AL
QUR’AN DAN HISTORISITASNYA
Mahasiswa
Pendidikan IPS C UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
Qur'an is the message of God to mankind, many passages that
show it either in the Qur'an or in the Sunnah. Quran is truly the word of God
brought by a noble messenger Gabriel who has the virtue and high status with
Allah. The privilege of the Qur'an is not owned by holies before the Qur'an,
because the previous holies only in the designation for a certain time.Qur'an comes
from the word meaning Qara'a, which meant as “read”, then it turned into masdar
and become Qur'an. Qur'an is purely God's without any human intervention that
in dedicated as a book that was sent down to the Prophet Muhammad, the Qur'an
has a meaning of the God’s word revealed to the Prophet Muhammad and everyone
who reads is assessed as worship.The proof of the revelation of the Qur'an is a
miracle, that is remarkable for the Prophet because the Qur'an was revealed by
Allah with beautiful language and the authenticity of the Qur'an is proved that
no single holy that can rival language Qur'an although from a bouquet poet
reliable though.Qur'an had sent gradually by Allah for approximately 23 years
and the Qur'an is always eagerly anticipated by the Prophet because he was
always looking forward to every revelation came to him through Gabriel. The
Qur'an does not come at once, but the Qur'an sent upon instructions from God.
Sometimes it comes in uncertain times that 1 verse sometimes also up to 10
verses in one day. And the Qur'an is not booked or be in mushaf directly, but
through a lot of things and deal making Qur’an inmushaf and can be read by all
Muslims throughout the world.
Key words: Al Qur'an, Proof of the Qur'an, codifying the Qur'an
Abstrak
Qur’an
merupakan risalah Allah kepada umat manusia, banyak nas yang menunjukkan hal
itu baik yang berada di dalam Al Qur’an maupun dalam sunnah. Qur’an itu
benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia Jibril yang
memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Adapun keistimewaan
Al Qur’an tidak dimiliki oleh kibat-kitab sebelum Al Qur’an, karena kitab-kitab
terdahulu hanya di peruntukkan untuk satu waktu tertentu. Al Quran berasal dari
kata Qara’a mempunyai arti membaca, kemudian kata itu berubah menjadi masdar
dan menjadi Qur’an. Qur’an merupakan dari Allah murni tanpa ada campur tangan
dari manusia yang di khususkan sebagai kitab yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Qur’an memiliki arti kalam
atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan setiap orang
yang membacanya merupakan suatu ibadah. Bukti dari diturunkannya Al Qur’an
adalah sebagai mu’jizat yang luar biasa bagi Nabi Muhammad SAW karena Al Qur’an
diturunkan oleh Allah dengan bahasa yang indah dan keaslian Al Qur’an tidak
diragukan lagi sehingga tidak ada satupun kitab yang mampu menyaingi bahasa Al
Qur’an walaupun dari karangan penyair yang handal sekalipun. Al Qur’an dulu
diturunkan secara berangsur-angsur oleh Allah selama kurang lebih 23 tahun dan
Al Qur’an selalu dinantikan oleh Rasulullah karena beliau senantiasa menantikan
setiap wahyu yang turun kepadanya melalui maikat Jibril. Al Qur’an tidak turun
langsung sekali jadi, tetapi Al Qur’an turun atas petunjuk dari Allah yang
setiap turunya tidak pasti kadang sehari 1 ayat kadang pula sampai 10 ayat. Dan
Al Qur’an juga tidak dibukukan atau di mushafkan secara langsung, tetapi
melalui banyak hal dan kesepakatan yang menjadikan Al Qur’an di mushafkan dan
bisa di baca oleh semua umat muslim di seluruh dunia.
Kata Kunci : Al Qur’an, Bukti Al Qur’an, Pengkodifikasian Al Qur’an
A.
DEFINISI
AL-QUR’AN
Allah
menurunkan alquran kepada rasul untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunya
alquran merupakan peristiwa besar sekaligus menyatakan kedudukannya bagi
penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya alquran pertama kali pada malam
lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri
dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Rasullulah tidak menerma
risalah tersebut sekaligus dan kaumnya pun tidak puas dengan risalah tersebut
karena kesombongan dan permusuhan mereka. Oleh karena itu wahyupun diturunkan
secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati rasul dan menghiburnya serta
mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini
dan mencukupkan nikmatnya.
Allah berfirman
dalam kitabnya tentang diturunkannya Alquran pada bulan ramadhan:
شَهْرُ رَمَضَانَ الّذِى
اُنْزِلَ فِيهِ القُرْاَنَ هُدَ لّلنَاسِ وَبَيَّاتِ مِنَ
الهُدَى وَالفُرقَانْ
“Bulan
ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasannya mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq
dengan yang bathil” QS.Al Baqarah:185.
Turunnya Alquran
secara bertahap
Allah berfirman
dalam quran:
وَاِنَهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِ
العَالَمِيْنَ، نَزَلَ بِهِ الرُوحُ الاَمِيْنُ، عَلَى
قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ المُنْذِرِيْنَ، بِلِسَانٍ عَرَبِي مُبِيْنٍ.
“Dan quran ini
benar-benar diturunkan oleh tuhan secara alam;dia dibawa turun oleh ar-ruhul
amin(jibril) ke dalam hatimu(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara
orang-orangyang memberi peringatan; dengan bahasa arab yang jelas”
QS.Asy-Syuro:192-195.
Ayat diatas
menyatakan bahwa alquran adalah kalamallah dengan lafadznya yang berbahasa arab
dan bahwa jibril telah menurunkan kedalam hati rasullulah dan bahwa turunnya
ini bukanlah turunnya yang pertama kali kelangit dunia tetapi mempunyai maksud
turunnya alquran secara bertahap. Alquran sendiri turun secara berangsur-angsur
selama dua puluh tiga tahun; tiga belas tahun di mekkah dan sepuluh tahun di
Madinah menurut pendapat yang kuat, penjelasan alquran diturunkan secara
berangsur-angsur
Al-qur’an merupakan
kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia, seperti kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Nabi
sebelumnya yaitu Nabi Musa AS(kitabTaurat),Nabi Daud AS(kitabZabur),Nabi Isa AS
(kitabInjil),Al-qur’an merupakan kitab terakhir yang merupakan kitab yang
paling sempurna yang pewahyuannya secara bertahap atau berangsur-angsur selama
22 tahun,2 bulan dan 22 hari, melalui malaikat Jibril. Dalam Al-qur’an
terdapat ayat yang menerangkan tentang diturunkannya wahyu Al-qur’an yaitu:
يَآأَيُّهَا الْمُزَّمِّلْ.
قُمِ الَّيْلَ إِلَّا
قَلِيْلًا.
نِصْفَهُ أَوْانْقُص قَلِيْلًا. أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًأ.
(Beberapa
hari yang dityentukan itu ialah)bulan Ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan
(permulaan) Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”
.penamaannya
didasarkan pada ayat surah Al-‘Alaq;1 yang merupan ayat pertama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad,yaitu;
اقْرَأْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ
“Bacalah
dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan”. (QS.al-‘Alaq:1)
Selain
itu pemberian nama Al-qur’an juga dikemukakan didalam berbagai surat dalam
Al-Qur’an berulang-ulang sampai sekitar 68 kali[1].
Pengertian
Al-qur’an secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qur-a-nan yang
berarti dibaca dan merupakan bentuk masdar dari kata qa-ra-a yang
artinya membaca.[2]
Adapun menurut istilah atau terminologi
para ahli memiliki pendapat yang bermacam-macam antara lain:
1.
menurut Al-Zarqasyi
dalam kitabnya al-Burhan
fi ‘Ulum al-quran mengatakan bahwa kata Al-qur’an diambil dari kata القريyang berarti “kumpulan”.karena al-qur’an
merupakan kumpulan kitab-kitab sebelumnya
dan menghimpun berbagai macam ilmu yang tertuang didalamnya[3]
2. Menurut Khudari Beik
Al-qur’an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW tujuannya untuk difahami dan selalu diingat,disampaikan
secara mutawattir,kemudian ditulis dalam satu mushaf yang diawali dengan surat
al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
3. Menurut Imam Syafi’i
Al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah menjadi
al-quran dan merupakan nama yang khusus diberikan untuk kitab suci yang
diberikan atau diturunkan kepada nabi Muhammad[4],seperti
halnya kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
Meskipun Al Qur’an merupakan sumber hokum namun dalam
kenyataanya Al Qur’an bukanlah dokumentasi hokum yang langsung dapat di adopsi.
Tahapan turunnya
wahyu sangat mempertimbangkan aspek perkembangan psikologis umat dlam merespon
ajaran baru.[5]
Dari
pengertian Al-qur’an menurut para ahli tersebut dapat kita ambil kesimpulan
bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril yang diturunkan secara mutawatir dan ditulis dalam
mushaf yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas
dan membacanya bernilai ibadah.
Selain itu al-Qur’an memiliki nama-nama
lain,diantaranya:
a. Al-kitab
Dinamai
demikian karena didasarkan firman Allah:
قُلْ يَآأَهْلَ الكِتَبِ تَعَالوْا إِلَي
كَلِمَةٍ سَوَآءٍ بَيْنَناَ وَ بَيْنَكُمْ
Katakanlah:”hai Ahlu Al-Kitab,marilah
kalian pada satu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kalian…”(QS Ali ‘Imran (3):64)
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa nama Al-Kitab berasal dari pemegang kitab disebut Ahl Al-Kitab dan kitab
suci yang diturunkan Allah kepada Nabinya disebut kitab
b.
Al-Furqan
Al-Furqan memiliki arti pembeda
artinya Al-qur’an menjelaskan perbedaan antara yang hak dan yang batil,yang
benar dan yang salah dan yang baik dan buruk.
c.
Al-Mushaf
Allah menyebut kitab-kitab yang
diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Nabi Musa dengan sebutan suhuf.Kemudian pada
zaman Nabi Muhammad SAW,para sahabat menulis ayat Al-Quran pada kayu,batu,dan
kulit kurma dan benda-benda yang bertuliskan Ayat-ayat Al-Qur’an itu si sebut
suhuf.setelah dikumpulkan menjadi satu kemudian dinamakan Mushaf.
d. Al-Huda
Artinya perunjuk (Q.S 2;2) sebagai petunjuk (Al-Huda) merupakan fungsi
utama dari diturunkannya al-Qur’an (Q.S 2;185) kita tidak dapat menjadikan
al-Qur’an sebagai petunjuk jika kita
tidak membaca dan memahaminya,mengamalkannya dengan baik.[6]
Al-Qur’an memberiakan petunjuk dalam persoalan-persoalan
akidah,syariah,dan akhlak,dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai
persoalan tersebut;dan Allah SWT mengutus Rassul SAW untuk memberikan
keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu;kami telah turunkan kepadamu
al-Dzikr(al-Qur’an) untuk kamu terankan kepada manusia atau apa-apa yang
diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir.[7]
B. BUKTI-BUKTI
ALQURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH
Bagi
orang mukmin sebenranya tidaklah perlu dibuktikan bahwa alquran adalah wahyu
illahi, krena mereka telah meyakini dengan sepenuh hati bahwa alquran adalah
kallam illahi yang diturunkan kepada nabi untuk menjadi pedoman hidup dan
kehiduan ummat manusia.
Tetapi
karena ada sementara orang diluar islam yang berprasangka bahwa alquran adalah
sebagai kitab hasil karangan dan susunan seorang manusia bernama Muhammad, maka
kiranya perlu untuk dikaji dan dibuktikan bahwa alquran itu bukan hasil ciptaan
manusia tetapi wahyu illahi. Ia adalah kalam allah, bukan hanya maknanya saja,
tetapi lafadznya juga dari allah.
Al Quran turun dalam kurun waktu 23 tahun yang
meliputi fase Makkah dan Madinah dengan ciri-ciri tertentu. Hal ini membuktikan
adanya hubungan antara Al Quran dengan ruang dan waktu ketika ia diturunkan.
Dengan demikian pemahaman terhadap Al quran tidak dapat di lepaskan dari
konteks kesejarahan yang terdapat unsur sosial, politik, budaya, agama dan
ekonomi pada masyarakat terdahulu[8].
Al quran sebagai kitab suci terakhir
yang turun untuk seluruh umat, maka dari itu Al quran menghadapi masyarakat yang
memiliki kebudayaan dan kemajuan zaman secara terus menerus. Sehingga disini Al
quran sangat memiliki peran yang sangat penting . karena Al quran bersifat umum
tidak hanya untuk orang islam tetapi juga untuk orang-orang terdahulu
melengkapi kitab yang sebelumnya serta sebagai pedoman kehidupan untuk semua
manusia yang ada di dunia.
Bukti dari diturunkannya Al quran adalah
:
1.
Al quran tidak diturunkan secara
sekaligus dengan cepat karena jika diturunkan dengan sekali jadi, ia mungkin
dengan cepat menjadi “kata” yang tak memiliki gerak, pikiran mati, atau hanya
dokumen agama yang tidak memiliki sumber dan inspirasi yang terus mengalir
untuk setiap kehidupan. Berangsur-angsurnya pewahyuan Al Quran merupakan salah
satu rahasia historis, moral maupun sosialnya. Alasan tidak di turunkan
sekaligus juga terdapat di dalam QS: “dan mereka yang kafir berkata, “mengapa
Al Quran yang diturunkan kepadanya tidak sekaligus?” diwahyukan demikian supaya
dengan itu Kami menguatkan hatimu, dan kami membacakannya satu demi satu (QS.
Al Furqon/25:32)
2.
Dari segi isi
a)
kelengkapan isi
isi
ajaran alquran pada hakikatnya mengandung lima prinsip, sebab pokok
diturunkannya alquran kepada nabi muhammad untuk diteruskan kepada ummat
manusia adalah menyampaikan lima prinsip yang terdapat didalam alquran sebagai
berikut:
·
Tauhid
·
Janji dan
ancaman tuhan
·
Ibadah
·
Jalan dan
mencapai kebahagiaan
·
Cerita-cerita/sejarah
umat manusia sebelum nabi
3.
Dari segi
bandingan dengan kitab-kitab terdahulu
Islam
adalah satu-satunya agama yang diciptakan dan diwahyukan oleh allah, dengan
demikian jelas, bahwa semua kitab-kitab kuno yang telah diajarkan oleh semua
rasul sebelum muhammad juga berasal dari wahyu allah.
b)
Alquran sebagai
koreksi kitab-kitab terdahulu
Alquran diturunkan kepada nabi muhammad sebagai korektor
kitab-kitab terdahulu untuk membenarkankitab-kitab suci terdahulu. Hal ini
tidak berarti ajaran-ajaran terdahulu itu salah
4. Masyarakat arab, yang hidup pada masa
turunnya Al Qur’an, adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis, karena
itu satu-satunya yang di andalkan mereka adalah hafalan.
5. Masyarakat arab pada masa turunnya Al
Qur’an dikenal sebagai masyarakat yangb sederhana dan bersahaja, kesederhanaan
ini yang menjadikan mereka memiliki waktu yang cukup dengan menambah ketajaman
hafalan.
6. Masyarakat Arab yang gandrung akan
kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan dalam bidang ini pada waktu
tertentu.
7. Al Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari
segi keindahan bahasanya yang sangat mengagumkan bagi semua kalangan.
8. Al Qur’an dan Rasulullah menganjurkan kepda
kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari Al Qur’an dan anjuran
itu mendapat sanjungan yang hangat.
9. Ayat-ayat Al Qur’an turun berdialog ,
mengomentari mereka. Dan menjawab pertanyaan mereka.
10. Dalam Al Qur’an dan juga hadis ditemukan
petunjuk yang mendorong untuk bersikap hati-hati bagi para sahabat dalam
menyampaikan bertita terlebih firman Allah atau sabda Rasulullah.[9]
C. Sejarah
Singkat Penulisan Dan Pengumpulan Al Quran (Masa Nabi, Abu Bakar dan Usman)
Pengumpulan Quran (jam’ul Quran)oleh
para ulama adalah satu dari dua pengertian sebagai berikut :
1.
Pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam hati). Jumma’ul qur’an (penghafal-penghafalannya,
orang yang menghafalkannya di dalam hati). Ini adalah makna yang yang dimaksudkan
Allah kepada para Nabi-nabi yang senantiasa menggerakkan bibir dan lidahnya
untuk membaca Qur’an, ketika Qur’an itu turun kepadanya sebelum jibril selesai
membacanya, karena ingin menghafalkannya:
“
Jangan kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak-hendak cepat
menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakanya maka
ikutilah bacaanya itu, kemudian, atas tanggungan kamilah penjelasanya”. (QS. Al
Qiyamah 16-19)[10]
Rasulullah
SAW dahulu sangat ingin segera menguasai Al Qur’an karena beliau takut terdapat
ayat yang terlewatkan nantinya.
2.
Pengumpulan dalam arti kitabatuhu
kullihi (penulisan qur’an semuanya) baik dengan memisahkan ayat dan surahnya,
atau menertibkan ayat saja, atau ayat dan surahnya dalam lembaran yang
terkumpul yang mencakup semua surah, sebagiannya ditulis sesudah bagian yang
lain.[11]
Pengumpulan Al
Qur’an dalam arti menghafalnya pada Masa Nabi
Rasulullah
sangat menyukai wahyu oleh karena itu beliau sangat merindukan kedatangan
wahyu, lalu menghafal dan memahaminya. Oleh karena itu ia adalah hafiz
(penghafal quran) pertama yang merupakan menjadi contoh paling baik untuk para
sahabat yang menghafalnya, Quran diturunkan sekitar 23 tahun dan penurunannya
pun beragam dari mulai hanya satu ayat saja ataupun sampai sepuluh ayat. Setiap
ada ayat yang turun maka akan di hafal dan selalu di ingat kemudian ditempatkan
di dalam hati.
Dalam
kitab shahih Bukhari telah mengemukakan tentang adanya tujuh hafiz, melalui
tiga riwayat. Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal bekas budak Abu Huzaifah,
Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’b, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Saakan dan abu
Darda’.[12]
Pembatasan
tujuh orang sebagaimana disebutkan bukhori dengan tiga riwayat diatas,
diartikan bahwa mereka itulah yang menghafal seluruh al quran di luar kepala
dan telah menunjukkan hafalannya dihadapan Nabi, serta isnad-isnadnya sampai
kita. Sedang para hafiz Qur’an lainnya yang berjumlah banyak tidak memenuhi hal
tersebut. Terutama karna para sahabat yang telah tersebar di berbagai wilayah
dan sebagian mereka menghafal dari yang lain.[13]
Pengumpulan Al
Qur’an dalam arti penulisannya pada Masa Nabi
Nabi
Muhammad merujuk pada para sahabat yang telah pandai baca-tulis untuk menulis
wahyu, yaitu empat sahabat nabi terkemuka, yang kemudian setelah Nabi wafat
menjadi Khalifah. Para penulis itu di perintahkan oleh nabi untuk menuliskan
setiap wahyu yang diterima dan meletakkkan sesuai dengan urutan berdasarkan
petunjuk Tuhan melalui malaikat Jibril.
Kemudian
mereka menulis ayat-ayat tersebut dengan benda yang bermacam-macam mulai dari
batu, pelepah kurma, tulang, kulit binatang dan lain-lain, barang tersebut lalu
disimpan dirumah Nabi dalam keadaan masih terpencar ayatnya belum dihimpun
dalam suatu mushaf atau shuhuf al quran. Tetapi disamping itu, para penulis
wahyu secara pribadi masing-masing membuat naskah dari tulisanayat alquran
untuk diri sendiri.[14]
Rasulullah
pada waktu itu mengangkat para shahabat seperti Ali, Mu’awiyah, ‘Ubai bin Ka’ab
dan Zaid bin Sabit. Ia memerintahkan pada mereka untuk menulis jika ada ayat
yang turun, kemudian beliau menunjukkan tempat di surat apa ayat tersebut
sehingga penulisannya apa lembaran itu membantu penghafalan dalam hati. Ada
juga beberapa shahabat yang suka cita menuliskan ayat yang turun tanpa di suruh
oleh Nabi, mereka menuliskannya pada pelepah kurma, pelana, lempengan batu,
daun lontar, kulit atau daun kayu dan potongan tulang belulang binatang.[15]
Tulisan-tulisan
Al Qur’an pada Masa Nabi tidak terkumpul dalam satu Mushaf, yang ada pada
seseorang individu belom tentu sama dengan individu yang lain. Para ulama’
telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, diantaranya Ali bin Abi
Thalib, Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas’ud
telah menghafal seluruh isi Al Qur’an di masa Rasulullah. Dan mereka
menyebutkan juga bahwa Zaid bin Sabit adalah orang yang terakhir kali
membacakan Al quran di hadapan Rasulullah diantara mereka yang disebutkan.
Rasulullah
wafat setelah Al Quran telah di hafal dan tertulis dalam sususan mushaf
walaupun belom sepenuhnya tertata baik, tetapi Quranbelum dikumpulkan dalam
satu mushagf yang menyeluruh (lengkap). Bila ada wahyu yang turun maka
segeralah di hafal oleh para qurra dan ditulis oleh para penulis. Di samping
itu terkadang ada pula ayat yang me-nasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun
sebelumnya. Susunan atau tertib Al quran tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi
setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk
Nabi, oleh karena itu, penulisanya dilakukan kemudian setelah Quran selesai
turun, yaitu dengan wafatnya Rasulullah.
Dengan
pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Sabit yang
mengatakan :” Rasulullah telah wafat, sedang Qur’an belum dikumpulkan sama
sekali”. Maksudnya ayat-ayat dsn surah-surahnya belum di kumpulkan secara
tertib dalam satu mushaf. Sesudah berakhir masa turunnya Al quran dan wafatnya
Rasulullah, maka Allah mengilhamkan penulisan secara lengkap kepada para Khulafaur
Rasyidin dan pengumpulan pada masa Nabi dinamakan penghafaln dan pembukuan
pertama.
Pengumpulan Al
Qur’an pada Masa Abu Bakar
Setelah
Nabi wafatdan Abu Bakar diangkat(di pilih) sebagai Khalifah, terjadilah
pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari Agama Islam (Murtad) yang
di pimpin oleh Musailamah al Kadzab. Kemudian gerakan ini segera ditindak oleh
Abu Bakar dengan mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Peperangan ini disebut perang Yamamah pada tahun 12 H dan banyak melibatkan
para pasukan islam diantaranya 70 sahabat yang hafidz al Qur’an terbunuh
sebagai syuhada. Umar bin Khattab merasa sangat khawatir melihat kenyataan ini,
lalu ia menghadap Abu Bakar bdan mengajukan usul untuk segera mengumpulkan dan
membukukan Al Qur’an karena di khawatirkan akan musnah, sebab peperangan
Yamamah telah banyak membunuh para qari.
Kemudian
usul itu diterima oleh Abu Bakar setelah dipikirkan dengan seksama dan
pertimbangan yang matang, kemudian khalifah memerintahkan kepada Zaid bin
Sabit, agar segera menghimpun Al Qur’an dalam satu mushaf.
Zaid
sangat hati-hati dalam menjalkankan tugas ini, walaupun dia sebagai penghafal
dan penulis wahyu utama dari Al Qur’an, dan ia dalam menjalankan tugas tersebut
berpegangan pada: 1. Ayat-ayat yang ditulis din hadapan Nabi dan yang disimpan
dirumah Nabi 2. Ayat-ayat yang di hafal oleh para sahabat yang hafidz Qur’an.
Zaid
tidak mau menerima tulisan ayat-ayat AlQur’an, kecuali kalau disaksikan dengan
dua orang saksi yang adil, bahwa ayat-ayat itu benar di tulis dihadapan Nabi
atas perintah(petunjuk)nya.
Tugas
menghimpun AlQur’an dalam satu mushaf dapat diselesaikan dalam kurun waktu 1
tahun, yakni antar sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar.
Dengan demikian tercatatlah dalam sejarah bahwa Abu Bakar orang yang pertama
kali menghimpun AlQur’an dalam satu mushaf, Umar sebagai orang pertama yang
mempunyai ide menghimpun Al Qur’an dan Zaid bin Tsabit sebagai orang yang
pertama kali melaksanakan penulisan dan penghimpun Al qur’an dalam satu mushaf.
Mushaf
karya Zaid tersebut kemudian disimpan oleh Abu Bkar dan kemudian di simpan
Umar, setelah Abu Bakar wafat. Kemudian di simpan Hafsah setelah Umar, ia
adalah istri Nabi yang hafidz Al Qur’an dan pandai baca tulis.[16]
Pengumpulan
Al Qur’an pada Masa Usman
Penulisan dan Pengkodifikasian al-Qur’an yang terjadi pada masa
Utsman terjadi setelah perang Yamamah turut menggetarkan hati Utsman dan juga
karena kedatangan Hudzaifah yang baru tiba dari perang Armenia dan Azerbaijan
menghadap kepada Utsman untuk menyampaikan kecemasannya terkait perbedaan umat
islam dalam pembacaan al-Qur’an yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan
umat islam[17].
dan kemudian Utsman memanggil Zaid bin Tsabit karena Zait sudah terlibat
langsung dalam penulisan dan pengumpulan al-Quran pada masa Nabi Muhammad untuk
menjaga keaslian dari al-Qur’an,Sa’id bin Ash,Abdullah bin Zubair dan
Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.Mereka ditunjuk oleh Utsman sebagai panitia
untuk menyalin suhuf menjadi mushaf.
kemudian utsman mengirim utusan untuk meminta suhuf yang berada di
rumah Hafsah dan pun Hafsah mengirimkan suhuf tersebut kepada Utsman[18].Selanjutnya
Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit,Sa’id bin Ash,Abdullah bin Zubair dan
Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ketiga orang terakir ini adalah orang quraisy
dan Utsman berkata kepada ketiga rang quraisy tersebut:
إِذَا اخْتَلَفْتُمْ أَنْتُمْ وَ زَيْدٌ بْنُ ثاَبِتٍ
فِي شَيْءٍ مِنَ القُرْانِ فَاكْتُبُوْهُ بِلِساَنِ قُرَيْشِ, فَإِنَّهُ إِنَّمَا نَزَلَ
بِلِسَانِهِمْ.
‘Bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit
tentang sesuatu dari al-Qur’an maka tulislah dengan logat Quraisy,karena Qur’an
diturunkan dalam bahasa Quraisy’.
menyalin suhuf
menjadi beberapa mushaf dengan bahasa quraisy karena Qur’an turun dalam logat
mereka.Usai menyalin seluruh suhuf kedalam Mushaf Utsman mengembalikan suhuf
yang telah disalin kepada Hafsah.suhuf ini tetap berada di rumah Hafsah sampai kemudian Mushaf
yang berada dikediaman Hafsah sampai Hafsah wafat baru kemudian atas perintah
Marwan mengurus azimah kepada Abdullah bin Umar untuk memberikan mushaf yang
berada di kediaman Hafsah kepada Marwan untuk kemudian membakarnya[19].
Kemudian Utsman
mengutus panitia untuk mengirim mushaf-mushaf yang telah disusun ke beberapa
daerah islam dan meminta mushaf yang tidak sesuai dengan mushaf yang telah
disusun atau mushaf Utsman untuk dikumpulkan dan kemudian dibakar.Hal ini
bertujuan untuk menyeragamkan al-Qur’an dengan menggunakan Mushaf Utsman
tersebut agar tidak terjadi lagi pertentangan antara umat islam terkait bacaan al-Qur’an
dan kemudian mushaf yang disusun pada masa Utsman ini dikenal dengan Mushaf
Utsmani.
D. PENUTUP
Al-Qur’an
adalah Kalam Allah SWT dan merupakan wahyu Nabi Muhammad dan merupakan sumber
hukum islam.Diturunkan secara bertahap selama 22 tahun,dua bulan dan 22 hari
dan ulama membaginya menjadi dua periode yakni periode makkah dan periode
madinah.
Adapun bukti
dari sejarah turunnya Al Qur’an juga sangat banyak sekali salah satunya adalah
Al Qur’an sebagi Mu’jizat yang lur biasa untuk Nabi Muhammad dan juga umat
muslim, karena Al Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman umat muslim. Selain itu
Al Qur’an juga sebagai pelengkap dari kitab-kitab sebelumnya karena Al Qur’an
adalah kalam Allah yang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Penulisan dan
pengkodifikasian al-Qur’an terjadi sejak zaman Rasulullah dengan mengutus para sahabat untuk menulis
al-Qur’an disetiap ada wahyu yang turun, karena Rasulullah tidak bisa baca
tulis (ummi) jadi beliau menyuruh kepada para sahabat yang salah satunya adalah
Zaid bin Sabit, jadi setiap wahyu yang turun di tulis di berbagai tempat
ataupun media seperti, pelepah kurma, batu, tulang belulang dan lain-lain.
Kemudian pada Masa Abu Bakar batu lah Qur’an di himpun dan di kumpulkan yang
kemudian disebut suhuf dan pada masa khalifah Utsman bin Affan yang
memerintahkan untuk menyusun al-Qur’an dan kemudian dikenal dengan Mushaf
Utsmani
DAFTAR PUSTAKA
Amal,Taufiq Adnan.Rekonstruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:Forum
Kajian Agama dan Budaya.2001
Hermawan,Acep.’Ulumul Quran.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.2013
Al Abyadi,Ibrahim.Sejarah Al-Qur’an.Jakarta:PT Rineka Cipta.1992
Zuhdi,Masjfuk.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya:PT Bina
Ilmu.1982
Khalil al-Qattan, Manna’.Studi Ilmu-Ilmu Qur’an .Jakarta:PT
Mitra Kerjaya Indonesia,2007
Dkk,Umi Sumbulah,Studi Al-Qur’an dan Hadis.Malang:UIN Maliki
Press,2014
Chirzin,Muhammad.KearifanAl-Qur’an.Yogyakarta:Pilar
Media,2007
Amir
Mahmud, Fase Turunnya Al Qur’an dan
Urgenitasnya (Pasuruan : Universitas Yudharta, 2016)
M. Quraish
Shihab, Membumikan Al Qur’an (Bandung
: Mizan, 1996)
P.M.Gunawan,Pengertian al-Qur’an (Surabaya,2009)
Catatan-catatan:
1. Makalah
ini belum ada pendahuluannya.
2. Dalam
pembahasan definisi, uraikan dari aspek definisi secara etimologi terlebih
dahulu baru kemudian masuk pada terminologi.
3. Tulisan
dalam bab “Bukti-bukti al-Qur’an sebagai wahyu Allah” tidak mendukung judul bab
yang ditulis.
4. Format
penulisan bab tolong menyesuaikan pada artikel yang menjadi rujukan.
5. Penulisan
footnote tolong lebih diperbaiki, sebab beberapa masih salah.
6. Perujukan
masih belum maksimal.
[1] Acep
Hermawan,’Ulumul Quran (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2013) Hlm.12
[2]Taufik
Adnan Amal,Rekonstruksi sejarah al-Qur’an (Yogyakarta:FkBA,2001) Hlm.45
[3]Umi
Sumbulah dkk, STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS (Malang:UIN Maliki Press,2014)
Hlm.7
[4]Masjfuk
Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya:PT Bina Ilmu,1982) Hlm.2
[5]Amir Mahmud, Fase Turunnya Al Qur’an
dan Urgenitasnya (Pasuruan : Universitas Yudharta, 2016)
[6]P.M.Gunawan,Pengertian al-Qur’an
(Surabaya,2009)
[7]M. Quraish Shihab, Membumikan Al
Qur’an (Bandung : Mizan, 1996)
[8]Muhammad
chirzin, Kearifan Al qur’an (Yogyakarta : Pilar Media, 2007)33-34.
[9] M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an
(Bandung : Mizan, 1996)
[10] Manna
khattan al khalil, studi ilmu-ilmu quran (Bogor : Litera Antarnusa, 1012) hlm
178
[11] Ibid
hlm 179
[12] Ibid
hlm180
[13] Ibid
hlm 183
[14] H.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya : Karya Abditama,1997) hlm
14-15
[15] Opcit
hlm185-186
[16] H.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya : Karya Abditama,1997)
[17]Masjfuk
Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya:PT Bina Ilmu,1982) Hlm.17
[18]Manna’
Khalil al-Qattan, STUDI ILMU-ILMU QUR’AN
(Jakarta:PT Mitra Kerjaya Indonesia,2007) Hlm.193
[19]Ibrahim
al Abyadi,Sejarah al-Qur’an (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992) Hlm.58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar