TAKHRIJ AL-HADITS
Bayu Setiawan Prambudi dan Muhammad Nahidh Islami
Pendidikan Bahasa Arab kelas D, UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
Abstract:In this
article we describe the definition and benefits takhriju al-hadith and how do
Takhrij al-hadith in a conventional manner and using computer.Takhriju
al-hadith is the watchword two opposing cases in one issue, namely the
clarification of the quality of the hadith. Takhriju al-hadith can be done in
two ways: in a conventional manner (with books) and using the computer.
Takhriju al-hadith is very important to know the quality of the narrators of
hadith and so there is no doubt in hadith.Takhriju al-hadith can be described
as an entry point for research activities hadith. The mastery of this material
will be charging a convenience to students in tracing the hadiths to search in
the books of hadith. Particularly Takhrij al-hadith in a conventional manner so
that students are encouraged to seek their own hadiths of the original book.
Keyword: Takhrij, al-hadits,
Pendahuluan
Pada dasarnya hadits merupakan salah satu sumber hukum
bagi manusia hukum yang selalu dijadikan panutan setelah al-qur’an, hadits
merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw. Takhriju
al-hadits dapat diibaratkan sebagai pintu masuk bagi kegiatan penelitian
hadits. Penguasaan terhadap materi ini akan membarikan kemudahan kepada
mahasiswa dalam menelusuri hadits-hadits yang ingin dicari didalam kitab-kitab
hadits. Terutama sekali takhrij al-hadits dengan cara konvensional sehingga
mahasiswa diharapkan dapat mencari sendiri hadits-hadits dari kitab yang asli.
PengertianTakhrijHadits
Secaraetimologi kata
takhrijberasaldari katakharraja, yukharriju,
yang mempunyai beberapa arti mengeluarkan
(Istinbath), melatih/meneliti (tadrib) dan mengharapkan (taujih).Menurut
Dr Mahmud Thahhan kata takhrij menurut bahasa ialah “berkumpulnya dua
perkara yang berlawanan dalam satu persoalan”[1]
Menurut
Istilah, kata takhrij memiliki beberapa pengertian , yaitu:
1. Mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan
menyebutkan para periwayatnya
dalam rangkaian sanad yang telah menyampaikan hadits itu.
2.
Menunjukkan
asal usul hadits dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab
hadits yang disusun oleh mukharrij-nya.
3.
Mengemukakan
hadits berdasarkan sumber pengambilan-nya yang didalamnya disertakan metode
periwayatan dan sanad-nya masing-masing dengan menjelaskan keadaan perawi dan
kwalitas hadits-nya.
4. Menunjukkan letak asal hadits pada sumber aslinya, yang
didalamnya dikemumakan hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing[2].
Menurut
M Syuhudi Ismail, ada tiga alasan utama yang menyebabkan pentingnya kegiatan
takhriju-l-hadits dalam melakukan penelitian hadits, sebagaimana pandangannya
dalam buku Metodologi Penelitian Hadits Nabi:
1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan
diteliti
2.
Untuk
mengetahui seluruh riwayat hadits yang akan diteliti
3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Syahid dan Mutabi’
pada sanad yang diteliti[3]
Adapun manfaat dari
kegiatan Takhrijul al-hadits sangar banyak sekali, diantaranya:
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal
dimana suatu hadits berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
2.
Dapat
menambah perbendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang dirujuknya.
Semakin banyak kitab asal yang memuat suatu hadits, semakin banyak pula perbendaharaan
sanad yang kita miliki.
3.
Dapat
memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat hadits yang
banyak itu, maka dapat diketahui apakah riwayat tersebut Munqati’, mu’dal dan
lain lain. Demikian pula dapat diketahui status riwayat tersebut shahih , hasan
atau dhaif.
4.
Dapat
memperjelas kualitas suatu hadits dengan banyaknya riwayat. Suatu hadits yang
daif kadang diperoleh melalui satu riwayat, naamun takhrij memungkinkan akan
menemukan riwayat lain yang shahih. Hadits yang shahih tersebut akan mengangkat
kualitas hadits yang daif tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
5.
Dapat
diketahui pendapat para ulama seputar kualitas hadits.
6.
Dapat
memperjelas kualitas hadits yang samar.
7.
Dapat
memperjelas periwayat hadits yang tidak diketahui namanya, yaitu melalui
perbandingan diantara sanad yang ada.
8.
Dapat
menafikan pemakaian lambang periwayatan ‘an’ dalam periwayatan hadits oleh
seorang mudallis.
9.
Dapat
menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
10. Dapat menjelaskan nama periwayat yang sebenarnya.
11. Dapat memperkenalakan periwayatan yang tidak terdapat
dalam satu sanad.
12. Dapat memperjelas arti kata asing yang terdapat dalam
satu sanad.
13. Dapat membedakan hadits yang mudraj.
14. Dapat membedakan antara periwayatan secara lafadz dengan periwayatan
secara makna.
15. Dapat menjelaskan waktu dan tempat turunya hadits, dan
lain-lain.[4]
Cara
melakukan Takhriju al-hadits secara konvensional
Melakukan takhriju al-hadits secara konvensional yaitu
melakukan takhriju al-hadits dengan menggunakan kitab-kitab hadits atau
kitab-kitab kamus. Ada lima metode yang bisa digunakan dalam kegiatan takhrij
al-hadits secara konvensional, yaitu:
1.
Dengan
mengetahui rawi hadits yang pertama, yakni sahabat apabila hadits tersebut
muttasil dan tabi’in apabila hadits tersebut mursal.[5]
Dengan
mengetahiu nama rawi pertama atau sanad terakhir suatu hadits , lafadz matan
secara lengkap disertai sanadnya dapat diketahui melalui penelusuran dari
kitab-kitab Athraf, kitab-kitab musnad, dan kitab-kitab mu’jam. Kitab-kitab
tersebut memuat nama sahabat tertentu dengan menyebutkan semua hadits yang
diriwayatkannya ataupun nama tabi’in tertentu serta hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Beberapa
kitab yang bisa digunakan dalam metode ini ialah:
a)
Kitab-kitab
Musnad
Kitab-kitab musnad adalah kitab yang disusun
pengarangnya berdasar nama-nama sahabat atau kitab yang menghimpun
hadits-hadits sahabat. Jumlah kitab musnad banyak sekali, al-Kattani menyebut
82 dan ada yang menyebut 100 kitab. Diantara kitab-kitab musnad ialah: Musnad
Ahmad Ibn Hanbal. Kitab ini terdiri dari 40.000 hadits dan memuat 904 sahabat.
b)
Kitab-kitab
Mu’jam
Kitab mu’jam adalah kitab hadits yang disusun
berdasarkan nama-nama sahabat, guru-gurunya, negaranya atau yang lainnya
berdasarkan urutan alfabetis. Diantara kitab-kitab mu’jam ialah: Al-Mu’jam
al-kabir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Tabarani (w.360 H)
c)
Kitab-kitab
Athraf
Kitab yang didalamnya disebut sebagian saja
dari suatu lafadz hadits dan diisyaratkan kelanjutannya dan diterangkan sanadnya
baik seluruhnya atau sebagian besar. Diantara kitab-kitab Athraf yang masyhur
ialah: Athraf al-shahihain karya Abu Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi
(w.410 H).
Kelebihan
menggunakan metode ini adalah:
1.
Dapat
diketahui semua hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu dengan sanad dan
matan-nya secara lengkap.
2.
Ditemukannya
banyak jalan periwayatan untuk matan yang sama
3.
Memudahkan
untuk menghafal dan mengingat hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu.
Kekurangan
dari metode ini:
1.
Membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk menemukan sahabat tertentu dengan haditsnya
(untuk kitab-kitab yang tidak disusun secara alfabetis)
2.
Membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk menemukan hadits tertentu dari seorang sahabat.
Karena biasanya sahabat tidak hanya meriwayatkan satu atau dua hadits saja
3.
Bervariasinya
kualitas hadits yang terkumpul karena tanpa penyeleksian sehingga ada yang shahih,
hasan, dan da’if.[6]
2.
Dengan
mengetahui lafaz awal suatu hadits
1)
Kitab
yang diperlukan:[7]
a)
Kitab-kitab
yang memuat hadits-hadits yang masyhur di masyarakat, antara lain:
1.
Al-Tazkirah
fi al-hadits al- musytahiroh karya Badr al-din ibn Abd Allah al-Zarkasyi (w.974
H) dan lain-lain.
b)
Kitab-kitab
yang disusun berdasarkan alfabetis:
1.
Al-Jami’
al-Shagir min hadits al basyir al-nazir karya Jalal al-din Abd al-Rahman ibn
Abi Bakr al-Suyuti (w. 911 H.)
c)
Kamus
yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu:
1.
Untuk
shahih Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadits Al-Bukhari
2.
Untuk
shahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Gharib minha
3.
Untuk
shahihain, yaitu Miftah al-Shahihain
2)
Kelebihan
dan kekurangannya
Dengan mengetahui satu lafaz awal matan, hadits tersebut
dapat ditelusuri sumber asli, sanad dan matannya secara lengkap. Sedangkan
kekurangannya adalah peneliti hadits harus bekerja keras karena tidak
dicantumkan nomor bab ataupun halaman dari hadits tersebut pada kitab tertentu.
3. Dengan
mengetahui sebagian lafadz hadits, baik di awal,tengah maupun akhir matannya
1) Kitab-kitab yang diperlukan:[8]
Referensi
yang paling refrensatif untuk metode ini yaitu kitab karya Arnold John Wensinck
dengan judul al-Mu’jam Mufahras li Alfaz
al-Hadits al-Nabawi, dengan penerjemah Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini
merupakan kamus dari kitab hadits, yakni Shahih Al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah,
Sunan al-Darimi al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hambal.
Untuk
Musnad Ahmad حم )( hanya disebutkan juz serta halamannya; Shahih Muslim (م) dan
al-Muwatta (ط) nama bab dan nomor urut hadits,
sedangkan Shahih Bukhari (خ), Sunan Abi Dawud (د),
Sunan al-Tirmidzi (ت), Sunan Nasai (ن) serta Sunan Ibn Majah (جه), Sunan al-Darimi (دى), disebutkan nama bab serta nomor urut babnya.
2)
Kelebihandankekurangannya
Denganmenggunakansebagianlafadznyasajabaik
di awal, tengahmaupun di akhirmatan,
haditsdapatditelusurisumberaslinyadengancepatkarenabersamakitabrujukandisertakannamabab,
nomor baba tau nomorhaditssertanomorjuzdanhalamannya. Di sampingitu,
metodeinijugamemudahkanuntukmencarihadits-haditsdengansumbernyadalammatan yang
samaatau hamper sama.
Adapunkekurangannyayaitupemakaianmetodeiniharusmengetahui
kata asaldarilafadz yang diketahui; hanyamembuatkitabhadits 9
sajasehinggabilalafadzhadits yang disebutkantidakdiambilkandarikitab 9 itu,
makatidakakandapatditemukan; tidak bias dipergunakanmetodeinibilalafadz yang
diketahuiberupahuruf, ism dhamir, nama
orang, atau kata kerja yang seringdipergunakan;
sertametodeinitidaksecaralangsungmenunjukkanrawiawalhadits yang dimaksud.
4. Denganmengetahuitemahadits
1) Kitab
yang diperlukan:[9]
a) Kitab-kitabJawami,
seperti: Al-Jami al-Shahih, karya Abu Abd Allah Muhammad Ibn Ismail
al-Bukhari
b) Kitab-kitabMustakhraj,
seperti: MustakhrajShahih al-Bukhari,karya al-gitrifi, MustakhrajShahih
Muslim, karya Abu Awanah al-Isfirayini
c) Kitab-kitabal-Majami,
seperti: Al-Jam bain al-Shahihain, karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad
( w.650 H.)
d) Kitab-kitabMustadrakat,
seperti: al-Mustadrak,karya al-Hakim (w.405 H.)
e) Kitab-kitabZawaid,
seperti: Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busyairi
(w.840 H.)
f)
KitabMiftahKunuz al-Sunnah: kitab
karya Arnold John Wensinck yang diterjemahkan Muhammad Fuad Abd
al-Baqi.Kitab
yang dijadikanrujukan, yakni Shahih Al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah,
Sunan al-Darimi,
al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn
Hambal, Musnad
Zaid ibn Ali, Sirah ibn Hisyam,Magazi al-Waqidi,danTabaqat Ibn Sad.
2) Kelebihandankekurangannya
Kelebihannyaadalahbanyaknyahadits
yang ditemukanpadatematertentukarenasumber yang
dijadikanrujukankitabinicukupbanyak, yakni 14 rujukan.
Adapunkekurangannyaadalahsulitnyamenentukansuatupotonganmatanhaditsataumatanhaditstermasuktema
yang mana, karenabesarkemungkinanadanyaperbedaanpersepsiantarapenyusunkitabdanpenelusurhadits.
5. DenganmengamatisecaramendalamkeadaanSanaddanMatan
1) Kitab
yang diperlukan:[10]
a. Al-Maudu
at al-sughra, karya
Ali al-Qari (w.1014 H.)
b. Tanzih
al-Syariah al-Marfuah an al-ahadis al-Syaniah al-Mauduah, karya al-Kinani (w. 963 H.)
Petunjuk yang lain
darimatanyaitubiladiketahuimatanhaditstersebutmerupakanhaditsqudsi.Kitabrujukanseperti:
Misykah al Anwar, karyaMuhy al-Din Muhammad ibn Ali ibn Arabi al-Khatimi
(w.638 H.)
Petunjukdarisanad,
misalnyasanad yang rawinyameriwayatkanhaditsdarianaknya. Kitabrujukanseperti: riwayah
al-Aba ‘an al-Aba karya Abu Bakr Ahmad ibn Ali al-Baghdadi.
Petunjukdarisanaddanmatansecarabersamaan.
Kitabrujukanseperti: ilal al-Haditskarya Ibn AbiHatim al-Razi.
2) Kelebihandankelemahan
Kelebihandarimetodeiniadalahditemukannyahadits
yang dicaridalamkitabrujukandenganadanyapenjelasantambahandaripenyusunnya.
Adapunkekurangannyaadalahperlunyapengetahuan yang
mendalambagipenelusuranhaditsuntukmengetahuikeadaansanaddanmatannya.
Cara MelakukanTakhrij
al-HaditsdenganPerangkatKomputer
Cara
melakukantakhrij
al-Haditsdenganmenelusuridanmembacakitab-kitabhaditsataukamussangatbaik,
namunmemerlukanwaktu yang lama. Untukmempercepat proses
penelusurandanpencarianhaditssecaracepar, jasa computer dengan program Mausuah
al-Hadits al-Syarif, al-Kutub al-Tisahbisadigunakan.programinimerupakanshoftwarecomputer
yang tersimpandalamcompact disk read only memory (CD-ROM) yang
diproduksiSakhrpadatahun 1991 edisi 1.2.20.
Program inimemuatseluruhhadits yang terdapat di dalamal-kutub
al-tisah(Shahih Al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah,
Sunan al-Darimi al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hambal)
lengkapdengansanaddanmatannya. Di sampingitu program inijugamengandung
data-data tentangbiografi, daftar guru danmurid al-jarhwa al-tadildarisemuaperiwayathadits
yang ada di dalamkutub al-tisah. Program
inijugadapatmenampilkanskemasanadhadits,
baiksatujalurmaupunskemasemuajalurperiwayatan.
Ada delapancara
yangbisadigunakanuntukmenelusurihadits-hadits yang terdapatdalamal-kutub
al-tisah,antara lain:
a. Denganmemilihlafadz
yang terdapatdalamdaftarlafadz yang sesuaidenganhadits yang dicari
b. Denganmengetikkansalahsatulafadzdalam
,atanhadits
c. Berdasarkantemakandunganhadits
d. Berdasarkankitabdanbabsesuai
yang adadalamkitabaslinya
e. Berdasarkannomoruruthadits
f.
Berdasarkanpadaperiwayatnya
g. Berdasarkanaspektertentudalamhadits
h. BerdasarkanTakhrij
al-Hadits.[11]
ContohKegiatanTakhrij Al-Hadits[12]
Contoh
1, haditstentang
“SyafaatNabibagiUmatnya”, bunyinya:
لكل نبي دعوة مستجابة وإني اختبأت دعوتي
شفاعة لأمتي وهي نائلة إن شاء الله من مات منهم لا يشرك بالله شيئا
“SetiapNabitersediabaginyasatudoamustajab. Dan
akumasihmenyimpanpermintaankuitu agar menjadisyafaatuntukumatku, kelak,
dansyafaatkuitu – insyaallah – mencapaisiapasajadariumatku yang meninggalduniadalamkeadaantidakmenyekutukan
Allah denganapapunselain-Nya.
Setelahdilakukankegiatantakhrij al-hadits, hadits
di atasbersumberdari:
a. Al-Bukhari,
kitabal-Dawud, no. hadits 5829; dan al-Bukhari, kitabal-Tauhid, no.
hadits 6920.
b. Muslim,
kitabal-Iman, no. hadits 293,294,295,296, 297, 298 dan 300.
c. Al-Tirmidzi,
kitabal-DaawatanRasulillah, no. hadits. 3526.
d. Ibn
Majah, kitabal-Zuhud, no. hadits 4297.
e. Ahmad
ibn Hanbal, babBaqiMusnad al-Muksirin, no. hadits 7389, 8602, 8780,
8935, 9140, 9185 dan 9920.
f.
Malik, kitabAl-Nida li al-Salah, no.
hadits 443.
g. Al-Darimi,
kitabal-Riqaq, no. hadits 2685.
Contoh 2, haditstentang
“SyafaatNabibagi orang yang berdosabesar”, bunyinya:
قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
“Rasulullahbersabda: syafaatkubagi orang-orang yang
berdosabesardariumatku”
Setelahdilakukankegiatantakhrij
al-hadits,hadits di atasbersumberdari:
a. Al-Tirmidzi,
kitabSifah al-Qiyamahwa al-WaraanRasulillah, no. hadits 2360 dan 2359.
b. Ibn
Majah, kitabal-Zuhd, no. hadits 4300.
c. Abu
Dawud, kitabal-Sunnah, no. hadits 4114.
d. Ahmad
ibn Hanbal, babBaqiMusnad al-Muksirin, no. hadits 12745.
KESIMPULAN
Takhriju
al-haditsadalahberkumpulnya dua perkara yang berlawanan dalam satu
persoalan, yaitu dalam memperjelas kualitas hadits. Takhriju al-hadits dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional (dengan kitab-kitab)
dan dengan menggunakan komputer. Takhriju al-hadits sangat penting dalam
mengetahui kualitas hadits serta para perawinya agar tidak ada keraguan dalam
suatu hadits.
Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa
Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974
M.Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu hadits, Gaung
Persada Press: Jakarta,2008
Suryadi dan Muhammad
Alfatih Suryadilaga, Matodologi Penelitian Hadits,TH-Press:
Yogyakarta,2009
AgungDanarto,” Mausulah
al-Hadits al-Kutub al-Tisah”, ModulPraktikumKomputer,
JurusanTafsirHaditsFakultasUshuluddin IAIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2000.
Revisi:
1. Tidak ada indikasi copy-paste.
2.
Pendahuluan
kurang greget.
3.
Penulisan
footnote masih salah, tolong lebih diperbaiki.
4. Berikan praktek langsung dengan menggunakan kitab al-mu’jam
al-mufahras dan CD Maudu’ah dan diuraikan lewat tulisan.
[1]Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa
Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974 hal.9.
[2]M.Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu
hadits, Gaung Persada Press: Jakarta,2008 hal.155.
[3]Suryadidan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi
Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hal.32.
[4]Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi
Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hal.38.
[5]Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa
Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974 hal.39-61.
[6]Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi
Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hlm. 42
[7]
Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.62-89; Abd
al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 27-79.
[8]
Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.90-105; Abd
al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 83-101.
[9]
Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.108-145; Abd
al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 149-239.
[10]
Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid,hal. 148-152; Abd
al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 241-254.
[11]AgungDanarto,”
Mausulah al-Hadits al-Kutub al-Tisah”, ModulPraktikumKomputer,
JurusanTafsirHaditsFakultasUshuluddin IAIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2000.
[12]program
Mausuah al-Hadits al-Syarif, al-Kutub al-Tisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar