Minggu, 16 Februari 2020

Makkiyah dan Madaniyah (PIPS A Semester Genap 2019/2020)



STUDI AL-QURAN DAN AL-HADIST
(Makkiyah dan Madaniyah)

Milda Rinda Handayani (18130052)
Eli Saputri (18130131)
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
This article discusses the types of letters or verses that are classified into the Makkiyah or Madaniyah letters. The Makkiyah letter itself is a letter which is categorized based on the location of the object, the time, and also the target for the people. The place where the Makkiyah letter came was in the city of Makkah while the time was before the Prophet Muhammad SAW made the move, and the target of the Makkiyah letter was to the inhabitants of Makkah at that time. Whereas the Madaniyah letter is a letter which is categorized based on the place of its object, its time, and its target. the Makiyah letter was revealed in the city of Medina, the time of the turkey was when the Prophet Muhammad emigrated or after the emigration, and the target was to the people of Medina at that time.
Abstrak
            Artikel ini membahas mengenai jenis – jenis surat atau ayat yang digolongkan kedalam surat Makkiyah atau Madaniyah. Surat Makkiyah sendiri adalah surat yang dikategorikan berdasarkan tempat turunya, waktunya, dan juga sasaranya terhadap umat. Tempat turunya surat Makkiyah adalah di kota Makkah sedangkan waktunya sebelum Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah, dan sasaran surat Makkiyah adalah kepada penduduk Makkah pada masa itu. Sedangkan surat Madaniyah adalah surat yang dikategorikan berdasarkan tempat turunya, waktunya, serta sasaranya. surat Makiyah diturunkan di kota Madinah, waktu turunya adalah ketika Nabi Muhammad hijrah atau setelah hijrah, dan sasaranya adalah kepada masyarakat Madinah pada waktu itu.
A.      Pendahuluan
Al-quran merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril.Dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun secara beransur – ansur, antara turunnya wahyu yang satu dengan wahyu yang lain memiliki rentan waktu yang berbeda-beda, hingga menjadi penyempurna kitab-kitab sebelumnya[1].
Kitab suci al-quran merupakan pedoman bagi umat islam yang di dalamnya berisi tentang sumber-sumber hukum[2]. Sebagai sumber hukum utama dalam islam yang berdasar pada kesepakatan para ulama. Oleh sebab itu, didalam al-quran terdapat jenis-jenis surat yaitu makyyah dan madaniyyah. Sebagian ulama sepakat menjadikan lokasi turunnya surat atau ayat sebagai acuan klasifikasi Makyyah Dan Madanyyah[3]. Abul Qosim Hasan bin Muhammad dalam kitabnya yang berjudul at-Tanbih ‘alaa Fadhli Ulumul Qur’an, “Diantara yang paling mulia dari Ulum Al-Quran adalah ilmu tentang turunnya Al-Quran, sasarannya, tartib (urutan) ayat yang diturunkan di Makkah dan Madinah.[4]Surat – surat dalam Al-Quran tidak sama jumlah ayatnya serta panjang pendeknya, maka dari itu ketika ada surat yang sama jumlah ayatnya maka belum tentu sama panjang pendeknya[5]. Contoh surat Al-Tahrim dengan surat Al-A’la terdapat jumlah ayat yang sama yaitu 19 ayat, tetapi tidak memiliki panjang pendek yang sama Al-Tahrim lebih memiliki jumlah panjang pendek yang banyak dibandingkan dengan surat Al-A’la.
Oleh karena itu, sebagai umat islam perlulah kita mengkaji lebih lanjut tentang pengertian, contoh, kaidah-kaidah, dan kegunaan mempelajari surat atau ayat Makyyah dan Madanyyah.

B.       Pengertian Dan Contoh Surat/Ayat Makyyah Dan Madanyyah
Surat atau  ayat Makyyah dan madanyyah biasa disebut juga dangan ilmu Makky wal Madany yaitu ilmu yang membahas ayat-ayat al-quran yang diturunkan di Mekkah ataupun di Madinah[6]. Berdasarkan waktu dan tempat menjadikan perbedaan golongan surat atau ayat makyyah dan madanyyah. Para ulama sepakat menggolongkan tiga definisi atau ta’rif sebagai bentuk pemahaman mengenai surat atau ayat Makyyah dan Madanyyah[7] :
Para ulama mendefinisikan surat atau ayat Makyyah adalah surat yang di wahyukan kepada nabi Muhammad sebelum hijrah dan surat Madanyyah adalah surat yang di wahyukan setelah hijrah. Namun dalam definisi atau ta’rif ini para ulama juga sepakat bahwa surat atau ayat yang di wahyukan setelah nabi Muhammad hijrah tetap diklasifikasikan sebagai surat Madanyyah sekalipun turunya di kota Makkah[8].
Pendapat para ulama mengenai klasifikasi surat atau ayat makyyah dan madanyyah juga menjadi hal yang tabuh, ketika pendapat ulama mengenai surat makyyah yang turun setelah nabi hijrah sekalipun turunya di Makkah dan surat madanyyah adalah surat yang turun ketika nabi berada di Madinah. Hal tersebut menjadi hal yang sulit dalam pengklasifikasian surat atau ayat yang diterima nabi melalui malaikat jibril[9].
Arti lain dari pendapat para ulama selain kedua hal tersebut adalah bahwa surat atau ayat makyyah adalah surat yang khitabnya ditujukan kepada masyarakat Makkah, sebaliknya surat atau ayat madanyyah adalah surat atau ayat yang khitabnya ditujukan kepada masyarakat Madinah[10]. Jadi dari tiga definisi menurut para ulama dapat disimpulkan bahwa surat atau ayat makyyah adalah surat yang turun di kota Makkah sebelum nabi Muhammad hijrah. Sekalipun ada surat atau ayat al-quran yang turun di Makkah setelah nabi Muhammad hijrah, surat atau ayat tersebut dinamakan surat madayyah, serta surat makyyah ditujukan kepada masyarakat kota Makkah. Surat atau ayat madanyyah adalah surat yang turun di kota Madinah setelah nabi muhammad hijrah, sekalipun ada ayat atau surat yang turun setelah nabi hijrah dan turun di kota Makkah maka surat tersebut termasuk kedalam surat madanyyah, surat madanyyah ditujukan kepada masyarakat madinah.Makki dan Madani serta asbab al-nuzul merupakan konteks yang dimaksudkan untuk proses turunya al-quran dengan orientasi hermeneutis[11].
Pada zama periode Makkah Nabi Muhammad sebagai guru Al-Quran, maksudnya adalah dengan turunya Al-Quran di kota Makkah Al-Quran dapat menjadi petunjuk bagi jiwa yang kalut, ditandai dengan beberapa fenomena yaitu[12] :
1.      Nabi Muhammad membacakan ayat Al-Quran dan mengajak Abu Bakar untuk masuk islam, hal tersebut membuat Abu Bakar menjadi orang pertama yang masuk islam selain garis keturunan Nabi Muhammad SAW.
2.      Nabi Muhammad membacakan ayat – ayat Al-Quran dan mengajak teman – taman Abu Bakar untuk masuk agama baru yaitu agama islam, teman – teman tersebut adalah Uthman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Azzubair bin Al-Awwam, Talha, dan Sa’d bin Abi Waqqas.
3.      Lagi – lagi Nabi Muhammad membacakan ayat – ayat Al-Quran untuk menjawab pertanyaan dari para sahabat tentang ihwal islam, sahabat tersebut adalah Abu Ubaidah, Abu Salamah, Abdullah bin Al-Arqam dan Uthman bin Maz’zun.
4.      Nabi Muhammad membacakan beberapa ayat kepada Utba bin Rabi’a untuk menjawab atau merespon tawaran dari Quraish yang menawarkan rayuan dengan dengan harapan dia bisa meninggalkan misinya.
5.      Nabi Muhammad membacakan beberapa ayat Al-Quran untuk menjawab pertanyaan beberapa orang kristen dari Ethiopia yang mengenai islam, kemudia mereka masuk islam.
6.      Nabi Muhammad membacakan ayat Al-Quran untuk menjawab As’ad bin Zurara dan Dhakwan yang pergi dari Madinah ke Makkah dan menemui Utba bin Rabia dan bertanya tentang persaingan kehormatan.
7.      Pada saat musim haji Nabi Muhammad membacakan beberapa ayat Al-Quran dan kemudian seluruh jamaah haji masuk islam.
8.      Nabi Muhammad juga membaca ayat Al-Quran pada saat bai’ah aqabah kedua
9.      Pada saat di Makkah Nabi Muhammad membacakan ayat Al-Quran kepada Suwaid bin Samit.
10.  Pada saat Iyas bin Mu’adh menuju Makkah mencari aliansi Nabi Muhammad membacakan ayat Al-Quran.
11.  Orang yang pertama membawa surat Yusuf ke Madinah adalah Rafi bin Malik Al-Ansari.
12.  Surat Yunus, Taha, dan Hal-ata diajarkan Nabi Muhammad kepada tiga sahabatnya secara berurutan.
Setelah Nabi Muhammad sebagai guru Al-Quran selanjutnya adalah para sahabat yang menjadi guru, para sahabat itu adalah[13] :
1.      Sahabat yang pertama kali mengajarkan Al-Quran di Makkah adalah Ibn Ma’ud.
2.      Saudara perempuan Umar bin Khattab yaitu Fatima dan suaminya, Sa’id bin Zaid diajari Al-Quran oleh Khattab.
3.      Nabi Muhammad mengirim seseorang ke Madinah untuk mengajari Al-Quran yaitu Mus’ab bin Umair.
Dari kedua hal diatas dapat kita ketahui bahwa hasil dari kebijaksanaan pendidikan pada periode Makkah adalah sikap tegas yang tercermin dalam diri masyarakat Makkah merupakan bukti yang meyakini mereka terhadap kitab Allah yaitu Al-Quran[14].
Pada masa periode Madinah Nabi Muhammad sebagi maha guru Al-Quran, saat Nabi Muhammad sampai di kota Madinah beliau langsung membangun suffa didalam masjid yang digunakan sebagi tempat belajar dan menghapus buta huruf serta menyediakan makanan, dan juga tempat tinggal. Dalam mengajarkan Al-Quran di Madinah Nabi Muhammad menggunakan dialek masyarakat Madinah, meskipun hal tersebut sulit dilakukan karena tidak terbiasa. Namun Nabi Muhammad tetap menggunak dialek mereka guna memperlanjar mereka dalam mempelajarai ayat – ayat Al-Quran[15].
Para sahabat juga sebagi pengajar Al-Quran dalam periode Madinah ini. Dengan bukti – bukti sebagai berikut [16]:
1.      Sahabat Ubada bin As-Samit mengajarkan Al-Quran pada masa kehidupan Nabi Muhammad.
2.      Ubay juga mengajarkan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad serta lambat laun Ubay telah mengajarkan Al-Quran kepada seorang yang buta di rumahnya.
3.      Sewaktu qari’ membacakan ayat Al-Quran Abu Sa’id duduk berdampingan dengan seorang imigran dari Makkah.
4.      Nabi Muhammad mendatangi para sahabat yang sedang membaca secara bergantian.
5.      Nabi Muhammad juga hadir ketika para sahabat sedang mengajarkan ayat – ayat Al-Quran di masjid
6.      Nabi Muhammad datang ketika para sahabat membaca ayat Al-Quran dan terdiri dari kumpulan orang arab dan juga orang arabs lainya.
7.      Ketika para sahabat membaca Al-Quran bersama orang arab, bukan arab, orang berkulit putih dan berkulit hitam Nabi Muhammad datang menghampiri.
8.      Para sahabat melawat sampai keluar area Madinah sebagi seorang instruktur.
9.      Mu’adh bin Jabal di kirim ke Yaman.
10.  Empat puluh pengajar Al-Quran dari kalangan sahabat terbunuh ketika perjalanan menuju Bir’Ma’una.
11.  Abu Ubaid di kirim ke Najran.
12.  Semasa kehidupan Nabi Muhammad Wabra bin Yuhannas mengajarkan Al-Quran di Yaman kepada Um-Sa’id bin Buzrug.
Hasil dari periode Madinah juga menghasilkan kegiatan pendidikan Hufaz, para sahabat banyak yang menghafal ayat – ayat suci Al-Quran. Namaun para sahabat terbunuh ketika melakukan perjalanan dari Yamama menuju Bir Ma’una. Dari hal tersebut tinggal para sahabat yang masih hidup yang meneruskan pengajaran di kota Madinah dan wilayah yang tertaklukan oleh kekuasaan islam[17].

Contoh surat Makkiyah dan Madaniyah[18] :
Surat – surat yang turun di kota Makkah atau surat Makkiyah
1)      Iqra’ sampai dengan Maa lam ya’lam
2)      Al-Qalam
3)      Al-Muzammil
4)      Al-Muddatstsir
5)      Al-Lahab
6)      Al-Takwir
7)      Al-A’la
8)      Al-Insyirah
9)      Al-‘Ashar
10)  Al-Fajr
11)  Al-Dhuha
12)  Al-Laili
13)  Al-‘Adiyat
14)  Al-Kautsar
15)  Al-Takatsur
16)  Al-Maaun
17)  Al-Kafirun
18)  Al-Fil
19)  Al-Ikhlas
20)  Al-Falaq
21)  Al-Nas
22)  Al-Najm
23)  Abasa
24)  Al-Qadr
25)  Al-Syams
26)  A-Buruj
27)  Al-Tin
28)  Quraisy
29)  Al-Qari’ah
30)  Al-Qiyamah
31)  Al-Humazah
32)  Al-Mursalaat
33)  Qaf
34)  Al-Balad
35)  Al-Rahman
36)  Al-Jin
37)  Yasin
38)  Shad
39)  Al-Furqan
40)  Al-Malaikah
41)  Al-Fathir
42)  Maryam
43)  Thaha
44)  Al-Waqi’ah
45)  Al-Syu’ara’
46)  Al-Naml
47)  Al-Qashash
48)  Al-Isra’
49)  Hud
50)  Yusuf
51)  Yunus
52)  Al-Hijr
53)  Al-Shaffat
54)  Luqman (ayat akhirnya madaniyah)
55)  Al-Hijr
56)  Saba’
57)  Al-Anbiya’
58)  Al-Zumar
59)  Al-Mu’min
60)  Al-Sajdah
61)  Ha Mim ‘Ain Sin Qaf
62)  Al-Zukhruf
63)  Ha Mim Al-Dukhan
64)  Ha Mim Al-Syari’ah
65)  Ha Mim Al-Ahqaf (terdapat beberapa ayat madaniyah)
66)  Al-Dzariyat
67)  Al-Ghasyiyah
68)  Al-Kahfi (ujungnya Madaniyah)
69)  Al-An’am
70)  Al-Nahl (ayat terakhir Madaniyah)
71)  Nuh
72)  Ibrahim
73)  Al-sajdah (alif lam mim sajdah)
74)  Al-Thur
75)  Al-Mulk
76)  Al-Haqqah
77)  Sa’ala Sailun
78)  Al-Naba’
79)  Al-Nazi’at
80)  Al-Infithar
81)  Al-Insyiqaq
82)  Al-Rum
83)  Al-‘Ankabut
84)  Al-Muthaffifin
85)  Iqtarabat Al-Sa’adah
86)  Al-Thariq
87)  ,88) , 89) , berdasarkan sumber Al-Tsauriy dan Firas, Al-Sya’abiy berkata : “Syrah Al-Nahl turun di Makkah, kecuali ayat Wa in ‘aqabtum fa’aqibu bi mitsli ma’uqibtum bihi”

Surat – surat yang turun di kota Madinah atau surat Madaniyah
1)      Al-Baqarah
2)      Al-Anfal
3)      Al-A’raf
4)      All ‘Imran
5)      Al-Mumtahanah
6)      Al-Nisa’
7)      Al-Zalzalah
8)      Al-Hadid
9)      Alladzina Kafaru
10)  Al-Ra’d
11)  Hal ata’ala Al-Insan
12)  Al-Nisa’
13)  Al-Bayyinah
14)  Al-Hasyr
15)  Al-Nashr
16)  Al-Nur
17)  Al-Hajj
18)  Al-Munafiqun
19)  Al-Mujadalah
20)  Al-Hujurat
21)  Al-Tahrim
22)  Al-Jumu’ah
23)  Al-Taghabun
24)  Al-Hawariyun
25)  Al-Fath
26)  Al-Ma’idah
27)  Al-Taubah
28)  Al-Mu’awwizatain (Al-Falaq dan Al-Nas)

Ayat – ayat yang turun di Makkah dan hukumnya madaniyah[19]:
1)      Ayat 13 surat Al-Hujurat
2)      Ayat 3 sampai 5 surat Al-Ma’idah
Ayat – ayat yang turun di Madinah dan hukumnya Makkiyah[20]:
1)      Al-Mumtahanah
2)      Ayat 41 surat Al-Nahl
3)      Awal surat Al-Taubah sampai ayat 28
Turunya ayat atau surat Al-Quran juga dipengaruhi oleh kondisi kejadian saat itu di lokasi turunya Al-Quran. Pada saat di kota Makkah diawali dengan rasa Nabi Muhammad yang sistematik dan penasaran untuk mengetahui asal muasal alam semesta, hingga wahyu tersebut turun ketika Nabi Muhammad berada di gua Hira[21]. Setelah mendapatkan wahyu barulah Nabi Muhammad melakukan dakwah di kota Makkah. Dimana disana mendapatkan pertentangan dari penduduk kota Makkah.
Ketika di kota Makkah Nabi Muhammad mendapatkan perlawanan, berbeda ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, dimana Nabi mendapatkan perlakuan antusias penduduk Madinah untuk menyambut Nabi Muhammad[22]. Namun, ada sekelompok golongan yang ingin membunuh Nabi Muhammad karna dianggap mempengaruhi masyarakat Madinah perihal agama. Namun, Nabi Muhammad selamat dan berhadil kabur tanpa kelihatan. Itulah prbedaan penyambutan masyarakat Makkah dengan Madinah terhadap wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

C.  Kaidah – kaidah Dalam Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Dalam mengetahui surat atau ayat yang tergolong dalam makkiyah atau madaniyah tidak bisa sembarangan dalam menentukanya. Pada hal ini para ulama sepakat untuk menggunakan riwayat para sahabat untuk menentukan surat makkiyah atau madaniyah[23]. Dalam hal ini, surat makkiyah dan madaniyah posisinya sama dengan sabab Nuzul, yaitu hanya sama – sama bisa diketahui melalui riwayat para sahabat yang diturunkan melalui generasi ke generasi.
Dalam menentukan surat atau ayat – ayat makkiyah dan madaniyah dapat digolongkan dalam kategori – kategori sebagai berikut [24]:
Ciri – ciri surat Makkiyah :
1.      Terdapat lafadz kallaكلdisetiap ayatnya. Hal ini dikarenakan para ulama mendeskripsikan dengan cara bacanya bukan tempat turunya yang mana kebanyakan bernada keras. Oleh karena itu pada lafadz kallaكلbanyak bermunculan sebagai tekanan, ancaman, dan sanggahan terhadap mereka.
2.      Memiliki sujud tilawah dibagian ayat – ayatnya. Sujud tilawah merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan ketika mendengar ayat – ayat sajadah. Ayat sajadah adalah ayat yang disunnahkan bagi pembaca atau pendengar melakukan gerakan sujud tilawah. Contoh ayat sajadah :
3.      Dimulai dengan huruf tahajji, huruf tahajji adalah ejaan atau alfabet, biasanya juga disebut sebagai huruf muqatha’ah atau terputus seperti :حم Ù†،,Ù‚
4.      Berisi kisah Adam dan Iblis kecuali surat Al-Baqarah
5.      Berisi cerita – cerita para nabi dan umat – umat terdahulu
6.      Terdapat khithabatau perintah terhadap semua umat manusia
7.      Memanggil dengan sebutan anak Adam
8.      Berisi terhadap masalah kaidah yang ada di bumi
9.      Ayat – ayat Makkiyah merupakan ayat yang pendek – pendek
Ciri – ciri surat Madaniyah :
1.    Pada ayat – ayat Madaniyah terdapat kata – kata “Wahai orang – orang yang beriman”
2.    Berisi tentang hukum – hukum faraid, hudud, qihahsh dan jihad
3.    Dalam surat Madaniyah menyebutkan orang – orang munafik kecuali surat Al-Ankabut
4.    Berisi bantahan terhadap orang – orang Ahlu Al-Kitab atau Yahudi dan Nasrani
5.    Berisi hukum – hukum syara’ seperti ibadah, mu’amalah, dan Al-Ahwal Al-Syakhshiyah
6.    Bercirikhas ayatnya panjang – panjang
Dari ciri – ciri diatas perlu kita tahu bahwa tidak semua surat Makkiyah akan memuat berisi tentang surat Makkiyah bisa juga sebagian dari surat Makkiyah tersebut terdapat beberapa ayat yang mengandung surat Madaniyah. Begitu juga terhadap surat Madaniyah tidak semua berisikan surat Madaniyah, akan tetapi bisa jadi sebagian ayatnya mengandung atau berisi tentang surat Makkiyah[25].

D.      Kegunaan ilmu Makky dan Madiny
Ada banyak sekali kegunaan atau faedah dari memperlajari ilmu Makky dan Madiny. Banyak pula kitab-kitab yang menerangkan kegunaan ilmu Makky dan Madiny. Seperti dalam kitab Manahulil ‘irfan karangan al-Zarwani menerangkan sebagai berikut[26] :
1.      Kita  dapat mengetahui dan membedakan ayat yang mansukh dan masikh. Yakni dimana ada dua ayat atau lebih membahas satu masalah yang sama sedangkan hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut bertentangan. Lalu diketahui jika ayat yang pertama merupakan ayat Makkyah, sedangkan ayat yang kedua merupakan ayat Madanyyah. Maka dapat disimpulkan ayat yang Makkyah tersebut dinasakh oleh ayat Madanyyah. Karena ayat Makyyah diturunkan lebih dulu ketimbang ayat Madanyyah.
2.      Secara umum kita dapat mengetahui sejarah hukum islam dan perkembangannya yang bijaksana. Dengan demikian kita dapat melihat kebijaksanaan Islam dalam mendidik manusia baik perorangan ataupun kemasyarakatan.
3.      Dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian Al-Quran,
Sedangkan dalam buku yang dikarangka oleh Dr. Shubhi al-Shalih, Mabaahits fii Ummil Quran menyatakan, bahwa dengan adanya ilmu Makky dan Madiny memudahkan kita dalam mengetahui fase-fase/marhalah dakwah islam yang dalam al-Quran yang ditempuh sacara bengangsur-angsur. Selain itu, kita dapat mengetahui kondisi masyarakat ketit turunnya al-Quran khususnya msyarakat Kotta Makkah dan Madinah[27].
Selain dari kedua tokoh diatas, ada pula beberapa tokoh atau para ahli yang mengemukakan pemikirannya mengenai kegunaan atau urgensi dari mempelajari Ilmu Makky Wal Madany melalui pendekatan-pendekatan yang berbeda. Dengan penjelasan sebagai berikut[28] :
Menurut pemikian Abu Zaid, Gambaran yang diberikan oleh pembagian Makkyyah dan Madanyyah tentang dua fase penting dalam pembentukan teks keagamaan dari sudut pandang isi, struktur, atau kontruksinya. Dengan demikian ilmu ini menggambarkan jelas keharmonisan antara Al-Quran dan sejarah. Dalam kajian yang lain pula Abu Zaid juga mengemukakan pendapatnya bahwa ilmu ini merupakan salah satu instrumen untuk menelaah komunikasi antara Al-Quran yang memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, kafir, ataupun ahlul kitab.

NO
NAMA TOKOH
KEGUNAAN MEMPELAJARI
PENDEKATAN
1.
Al Suyuthi
Menentukan Nasikh-Mansukh
Hukum
2.
Mana’ Qathan
Menginformasikan mengenai waktu, tempat, dan situasi turunnya Al-Quran
Sejarah
3.
Shubi Al- Sholih
Mengiformasikan mengenai macam-macam komunikasi dan strategi Al-Quran untuk akulturasi budaya
Komunikasi dan Da’wah
4.
Sayid Quthb
Penafsiran haraki terhadap Al-Quran
Politik dan Sosiologis
5.
Fazhlur Rahman
Menggambarkan sifat Al-Quran yang menyeluruh, lentur, dan fleksibel.
Sosiologis
6.
Nashir Hamid Abu Zahid
Menggambarkan gaya komunikasi antara Al-Quran dengan orang-orag yang beriman, kafir, dan ahli kitab
Komunikasi dan Bahasa
7.
Canon Shell dan Theodore Noeldeke
Memberikan pemahaman secara rasional tentang sejarah nabi dan perkembangan dakwah Al-Quran
Sejarah

Dari hal diatas kita juga dapat mengetahui kegunaan mempelajari surat Makkiyah dan Madaniyah yang memiliki karakteristik yang berbeda disetiap surat atau ayatnya[29]. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperlihatkan sisi yang berbeda pada pesan – pesan yang terdapat dalam Al-Quran dari fase ke fase yang berbeda. Fase yang berbeda tersebut menandakan tujuan yang ingin dituju Al-Quran dalam kondisi tertentu di tempat turunya[30]. Dari mempelajari karakteristik surat Makkiyah dan Madaniyah kita juga mengetahui kondisi dimana sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah dan sesudah hijrah[31]. Hal ini memiliki karakteristik yang berbeda pada karakter, heteroginitas, dan struktur masyarakat[32].
Selain kegunaan atau manfaat mengetahui surat – surat Makkiyah, manfaat atau kegunaan mengetahui surat – surat Madaniyah juga sama yaitu untuk mengetahui karakteristik yang ada pada surat Madaniyah, yaitu berisi tentang cara untuk membangun komunitas sosial dan politik[33]. Setelah membangun komunikasi sosial dan politik selesai, Al-Quran juga membahas tentang keluarga sebagai bagian kecil yang terdapat kemandirian didalamnya[34].
E.       PENUTUP
Surat atau  ayat Makyyah dan madanyyah biasa disebut juga dangan ilmu Makky wal Madany yaitu ilmu yang membahas ayat-ayat al-quran yang diturunkan di Mekkah ataupun di Madinah[35]. Berdasarkan waktu dan tempat menjadikan perbedaan golongan surat atau ayat makyyah dan madanyyah. Para ulama sepakat menggolongkan tiga definisi atau ta’rif sebagai bentuk pemahaman mengenai surat atau ayat Makyyah dan Madanyyah
Adapun ciri-ciri atau kaidah kaidah surat atau ayat makyyah dan madanyyah adalah sebagai berikut : a) Surat Makyyah : Memiliki sujud tilawah dibagian ayat – ayatnya; Dimulai dengan huruf tahajji, huruf tahajji; Berisi kisah Adam dan Iblis kecuali surat Al-Baqarah; Berisi cerita – cerita para nabi dan umat – umat terdahulu; Terdapat khithab atau perintah terhadap semua umat manusia; Memanggil dengan sebutan anak Adam; Berisi terhadap masalah kaidah yang ada di bumi; Ayat – ayat Makkiyah merupakan ayat yang pendek – pendek. b) Surat Madayyah : Pada ayat – ayat Madaniyah terdapat kata – kata “Wahai orang – orang yang beriman”; Berisi tentang hukum – hukum faraid, hudud, qihahsh dan jihad; Dalam surat Madaniyah menyebutkan orang – orang munafik kecuali surat Al-Ankabut; Berisi bantahan terhadap orang – orang Ahlu Al-Kitab atau Yahudi dan Nasrani; Berisi hukum – hukum syara’ seperti ibadah, mu’amalah, dan Al-Ahwal Al-Syakhshiyah; Bercirikhas ayatnya panjang – panjang.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui kegunaan dari mempelajari ilmu makky dan madany, seperti: a) Menentukan Nasikh-Mansukh; b) Menginformasikan mengenai waktu, tempat, dan situasi turunnya Al-Quran; c) Menginformasikan mengenai waktu, tempat, dan situasi turunnya Al-Quran; d) Menggambarkan sifat Al-Quran yang menyeluruh, lentur, dan fleksibel; e) Menggambarkan gaya komunikasi antara Al-Quran dengan orang-orag yang beriman, kafir, dan ahli kitab; f) Memberikan pemahaman secara rasional tentang sejarah nabi dan perkembangan dakwah Al-Quran.






DAFTAR PUSTAKA
Athaillah, A. 2010. Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Azmi, M.M. 2005. The History Of The Qur’anic Text. Jakarta: Gema Insani.
Hadiyanto, Andi. Januari 2011. Makkiyyah-Madaniyyah: Upaya Rekonstruksi peristiwa Pewahyuan. Jurnal Studi Al-Quran. Vol. VII No. I https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/download/4729/3532/&ved=2ahUKEwjN6OqwsNDnAhXHzDgGHTcoDRsQFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw2Kyvj9TjDmvvnQOoPGfTKc (14 Februari 2020)
Jalaluddin, Imam. 2008. Studi Al-Quran Komprehensif. Surakarta: Indiva Pustaka.
Lukman, Fadhli. 2018. Menyingkap Jati Diri Al-Quran. Yogyakarta: Bening Pustaka.
Malik, bin nabi.1983. Fenomena Al-Quran. Bandung: PT. Al_Ma’arif.
Nabi, Ben Malik. 2002. Fenomena Al-Quran. Bandung: Penerbit Marja’.
Sodikin, Ali. 2008. Antropologi Al-Quran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sumbulah, Umi. 2016. Studi Al-Quran dan Hadis. Malang: Uin Maliki Press.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Karya Abditama.

Catatan:
1.      Similarity 20%
2.      Makalah sudah oke, tinggal bagaimana penjelasannya



[1] Malik, bin nabi.1983. Fenomena Al-Quran. Bandung: PT. Al_Ma’arif.hal 214
[2] Sumbulah, Umi. 2016. Studi Al-Quran dan Hadis. Malang: Uin Maliki Press. Hal 1
[3] Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Karya Abditama. Hal 64
[4] Jalaluddin, Imam. 2008. Studi Al-Quran Komprehensif. Surakarta: Indiva Pustaka. Hal 37
[5]Athaillah, A. 2010. Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 24
[6]Zuhdi, Majfuk. Opcit. Hal 65
[7]Sumbulah, Umi. Opcit. Hal 136
[8]Locit
[9]Locit
[10]Locit
[11]Lukman, Fadhli. 2018. Menyingkap Jati Diri Al-Quran. Yogyakarta: Bening Pustaka. Hal xix
[12]Al-Azmi, M.M. 2005. The History Of The Qur’anic Text. Jakarta: Gema Insani. Hal 63
[13]Ibid. Hal 65
[14]Locit
[15]Ibid. Hal 66
[16]Ibid. Hal 67
[17]Ibid. 68
[18]Sumbulah, Umi. Opcit. Hal 142
[19]Ibid. Hal 148
[20]Locit
[21]Nabi, Ben Malik. 2002. Fenomena Al-Quran. Bandung: Penerbit Marja’. Hal 52
[22]Ibid. Hal 59
[23]Sumbulah, Umi. Opcit. Hal 137
[24]Ibid. Hal 138
[25]Ibid. Hal 139
[26] Zuhdi, Masjfuk. Opcit. Hal 68
[27] Ibid. Hal 69
[28] Hadiyanto, Andi. Januari 2011. Makkiyyah-Madaniyyah: Upaya Rekonstruksi peristiwa Pewahyuan. Jurnal Studi Al-Quran. Vol. VII No. I https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/download/4729/3532/&ved=2ahUKEwjN6OqwsNDnAhXHzDgGHTcoDRsQFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw2Kyvj9TjDmvvnQOoPGfTKc(14 Februari 2020)
[29]Sodikin, Ali. 2008. Antropologi Al-Quran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 83
[30]Locit
[31]Ibid. Hal 84
[32]Locit
[33]Ibid. Hal 91
[34]Ibid. Hal 92
[35]Zuhdi, Majfuk. Opcit. Hal 65

1 komentar:

  1. If you're looking to burn fat then you absolutely need to start using this totally brand new custom keto diet.

    To design this keto diet, licenced nutritionists, fitness trainers, and professional cooks have joined together to develop keto meal plans that are efficient, painless, cost-efficient, and enjoyable.

    Since their launch in January 2019, thousands of clients have already transformed their figure and health with the benefits a good keto diet can give.

    Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto diet.

    BalasHapus