MAKIYYAH DAN MADANIYYAH
Achmad Ainur Ridlo, Siti Ulfa
Nur Afifah
PAI D Semeter III
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Malang
Abstract: There are two types verse in the Qur'an , they are Makiyyah and Madaniyyah verse. They are stated as Makiyyah’s verse if it’s down
in Makkah and Madaniyyah if the verse was down in the city of Medina. There are
"ya ayyuha al-nas" in
Makiyyah’s verse because it is a book
for the people of Makkah. Whereas ,for Madaniyyah’s verse there are stated
"ya ayyuha al-ladzina amanu". But the opinion is not always true,
because there ere also letters which
fell in Mecca but it is classified as Madaniyyah’verse, and some of verses was
dropped in Medina but it’s classified as Makiyyah’verse. Some verses was down
in Mecca but the law for Madaniyyah , such as in Al-Hujarat : 13, was down
as Fathu Mecca time , this verse
was stated as Madaniyyah because
it’s dropped after the Hijra’s
time. There are also verses down in
Medina but the law for Makiyyah, because its book was pointed to the residents of Mecca.
Keywoards: Makiyyah,
Madaniyyah, The verses of the Qur’an
Pendahuluan
Surat Makkiyyah dan Madaniyyah
telah di sepakati penggunaanya oleh
para Ulama. Permasalahan Makiyyah dan Madaniyyah sangatlah penting, sehingga barang siapa yang
tidak memahami persoalan Makkiyyah dan Madaniyyah tidak di perbolehkan menafsirkan Al-Quran.
Karena sangat pentingnya
mengetahui persoalan tersebut, maka para Ulama sangat menaruh perhatian yang
sangat terhadap keduanya ini. Karena, jika tidak menguasainya, maka banyak
faedah yang tidak dapat dipetik, dan banyak mengalami kesulitan dalam mendalami Al-Quran.
Definisi Makiyyah dan Madaniyyah
Pembahasan tentang ayat-ayat Makkiyyah dan
Madaniyyah sesungguhnya adalah
memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya[1].Para
ulama berbeda beda dalam mendefinisikan Makkiyyah dan Madaniyyah, dan ini terbagi menjadi tiga
pendapat :
1.
Pendapat paling masyhur , mengatakan bahwa disebutayat
Makkiyyah jika ayat tersebut turun sebelum Rosulullah hijrah, sedangkan
dikatakan Madaniyyah jika ayat tersebut turun setelah Rosulullah hijrah,
meskipun ayat tersebut turun di Makkah ataupun di Madinah, pada tahun fath ataupun
tahun haji wada’, di saat Rosul hadir ataupun dalam keadaan safar,
dan ini paling benarnya dalam pengertiannya.
2.
Dikatakan Makiyyah jika ayat tersebut
turun di Makkah walaupun setelah Rosulullah hijrah. Dan dikatakan Madaniyyah jika ayat
tersebut turun di kota Madinah. Maka ayat yang turun dalam safarnya
Rosullulah, tidak termasuk dari Makkiyyah dan Madaniyyah, akan
tetapi disebut dengan ayat safari.
3.
Dikatakan Makkiyyah jika ayat-ayat yang khitabnya
ditujukan kepada penduduk Makkah, dan dikatakan Madaniyyah jika ayat-ayat yang khitabnya ditujukan
kepada penduduk Madinah[2].
اَلْمَكِيُ : مَا نَزَلَ
قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَةَ
وَ المدَنِيُ : مَا نَزَلَ بَعْدَ
الِهجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ
فَمَا نَزَلَ
بَعْدَ الهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَةَ أَوْ عَرَفَةَ مَدَنِيُ.
“Makkiyyah ialah ayat-ayat
yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di
mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah
hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun
setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekah atau di
arafah.”
Dasar-dasar untuk Membedakan antara Makkiyyah
dan Madaniyyah
Para Ulama telah memberi
batasan dalam membedakan ayat-ayat dan surah-surah Makkiyyah dan Madaniyyah
dalam Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang menjadikan khithab (sasaran pembicaraan) yang ada di
dalam ayat sebagai dasar untuk memebedakan keduanya. Ulama yang lain menjadikan
tempat Rosulallah saw menerima wahyu sebagai dasar. Kelompok ketiga bersandar
kepada hijrah Rosul saw. Sebagai dasar pembeda keduanya.
1.
Perbedaan Berdasarkan Karakteristik Personal
Ayat dan Surah
Para
ulama mengatakan bahwa ayat Makkiyyah adalah ayat-ayat yang di dalamnya
terdapat redaksi: ya ayyuha al-nas, sebab ayat tersebut merupakan khitab
bagi penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang didalamnya terdapat khitab
: Ya ayyuha al-ladzina amanu. Dengan anggapan bahwa penduduk Makkah
belum menjadi muslim, maka apabila didalam ayat terdapat khitab: ya ayyuha
al-nas, tahulah kita bahwa itu adalah ayat Makiyyah. Dan dengan
anggapan bahwa penduduk Madinah telah menjadi muslim, maka apabila terdapat
redaksi: Ya ayyuha al-ladzina amanu, maka tahulah kita bahwa itu adalah
ayat Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi tersebut benar. Surat
Al-Baqarah, umpamanya, termasuk katagori Madaniyyah padahal di dalamnya ada
salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan “يايهاالناس ”. Lagi
pula, banyak
ayat
Al-Qur’an yang tidak dimulai dengan dua ungkapan diatas.[3]
Surat
Al-Baqarah ayat 21:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah:21)[4]
Surat Al-Baqarah ayat 168:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”(QS. Al-Baqarah:168)[5]
2.
Perbedaan Berdasarkan Tempat
Bahwa
sesungguhnya wahyu itu tidak diturunkan kecuali pada Rosulullah saw. Maka para
Ulama menjadikan tempat beliau menerima wahyu sebagai dasar pembeda. Apabila
Rosulullah saw. Berada di Makkah ketika menerima ayat atau surah, maka ayat
tersebut termasuk Makiyyah. Tetapi surat An-Nisa’ ayat 58
termasuk Madaniyyah walaupun
diturunkan di Mekah,
yaitu pada peristiwa
terbukanya kota Mekah (fath al-Makkah).
Bunyi ayatnya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا
الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sungguh,
Allah menyuruhmu menyampaikan amanat
kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila
kamu menetapkan
hukum
di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan
adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’:58)[6]
Surat
Al-Ma’idah ayat 3 termasuk Madaniyyah
walaupun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’.
Bunyi ayatnya:
عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلٰمَ دِينًا الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ
“Padahal
ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah:3)[7]
3.
Perbedaan Berdasarkan Waktu
Menjadikan
hijrah sebagai dasar pembeda. Dengan demikian, ayat-ayat Makiyyah merupakan
ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, turunnya di Madinah,
sedangkan ayat-ayat Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Nabi hijrah
dan turunnya di Makkah. Yang menjadikan hijrah sebagai dasar pembeda antara
ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah, maka dasar ini bisa mencakup semua ayat dan
surat secara keseluruhan.[8]
Ciri-Ciri
Surat Makkiyyah
الْحُطَمَةِ فِي لَيُنْبَذَنَّ كَلَّا
“Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah” (QS. Al-Humazah:4).
2.
Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh
ayat-ayatnya.[10]
3.
Terdapat ayat sajdah di dalamnya di setiap
surat. Misalnya: Al-A’raf: 206, An-Nahl: 50, Al-Isra’: 107-109, Maryam: 85,
Al-Furqan: 60.[11]
Ciri-ciri
Surat Makkiyyah yang bersifat aghlabiyah (umum)
1. Ayat-ayatnya pendek-pendek, surat-suratnya pendek-pendek (An-Nass 6 ayat, Al-Ikhlas 4 ayat, Al-Falaq 5
ayat, Al-Lahab 5 ayat) nada
perkataanya keras dan agak bersajak
(Surat Al-Ashr)[19]
2. Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah, hari akhir dan menggambarkan
keadaan surga dan neraka.[20]
مُدْبِرِينَ تُوَلُّوا أَنْ بَعْدَ أَصْنَامَكُمْ لَأَكِيدَنَّ وَتَاللَّهِ
“Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah
kamu pergi meninggalkannya” (QS. Al-Anbiyaa’).[24]
Ciri-Ciri
Surat Madaniyyah
3.
Menyebut “orang-orang
munafik” (kecuali Al-Ankabut yang diturunkan di Mekkah).[27]
7.
Di dalamnya didebat
para ahli kitab dan mereka di ajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surat Al-Baqarah,
An-Nisa’, Ali-Imran, At-Taubah dan lain-lain.[31]
Ciri-ciri Surat
Madaniyyah
yang bersifat aghlabiyah (umum)
1. Suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta jelas menerangkan
hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.[32]
2. Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil yang menunjukkan kepada ha kikat-hakikat
keagamaan.[33]
Surat
Makiyyah
Adapun macam-macam
dari surat Makkiyyah[34]
adalah:
No. Urut
|
Nomor Surat
|
Nama Surat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
|
96
68
73
74
1
111
81
87
92
89
93
94
103
100
108
102
107
109
105
113
114
112
53
80
97
91
85
95
106
101
75
|
Al-‘Alaq
Al-Qalam
Al-Muzzammil
Al-Muddatstsir
Al-Fatihah
Al-Lahab
At-Takwir
Al-A’la
Al-Layl
Al-Fajr
Ad-Dhuha
Al-Insyirah
Al-‘Ashr
Al-‘Adiyat
Al-Kawtsar
Al-Takatsur
Al-Ma’un
Al-Kafirun
Al-Fiil
Al-Falaq
An-Nas
Al-Ikhlash
An-Najm
‘Abasa
Al-Qadr
As-Syams
Al-Buruj
At-Tin
Al-Quraisy
Al-Qariah
Al-Qiyamah
|
Surat
Madaniyyah
Adapun surat Madaniyyah[35]
antara lain:
No.
Urut
|
Nomor
Surat
|
Nama
Surat
|
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
|
2
8
73
33
60
4
57
47
65
59
24
22
63
58
49
66
64
61
62
48
5
9
110
|
Al-Baqarah
Al-Anfal
Ali-Imran
Al-Ahzab
Al-Mumthanah
An-Nisa’
Al-Hadid
Muhammad
At-Thalaq
Al-Hasyr
An-Nur
Al-Hajj
Al-Munafiqun
Al-Mujadilah
Al-Hujurat
At-Tahrim
At-Taghabun
Al-Shaf
Al-Jumah
Al-Fath
Al-Ma’idah
At-Tawbah
Al-Nashr
|
Surat
Makkiyyah yang mirip Madaniyyah
“Pelanggaran
hukum yang menyebabkan
had” padahal sebelum rosulullah saw meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal, ayat-ayat inilah yang disebut Makiyyah
mirip Madaniyyah. Azzarkasyi memasukkan
ayat 114 surat Hud kedalam kategori
jenis surat ini. Ayat tersebut
menurut azzarkasyi
terus berhubungan
dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang membeli
kurma kepadanya.[36]
Surat
Madaniyyah
yang mirip Makkiyyah
Materi mengenai Makkiyyah dan Madaniyyah yang terdapat di dalam kitab Al-Burhan
fii ulumul quran terbilang
lengkap. Didalam
kitab itu, hanya
ada tiga ayat Madaniyyah yang mirip
makiyyah,[37]
yaitu:
1. Surat
Al-Anbiya’ ayat 17 , yang turun
sehubungan dengan kedatangan delegasi
kaum Nasrani
Najran.
لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ
لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ
“Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan
anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat
demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).” (QS. Al-Anbiya’:17)[38]
2.
Surat Al-Adiyat ayat 1
وَالْعَادِيَاتِضَبْحًا
3.
Surat Al-Anfal ayat 32
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَٰذَا هُوَ الْحَقَّ
مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةمِنَ السَّمَاءِ أَوِ
ائْتِنَابِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan (ingatlah), ketika mereka
(orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini,
dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari
langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (QS.
Al-Anfal:32)[40]
Surat
yang Turun di Mekkah dan Hukumnya Madaniyyah
Ayat-ayat yang turun di Mekah dan hukumnya
Madaniyyah adalah sebagai berikut:
1.
Surat Al-Hujurat ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakankamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS.
Al-Hujurat:13)[41]
2.
Surat Al-Ma’idah ayat 3-5
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ
الْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ
لِغَيْرِ اللّٰـهِ بِهِۦ
وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ
وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَآ
أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا
ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟
بِالْأَزْلٰمِ ۚ ذٰلِكُمْ فِسْقٌ
ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ
الَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ
ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ
اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ
مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ
فَإِنَّ اللّٰـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
﴿المائدة:٣﴾
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah
kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Ma’idah:3)[42]
يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَآ
أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ
أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُ ۙ
وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ
مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا
عَلَّمَكُمُ اللّٰـهُ ۖ
فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ
عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا۟
اسْمَ اللّٰـهِ عَلَيْهِ ۖ
وَاتَّقُوا۟ اللّٰـهَ ۚ
إِنَّ اللّٰـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
﴿المائدة:٤﴾
“Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”. Katakanlah:
“Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.”(QS. Al-Ma’idah:4)[43]
الْيَوْمَ
أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُ ۖ
وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا۟
الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ
وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖ
وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الْمُؤْمِنٰتِ
وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الَّذِينَ
أُوتُوا۟ الْكِتٰبَ مِن قَبْلِكُمْ
إِذَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ
مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسٰفِحِينَ
وَلَا مُتَّخِذِىٓ أَخْدَانٍ ۗ
وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمٰنِ
فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ
فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ
الْخٰسِرِينَ ﴿المائدة:٥﴾
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi
Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi
Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Ma’idah:5)[44]
Surat Al-Hujurat
ayat 13, turun pada waktu Fathu
Mekah. Ayat ini dinyatakan Madaniyyah karena turun
sesudah hijrah, dan tiga ayat surat Al-Ma’idah, yakni ayat 3, 4, dan 5 turun pada
hari Jumat. Di
waktu itu umat Islam tengah
wuquf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’.
Haji ini dilaksanakan Rasulullah saw. Setelah beliau berhijrah. Maka, ketiga ayat diatas diklasifikasikan
sebagai ayat-ayat
Madaniyyah kendatipun
turun di Arafah dan diketahui Arafah adalah kawasan sekitar
Mekkah.
Surat yang Turun di Madinah dan
Hukumnya Makiyyah
1. Surat
An-Nahl ayat 41
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ
بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ
الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُ
“Dan orang-orang yang
berhijrah karena Allah sesudah
mereka
di
aniaya, pasti Kami akan
memberikan
tempat yang bagus
kepada
mereka di dunia.
Dan sesungguhnya
pahala di akhirat
adalah
lebih
besar, kalau
mereka
mengetahui.” (QS. An-Nahl:41)[45]
Bila
melihat kasus surat An-Nahl ayat 41, tampaknya kemungkinan benar, sebab
Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat Madaniyyah
yang hukumnya Makiyyah, oleh karena khithab-nya ditunjukan kepada
penduduk Mekkah.[46]
2. Awal surat Al-Taubah
sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyyah, tetapi
khithab-nya ditunjukan
kepada penduduk
Mekkah.
Ayat-Ayat
yang Turun di Perjalanan
Terdapat beberapa ayat yang turun di
perjalanan, diantaranya yaitu:
1.
Ayat 281 surat Al-Baqarah, turun di Mina pada
saat terjadinya Haji Wada’.
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS.
Al-Baqarah:281).[47]
2.
Ayat 58 surat An-Nisa’. Ayat ini turun kepada
Nabi Muhammad Saw. berada di Ka’bah pada hari futuh.
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ
بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila
kamu menetapkan
hukum
di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan
adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’:58)[48]
3.
Ayat 176 surat An-Nisa’
يَسْتَفْتُونَكَ
قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَد وَلَهُ
أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَك وَهُوَ يَرِثُهَا
إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ فَإِ ن كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا
الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالا وَنِسَاء فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأنْثَيَيْنِ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
“Mereka meminta fatwa
kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai
anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki
mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga
dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris
itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang
saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”.(QS. An-Nisa’:176)[49]
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data
diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat dua
jenis ayat , yaitu ayat Makiyyah dan Madaniyyah. Makiyyah yang
berarti ayat yang turun sebelum nabi hijrah dan di turunkan di kota mekah
sedangkan Madaniyyah ayat yang
turun setelah nabi hijrah dan di turunkan di kota madinah. Akan tetapi tidak
semua prespektif itu benar, terdapat beberapa ayat yang turun di kota mekah
tapi di sebut ayat Madaniyyah seperti
yang terdapat dalam surat Surat Al-Hujurat ayat 13. Terdapat juga beberapa ayat
yang turun di Madinah akan tetapi di sebut surat Makiyyah seperti yang
terdapat dalam surat Surat
An-Nahl ayat 41. Oleh karena itu, mengetahui Makiyyah dan
Madaniyyah sangat penting, agar mudah untuk para ulama menafsirkan ayat
dalam Al-Qur’an dan agar mudah dalam menafsirkan hukum-hukum dalam Al-Qur’an.
Jadi kedudukan Makkiyyah dan Madaniyyah sangat penting dalam ‘Ulumul
Qur’an.
Daftar Rujukan
Sumbulah, Umi dkk. 2014. Studi Al-Qur’an dan
Hadis. Malang: UIN-Maliki Press.
Al-‘Aththar,
Dawud. 1994. Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Al-Maliki, Muhammad ibn Alwi. Qowa’idul
Asasiyah Fi ‘Ulumuil Qur’an. Mekah: Hai’ah As-Shofwah.
Anwar, Rosihan.
2009. Pengantar Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku. 2002. Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Thalhas,
T.H. 2008. Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an. Jakarta: Galura Pase, 2008.
Revisi:
1.
Tidak ditemukan indikasi copy-paste.
2.
Pendahuluannya
tolong diperbaiki. Buat pendahuluan menjadi pijakan dalam memahami konten
makalah.
3.
Pengulangan
footnote yang sama seperti sebelumnya, keterangan buku tidak perlu ditulis
secara keseluruhan, cukup dengan nama penulis, judul buku (lazimnya tiga),
halaman.
4.
Makalah
ini belum mencantumkan kegunaan mempelajari makkiyah dan madaniyah.
5.
Dari
beberapa pendapat terkait definisi makkiyah dan madaniyah, jelaskan mana
pendapat yang terkuat dan alasannya.
[1]Umi Sumbulah dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis,
(Malang: UIN-Maliki Press, 2014) hlm.136
[2]Muhammad ibn Alwi , Al-Maliki, Qowa’idul
Asasiyah Fi ‘Ulumuil Qur’an, (Mekah: Hai’ah As-Shofwah) hlm.11
[11]
T.H. Thalhas, Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an, (Jakarta: Galura
Pase, 2008) hlm. 41
[12]Umi
Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis,
(Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 138
[13]
Ibid.
[14]
Ibid.
[15]Ibid.
[16]
Ibid.
[17]Ibid.
[18]
Ibid.
[19] Teungku, Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002)
hlm. 81
[21] Teungku, Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002)
hlm. 81
[23] Ibid.
[24] Qur’an (21: 57)
[26] Ibid.
[27] Ibid.
[31] Teungku, Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002)
hlm. 82
[33]
Ibid.
[38]
Qur’an (21: 17)
[39]
Qur’an (100: 1)
[40]
Qur’an (8: 40)
[41]
Qur’an (49: 13)
[42]
Qur’an (5: 3)
[43]
Qur’an (5: 4)
[45]
Qur’an (16: 41)
[46]
Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan
Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 149
[48] Qur’an (4: 58)
[49] Qur’an (4: 176)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar