KITAB – KITAB HADITS
Aditiya Chandra I M dan
Syafrillah Prihatini
PAI D Semester III
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
E-mail: aditiyacim@gmail.com
Abstract:Hadith is something narrated
from the Prophet Muhammad SAW, in the form of say, deeds, its provisions, the
nature of physical or moral nature, the trip after being appointed as a prophet
Muhammad SAW and sometimes earlier, so that the meaning here to convey the same
hadith sunnah. division type of hadith by chapter or section is divided into
four, namely; type jami’, type musnad, type muwathatha’, and type sunan. Parted
by hadith narrators is six books (Kutub al-Sittah) and nine books (Kutub
at-Tis'ah).
Keywords:Hadith, Encyclopedia and
Miscellaneous of Hadith.
Pendahuluan
Keberadaan
hadits sebagai salah satu sumber ajaran islam memiliki perkembangan dan
penyebaran yang kompleks. Sejak dari zaman sebelum pembukuan, zaman Nabi, zaman
sahabat, dan zaman tabiin hingga setelah pembukuan. Sebelum sampai masa
pembukuan, penulisan hadis seringkali menjadi bahan kontroversi di
kalangan sebagian kaum muslim maupun non muslim. Ada sebagian yang menolak
untuk menerima otentisitas Hadis Nabi lantaran mereka berargumen bahwa Hadis
Nabi ditulis dan dibukukan dua abad sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad.
Hadits merupakan pelengkap untuk Al-Quran.
Berdasarkan
hal tersebut, tidak kalah pentingnya dengan mempelajari Al-Quran, karena Hadits
menjadi pelengkap, yang dapat melengkapi Al-Quran. Seperti tata cara yang belum
ada pada Al-Quran. Berikut merupakan kitab-kitab hadits berdasarkan babnya.
Pengertian Kitab-Kitab Hadits
1. Tipe
Jami’
Secara
bahasa kata jami' berarti sesuatu yang menghimpun, mencakup, dan
menuatukaan. Menurut terminologi ahli hadis, jami’ adalah tipe
penyusunan kitab-kitab hadis yang memuat hadis-hadis berbagai masalah keagamaan
seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, safar dan
berada di rumah, tafsir, sejarah, kebiasaan hidup, perbuatan baik dan buruk,
dan sebagainya. Dengan kata lain, tipe jami' ini mencakup semua aspek
keagamaan tidak hanya terbatas terhadap bidang fiqih saja.[1]
Kitab-kitab
yang disusun menggunakan tipe jami' mempunyai karakter atau bentuk tersendiri
berbeda dengan tipe-tipe yang lain. Karakteristik tipe penyusunan kitab jami'
sebagai berikut:
a. Penyusunan
kitab secara topikal berdasarkan bab-bab fiqh;
b. Penyusunan
bab-babnya dilakukan secara tertata
c. Kebanyakan
hadis-hadisnya marfu’
d. Kualitas
hadisnya kebanyakan sahih
e. Memuat
hadis-hadis berbagai masalah keagamaan seperti akidah, hukum, perbudakan, tata
cara makan dan minum, safar dan berada di rumah, tafsir, sejarah,
kebiasaan hidup, perbuatan baik dan buruk, dan sebagainya.
Kitab-kitab
yang ditulis menggunakan tipe jami' totalnya cukup banyak yaitu:
a. Kitab
karya Muhammad ibn Ismail al-Bukhariyang berjudul al-Jâmi' al-Shahih al-Musnad
al-Mukhtashar min Umur Rasul Allah Shalla Allah 'alayh wa Sallam wa Sunanih wa
Ayyamih yang dikenal dengan Shahih al-Bukhari.
b. Kitab
al-Jami' al-Shahih karya Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyayri al-Naysaburi dan
al-Jami' al-Shahih oleh Abu 'Isa Muhammad ibn 'Isa al-Turmudzi.
c. Kitab
al-Jami' karya Ma'mar ibn Rasyid al-Azdi al-Bashari.
d. Kitab
al-Jami' karya Sufyan al-Tsawri.[2]
2. Tipe
Musnad
Kitab
hadis yang disusun menurut nama-nama sahabat yang meriwayatkannya menggunakan tipe
musnad. Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu dikelompokkan
menjadi satu, demikian pula hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang
lain. Misalnya, hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah dikumpulkan
menjadi satu tanpa membedakan topik dan pokoknya. Demikian pula hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh İbn 'Abbas, dan setelahnya. Urutan nama-nama sahabat
dalam musnad itu sebagian berdasarkan huruf hijaiyah, ada yang berdasar pada
kabilah dan suku, serta sebagian yang lain berdasar yang terlebih dahulu masuk
agama islam, atau berdasar negara di mana mereka lahir atatı tinggal.
Dengan
kata lain, tipe musnad digunakan dalam kitab yang menghimpun hadis-hadis
berdasar nama sahabat. Menurut sebagian ahli hadis, tipe musnad adalah tipe
penyusunan kitab hadis berdasarkan bagian-bagian fiqih atau berdasarkan huruf-huruf
hijaiyah, tidak berdasarkan nama sahabat, karena pada dasarnya hadis riwayat
sahabat bernilai musnad dan marfu' kepada Rasulullah, seperti
Musnad al- Bayhaqi ibn Alakhlaq al-Andalusi yang disusun berdasar bagian-bagian
fiqih.
Karakteristik
kitab-kitab hadis yang ditulis berdasar tipe musnad sebagai berikut:
a. Disusun
berdasarkan nama-nanıa sahabat yang meriwayatkan hadis.
b. Hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu dikelompok. kan menjadi satu, demikian
pula hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain.
c. Urutan
nama-nama sahabat dalam musnad itu sebagian berdasarkan huruf hijaiyah, ada
yang berdasar pada kabilah dan suku serta sebagian yang lain berdasar yang
terlebih dahulu masuk Islam atau berdasar negara di mana mereka Iahir atau tinggal.
d. Sebagian
tipe musnad disusun berdasarkan bab-bab fiqh atau berdasarkan huruf-huruf
hijaiyah.
Kitab-kitab
hadis yang disusun menggunakan tipe musnad ini sangat banyak hingga
mencapai ratusan kitab. Menurut al-Kattani dalam al-Risalah al-Mustathrafah,
kitab-kitab musnad tersebut berjumlah 82 kitab. Kitab-kitab itu antara
lain:
a. Musnad Ahmad karya Ahmad ibn Hanbal
(wafat 241 Hijriyah)
b. Musnadal-Humaydi karya Abu Bakar 'Abd Allah
ibn al-Zubayr al-Humaydi
c. Musnad Abi Dawud oleh Abu Dawud
Sulayman ibn Dawud al-Thiyalisi (wafat 204 H Hijriyah)
d. Musnad
al-Umawi oleh
As'ad ibn Musa al-Umawi (wafat 212 H Hijriyah)
e. Musnad karya Musaddad ibn Musarhad
al-Asadi al-Bashari (wafat 228 Hijriyah)
3. Tipe
Muwaththa
Secara
bahasa, muwaththa' berarti sesuatu yang dipersiapkan (al-muhayya’)
dimudahkan (al-muyassar). Menurut istilah ulama hadis. muwaththa' adalah
tipe pembukuan kitab hadis yang didasarkan pada klasifikasi hukum Islam (abwab
al-fiqhiyyah) dengan mencantumkan hadis-hadis marfu' (disandarkan
pada Nabi), mawquf (disandarkan pada sahabat), dan maqthu' (disandarkan
pada tabi’in).[3]
Dari kata muwaththa' timbul kesan bahwa motivasi pembukuan hadis dengan
tipe ini adalah untuk memudahkan orang dalam menemukan hadis kandungan kitab
ini adalah hadis Nabi, fatwa sahabat, dan pendapat tabi’in. Berdasar definisi
di atas, karakteristik tipe muwaththa' adalah:
a. Disusun
berdasar bab tertentu, biasanya klasifikasi hukum Islam,
b. Mencantumkan
hadis-hadis marfu', mawquf, dan maqthu'; dan
c. Di
dalamnya terdapat hadis-hadis sahih, hasan, dan dha'if.
Ada dua
kemungkinan latar belakang penyebutan nama muwaththa': Pertama,
pengarangnya telah memudahkan dan mempersiapkannya kepada masyarakat,
sebagaimana dimaksud dalam pengertian secara bahasa di atas. Kedua,
kitab ini disepakati oleh sebagian ulama. Imam Malik menyebut kitabnya dengan muwaththa'
sebab ia pernah berkata bahwa kitab yang disusunnya itu diajukan kepada tujuh
puluh ahli fiqh Madinah kemudian mereka berkata, "Wa athani 'alayh
(dia sependapat denganku)", kemudian kami menyebutnya dengan Muwaththa'
(yang disepakati).[4]
Kitab-kitab
yang menggunakan tipe muwaththa' disusun Oleh para ulama antara Iain Ibn
Abi Dzi'b (wafat 158 H), Malik ibn Anas (wafat 1 79 H), Abu Muhammad al-Marwazi
(wafat 293 H), dan Iain-Iain.[5]
Dari sekian banyak kitab al-Muwaththa' itu yang paling dikenal adalah karya
Malik ibn Anas sehingga jika disebut al-Muwaththa' yang dimaksudkan
adalah kitabnya itu.
4. Tipe
Sunan
Kata sunan
bentuk jamak dari kata sunnah, menurut terminologi ahli hadis adalah
kitab-kitab hadis yang disusun berdasar bagian-bagian fiqih dan hanya memuat
hadis-hadis marfu', tidak memuat hadis-hadis marfu', tidak memuat
hadis-hadis mawdu’ dan maqthu’, sebab menurut mereka hadis mawdu’
dan maqthu’ tidak termasuk sunnah melainkan termasuk hadis.
Apabila
dalam kitab sunan terdapat hadis yang mawqûfdan nıaqthû' maka jumlahnya hanya
sedikit saja, berbeda dengan penyusunan kitab berdasar tipe muwatlıtha ' dan
mushannafyang banyak memuat hadis. hadis nıawqûf dan maqthû', meskipun tipe
penyusunannya sama berdasarkan bab fiqh. Dengan demikian, karakteristik tipe
sunan adalah:
a. Bab-babnya
berurutan berdasarkan bagian-bagian fiqih
b. Penyusunan
bagiannya dilakukan secara tertata dan urut
c. Hanya
memuat hadis-hadis marfu' saja, dan kalaupun ada yang mawquf dan maqthu’
jumlahnya sangat sedikit,
d. Terkontaminasi
antara hadis sahih, hasan, dan dha'if
e. Pada
segelincir kitab diperlihatkan penjelasan tentang kualitas hadis yang
berhubungan.
Kitab
yang disusun menggunakan tipe ini cukup banyak. Di antaranya adalah:
a. Kitab Sunan
Abi Dawud oleh Abu Dawud al-Sijistani
b. Kitab Sunan
Ibn Majah oleh İbn Majah al-Qaswayni
c. Kitab Sunan
al-Nasu’i oleh al-Nasa'i yang dikenal semula kitabnya diberi nama al-Mujtaba’
d. Kitab Sunan
al-Bayhaqi oleh Ahmad ibn Husayin al- Bayhaqi
e. Kitab Sunan
al-Daruquthni oleh 'Ali ibn 'Umar al-Daruquthni.[6]
Komposisi Enam Kitab
Abad ketiga Hijriyah merupakan waktu terbaik untuk menyusun
atau menghimpun hadis Nabi di dunia Islam, Waktu itulah hidup enam penghimpun
ternama Hadis Shahih yaitu:
1. Imam
Bukhari (194-256 H)
a. Biografi
Singkat
Banyak
tokoh Islam yang dikenal sebagai penghimpun dan penyusun hadis-hadis Nabi
Muhammad SAW diantaranya yakni memperoleh gelar Amirul Mu’minin fil-hadis, yang
berarti pemimpin orang mukmin dalam hadis, gelar tersebut diberikan kepada Imam
Bukhari sebagai ahli hadits tertinggi. Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah
Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah ibn Bardizbah. Yang dikenal
sebagai Imam Bukhari. Beliau lahir pada 13 Syawal 194 H.[7]
b. Karya-karya
Imam Bukhari
Di
antara sebagian hasil imam bukhari yaitu sebagai berikut:
1) Al-Jami’
as-Shahih.
2) Al-Adab
al-Mufrad.
3) At-Tarikh
as-Sagir.
4) At-Tarikh
al-Awsat.
5) At-Tarikh
al-Kabir.
c. Metodeologipenyusunan
Kitab Shahih Bukhari
Secara
rinci, metodologi yang digunakan oleh imam Bukhari dalam menyusun kitab
shahihnya sebagai berikut:
1) Dalam
meriwayatkan hadis, beliau memilih sanad hadis yang diriwayatkan oleh perowi
yang paling sempurna dari sanad-sanad yang ada. Hal itu dapat beliau ketahui
dari pengalaman beliau menyusun kitab tarikh yang berisi biografi dan
perjalanan para perowi.
2) Dalam
shahihnya, beliau membagi menjadi sembilan puluh satu sub bahasan (kitab).
Dengan sekian sub bahasan, menjadikan kitab shahih Bukhari sebagai kitab yang
jami' (paling mencakup) dari enam kitab hadis yang ada.
3) Memiliki
susunan dan penataanyang amat sempurna. Dengan diawali dari kitab (bahasan)
tentang bad'u al-wahyu (permulaan wahyu), yang mengisyaratkan bahwa agama ini
asal muasalnya berasal dari wahyu kemudian disusul dengan kitab al-iman,
kemudian al-'llm lalu wudhu'.
4) Dalam
penyusunannya, beliau menantumkan banyak sub bahasan yang berkaitan dengan
hukum-hukum ssyariat, sejarah, pembudakan, zuhud, adab dan etika, aqidah, tanda-tanda kiamat, tafsir, dan
lain-lain.
5) Hadis-hadis
yang terdapat dalamshahihnya merupakan hadis pilihan dari ratusan ribu hadis,
dan diambil khusus yang memiliki derajat yang amat sempurna. Hal ini sesuai
dengan nama kitab shahihnya, yaitu al-Jami' al-Musnad al-Shahih.
2. Imam
Muslim (206-261 H)
a. Biografi
Singkat
Penghimpun
dan penyusun hadis terbaik kedua setelahImam Bukhari adalah Imam Muslim. Nama
lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz
al-Qusyairi al-Naisaburi. la juga mengarang kitab as-Shahih (terkenal dengan Shahih Muslim). la salah seorang ulama
terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini. la dilahirkan di Naisabur
pada tahun 206 H. menurut pendapat yang shahih sebagaimana dikemukakan oleh
al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya 'Illama'ul-Amsar.[8]
b. Karya-karya
Imam Muslim
Imam
Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya:
1) Al-Jami'
ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Shahih Muslim
2) Al-Mnsnad
al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits)
3) Kitab
al-Asma wal-Kuna
4) Kitab
al-Aqran
5) Kitab
Su’salatihi Ahmnd bin Hambal
Di
antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfaat luas, serta
masih tetap beredar hingga kini ialah alJami' al-Shahih, terkenal dengan Shahih
Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling shahih dan
murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Shahih ini diterima baik oleh semua umat
Islam.
c. Metodologi
Penyusunan Kitab Shahih
1) Sebagaimana
imam Bukhari, penyusunan hadis, tidak bermaksud menginfentarisir semua hadis
shahih yang beliau ketahui. Hal tersebut beliau lakukan untuk meringkas dan
merangkum hadits Nabi Muhammad dalam satu kitab karyanya.
2) Imam
Muslim di dalam penulisan sahihnya beliau tidak membuat judul setiap bab secara
terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian
naskah sahih Muslim yang sudah dicetak.
3) Mengenai
metode penyusunan hadis,menerapkan prinsip-prinsip ilmu jarh, dan ta'dil,
yakni suatu ilmu yang digunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadits.
Beliau juga menggunakan sighat at tahammul (metode-metode penerimaan
riwayat), seperti haddasani (menyampaikan kepada saya), landdasana(menyampaikan
kepada kami), akhbarani (mengabarkan kepada saya), akhabarana
(mengabarkan kepada kami), dan qaalaa (ia berkata).
3. Imam Abu
Daud (202-275 H)
a. Biografi
Singkat
Setelah
imam Bukhari dan imam Muslim, kini giliran imam Abu Daud yang juga merupakan
tokoh kenamaan ahli hadis pada zamannya. Kealiman, kesalihan, dan kemuliaannya
semerbak mewangi hingga kini.
Abu Daud
nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad
bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti,
tokoh terbana para ahli hadis setelah dua imam hadis Bukhari dan Muslim serta
pengarang kitab Sunan. la dilahirkan pada tahtın 202 H/817 M di Sijistan.
b. Karya-karyanya
Imam Abu
Daud banyak memiliki karya, antara lain:
1) Kitab
as-Sunnan (Sunan Abu Daud).
2) Kitab
al-Marasil.
3) Kitab
al-Qadar.
4) An-Nasikh
wal-Mansukh.
5) Fada'il
al-A'mal.
6) Kitab
az-Zuhd.
7) Dala'il
an-Nubuwah. S. lbtida' al-Wahyu.
8) Ahbar
al-Khawarij.[9]
Di
antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi dan masih tetap beredar
adalah kitab Sunannya, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Daud.
c. Metodologi
Penyusunan Kitab Sunan Abi Daud
Dalam
menyusun sunannya, ada beberapa langkah yang beliau lakukan:
1) Abu Daud
dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis shahih semata sebagaimana
yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula
hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang
tidak disepakatioleh para imam hadis untuk ditinggalkannya. Adapun sangat lemah
ia jelaskan kelemahannya secara mendetail.
2) Kualitas
hadisnya menempati peringkat ketiga setelah Bukhari dan Muslim. Beliau
meriwayatkan hadis-hadis dari para perowi di bawah kualitas perowi Bukhari dan
Muslim
3) Abu Daud
membagi kitab sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula
ke dalam beberapa bab. Jumlah kitabnya sebanyak 35 buah, diantaranya ada 3
kitab kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak
1.871 bab.
4) Dalam
sunannya, beliau memasukkan 4.800 buah hadis. Namun sebagian ulama ada yang
menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahwa
sebagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadis yang diulang-ulang
sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih.
5) Dalam
meriwayatkan hadis yang sejalan dari beberapa riwayat, beliau menjelaskan
perbedaan yang terdapat pada tiap riwayat dengan cukup detail. Cara ini
memberikan banyak manfaat bagi orang yang membacanya.
4. Imam
Tirmidzi (209-279 H)
a. Biografi
Singkat
Imam
al-Hafidz Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak
al-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadis kenamaan dan pengarang berbagai
kitab yang masyhur lahir pada 209 H di kota Tirmidz. Imam Tirmidzi, di samping
dikenal sebagai ahli dan penghafal hadis yang mengetahui kelemahan-kelemahan
dan periwayat-periwayatnya juga dikenal sebagai ahli fiqih yang mewakili
wawasan dan pandangan luas.
b. Karya-karyanya
Imam
Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:
1) Kitab
al-Jami', terkenal dengan sebutan sunan at-Tirmidzi.
2) Kitab
al-‘Ilal.
3) Kitab
at-Tarikh.
4) Kitab
asy-Syama'il an-Nabawiyyah.
5) Kitab
az-Zuhd.
6) Kitab
al-Asma' wal-kuna.
c. Metodologi
Penyusunan Sunan Imam Tirmidzi
Adapun
metode yang beliau lakukan dalam menyusun hadis dalam sunannya terlihat sebagai
berikut:
1) Imam
Tirmidzi di dalam sunannya tidak hanya meriwayatkan hadis shahih semata, tetapi
dan mu'allaljuga meriwayatkan hadis-hadis hasan, dha'if, gharib dan mu’allal
dengan menerangkan kelemahannya.
2) Beliau
tidak meriwayatkan dalam kitabnya kecuali hadis-hadis yang diamalkan atau
dijadikan pegangan oleh ahli fiqih. Metode demikian ini merupakan cara atau
syarat yang longgar. Oleh karenanya, ia meriwayatkan semua hadis yang memiliki
nilai demikian, baik jalan periwayatannya shahih ataupun tidak.
3) Hadis-hadis
yang diriwayatkan tidak sebatas hadis ahkam, namun mencakup juga hadis-hadis
tentang fadhoil, manaqib, adab, dan menyinggung juga hadis yang
terkait dengan tafsir.
4) Dalam
meriwayatkan hadis, beliau selalu memberikan komentar akan status hukum atau
kualitas setiap hadis.
5. Imam An-Nasa'i
(215-303 H)
a. Biografi
Singkat
Nama
panjangnya adalah Abu Abdu Al-Rahman Ahmadbin Syu’aib bin Ali bin Bahr bin
Sinan Al-Nasa’i. Beliau dilahirkan pada tahun 225 Hijriyah, dan beliau wafat
pada tahun 303 Hijriyah di Mekkah dan dimakamkan di Mekkah pula.[10]
b. Karya-karyanya
Imam
Nasa’i telah menulis beberapa kitab besar yang lumayan banyak jumlahnya, yang
diantaranya yaitu:
1) As-Sunan
al-Kubra
2) As-Sunan
as-Sughro (Al-Mujtaba)
3) Al-Khasha’ish
4) Fada’il
as-Shahabah
5) Al-Manasik
c. Metodologi
Pcnyusunan Sunan An-Nasa'i
Hadis-hadis
Imam Tirmidzi diriwayatkan ('leh para ulama yang tidak sedikit jumlahnya,
Anlara lain Abul Qasim at-Tabarani, penulis tiga buah Nlu'jaın, Abu Ja'far
at-Tahawi, al-Hasan bin al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu'awiyyah bin
al-Ahmar al-Andalusi dan Abu Bakar bin Ahmad as-Sunni, perawi Sunan Nasa'i.
Dalam
sunannya Imam Nasa'i melakukan beberapa langkah dalam proses penyusunan hadis,
di antaranya:
1) Kitab
ini disusun khusus untuk hadis-hadis yangberkaitan dengan hukum, sesuai dengan
namanya. Dalam hal ini, kandungan hadis-hadis mirip dengan sunan-sunan yang
lain.
2) Kitab
sunan ini berisai 51 bab. Dalam bab tersebut terdapat dan tercantum rincian dan
uraian yang hampir tidak dijumpai pada kitab sunan lainnya.
3) Melakukan
pengulagan hadis dengan gaya yang berbeda, sebagaimana dilakukan oleh
pendahulunya Bukhari dan Muslim.
4) Dalam
meriwayatkan hadits, beliau sering menimbang, dan menujukkan perbedaan antara
satu hadits dengan hadits yang lainya. Di bagian lain beliau menyebutkan
kelemahan hadits-hadits yang diriwayatkan secara rinci.
Demikian
apa yang telah dilakukan oleh sang imam hingga mampu menghasilkan sebuah karya
yang hingga kini masih populer dan dijadikan sumber rujukan dalam bidang hadis
dan menjadi salah satu dari al-kutub as-sittah al-mu’tabarah.
6. Imam Ibn
Majah (209-273 H)
a. Biografi
Singkat
Imam Ibn
Majah dilahirkan di Qaswin pada tahun 209 H, dan wafat pada tanggal 22 Ramadhan
273 H. Ibn Majah adalah Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah
ar-Rabi'i al-Qarwini, pengarang kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat
lainnya. Kata "Majah" dalam nama beliau adalah dengan huruf
"ha" yang dibaca sukun; inilah pendapat yang shahih yang dipakai oleh
mayoritas ulama, bukan dengan "ta" (majat) sebagaimana pendapat
sementara orang. Kata itu adalah gelar ayah Muhammad, bukan gelar kakeknya. [11]
b. Karya-karyanya
Imam Ibn
Majah mempunyai banyak karya tulis, diantaranya:
1) Kitab
as-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittnh (Enam Kitab Hadis yang
Pokok).
2) Kitab
tafsir al-Qur'an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan
Ibn Kasir.
3) Kitab
tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa ibn Majah.
Komposisi Sembilan Kitab
Sembilan Kitab atau biasa disebut dengan Kutub at-Tis’ah adalah
kitab yang terdiri dari beberapa perawi hadis yang berjumlah 9 perawi hadits,
sebelumnya sudah dijelaskan tentang 6 imam. Pada bagian ini tersisah 3 lagi
imam yang belum dijelaskan, antara lain:
1. Imam
al-Darimi (181-255 H)
a. Biografi
Singkat
Imam
al-Darimi memiliki nama lengkap ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Fadl bin Bahram
bin ‘Abdul Shamad al-Darimi al-Tamimi. Al-Darimi dikenal sebagai ulama yang
telah dianugerahi kecerdasan luar biasa sejak masa kecilnya sehingga ia mampu
memahami dan menghafal segala sesuatu yang didengarnya. Hal ini tidaklah
mengherankan jika dikemudian hari , al-Darimi dikenal dalam bidang ilmu
pengetahuan yang beraneka ragam.
a. Karya-Karyanya
Karya
tulis yang beliau hasilkan tidak hanya terbatas pada bidang hadist, namun
beliau juga memiliki sejumlah karya dalam bidang lain. Setidaknya terdapat
empat buah kitab yakni:
1) Al
Musnad atau al Sunan
2) Al
Thulatiyat
3) Shaumi
al-Mushtahadah wa al Mutahayyirah
4) Al Jami’
Al Shahih
5) Kitab
Tafsir [12]
2. Imam
Ahmad Bin Hambal
a. Biografi
Singkat
Nama
lengkapnya adalah Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani.
Dilahirkan di Baghdad pada tanggal 20 Rabiul Awwal tahun 164 H buah perkawinan
antara Muhammad bin Hanbal dengan Maimunah binti ‘Abdul Malik al-Syaibani.Ahmad
bin Hanbal dikenal sebagai sosok yang punya tingkat intelektual yang tinggi,
sehingga mampu menghafal berjuta hadist, hal yang mustahil dilakukan oleh seseorang kecuali memiliki kapasitas intelektual
yang mumpuni (dabit).[13]
Kecuali
sebagai seorang yang dabit, Ahmad bin Hanbal juga terkenal sebagai seorang yang
zahid, tidak ambisius terhadap jabatan, bahkan ketika suatu saat pernah
ditawarkan kepadanya jabatan hakim, akan tetapi ditolaknya.
b. Karya-Karyanya
Sebagai
seorang ilmuwan , beliau mempunyai beberapa karya tulis yaitu:
1) Al-‘Illah
wa Ma’rifat al-Rijal
2) Tarikh
3) Al-Nasikh
wa al-Mansukh
4) Al-Tafsir
5) Al-Manasik
6) Al-Asyribah
7) Al-Zuhd
8) Al-Radd
‘Ala Al-Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
9) Al-Musnad
3. Imam
Malik
a. Biografi
Singkat
Imam
Malik dilahirkan di Madinah tahun 93 H, berasal dari keturunan bangsa Arab dari
desa Dzu Ashbah, sebuah desa di pinggiran kota Himyar (daerah Yaman),[14] dan beliau wafat pada tahun 179 H. Pendidikan
Imam Malik dimulainya dengan belajar ilmu agama di Madinah.
Ia telah
mulai mempelajari hadist dan fiqh semenjak masa kanak-kanak, dengan mengunjungi
majelis ta’lim (pengajaran) yang dilakukan oleh sejumlah ulama. Imam Malik
berguru kepada 900 orang, 300 orang dari kalangan tabi’in dan 600 orang dari
kalangan tabi’I al-Tabi’in.
b. Karya-Karyanya
Kitab
Al-Muwatta’ adalah karya Imam Malik yang paling lengkap. Karya-karyanya yang
lain hanyalah berupa risalah yang berisi fatwa-fatwa yang kemudian dikumpulkan
oleh murid-muridnya. Apabila seseorang bermaksud mengetahui pokok-pokok pikiran
Imam Malik, maka selain mempelajari al-Muwatta’ ia pun harus mempelajari
risalah-risalah Imam Malik, yaitu:
1) Risalah
ila Ibn Wahb fi al-Qadr
2) Kitab
al-Nujum
3) Risalah
fi al-Aqdiyah
4) Kitab
tafsir fi Gharib al-Quran
5) Risalah
ila al-Layth bin Sa’ad
6) Risalah
ila Abi Ghasan
7) Kitab
al-Siyar
8) Kitab
al-Manasik
c. Penyusunan
Kitab Muwatta’
Imam
Malik telah mengumpulkan hadist dari 900
orang Syaikh.[15]Imam
Malik menyeleksinya antara lain supaya tidak banyak pengulangan sehingga hanya
tersisa beberapa ribu hadist saja. Ini dilakukannya dalam masa lebih 40 tahun.
Ia berulang kali merevisi karyanya, sehingga akibatnya muncul al-Muwatta’ dalam
banyak versi (naskah).
Penyusunan
al Muwatta’ Imam Malik didasarkan kepada pengelompokkan bab-bab fiqih. Di
dalamnya terdapat 61 subyek bahasan. Tiap-tiap kitab terdiri dari sejumlah bab
dan masing-masing kitab tidak sama jumlah babnya. Bahasan pertama adalah kitab
Wuqut al-Shalat terdiri dari 8 bab dan memuat 31 hadist. Sedangkan bahasan
terakhir adalah kitab Asma’ al-Nabi SAW terdiri dari satu bab dan hanya memuat
sebuah hadist. Kitab Muwatta’ Imam Malik merupakan himpunan hadist, fatwa
sahabat dan perkataan tabi’in. Karena itu kitab Al-Muwatta’ dipandang sebagai
kitab hadist sekaligus kitab Fiqih.
Kesimpulan
Dari
penjelasan tersebut dari macam macam kitab hadits menurut bab atau bagiannya
dibagi menjadi 4 yaitu : Tipe Jami’, Tipe Musnad, Tipe Muwaththa, dan Tipe
Sunan. Sedangkan pengertian dari hadist sendiri itu adalah berasal dari
al-jadid dan al-khabar yang berarti baru dan berita. Sedangkan menurut istilah
adalah ucapan yang digunakan dalam percakapan atau yang datang melalui wahyu.
Yang kedua yaitu Kutub al-Sittah yang berarti kitab dengan 9 perawi / periwayat
sedangkan Kutub at-Tis'ah adalah kumpulan kitab hadis yang berisi 9 kitab dari
perawi 6 diantaranya berasal dari perawi Kutub at-Tis’ah.
Daftar Rujukan
Abdul Majid Khon. 2008. Ulumul
Hadis Jakarta : Amzah.
Alfatih Suryadilaga. 2010. Ulumul
Hadis. Yogyakarta : Teras.
Idri. 2010. Studi Hadis.
Jakarta : Kencana.
Muhammad Alawi Al-Maliki.
2006. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Umi Sumbulah. 2013.9 Kitab
Hadis Sunni. Malang : UIN Malang Press
Zeid B Smeer. 2008. Ulumul
Hadis : Pengantar Studi Hadis Praktis
Malang : UIN Malang Press.
Revisi:
1. Tidak
ditemukan indikasi copy-paste.
2. Dalam
penulisan footnoote dicantumkan mengenai identitas buku (kota terbit: penerbit,
tahun terbit)
3. Nama
penulis dibalik dalam penulisan daftar pustaka
4. Metodologi
penulisan Sunan al-Darimi, Musnad Ahmad, dan al-Muwaththa Malik belum
dituliskan
5. Kesimpulan
belum mencakup pembahasan
Secara umum, makalah ini sudah sesuai dengan
format makalah yang saya canangkan pada pertemuan pertama. Hanya saja terdapat
beberapa kekurangan yang harus ditutupi oleh penulis. Semangat!!!!
[1] Idri, Studi Hadis, Halaman 121
[2] Yusuf Mar’asyali, Ilm Takhrij al-Hadits wa Bayan Kutub al-Sunnag
al-Musyarafah
[3] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij. Halaman 137
[4] Ibid.
[5] Ibid. Halaman 136
[6] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij. Halaman 132
[7] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis ; Pengantar Studi Hadis Praktis,
Halaman 86
[8] Ibid. Halaman 101
[9] Ibid. Halaman 110
[10] Muhammad Alawi Al-Maliki. Ilmu Ushul Hadis. Halaman 282
[11] Umi Sumbulah. 9 Kitab Hadis Sunni.
[12]Lihat adalam, Abu Muhammad ‘Abdullah bin Bahram al Darimi, Sunan al
Darimi, Juz 1 (Beirut; Darul Fikr,2005), 6
[13]Azami, Metodologi Kritik, 135
[14]Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab (Jakarta: Bulan
Bintang, 1990), 84
[15]Al-Zarqani, Syarh al Zarqani, Halaman 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar