Senin, 03 Oktober 2016

Makkiyah dan Madaniyah (PAI D Semester III)




MAKIYYAH DAN MADANIYYAH

Achmad Ainur Ridlo, Siti Ulfa Nur Afifah
PAI D Semeter III
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang


Abstract: There are two types  verse in the Qur'an , they are  Makiyyah and Madaniyyah verse. They  are stated as Makiyyah’s verse if it’s down in Makkah and Madaniyyah if the verse was down in the city of Medina. There are "ya ayyuha al-nas"  in Makiyyah’s verse because it  is a book for the people of Makkah. Whereas ,for Madaniyyah’s verse there are stated "ya ayyuha al-ladzina amanu". But the opinion is not always true, because there ere also  letters which fell in Mecca but it is classified as Madaniyyah’verse, and some of verses was dropped in Medina but it’s classified as Makiyyah’verse. Some verses was down in Mecca but the law for Madaniyyah , such as in Al-Hujarat : 13, was down as  Fathu Mecca time , this verse was  stated as Madaniyyah because it’s  dropped after the Hijra’s time.  There are also verses down in Medina but the law for Makiyyah, because its book was  pointed to the residents of Mecca.
Keywoards: Makiyyah, Madaniyyah, The verses of the Qur’an

Pendahuluan
Surat Makkiyyah dan Madaniyyah  telah di sepakati penggunaanya oleh para Ulama. Permasalahan Makiyyah dan  Madaniyyah  sangatlah penting, sehingga barang siapa yang tidak memahami persoalan Makkiyyah dan Madaniyyah  tidak di perbolehkan menafsirkan  Al-Quran.
Karena sangat pentingnya mengetahui persoalan tersebut, maka para Ulama sangat menaruh perhatian yang sangat terhadap keduanya ini. Karena, jika tidak menguasainya, maka banyak faedah yang tidak dapat dipetik, dan banyak mengalami kesulitan dalam  mendalami Al-Quran.

Definisi Makiyyah dan Madaniyyah
Pembahasan tentang ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah  sesungguhnya adalah memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya[1].Para ulama berbeda beda dalam mendefinisikan Makkiyyah dan  Madaniyyah, dan ini terbagi menjadi tiga pendapat :
1.    Pendapat paling masyhur , mengatakan bahwa disebutayat Makkiyyah jika ayat tersebut turun sebelum Rosulullah hijrah, sedangkan dikatakan Madaniyyah jika ayat tersebut turun setelah Rosulullah hijrah, meskipun ayat tersebut turun di Makkah ataupun di Madinah, pada tahun fath ataupun tahun haji wada’, di saat Rosul hadir ataupun dalam keadaan safar, dan ini paling benarnya dalam pengertiannya.
2.    Dikatakan Makiyyah jika ayat tersebut turun di Makkah walaupun setelah Rosulullah hijrah. Dan  dikatakan Madaniyyah jika ayat tersebut turun di kota Madinah. Maka ayat yang turun dalam safarnya Rosullulah, tidak termasuk dari Makkiyyah dan Madaniyyah, akan tetapi disebut dengan ayat safari.
3.    Dikatakan Makkiyyah jika ayat-ayat yang khitabnya ditujukan kepada penduduk Makkah, dan dikatakan Madaniyyah  jika ayat-ayat yang khitabnya ditujukan kepada penduduk Madinah[2].

اَلْمَكِيُ : مَا نَزَلَ قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَةَ
وَ المدَنِيُ : مَا نَزَلَ بَعْدَ الِهجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ
فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَةَ أَوْ عَرَفَةَ مَدَنِيُ.

“Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekah atau di arafah.”

Dasar-dasar untuk Membedakan antara Makkiyyah dan  Madaniyyah
Para Ulama telah memberi batasan dalam membedakan ayat-ayat dan surah-surah Makkiyyah dan Madaniyyah dalam Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang menjadikan khithab (sasaran pembicaraan) yang ada di dalam ayat sebagai dasar untuk memebedakan keduanya. Ulama yang lain menjadikan tempat Rosulallah saw menerima wahyu sebagai dasar. Kelompok ketiga bersandar kepada hijrah Rosul saw. Sebagai dasar pembeda keduanya.
1.    Perbedaan Berdasarkan Karakteristik Personal Ayat dan Surah
Para ulama mengatakan bahwa ayat Makkiyyah adalah ayat-ayat yang di dalamnya terdapat redaksi: ya ayyuha al-nas, sebab ayat tersebut merupakan khitab bagi penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah  adalah ayat-ayat yang didalamnya terdapat khitab : Ya ayyuha al-ladzina amanu. Dengan anggapan bahwa penduduk Makkah belum menjadi muslim, maka apabila didalam ayat terdapat khitab: ya ayyuha al-nas, tahulah kita bahwa itu adalah ayat Makiyyah. Dan dengan anggapan bahwa penduduk Madinah telah menjadi muslim, maka apabila terdapat redaksi: Ya ayyuha al-ladzina amanu, maka tahulah kita bahwa itu adalah ayat Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi tersebut benar. Surat Al-Baqarah, umpamanya, termasuk katagori Madaniyyah padahal di dalamnya ada salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan “يايهاالناس ”. Lagi pula, banyak
ayat Al-Qur’an yang tidak dimulai dengan dua ungkapan diatas.[3]

Surat Al-Baqarah ayat 21:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah:21)[4]
Surat Al-Baqarah ayat 168:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al-Baqarah:168)[5]
2.    Perbedaan Berdasarkan Tempat
Bahwa sesungguhnya wahyu itu tidak diturunkan kecuali pada Rosulullah saw. Maka para Ulama menjadikan tempat beliau menerima wahyu sebagai dasar pembeda. Apabila Rosulullah saw. Berada di Makkah ketika menerima ayat atau surah, maka ayat tersebut termasuk Makiyyah. Tetapi surat An-Nisa’ ayat 58 termasuk Madaniyyah walaupun diturunkan di Mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekah (fath al-Makkah).

Bunyi ayatnya:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(QS. An-Nisa’:58)[6]

Surat Al-Ma’idah ayat 3 termasuk Madaniyyah walaupun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’.

Bunyi ayatnya:


عَلَيْكُمْ    نِعْمَتِى    وَرَضِيتُ    لَكُمُ    الْإِسْلٰمَ    دِينًا الْيَوْمَ    أَكْمَلْتُ    لَكُمْ    دِينَكُمْ    وَأَتْمَمْتُ  


“Padahal ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah:3)[7]


3.      Perbedaan Berdasarkan Waktu
Menjadikan hijrah sebagai dasar pembeda. Dengan demikian, ayat-ayat Makiyyah merupakan ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, turunnya di Madinah, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Nabi hijrah dan turunnya di Makkah. Yang menjadikan hijrah sebagai dasar pembeda antara ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah, maka dasar ini bisa mencakup semua ayat dan surat secara keseluruhan.[8]

Ciri-Ciri Surat Makkiyyah
           
1.        Terdapat lafadz kalla (كل) di sebagian besar atau seluruh ayatnya. Contohnya: (Al-Humazah:4)[9]
الْحُطَمَةِ فِي لَيُنْبَذَنَّ كَلَّا
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah” (QS. Al-Humazah:4).
2.        Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.[10]
3.        Terdapat ayat sajdah di dalamnya di setiap surat. Misalnya: Al-A’raf: 206, An-Nahl: 50, Al-Isra’: 107-109, Maryam: 85, Al-Furqan: 60.[11]
4.        Diawali huruf tahajji seperti qaf (ق), nun (ن), dan ha mim (حم).[12]
5.        Memuat kisah Adam dan Iblis (kecuali surah Al-Baqarah).[13]
6.        Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.[14]
7.        Di dalamnya terdapat khithab (seruan) kepada semua manusia (wahai semua manusia)[15]
8.        Menyeru dengan kalimat “Anak Adam”.[16]
9.        Isinya memberi penekanan pada masalah akidah.[17]
10.    Ayatnya pendek-pendek.[18]

Ciri-ciri Surat Makkiyyah yang bersifat aghlabiyah (umum)

1.      Ayat-ayatnya pendek-pendek, surat-suratnya pendek-pendek (An-Nass 6 ayat, Al-Ikhlas 4 ayat, Al-Falaq 5 ayat, Al-Lahab 5 ayat) nada perkataanya keras dan agak bersajak (Surat Al-Ashr)[19]
2.      Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah, hari akhir dan menggambarkan keadaan surga dan neraka.[20]
3.      Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempang di atas jalan kebajikan.[21]
4.      Mendebat orang-orang Musyrikin dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.[22]
5.        Banyak terdapat lafadz sumpah[23] (Surat Al-Anbiyaa’: 57)


 مُدْبِرِينَ تُوَلُّوا أَنْ بَعْدَ أَصْنَامَكُمْ لَأَكِيدَنَّ وَتَاللَّهِ

“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya” (QS. Al-Anbiyaa’).[24]


Ciri-Ciri Surat Madaniyyah

1.        Terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.[25]
2.        Terdapat hukum-hukum faraidl, hudud, qihahsh dan jihad.[26]
3.        Menyebut “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut yang diturunkan di Mekkah).[27]
4.        Memuat bantahan terdapat Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).[28]
5.        Memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan Al-ahwal Al-syakhshiyah.[29]
6.        Ayatnya panjang-panjang.[30]
7.        Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka di ajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali-Imran, At-Taubah dan lain-lain.[31]


Ciri-ciri Surat Madaniyyah yang bersifat aghlabiyah (umum)

1.      Suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta jelas menerangkan hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.[32]
2.      Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil yang menunjukkan kepada ha kikat-hakikat keagamaan.[33]

Surat Makiyyah

Adapun macam-macam dari surat Makkiyyah[34] adalah:

No. Urut
Nomor Surat
Nama Surat
1.       
2.       
3.       
4.       
5.       
6.       
7.       
8.       
9.       
10.   
11.   
12.   
13.   
14.   
15.   
16.   
17.   
18.   
19.   
20.   
21.   
22.   
23.   
24.   
25.   
26.   
27.   
28.   
29.   
30.   
31.   
96
68
73
74
1
111
81
87
92
89
93
94
103
100
108
102
107
109
105
113
114
112
53
80
97
91
85
95
106
101
75

Al-‘Alaq
Al-Qalam
Al-Muzzammil
Al-Muddatstsir
Al-Fatihah
Al-Lahab
At-Takwir
Al-A’la
Al-Layl
Al-Fajr
Ad-Dhuha
Al-Insyirah
Al-‘Ashr
Al-‘Adiyat
Al-Kawtsar
Al-Takatsur
Al-Ma’un
Al-Kafirun
Al-Fiil
Al-Falaq
An-Nas
Al-Ikhlash
An-Najm
‘Abasa
Al-Qadr
As-Syams
Al-Buruj
At-Tin
Al-Quraisy
Al-Qariah
Al-Qiyamah









Surat Madaniyyah

Adapun surat Madaniyyah[35] antara lain:

No. Urut
Nomor Surat
Nama Surat
1.       
2.       
3.       
4.       
5.       
6.       
7.       
8.       
9.       
10.   
11.   
12.   
13.   
14.   
15.   
16.   
17.   
18.   
19.   
20.   
21.   
22.   
23.   
2
8
73
33
60
4
57
47
65
59
24
22
63
58
49
66
64
61
62
48
5
9
110
Al-Baqarah
Al-Anfal
Ali-Imran
Al-Ahzab
Al-Mumthanah
An-Nisa’
Al-Hadid
Muhammad
At-Thalaq
Al-Hasyr
An-Nur
Al-Hajj
Al-Munafiqun
Al-Mujadilah
Al-Hujurat
At-Tahrim
At-Taghabun
Al-Shaf
Al-Jumah
Al-Fath
Al-Ma’idah
At-Tawbah
Al-Nashr

Surat Makkiyyah yang mirip Madaniyyah

“Pelanggaran hukum yang menyebabkan had” padahal sebelum rosulullah saw meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal, ayat-ayat inilah yang disebut Makiyyah mirip Madaniyyah. Azzarkasyi memasukkan ayat 114 surat Hud kedalam kategori jenis surat ini. Ayat tersebut menurut azzarkasyi terus berhubungan dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang membeli kurma kepadanya.[36]

Surat Madaniyyah yang mirip Makkiyyah

Materi mengenai Makkiyyah dan Madaniyyah yang terdapat di dalam kitab Al-Burhan fii ulumul quran terbilang lengkap. Didalam kitab itu, hanya ada tiga ayat Madaniyyah yang mirip makiyyah,[37] yaitu:
1.      Surat Al-Anbiya’ ayat 17 , yang turun sehubungan dengan kedatangan delegasi kaum Nasrani Najran.


لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ
“Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).” (QS. Al-Anbiya’:17)[38]
2.      Surat Al-Adiyat ayat 1
وَالْعَادِيَاتِضَبْحًا
“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,”(QS. Al-Adiyat:1)[39]
3.        Surat Al-Anfal ayat 32

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةمِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَابِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (QS. Al-Anfal:32)[40]

Surat yang Turun di Mekkah dan Hukumnya Madaniyyah

Ayat-ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyyah adalah sebagai berikut:

1.      Surat Al-Hujurat ayat 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakankamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat:13)[41]

2.      Surat Al-Ma’idah ayat 3-5


حُرِّمَتْ    عَلَيْكُمُ    الْمَيْتَةُ    وَالدَّمُ    وَلَحْمُ    الْخِنزِيرِ    وَمَآ    أُهِلَّ    لِغَيْرِ    اللّٰـهِ    بِهِۦ    وَالْمُنْخَنِقَةُ    وَالْمَوْقُوذَةُ    وَالْمُتَرَدِّيَةُ    وَالنَّطِيحَةُ    وَمَآ    أَكَلَ    السَّبُعُ    إِلَّا    مَا    ذَكَّيْتُمْ    وَمَا    ذُبِحَ    عَلَى   النُّصُبِ    وَأَن    تَسْتَقْسِمُوا۟    بِالْأَزْلٰمِ    ۚ    ذٰلِكُمْ    فِسْقٌ    ۗ    الْيَوْمَ    يَئِسَ    الَّذِينَ    كَفَرُوا۟    مِن    دِينِكُمْ    فَلَا    تَخْشَوْهُمْ    وَاخْشَوْنِ    ۚ    الْيَوْمَ    أَكْمَلْتُ    لَكُمْ    دِينَكُمْ    وَأَتْمَمْتُ    عَلَيْكُمْ    نِعْمَتِى    وَرَضِيتُ    لَكُمُ    الْإِسْلٰمَ    دِينًا    ۚ    فَمَنِ    اضْطُرَّ    فِى    مَخْمَصَةٍ    غَيْرَ    مُتَجَانِفٍ    لِّإِثْمٍ    ۙ    فَإِنَّ    اللّٰـهَ    غَفُورٌ    رَّحِيمٌ    ﴿المائدة:٣﴾

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Ma’idah:3)[42]


يَسْـَٔلُونَكَ    مَاذَآ    أُحِلَّ    لَهُمْ    ۖ    قُلْ    أُحِلَّ    لَكُمُ    الطَّيِّبٰتُ    ۙ    وَمَا    عَلَّمْتُم    مِّنَ    الْجَوَارِحِ    مُكَلِّبِينَ    تُعَلِّمُونَهُنَّ    مِمَّا    عَلَّمَكُمُ    اللّٰـهُ    ۖ    فَكُلُوا۟    مِمَّآ    أَمْسَكْنَ    عَلَيْكُمْ    وَاذْكُرُوا۟    اسْمَ    اللّٰـهِ    عَلَيْهِ    ۖ    وَاتَّقُوا۟    اللّٰـهَ    ۚ    إِنَّ    اللّٰـهَ    سَرِيعُ    الْحِسَابِ    ﴿المائدة:٤﴾

“Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”. Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.”(QS. Al-Ma’idah:4)[43]





الْيَوْمَ    أُحِلَّ    لَكُمُ    الطَّيِّبٰتُ    ۖ    وَطَعَامُ    الَّذِينَ    أُوتُوا۟    الْكِتٰبَ    حِلٌّ    لَّكُمْ    وَطَعَامُكُمْ    حِلٌّ    لَّهُمْ    ۖ    وَالْمُحْصَنٰتُ    مِنَ    الْمُؤْمِنٰتِ    وَالْمُحْصَنٰتُ    مِنَ    الَّذِينَ    أُوتُوا۟    الْكِتٰبَ    مِن    قَبْلِكُمْ    إِذَآ    ءَاتَيْتُمُوهُنَّ    أُجُورَهُنَّ    مُحْصِنِينَ    غَيْرَ    مُسٰفِحِينَ    وَلَا    مُتَّخِذِىٓ    أَخْدَانٍ    ۗ    وَمَن    يَكْفُرْ    بِالْإِيمٰنِ    فَقَدْ    حَبِطَ    عَمَلُهُۥ    وَهُوَ    فِى    الْاٰخِرَةِ    مِنَ    الْخٰسِرِينَ    ﴿المائدة:٥﴾

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Ma’idah:5)[44]

Surat Al-Hujurat ayat 13, turun pada waktu Fathu Mekah. Ayat ini dinyatakan Madaniyyah karena turun sesudah hijrah, dan tiga ayat surat Al-Ma’idah, yakni ayat 3, 4, dan 5 turun pada hari Jumat. Di waktu itu umat Islam tengah wuquf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini dilaksanakan Rasulullah saw. Setelah beliau berhijrah. Maka, ketiga ayat diatas diklasifikasikan sebagai ayat-ayat Madaniyyah kendatipun turun di Arafah dan diketahui Arafah adalah kawasan sekitar Mekkah.

Surat yang Turun di Madinah dan Hukumnya Makiyyah
1.    Surat An-Nahl ayat 41

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُ    

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka di aniaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An-Nahl:41)[45]

Bila melihat kasus surat An-Nahl ayat 41, tampaknya kemungkinan benar, sebab Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat Madaniyyah yang hukumnya Makiyyah, oleh karena khithab-nya ditunjukan kepada penduduk Mekkah.[46]
2.    Awal surat Al-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyyah, tetapi khithab-nya ditunjukan kepada penduduk Mekkah.

Ayat-Ayat yang Turun di Perjalanan
Terdapat beberapa ayat yang turun di perjalanan, diantaranya yaitu:
1.      Ayat 281 surat Al-Baqarah, turun di Mina pada saat terjadinya Haji Wada’.

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah:281).[47]

2.      Ayat 58 surat An-Nisa’. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad Saw. berada di Ka’bah pada hari futuh.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(QS. An-Nisa’:58)[48]

3.      Ayat 176 surat An-Nisa’

يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَد وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَك وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ فَإِ ن كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالا وَنِسَاء فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأنْثَيَيْنِ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS. An-Nisa’:176)[49] 
Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat dua jenis ayat , yaitu ayat Makiyyah  dan Madaniyyah. Makiyyah yang berarti ayat yang turun sebelum nabi hijrah dan di turunkan di kota mekah sedangkan Madaniyyah  ayat yang turun setelah nabi hijrah dan di turunkan di kota madinah. Akan tetapi tidak semua prespektif itu benar, terdapat beberapa ayat yang turun di kota mekah tapi di sebut ayat  Madaniyyah seperti yang terdapat dalam surat Surat Al-Hujurat ayat 13. Terdapat juga beberapa ayat yang turun di Madinah akan tetapi di sebut surat Makiyyah seperti yang terdapat dalam surat Surat An-Nahl ayat 41. Oleh karena itu, mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah sangat penting, agar mudah untuk para ulama menafsirkan ayat dalam Al-Qur’an dan agar mudah dalam menafsirkan hukum-hukum dalam Al-Qur’an. Jadi kedudukan Makkiyyah dan Madaniyyah sangat penting dalam ‘Ulumul Qur’an.



Daftar Rujukan

Sumbulah, Umi dkk. 2014. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN-Maliki Press.
Al-‘Aththar, Dawud. 1994. Perspektif  Baru Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Hidayah.
Al-Maliki, Muhammad ibn Alwi. Qowa’idul Asasiyah Fi ‘Ulumuil Qur’an. Mekah: Hai’ah As-Shofwah.
Anwar, Rosihan. 2009. Pengantar Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Thalhas, T.H. 2008. Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an. Jakarta: Galura Pase, 2008.

Revisi:
1.      Tidak ditemukan indikasi copy-paste.
2.      Pendahuluannya tolong diperbaiki. Buat pendahuluan menjadi pijakan dalam memahami konten makalah.
3.      Pengulangan footnote yang sama seperti sebelumnya, keterangan buku tidak perlu ditulis secara keseluruhan, cukup dengan nama penulis, judul buku (lazimnya tiga), halaman.
4.      Makalah ini belum mencantumkan kegunaan mempelajari makkiyah dan madaniyah.
5.      Dari beberapa pendapat terkait definisi makkiyah dan madaniyah, jelaskan mana pendapat yang terkuat dan alasannya.




[1]Umi Sumbulah dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2014) hlm.136
[2]Muhammad ibn Alwi , Al-Maliki, Qowa’idul Asasiyah Fi ‘Ulumuil Qur’an, (Mekah: Hai’ah As-Shofwah) hlm.11
[3] Rosihan, Anwar, Pengantar Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2009) hlm. 116
[4] Qur’an (2 : 21)
[5] Qur’an (2 : 168)
[6] Qur’an (4 : 58)
[7] Qur’an (5 : 3)
[8] Dawud, Al-‘Aththar, Perspektif  Baru Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994) hlm. 143
[9] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 138
[10] Ibid
[11] T.H. Thalhas, Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an, (Jakarta: Galura Pase, 2008) hlm. 41
[12]Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 138
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15]Ibid.
[16] Ibid.
[17]Ibid.
[18] Ibid.
[19] Teungku, Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 81
[20] Ibid.
[21] Teungku, Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 81
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] Qur’an (21: 57)
[25] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 138
[26] Ibid.
[27] Ibid.
[28] T.H. Thalhas, Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an, (Jakarta: Galura Pase, 2008) hlm. 42
[29] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 139
[30] Ibid.
[31] Teungku, Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 82
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 143
[35] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 146
[36] Ibid. 149.
[37] Ibid. 150.
[38] Qur’an (21: 17)
[39] Qur’an (100: 1)
[40] Qur’an (8: 40)
[41] Qur’an (49: 13)
[42] Qur’an (5: 3)
[43] Qur’an (5: 4)
[44] Qur’an (5: 5)
[45] Qur’an (16: 41)
[46] Umi Sumbullah, dkk, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Malang: Uin Maliki Press, 2014) hlm. 149
[47] Qur’an (2: 281)
[48] Qur’an (4: 58)
[49] Qur’an (4: 176)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar