat dan waktu penurunan surah
atau ayat tertentu. Adapun ciri-ciri yang dapat membedakan antara mana yang
disebut surah Makkiyah dan mana yang disebut surah Madaniyyah [9],
antara lain:
Ciri
– ciri surah Makkiyah
1. Setiap
surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu termasuk surah
Makkiyah.
2. Setiap
surat yang mengandung lafadz kalla, termasuk makkiyah. Lafadz ini hanya
terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak 33 kali
dalam lima belas surah.
3. Setiap
surah yang mengandung ya ayyuan nas dan tidak mengandung ya ayyuhal ladzina
amanu, berarti termasuk dalam surah Makkiyah, kecuali surah al-Hajj yang pada
akhir surah terdapat ya ayyuhal ladzina amanur-ka’u wasjudu. Namun demikian
sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah Makkiyah.
4. Setiap
surah yang mengandung kisah nabi dan umat terdahulu termasuk surah Makiyyah,
kecuali surah al-Baqarah.
5. Setiap
surah yang mengandung kisah adam dan iblis termasuk surah Makkiyah , kecuali
surah al-Baqarah.
6. Setiap
surah yang di buka dengan huruf-huruf singkatan , seperti Alif Lam Mim, Alif
Lam Ra, Ha mim dan lain-lainnya, adalah Makkiyah, kecuali surah al-Baqarah dan
Ali Imran. Sedang surah Rad masih diperselisihkan.[10]
Ciri
khasnya :
1. Menda’wahkan
tauhid, ibadah kepada Allah, memuat kiamat, surge, neraka, diskusi menghadapi
orang-orang musyrik.
2. Mencela
amal orang-orang musyrik, seperti menumpahkan darah, memakan harta anak yatim,
dan menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
3. Lafalnya
kuat/ keras, tidak singkat batas-batas ayatnya, dan kalimatnya ijaaz
(singkat-singkat).
4. Banyak
mengemukakan kisah para Nabi dan mendustakan kaum mereka, untuk jadi
perbandingan, menggertak dan menghibur Rasul SAW.[11]
Ciri-ciri
surah Madaniyyah
1. Setiap
surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madaniyyah.
2. Setiap
surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madaniyyah, kecuali
surah al-Ankabut adalah Makkiyah.
3. Setiap
surah yang yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah ahli
madaniyyah.[12]
4.
Terdapat
hal-hal yang menyangkut tentang perang
5.
Terdapat
penjelasan hukuman-hukuman tindak pidana, hak-hak perdata, dan peraturan yang
bersangkut paut dengan bidang perdataan, kemasyarakatan dll.
6.
Didalamnya
tersebut orang-orang munafik, terkecuali surat al-ankabut yg turun di makkah
7. Menjelaskan keterangan dan dalil-dalil yang menujukkan
hakikat-hakikat keagamaan.[13]
Ciri khasnya :
1. Yang
menerangkan: ibadat, muamalat, huduud, jihad, damai, perang, peraturan
keluarga, kaidah-kaidah hokum, dan sarana-sarana syariat.
2. Melawan
bicara ahli kitab dan mengajak mereka agar masuk islam.
3. Membukakan
rahasia orang munafik dan rencana mereka, untuk meneruskan agama islam. [14]
Pembagian surah-surah Al-Qur’an yang termasuk dalam surah makkiyah
dan madaniyyah yang terdapat 114 surah. Berikut ini surah-surah yang masuk
dalam surah Makkiyah ada delapan puluh dua surah, yaitu:
1. Al-Alaq, Al-Muddatstsir,
Al-Tawir, Al-A’la, Al-Lail, Al-Insyirah, AL-Adiyat, Al-Takatsur, An-Najm,
Abasa, Al-Tin, Al-Qari’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, Al-Balad, Al-Hijr,
Al-Dukhan, Al-Zukhruf, Ibrahim, Al-Kahfi, Al-Shaffat, A
Adapun surat-surat yang masuk Madaniyyah ada dua puluh surat,
yaitu:
2.
Al-Baqarah,
Ali-Imran, An-Nisa, Al-Anfal,Al-Maidah, At-Taubah, An-Nasr, Al-Ahzab, Muhammad,
Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Mujadillah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah,
Al-jumuah, Al-Munafiqun, At-Tahrim, An-Nasr.
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surah yaitu :
3.
Al-Fatihah,
Ar-Rad, Ar-Rahman, Ash-shaf, At-Taghobun, Al-Muthaffifin, Al-Qadr, Al-Bayyinah,
Al-zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.[15]
2.
Contoh Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Contoh surah Makkiyah
$ygr'¯»túïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qãè2ö$#(#rßàfó$#ur(#rßç6ôã$#uröNä3/u(#qè=yèøù$#uruöyø9$#öNà6¯=yès9cqßsÎ=øÿè?)ÇÐÐÈ
77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.[16]
Contoh surah Madaniyyah
#sÎ)uä!$y_ãóÁtR«!$#ßx÷Gxÿø9$#urÇÊÈ|M÷r&uur}¨$¨Y9$#cqè=ä{ôtÎûÇ`Ï«!$#%[`#uqøùr&ÇËÈôxÎm7|¡sùÏôJpt¿2y7În/uçnöÏÿøótGó$#ur4¼çm¯RÎ)tb%2$R/#§qs?ÇÌÈ
1. apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong,
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.[17]
Contoh ayat Makkiyah dalam Madaniyyah
Ayat Makkiyah dalam surat Madaniyyah seperti : Surat Al-Anfal ialah
Madaniyyah, kecuali ayat : 30, yaitu:
øÎ)urãä3ôJty7Î/z`Ï%©!$#(#rãxÿx.x8qçGÎ6ø[ãÏ9÷rr&x8qè=çGø)t÷rr&x8qã_Ìøä4tbrãä3ôJturãä3ôJturª!$#(ª!$#urçöyztûïÌÅ6»yJø9$#ÇÌÉÈ
30.
dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu.
mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah
Sebaik-baik pembalas tipu daya.[18]
Contoh surah Madaniyyah dalam surah Makkiyah
Ayat Madaniyyah dalam surah Makkiyah seperti : Surah Al-An’am ialah
Makkiyah sampai tiga ayatnya yang diturunkan di Madinah, yaitu:
*ö@è%(#öqs9$yès?ã@ø?r&$tBtP§ymöNà6/uöNà6øn=tæ(wr&(#qä.Îô³è@¾ÏmÎ/$\«øx©(Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur$YZ»|¡ômÎ)(wur(#þqè=çFø)s?Nà2y»s9÷rr&ïÆÏiB9,»n=øBÎ)(ß`ós¯RöNà6è%ãötRöNèd$Î)ur(wur(#qç/tø)s?|·Ïmºuqxÿø9$#$tBtygsß$yg÷YÏB$tBurÆsÜt/(wur(#qè=çGø)s?[øÿ¨Z9$#ÓÉL©9$#tP§ymª!$#wÎ)Èd,ysø9$$Î/4ö/ä3Ï9ºsNä38¢¹ur¾ÏmÎ/÷/ä3ª=yès9tbqè=É)÷ès?ÇÊÎÊÈ
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik
yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).[19]
C.
Kaidah-kaidah dalam Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
1)
Cara
mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Studi Makkiyah adalah studi sejarah, studi tentang kejadian
tertentu yang memerlukan penyaksian langsung tentang kejadian tersebut. Maka
taka da jalan lain yang dapat membantu didalam memahami ayat-ayat mana saja
yang tebilang Makkiyah dan ayat-ayat mana saja yang termasuk Madaniyyah,
kecuali riwayat dari para sahabat Rasulullah saw, karena merekalah yang
mengikuti perjalanan hidup Rasulullah saw, baik di Makkah maupun di Madinah.
Dari segi sumbernya, Makkiyah dan madaniyah sama saja dengan Sabab Nuzul, artinya Makkiyah dan
Madaniyyah hanya dapat diketahui melalui riwayat demi riwayat yang diturunkan
secara estafet dari satu generasi ke generasi berikutnya sebelum kemudian di
bukukan atau ditulis dalam suatu bentuk catatan. Sekalipun demikian, ada
semacam isyarat-isyarat yang bisa ditangkap untuk membedakan ayat Makkiyah
dengan ayat Madaniyah.[20]
Dalam menetapkan mana ayat-ayat al-quran yang termasuk kategori
makkiyah dan madaniyyah, para sarjana muslim berpegan teguh pada dua perangkat
pendekatan.
1.
Pendekatan
Transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi para sarjana muslim merujuk
kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari sahabat, yaitu orang-orang yang
besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang
saling berjumpa atau mendengar langsung dari paara sahabat tentang aspek-aspek
yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-quran termasuk didalamnya adalah
informasi kronologis Al-quran.
Seperti halnya hadis-hadis nabi telah terekam dalam
kodifikasi-kodifikasi kitab hadits, para sarjana muslim pun telah merekam
informasi dari para sahabatdan tabiin tentang makkiyah dan madaniyyah dalam
kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab an-nuzul,
pembahasan ilmu Al-quran, dan jenis tulisan lainnya.
Namun demikian, semua itu tidak terdapat sedikitpun keterangan dari
Rasulullah karena ia tidak termasuk dalam kewajiban kecuali yang terdapat dalam
batas yang dapat membedakan mana yang nasikh dan mana yang mansukh.
2.
Pendekatan
Analogi (Qiyas)
Ketika melakuka kategorisasi makkiyah dan madaniyyah, para sarjana
muslim menganut pendekatan analogi bertolak dari cirri-ciri spesifik dari kedua
klasifikasi itu. Dengan demikian bila dalam surat makiyah terdapat sebuah ayat
yang terdapat cirri-ciri khusus madinah, ayat ini termasuk ketegori madinah.
Tentu saja para ulama telah menetapkan tema tema sentral yang ditetapkan pula
sebagai cirri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi tersebut. Seperti apabila
dalam surat makkiya terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung
peristiwa madani, maka dikatakan ayat itu madani. Dan apabila dalam surat
madaniyyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau mengandung
peristiwa makki, maka ayat itu tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah. [21]
2)
Perbedaan
Makkiyah dan Madaniyyah
Untuk membedakan makkiyah dan madaniyyah para ulama mempunyai tiga
macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri. [22]
Pertama, dari segi
waktu turunnya. Makkiyah adalah yag diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di
makkah. Sedangkan madaniyyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah meskipun
bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di makkah dan
Arafah, adalah madani, seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota
makkah, misalnya firman Allah
*¨bÎ)©!$#öNä.ããBù'tbr&(#rxsè?ÏM»uZ»tBF{$##n<Î)$ygÎ=÷dr&#sÎ)urOçFôJs3ymtû÷üt/Ĩ$¨Z9$#br&(#qßJä3øtrBÉAôyèø9$$Î/4¨bÎ)©!$#$KÏèÏR/ä3ÝàÏètÿ¾ÏmÎ/3¨bÎ)©!$#tb%x.$JèÏÿx#ZÅÁt/ÇÎÑÈ
Ayat ini diturunkan di Makkah, dalam ka`bah pada tahun penaklukan
Makkah, atau diturunkan pada haji Wada`. Pendapat ini lebih baik dari pada
kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.[23]
Kedua, dari
segi tempat turunnya. Makkiyah ialah yang turun di makkah dan sekitarnya
seperti Minna, arafah, dan Hudaibiyah dan madaniyyah ialah yang turun di
madinah dan sekitarnya seperti uhud, quba, dan sil. Namun pendapat ini
berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yang
jelas. Sebab, yang turun dalam perjalanan, seperti tabuk atau di baitul maqdis,
tidak termasuk dalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya tidak jelas,
Makkiyah atau Madaniyyah. Akibatnya yang diturunkan di makkah walaupus sesudah
hijrah disebut Madaniyyah. [24]
Ketiga,
dari sisi sasarannya. Makkiyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada
penduduk makkah dan madaniyyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada
penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa
ayat al-quran yang mendapat seruan “ya-ayyuhan-nas” (wahai manusia)
adalah makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuhal- ladzina
amanu” (wahai orang-orang yang beriman) adalah madaniyah. [25]
Namun, kalau
diteliti dengan seksama, ternyata kebanyakan kandungan al-quran tidak selalu
dibuka dengan salah satu seruan itu. Penetapan seperti ini juga tidak
konsisten. Misalnya surat Albaqoroh itu disebut madaniyyah, tetapi didalamnya
terdapat ayat,
$pkr'¯»tâ¨$¨Y9$#(#rßç6ôã$#ãNä3/uÏ%©!$#öNä3s)n=s{tûïÏ%©!$#ur`ÏBöNä3Î=ö6s%öNä3ª=yès9tbqà)Gs?ÇËÊÈ
Al-quran
L-karim adalah seruan allah terhadap semua makhluk. Ia dapat saja menyeru orang
yang beriman dengan sifat, nama, atau sejenisnya. Begitu pula orang yang tidak
beriman dapat diperintah untuk beribadah, sebagaimana orang yang beriman
diperinthkan konsisten dan menambah ibadahnya. [26]
D.
Kegunaan
Mempelajari Makkiyah dan Madaniyyah
Dalam mengetahui ayat Makkiyah dan Madaniyyah banyak
sekali kaidah-kaidahnya, antara lain:
a. Dalam
hal ini, faedah dalam mengetahui ayat makkiyah dan madaniyyah adalah untuk
dapat dijadikan alat bantu dalam penafsiran Al-Qur’an,
karena pengetahuan mengenai tempat turunnya ayat tersebut dapat membantu
memahami ayat tersebut
dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan
adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Demikian juga dapat
membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila
terdapat dua ayat yang diantara kedua ayat tersebut terdapat makna yang
kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.[27]
b. Meresapi gaya
bahasa Al-Quran dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah,
sebab setiap situasi mempunyai bahasanya tersendiri. Memperhatikan apa yang
menjadi tuntutan kondisi sangat penting dalam ilmu Balagoh. Cirri khas gaya
bahasa Makkiyah dan Madaniyyah dalam Al-Quran juga memberikan kepada orang yang
mempelajarinya sebuah metode dalam dakwah ke jalan Allah, agar dapat menyesuaikan
dengan psikologi lawan bicara, menguasai pikiran dan perasaannya serta dapat
memberikan solusi terhadap apa yang ada dala dirinya dengan penuh bijaksana.
Setiap tahapan dakwah mempunyai topic dan pola penyampaian tersendiri. Pola
penyampaian itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manhaj keyakinan dan
kondisi lingkungan. Yang demikian tampak jelas dala berbagai cara Al-Quran
dalam menyeru berbagai golongan orang yang beriman, musyrik, yang munafik, dan
ahli kitab. [28]
c. Mengetahui
sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat Al-Quran sebab turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya
baik pada periode Makkah maupun periode madinah, sejak turunnya iqra’ hingga
ayat yang terakhir diturunkan. Al-Quran adalah sumber pokok bagi hidup
Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuaidengan Al-quran, Al-quran pun
memberikan kata putus terhadap riwayat yang mereka riwayatkan. [29]
d. Juga dapat
meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian
Al-Qur’an, karena dengan melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya
hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an sedetail-detailnya. Sehingga tahu
ayat-ayat yang turun sebelum nabi hujrah, dan sesudahnya, ayat-ayat yang
diturunkan pada waktu malam hari dan siang hari, ayat-ayat yang turun pada
musim panas dan musim dingin dan sebagainya.[30]
E.
Penutup
Berdasarkan
hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam Al-Quran banyak sekali
kajian-kajian dan ilmu-ilmu yang dapat kita ambil salah satunya adalah makkiyah
dan madaniyyah yang dimana selaama periode turunnya Al-Quran Rasulullah juga
melakukan dakwahnya yang membuat ayat-ayat al-quran turun dikota-kota makkah
dan madinah, yang membuat perbedaan dari isi, makna kandungan, dan tujuan
diturunkannya ayat al-quarn tersebut.
Pada
intinya ayat-ayat makkiyah adalah ayat yang turun sebelum hijrah walaupun turun
dikota madinah dan ayat madaniyyah adalah ayat yang turun sesudah hijrah
walaupun turunnya dikota makkah. Para ulama sepakat tentang hal ini. Cara
mengetahui ayat-ayat makkiyah dan madaniyah adalah dengan pendekatan transmisi dan analogi, pendekatan transmisi
adalah pendekatan melalui orang-orang yang didapat dari tabiin yang berjumpa
dan terlibat langsung dengan proses turunnya ayat-ayat al-quran tersebut, sedangkan
pendekatan analogi dilakukan sesuai sengan penggolongan ayat tersebut masuk
kedalam cirri-ciri makkiyah atau madaniyyah, sedangkan kegunaan dari
mempelajari ayat makkiyah dan madaniyyah adalah sebagai alay bantu dalam
penafsiran al-quran dan sebagai dasar dalam mempelajari al-quran lebih dalam,
dan meresapi gaya bahasa al-quran yang langsung turun dari Allah SWT agar
memeanfaatkan dalam metode dakwah, dan mengetahui sejarah dakwah nabi Muhammad
dan meneladaninya.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Al-Karim
Zuhdi,
Masjfuk.1993.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya: PT Bina Ilmu
Marzuki,
Kamaluddin.1994.’Ulum Al-Quran.Bandung:PT
Rosda Karya
Anwar, Rosihon.2015.Ulum Al-Qur’an.Bandung:CV Pustaka Setia
Zuhdi,
Masjfuk.1997.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya: PT Bina Ilmu
Rafiq,
Ainur.2008.Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an.Jakarta: Pustaka Al-Kausar
Abdurrahman,
Emoe.2009. The Amazing Stories ofAl-Qur’an.Bandung:Salamadani
Muhammad,Tengku.2002.Ilmu-ilmu
Al-Qur’an. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra
Masyhur,
Kahar.1992.Pokok-pokok Ulumul Qur’an. Jakarta:PT Melton Putra
Mudzakir,2002.Study
Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Surabaya:PT Ramsa Putra
Catatan-catatan:
1. Penulisan footnote masih banyak yang salah.
2. Perujukan masih belum maksimal.
3. Pembahasan ada yang tumpah tindih, lihat mengenai
pengertian Makkiyah-Madaniyah dari aspek waktu, tempat, dan mukhathab.
4. Daftar pustaka tolong ditambahi minimal satu
lagi.
5.
Pembagian Makkiyah
dan Madaniyah tolong dibuat tabel.
[1]Masjfuk Zuhdi, Pengantar
Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), hlm 64
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al- Qur’an,
(Bandung: Pustaka Setia,2015), hlm 117
[3]Masjfuk Zuhdi, Pengantar
Ulumul Qur’an,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993, hlm 67
[4]Rosihon Anwar Op.cit. hlm 117
[5]Masjfuk Anwar, op.cit. hlm 69
[6] Rosihon Anwar, op.cit. hlm 117
[7] Masjfuk Anwar, op.cit hlm 68
[8] Ibid., hlm 68
[9] Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories Of Al-Qur’an Sejarah Yang
Harus di Baca (Bandung: Salamadani), hlm 23
[10] Mudzakir , Study Ilmu Al-Qur’an, (Surabaya: CV Ramsa Putra ) , hlm
86
[11] Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Melton Putra
1992(, hlm 76
[12] Mudzakir ,. Op.cit hlm 87
[13] Tengku Muhammad, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra 2002), hlm 82
[14] Kahar Masyhur ., op.cit. hlm 77
[15] Ainur Rafiq, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kausar 2008), hlm 64
[16] Al-Quran Al Karim surat Al Hajj 77
[17] Al Qur’an Al Karim An-Nasr ayat 1-3
[18] Kahar Masyhur ., op.cit. hlm 78
[19] Ibid., hlm 78
[20] Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
1994), hlm 48
[21] Rosihon Anwar, op.cit. hlm 105-106
[22] Annur Rafiq , op.cit. hlm 73
[23] Ibid, hlm 74
[24] Ibid, hlm 74
[25] Ibid, hlm 74
[26] Ibid, 75
[27] Mudzakir., op.cit .hlm 81
[28] Ainur Rafiq., op.cit. hlm 71
[29] Ibid hlm 71
[30] Masjfuk Zuhdi., op.cit. hlm 72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar