Makkiyah
dan Madaniyah
Maya
Eka Pertiwi dan Nafiatul Hidayah
Mahasiswa
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas C Angkatan 2015
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail
:Makhdummep10@gmail.com
Abstract
This
article discuss abaut verse Makkiyah dan Madaniyah in Al-Qur’an. The Qur’an is
the word of Allah SWT revealed to become human guidelines in daily life.so
great was role of the Qur’an so that we should be able to learn and understand
to apply it in life. In terms of the revelation of the Qur’an in for over two
classes of the verse that including verse Makkiyah and Madaniyah which have
differences. Verse Makkiyah is the verses down before swithching and revelation
in the Makh and the versesddressed to the Makah. While the verse madaniyah is
verses down after the move to Madinah and a pullback in the city of Madinah and
the verses addressed to the people of Madinah. Learn verse makkiyah and
madaniyah has the benefit of one of them raise our faith against the greatness,
purity, and the authenticity of the Qur’an.
Keywords
: Al-Qur’an, Makkiyah, Madaniyah
Abstrak
Artikel
ini membahas tentang ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an.Al- Qur’an
merupakan kalam Allah SWT yang diturukan untuk menjadi pedoman manusia dalam
kehidupan sehari-hari.Begitu besarnya peran Al-Qur’an sehingga kita harus bisa
mempelajarinya dan memahami serta mengaplikasikannya dalam kehidupan.Ditinjau
dari segi masa turunnya, Al-Qur’an dibagi atas dua golongan yaitu ayat yang
termasuk ayat Makkiyah dan Madaniyah yang memiliki perbedaan.Ayat Makkiyah
adalah ayat-ayat yang turun sebelum hijrah dan turunnya di Mekah serta ayat-ayat
yang khithab-nya ditujukkan kepada Mekah.Sedangkan ayat Madaniyah adalah
ayat-ayat yang turun sesuah hijrah dan turuunya di Madinah serta ayat-ayat yang
khitab-nya ditunjukkan kepada penduduk Madinah.Mempelajari ayat Makkiyah dan
Madaniyah memiliki faedah salah satunya yaitu meningkatkan keyakinan kita
terhadap kebesaran, kesucian dan keaslian Al- Qur’an.
Keywords
:Al-Qur’an, Makkiyah, Madaniyah
A.
Pendahuluan
Al-
Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw dan membacanya adalah ibadah. Kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW tidak dinamakan Al-Qur’an, seperti
Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa AS atau Injil yang diturunkan kepada
nabi Isa As. Begitu juga kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti hadis Qudsi, tidak dinamakan
Al-Qur’an.
Kitab
suci umat Islam adalah Al-Qur’an, yang dijadikan pedoman dalam berbagai hal
untuk kehidupan umat islam. Sejak zaman dulu Al-Qur’an sangat dijaga
keasliannya, dengan berbagai cara seperti dihafalkan, ditulis didaun dan tulang,
dan lain sebagainya. Al-Qur’an juga memiliki peran sebagai sumber dari segala
sumber, jadi berbagai informasi bisa kita dapatkan ketika mempelajari dan
memahami ayat yang ada pada Al-qur’an.
Ditinjau
dari segi masa turunnya, Al-Qur’an dibagi atas dua golongan.Ayat-ayat yang
diturunkan di Makkah atau sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dinamakan
Ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah
Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah. Ayat
Makkiyah terdiri dari 86 surat sedangkan surat Madaniyah terdiri dari 28 surat
di Al-Quran.
Banyak
hal yang dapat kita ambil hikmahnya dari ayat Makkiyah dan Madanidah di Al-Qur’an.Oleh
karena itu, penulis berusaha menjelaskan tentang definisi ayat Makkiyah dan
Madaniyah dalam Al-Qur’an.Ayat Makkiyah dan Madaniyah memiliki perbedaan yang
sangat signifikan atau memiliki ciri khusus.Asababul Nuzul dari ayat Makkiyah
dan Madaniyah juga memiliki latar belakang yang berbeda. Dalam hal tersebut
pastinya memiliki faedah positif yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, gunamenjadi pedoman umat muslim.
B.
Pengertian
dan Contoh Makkiyah dan Madaiyah
1.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Pembahasan
tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah sesungguhnya adalah memahami
pengelompokan ayat-ayat Al- Qur’an berdasarkan waktu dan tempat turunnya. Dalam
persoalan ini, setidaknya ada tiga definisi atau ta’rif yang sering dikemukakan
para ulama yang ahli di bidang ini, yaitu :
Makkiyah
adalah ayat-ayat Al- Qur’an yang turun sebelum hijrah dan Madaniyah adalah
ayat-ayat Al- Qur’an yang turun sesudah hijrah. Ta’rif ini menetapkan,
ayat-ayat yang turun setelah hijrah, sekalipun terjadi di sekitar Mekah tetap
diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah.
Makkiyah
adalah ayat yang turun di Mekah sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah, dan
Madniyah adalah ayat yang turun di Madinah.Bila definisi ini diterima, ada
kesulitan untuk mengklasifikasi ayat-ayat yang diterima Rasullullah SAW ketika
beliau dalam perjalanan.Misalnya, ayat yang turun ketika Rasulullah SAW di
Tabuk.Makkiyah adalah ayat-ayat yang khitab-nya ditunjukan kepada penduduk
Mekah, dan Madaniyah adalah ayat-ayat yang khitab-nya ditunjukan kepada
penduduk Madinah.[1]
Menurut
Ali Sodiqin dalam bukunya yang berjudul Antropologi Al-Qur’an, antara ayat
Makkiyah dan Madaniyah memiliki karakteristik yang berbeda.Karakteristik
tersebu terlihat dari corak pesan-pesan Al-Qur’an yang turun pada kedua fase
tersebut.Corak tersebut menandakan sasaran reformasi yang diinginkan Al-Qur’an
berdasarkan siuasi dan kondisi tempat turunnya.[2]
Ibnu
An- Naqib dalam Muqaddimah kitab Tafsirnya berkata: wahyu-wahyu yang diturunkan
dalam Al- Qur’an ada empat macam: Pertama: Makkiyah. Kedua: Madaniyah. Ketiga:
Sebagian Makkiyah dan sebagiannya Madaniyah. Keempat: bukan termasuk dalam
Makkiyah maupun Madaniyah.
Dan
perlu untuk diketahui, bahwa di kalangan para ulama terdpat tiga istilah dalam
pembagian Makkiyah dan Madaniyah:
Yang
pertama (ini yang paling mashur): Sesungguhnya yang disebut dengan Makkiyah
adalah wahyu yang diturunkan sebelum Hijrah dan yang disebut dengan Madaniyah
yaitu wahyu yang turun setelah hijrah, meskipun turunnya itu di Makkah maupun di
Madinah, apakah itu pada tahun penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah) atau pada
tahun-tahun terakhir Rasulullah saw di saat haji wada’, atau ketika beliau
sedang dalam salah satu perjalanan dari sekian banyak perjalanan beliau,
ataukah sedang tidak dalam perjalanan.
Yang
kedua bahwa yang dinamakan dengan Makkiyah adalah wahyu yang turun di Makkah
meskipun turunnya itu setelah hijrah, dan yang disebut Madaniyah adalah yang
turun di Madinah, maka atas dasar inilah terdapat suatu keputusan dan ketetapan
yang seimbang dan bijaksana bahwasannya: wahyu yang turun ketika Nabi saw
sedang dalam perjalanan atau berpergian, tidak termasuk dalam kategori Makkiyah
atau pun Madaniyah, berdasarkan riwayat yang dikemukakan oleh Ath- Thabrani
dalam kitabnya Al-Kabir dari jalan Al- Walid bin Muslim, dari Ufair bin Ma’dan
dari Ibnu Amir dari Abu Umamah ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Al- Qur’an
itu diturunkan pada tiga tempat: Makkah, Madinah, dan Syam. Sedangkan
Madaniyah, adalah ayat-ayat yang diturunkan di pelosok atau sudut-sudut kota
Madinah, seperti yang diturunkan di Badar, Uhud dan lainnya.
Yang
ketiga bahwa yang disebut dengan Makkiyah itu adalah wahyu yang khusus
diturunkan untuk penduduk Madinah. Definisi di atas merupakan suatu pemikiran
yang muncul dari benak beberapa ulama
sebagai pemahaman dari ucapan Abdullah bin Mas’ud ra yang akan disebutkan:
Al-Qadhi
Abu Bakar ra dalam salah satu kitab karangannya yang berjudul “Al-Intishar” berkata: Sesungguhnya
pengertian atau pemahaman tentang Makkiyah dan Madaniyah itu kembali kepada
hafalan para sahabat dan tabiin (orang yang hidup satu masa dengan sahabat atau mengetahui para pembesar sahabat), dan
sama sekali bukan merupakan sabda Nabi saw, karena beliau semasa hidupnya tidak
pernah memerintahkan mencatat atau membukukan perbedaan antara Makkiyah dan
Madaniyah, apalagi Allah SWT tidak menganggap dan menjadikan ilmu tersebut
sebagai suatu ilmu yang fardhu atau kewajiban bagi setiap hamba–Nya untuk
mengetahuinya. Meskipun ilmu ini juga menjadi kewajiaban bagi sebagian ulama
untuk mengetahui dan memahami secara detail tentang tarikh atau sejarah nasikh
dan mansukh.[3]
Menurut
Ali Sodiqin dalam bukunya yang berjudul Antropologi Al-Qur’an, antara ayat
Makkiyah dan Madaniyah memiliki karakteristik yang berbeda.Karakteristik
tersebu terlihat dari corak pesan-pesan Al-Qur’an yang turun pada kedua fase
tersebut.Corak tersebut menandakan sasaran reformasi yang diinginkan Al-Qur’an
berdasarkan siuasi dan kondisi tempat turunnya.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ayat Makkiyah adalah wahyu
yang turun kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah, meskipun surat tersebut tidak
turun di mekah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah wahyu turun kepada Nabi
Muhammad setelah hijrah walaupun surat atau ayat tersebut turun di mekah.
2.
Ciri- Ciri dalam mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Ciri-ciri
Surah Makkiyah
1. Terdapat
kata (كل) di sebagian besar atau sseluruh ayatnya.
2. Terdapat
sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
3. Diawali
huruf tahjji seperti qaf (ق), nun (ن), dan ha mim (هم) .
4. Memuat
kisah Adam dan iblis (kecuali surah Al- Baqarah).
5. Memuat
kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
6. Di
dalamnya terdapat khitab (seruan) kepada semua manusia (wahai semua manusi يَأَيُهَااْلناَسُ”).
7. Menyeru
dengan kalimat “ Anak Adam” .
8. Isinya
memberi penekanan pada masalah akidah.
9. Ayatnya
pendek-pendek.
Ciri-ciri
Surah Madaniyah
1. Terdapat
kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.
2. Terdapat
hukum-hukum Faraidh, hudud, qishash dan jihad di dalamnya
3. Menyebut
“orang-orang munafik” (kecuali Al- Ankabut).
4. Memuat
bantahan terhadap Ahlu Al- Kitab (Yahudi dan Nasrani).
5. Memuat
hokum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan Al- ahwal Al- syakhshiyah.
6. Ayatnya
panjang-panjang.
Ada
satu hal yang perlu diingat bahwa surah Makkiyah maupun surah Madaniyah tidak
selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.Bisa jadi di dalam surah yang
diklasifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniya.Demikian pula
sebaliknya.Misalnya surah Al- Baqarah. Surah ini diklasifikasikan sebagai surah
Madaniyah, tetapi pada surah tersebut terdapat kalimat "يَأَيُهَااْلناَسُ... ” (hai sekalian manusia…) yang menjadi dhawabith ayat-ayat
Makkiyah. Demikian pula pada surah yang klasifikasikn Makkiyah.Misalnya surah
Al- Hajj. Di sana terdapat kalimat yang menjadi ciri surah Madaniyah, yaitu
kalmia يَا أيُهَاالَذِيْنَآ آمَنُوا (hai orang-orang yang beriman).
Isyarat-isyarat
atau ciri-ciri yang lazim disebut dhawbith, baik itu pada Madaniyah maupun
Makkiyah, bukanlah sesuatu yang pasti.Ketetapan itu diambil berdasarkan
taghlib, yakni kebanyakan atau kebiaaan.(Dirasat fi ‘Ulum Al- Qur’a, hlm.
62).Dengan demikian, selanjutnya bisa disusun semacam pengelompokan surah-surah
Al-Qur’an sebagai berikut.
a. Surah
Makkiyah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyah. Misalnya surah Al- Muddatsir.
Juga surah Madaniyah yang keseluruhann ayatnya Madaniyah pula. Misalnya Ali
‘Imran.
b. Surah
Makkiyah yang sebagian besar ayat-ayatnya Makkiyah, kecuali beberapa ayat
lainnya yang Madaniyah. Misalnya surah Al- A’raf hampir keseluruhan ayat dalam
surah ini adalah Makkiyah, kecuali ayat 163 sampai dengan ayat 171.
c. Surah
Madaniyah yang hampir keseluruhan ayatnya Madaniyah kecuali beberapa ayat.
Misalnya, surah Al- Hajj yang keseluruhan ayatnya Madaniyah kecuali empat
ayatnya yang Makkiyah, yaitu ayat 52 sampai dengan ayat 55.[4]
اِنَّ الَّذِيْنَكَفَرُوْاوَيَصُدُّنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّهِ
واْلمَسْجِدِاْلحَرام الَّذِيْ جَعَلْنَهُ لِلناَّسِ سَوَآءًالْعاَكِفُ فِيْهِ
وَاْلباَدِقلوَمَنْ يُّرِدْفِيْهِ بِالْحاَدٍبِظُلْمٍ نُّذِعَذَابٍ
اَلِيْمٍ.
“sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan masjidilharam yang telah kami jadikan untuk semua
manusia, baik yang bermukim disitu maupun dipadang pasirdan siapa yang
bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, nniscaya akan kammi
rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih.”
Di dalam buku Sejarah dan Pengntar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir
yah di tulis oleh M. Hasbi Ash Shiddiqiey bahwa bila kita periksa Al-Mushaf dan
kita perhatikan keterangan-keterangan yang terdapat dipermukaan tiap-tiap
surat, nyatalah bahwa surat yang turun di Makkah sejumlah 86, dan yang turun di
Madinah sejumlah 28.
(a) Surat-surat
Makkiyah menurut tertib turunnya. Dibawah ini kami paparkan surat-surat
Makkiyah menurut tertib turunnya berdasar keterangan sebahagian ‘ulama.
1. Al
‘Alaq
2. Al
Qalam
3. Al
Muzammil
4. Al
Muddatsir
5. Al
Fatihah
6. Al
Masad (Al Lahab)
7. At
Takwir
8. Al
A’la
9. Al
Lail
10. Al
Fajr
11. Ad
Dhuha
12. Asy-Syarah(Al
Insyiroh)
13. Al
‘Ashr
14. Al
‘Adiyat
15. Al
Kautsar
16. At
Takasur
17. Al
Ma’un
18. Al
Kafirun
19. Al
Fil
20. Al
Falaq
21. An
Nas
22. Al
Ikhlas
23. An
Najm
24. ‘Abasa
25. Al
Qadr
26. Asy
syamsu
27. Al
Buruj
28. At
Tin
29. Al
Quraisy
30. Al
Qari’ah
31. Al
Qiyamah
32. Al
Humazah
33. Al Mursalat
34. Qaf
35. Al
Balad
36. Ath
Thariq
37. Al
Qamar
38. Shad
39. Al
A’raf
40. Al
Jin
41. Yasin
42. Al
Furqan
43. Fathir
44. Maryam
45. Thaha
46. Al
Waqi’ah
47. Asy
Syu’ara
48. An
Naml
49. Al
Qhasash
50. Al
Isra’
51. Yunus
52. Hud
53. Yusuf
54. Al
Hijr
55. Al
An’am
56. Ash
Shaffat
57. Luqman
58. Saba
59. Az
Zumar
60. Ghafir
61. Fushilat
62. Asy
Syura
63. Az
Zukhruf
64. Ad
Dukhan
65. Al
Jaatsiah
66. Al
Ahqaf
67. Adz
Dzariyat
68. Al
Ghasyiah
69. Al
Kahf
70. An
Nahl
71. Nuh
72. Ibrahim
73. Al
Anbiya
74. Al
Mu’minun
75. As
Sajadah
76. Ath
Thur
77. Al
Mulk
78. Al
Haqqah
79. Al
Ma’arij
80. An
Naba
81. An
Nazi’at
82. Al
Infitar
83. Al
Insyiqaq
84. Ar
Rum
85. Al
‘Ankabut
86. Al-Muthaffifin
(Thatfif)
Sebagian
ahli tafsir Sebahgian ahli tafsir berkata: surat Thafif itulah surat yang
paling penghabisan turun di Makkah. Menurut Al Khudlary, selain dari
surat-surat yang telah tersebut termasuk juga dalam golongan surat-surat yang
telah tersebut masuk juga dalam golongan surat-surat Makkiyah. Surat-surat yang
tersebut di bawah ini :
1. Az
Zalzalah
2. Ar-Ra’d
3. Ar
Rahman
4. Al
Insan
5. Al
Bayinah
Surat-surat
yang lima buah ini setengah ‘ulama memasukkannya ke dalam bahagian Madaniyah.
(b) Surat-
surat Madaniyah, menurut tertib turunnya ialah :
1. Al
Baqarah
2. Al
Anfal
3. Ali
Imran
4. Al
Ahzab
5. Al
Mumtahah
6. An
Nisa
7. Al
Hadid
8. Al
Qital (Muhammad)
9. Ath
Thalaq
10. Al
Hasyr
11. An
Nur
12. Al
Haj
13. Al
Munafiqun
14. Al
Mujadalah
15. Al
Hujurat
16. At
Tahrim
17. At
Taghabun
18. Ash
Shaf
19. Al
Jumua’ah
20. Al
Fathu
21. Al
Maidah
22. At
Thaubah
23. An
Nashr
Jika
kita turuti pendapat sebahagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa
surat-surat yang turun di Madinah
sejumlah dua puluh delapan, tambahan atas dua puluh tiga ini, lima surat lagi,
yaitu :
1. Az
Zalzalah
2. Ar-Ra’d
3. Ar
Rahman
4. Al
Insan
5. Al
Bayinah. [5]
3. Perhatian Para Ulama Terhadap
Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para
ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah Makki dan Madani.Para ulama
meneliti Al-Qur’an ayat demi ayat dan surah demi surah untuk diterbitkan sesuai
nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat.[6]
Ulama-ulama melakukan penelitian yang begitu serius terhadap surat Makki dan
Madani. Mereka mencurahkan kesungguhan yang cukup besar.Mereka berturut-turut
mengadakan pembahasan mengenai tempat-tempat turunnya wahyu pada semua
tahap.Setelah diteliti ayat-ayat Al-Quranulkarim itu baru dijelaskan waktu
turunnya dan membatasi tempatnya. Digabungkan kepada yang demikian itu pembetulan-pembetulan
secara kias bagi metode pengucapan kata-kata. Apakah dia dari golongan Makki
atau golongan Madani untuk menjelaskan judul surat dan ayat.[7]
Dalam
mengetahui surat atau ayat tersebut Makkiyah dan Madaniyah maka ulama-ulama
berpedoman kepada dua metode yang menjadi asa. Yaitu metode sami’i naqli
(mendengar saja apa yang dikatakan oleh Rasululah SAW. Kedua, metode Al-Qiasi
Al-Ijtima’I (kias dan Ijtihad). Metode sami’i naqli itu dikaitkan kepada
riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup dimasa turunnya wahyu
itu.Mereka menyaksikan diri turunnya wahyu.Atau dari Tabi’in yang
mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara
turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa yang terjadi pada waktu itu.[8]
a. Ayat-ayat
Makkiyah dalam surat-surat Madaniyah
Tidak
semua ayat dalam suatu surat seluruh ayat-ayatnya adalah Makkiyah atau
Madaniyah. Sebab, didalam surat Makkiyah terkadang terdapat ayat-ayat
Madaniyah, dan didalam surat Madaniyah pun terkadang terdapat ayat-ayat Makkiyah.
Dengan demikian, penamaan surat itu Makkiyah atau Madaniyah adalah menurut
sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. [9]
Diantara
sekian contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah, ialah surat Al-Anfal.
Surat Al-Anfal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan salah satu
ayat:
وَإذْيَمْكُرُبِكَالَّذِيْنَ
كَفَرُوْالِيُثْبِتُوْكَ أَوْيَقْتُلُوْكَ أَوْيُخْرِجُوْكَوَيَمْكُرُوْنَ
وَيَمْكُرُللّهُ خَيْرُالْماَكِرِيْنَ-الأنفال:30-
“dan ingatlah ketika orang
kafir (quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah
menggagalkan makar mereka.Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.”(al-Anfal[8]:30).[10]
b. Ayat-ayat
Madaniyah dalam surat Makkiyah
Misalnya
surat al-An’am. Ibn abas berkata:“surah ini diturunkan sekaligus di Mekah, maka
ia Makkiah, kecuali tiga ayat di turunkan di Madinah, yaitu ayat 151-153.
c. Yang
diturunkan di Makkah namun hukumannya Madaniyah, Mereka memberi contoh dengan
firman Allah:
“wahai manusia, Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbansa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
muliadiantara kamudi sisi Allah adalah yang paling bertakwa.Sesungguhnya Allahn
Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.”(al-hujurat [49]:13)[11]
Ayat
ini diturunkan di Makkah pada hari penaklukan kota Makkah, tetapi sebenarnya
Madaniyah karena dilakukan selepas hijrah. Disamping itu, seruannya pu bersifat
umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makkiyah dan juga tidak
dinamakan Madaniyah secara pasti.Tetapi mereka mengatakan; ayat yang diturunkan
di Makkah namun hukumnya Madaniyah.[12]
d. Ayat
yang diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah
Mereka
memberi contoh dengan surat Al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah
dilihat dari segi tempat turunnya, tetapi seruannya ditunjukkan kepada orang
musyrik penduduk Makkah. Juga seperti permulaan surat Bara’ah (At-Taubah) yang
diturunkan di Madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang musyrik
penduduk Makkah.
e. Yang
serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam Kelompok Madaniyah
Yang
dimaksud oleh para ulama disini, ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat
Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat
Makkiyah. Contohnya, adalah firman Allah dalam surat Al-Anfal yang Madaniyah,
“dan (ingatlah)ketika mereka –golongan
musyrik-berkata, Ya Allah, jika benar Al-Quran ini dari Engkau, hujanilah kami
dengan batu dari langgit, atau datangkanlah kepada kamiadzab yang
pedih.”(Al-Anfal :32)
f.
Yang serupa
dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah
Yang dimaksud oleh para ulama,
ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah
dalam surat An-Najm.
“(Yaitu)
mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil.”(An-Najm:32)
Menurut
As-Suyuthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa
besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan
kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat di antara kedua batas
dosa-dosa di atas. Sementara itu, di Makkah belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.[13]
g. Ayat-ayat
yang dibawa dari Makkah ke Madinah
Contohnya
ialah surah al-A’la. Diriwayatkan oleh Bukhari dari al-Barra bin ‘Azib yang
mengatakan: “orang yang pertama kali datang kepada kami dari para sahabat Nabi
adalah Mus’ab bin ‘umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduannya membacakan Qur’an
kepada kami. Sesudah itu datanglah ‘Amar, Bilal dan Sa’d. Kemudian datang pula
Umar bin Khattab sebagai orang yang ke dua puluh.Baru setelah itu datanglah
Nabi.Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la dari antara
surah yang semisal dengannya.”Pengertian ini cocok dengan Qur’an yang dibawa
oleh golongan Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum ansar.
h. Ayat-ayat
yang dibawa dari madinah ke Makkah.
Contohnya
ialah awal surah al-Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu
Bakar untuk berhaji pada tahun kesembilan. Ketika awal surah al-Bara’ah turun,
Rasul memerintahkan Ali bin Abu Talib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu
Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin. Maka Abu Bakar membacakannya
kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah tahun ini tidak seorang musyrik pun
diperbolehkan berhaji.
i.
Ayat-ayat yang
turun pada malam hari dan pada siang hari.
Kebanyakan
ayat Qur’an itu turun pada siang hari. Mengenai yang diturunkan pada malam hari
Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisaburi telah menelitinya.dia
memberikan beberapa contoh, diantaranya: baian-bagian akhir surah Ali ‘Imran.
Ibn Habban dalam kitab Sahih-nya,
Ibnul Munzir, Ibn Mardawaih dan Ibn Abud Dunya, meriwayatkan dari Aisyah r.a.
Bilal
datang kepada Nabi untuk memberitahukan waktu salat subuh; tetapi ia melihat
Nabi sedang menangis. Ia bertanya: “rasulullah, apakan yang menyebabkan engkau
menangis?” Nabi menjawab: “bagaimana saya
tidak menangis padahal tadi malam diturunkan kepadaku, “sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (Ali ‘Imran
[3]:190)kemudian katanya: “celakalah orang yang membacanya, tetapi tidak
memikirkannya.”
Contoh
lainnya ialah awal surah al-Fath. Terdapat dalam Sahih Bukhari, dari hadis
Umar:
“telah diturunkan kepadaku pada malam ini
sebuah surah yang lebih aku sukai daripada apa yang disinari matahari.”
Kemudian beliau membacakan: “sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”[14]
j.
Ayat-ayat yang
turun di musim panas dan dingin
Para ulama memberi contoh ayat
yang turun di musim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir surah an-Nisa’. Dalam sahih Muslim, dari Umar, dikemukakan:
“tidak ada yang sering kutanyakan kepada
Rasulullah tentang sesuatu seperti pertanyaanku mengenai kalalah. Dan ia pun tidak pernah bersikap kasar
tentang sesuatu urusan seperti sikapnya kepadaku mengenai soal kalalah ini;
sampai-sampai ia menekan dadaku dengan jarinya sambil berkata:”Umar, belum
cukupkah bagimu satu ayat yang diturunkan pada musim panas yang terdapat di
akhir Surah an-Nisa’?”
Sedangkan
ayat yang diturunkan dimusim dingin mereka contohkan dengan ayat-ayat mengenai
“tuduhan bohong” yang terdapat dalam surah an-Nur: “sesungguhnya orang-orang
yang membawa berita bohongitu adalah dari golongan kamu juga….”Sampai
dengan “bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia.” (an-Nur [24]:11-26)[15]
C. Kegunaan
mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
Kegunaan
(faedah) ilmu Makky dan Madany adalah banyak sekali. Dalam hal ini , al Zarqani
di dalam kitabnya, Manhilul ‘Irfan menerangkan sebagian dari pada kegunaan ilmu
ini, yaitu :
a. Kita
dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila
terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hokum yang
terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui, bahwa
ayat yang satu Makkiyah sedang ayat lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat
yang Makkiyah itu dinasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah
adalah yang terakhir turunnya.
b. Kita
dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang bijak secara
umum. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap
ketinggian kebijaksanaan Islam di dalam mendidik manusia, baik secara
perorangan maupun masyarakat.
c. Dapat
meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian dan keaslian
Al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat Islam sejak turunnya,
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Al- Qur’an, sampai hal-hal yang
sedetail-detailnya, sehingga mengetahui mana ayat-ayat yang turun sebelum
hijrah dan sesudah nya, ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di
kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang
dalam berpergian (perjalanan); ayat-ayat yang turun pada waktu malam hari dan
siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan
sebagainya.
Dengan
demikian, maka siapa pun yang ingin berusaha merusak kesucian dan keaslian
Al-Qur’an, pastilah segera diketahui oleh umat Islam. Dr. Subhi al-Shalih dalam
bukunya, Mabaahits fii Uluumil Qur’ann menyatakan, bahwa dengan Ilmu Makky dan
Madany, kita dapat mengetahui fase-fase (marhalah) dari dakwah Islamiyah yang
ditempuh Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan yang sangat bijaksana itu, dan
dapat pula mengetahui keadaan lingkungan atau situasi dan kondisi masyarakat
pada waktu ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya masyarakat Mekah dan Madinah.
Demikian pula, dengan ilmu ini kita dapat mengetahui uslub-uslub (style-style)
bahasanya yang berbeda-beda, yakni orang-orang mukmin, orang-orang musyrik dan
orang-orang ahlul kitab.Demikian pula orang-orang munafik.[16]
Dalam
buku Kaedah Menafsirkan Al-Qur’an Karya As Syaikh Muhammad menjelaskan bahwa,
Mengetahui perbedaaan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah merupakan salah satu
bagian terpenting dari ilmu-ilmu Al-Qur’an. Karena hal itu mengandung beberapa
faedah, di antaranya:
1. Menunjukkan
balaghah (kefasihan) Al-Qur’an pada tingkat yang paling tinggi. Di mana setiap
kaum diajak bicara sesuai dengan keadaan mereka, baik keras atau lembutnya,
maupun berat atau ringannya
2. Menunjukkan
hikmah pensyariatan pada pucaknya yang tertinggi, di mana pensyariatan itu
bertahap sedikit demi sedikit sesuai urgensinya, sesuai dengan keadaan mukhathab serta kesiapan mereka untuk
menerima dan melaksanakan hokum-hukum tersebut.
3. Pendidikan
dan pengarahan bagi para dai kepada jalan Allah SWT agar mereka mengikuti
metode yang ditempuh Al-Qur’an dalam dakwah mereka, dari sisi uslub (cara) ataupun materi pembahasan,
sesuai keadaan mukhatahab. Yaitu dengan
memulai dari hal yang paling penting kemudian yang terpenting berikutnya.
Sehingga keras dan lembut dalam berdakwah akan ditempatkan pada tempatnya. [17]
Mempelajari
Makkiyah dan Madaniyah memiliki faedah yang baik.Bila tidak menguasainya,
banyak faedah yang tidak dapat dipetik, dan banyak mengalami kesulitan dalam
mendalami Al-Qur’an. Bahkan seseorang yang hendak mengetahui Al-Qur’an tanpa
memahami ayat-ayat Makkiyah dan apa itu ayat-ayat Madaniyah bisa-bisa terjebak
ke dalam kesalahan yang fatal. [18]
D. Penutup
Dari
pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat Al-
Qur’an yang turun sebelum hijrah dan Madaniyah adalah ayat-ayat Al- Qur’an yang
turun sesudah hijrah. Ta’rif ini menetapkan, ayat-ayat yang turun setelah
hijrah, sekalipun terjadi di sekitar Mekah tetap diklasifikasikan sebagai ayat
Madaniyah.Dalam pembedaan ayat Makkiyah dan Madaniyah bisa dilihat dari
karakteristik ayat-ayatnya.
Dalam
mempelajari ayat Makkiyah dan Madaniyah memiliki tujuan atau faedah yaitu
mengetahui ayat nasikh dan mansukh, mengetahui sejarah hokum islam dan
perkembangannya serta meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian
dan keaslian Al-Qur’an.
Daftar Pustaka
Zuhdi
Masjfuk, 1997. Pengantar Ulumul Qur-an.
Surabaya: Karya Abditama
Hermwan
Acep, 2013. ‘Ulumul Quran. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sumbulah
Umi, dkk. Studi Al- Qur’an dan Hadis.
2014. Malang : UIN MALIKI PRESS
AS Mudzakir. 2013. Studi Ilmu Qur’an. Jakarta: Pustaka
Litera Antar Nusa
El- Mazni Anur Rafiq.
2013. Studi ilmu Al –Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar
Jalaludin Imam. 2006. Samudera Ulumul Qur’an.Surabaya : Bina
Ilmu
Ash Shiddieqy M.
Hasbi. 1992. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang
Sodiqin Ali. 2008. Antropologi Al-Qur’an. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media
Muhammad Asy-Syaikh.
2008. Kaedah Menafsirkan Al-Qur’an.
Solo: Pustaka Ar Rayyan
Catatan:
1.Cara perujukan
masih sangat minimalis. Setiap keterangan yang diambil dari buku/artikel harus
diberikan rujukan. Oleh karenanya, setiap paragraf yang ada harus memakai
footnote bila itu diambil dari buku.
2. Menulis
harus jeli. Tidak boleh ada penumpukan/pengulangan data. Lihat keterangan
mengenai Makkiyah-Makkiyah menurut Ali Shodiqin dalam pembahasan definisi
Makkiyah-Madaniyah.
3.Tolong diteliti menmgenai penulisan footnote. Ada banyak yang masih salah.
Format penulisan footnote berbeda dengan menulis daftar pustaka.
[1]Umi Sumbulah dan dkk .Studi
Al-Qur’an dan Hadis. (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2014) Hlm 136
[2]Ali Sodiqin. Antropologi Al-Qur’an. (Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media, 2008) hlm 83
[3]Imam Jalaludin, Samudera Ulumul Qur’an. (Surabaya: Bina
Ilmu, 2006) hlm. 3-4
[4] Acep Hermawan. ‘Ulumul Quran. (Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2013) hlm. 53-54
[5]M. Hasbi Ash Shiddieqy.Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir.
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992) hlm 53-55
[6]Mudzakir AS. Studi Ilmu Qur’an,(Jakarta:PT. Pustaka
Litera AntarNusa,2013) hlm. 72
[7]Mana’ul Quthan.Pembahasan Ilmu Al-Qur’an.(Jakarta:
Rineka Cipta) hlm.54
[8]Ibid. hlm 62
[9]Mudzakir AS. Op.cit hlm
74
[10]Al-Qur’an dan
terjemahannya
[11]Ibid.
[12]Anur Rafiq El-Mazni.Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta:
Pustaka Al-Kutsar,2013) hlm 66
[13]Ibid. hal.67
[14]Op.citMudzakir AS.hlm
77
[15]Ibid. hlm 79
[16]Masjfuk Zuhdi. 1997. Pengantar Ulumul Qur’an Edisi Revisi.
Surabaya: CV. Karya Abditama. Hlm 68-69
[17]Asy-Syaikh
Muhammad.2008.Kaedah Menafsirkan
Al-Qur’an.Solo :Pustaka Ar- Rayyan. Hlm 42
[18]Umi Sumbulah, Akhmad
Kholil dan dkk. 2014. Studi Al-Qur’an dan
Hadis. Malang: UIN MALIKI PRESS. Hlm 135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar