Kamis, 22 November 2018

Takhrij al-Hadits (PAI H ICP Arabic Semester Ganjil 2018/2019)



TAKHRIJ AL-HADITS
Sofiana dan Evin Isnaini
Mahasiswa Jurusan PAI, FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail:  shofiana602@gmail.com dan evinisn6@gmail.com

التجريد
الحديث هو مصدر الثاني في شريعة الاسلام بعد القرآن حتى يكون لديه موقف مهم جدا. الحديثلانفسه لديه العديد من مصادر الرواة لذلك لم يثبت أنه مطلقز لذلك، من المهم جدا دراسة علم تخريج الحديث لمعرفة مصدر الحديث بوضوح وبالتفصيل سواء من حيث سند و متن. أما بالنسبة للطريقين في تخريج الحديث وهما التقليد والبرمجيات.
Hadist merupakan sumber syariat islam yang ke dua setelah Al-qur’an sehingga memiliki kedudukan yang sangat penting. Hadist sendiri mempunyai banyak sumber periwayat sehingga belum terbukti shohih secara mutlak. Maka dari itu, Sangatlah penting mempelajari ilmu takhrijul hadist untuk mengetahui sumber hadist secara jelas dan terperinci baik segi asal, sanad maupun matannya. Adapun dua metode dalam takhrijul hadist yaitu secara konvensional dan melalui software (aplikasi computer)
A. Pendahuluan
Hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya. Hadis dijadikan sumber hukum kedua dalam agama Islam setelah Al-Qur'an yang sebagian besar belum terbukti sohih secara mutlak dan mutawatir  Berbeda dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya diterima oleh para sahabat dari Rasulullah SAW secara mutawatir dan sohih kemutlakannya serta telah ditulis dan dikumpulkan sejak zaman beliau masih hidup. Terjadi pembukuan secara resmi pada zaman dinasti Abbasiyah lebih teptnya kepemimpinan Khalifah ‘Umar Ibn ‘Abd al-‘Aziz.
Hadis sebagai elemen utama dalam bangunan syariat Islam selalu saja menjadi daya tarik bagi siapapun yang ingin mengkaji dan mendiskusikan Islam. Semua wacana terkait hadis, pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua: Diskursus seputar otoritas hadis sebagai hujjah dalam syariat Islam, dan kajian atas keotentikan hadis itu sendiri (shahih atau tidaknya sebuah hadis).
Keotentikan hadis menjadi perhatian karena dengan seiring perjalanan waktu dan kemungkinan adanya unsur yang merusak masuk kedalamnya , kajian atas sanad dan matan hadis semakin berkembang dan matang secara epistemologis.  Sehingga banyak bermunculan  hadis-hadis  yang kemudian berlanjut kepada proses
atau tradisi penakhrîjan hadis ( takhrij hadis).
Tradisi penakhrîjan hadis ( takhrij hadis) adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui asal, jalannya sanad hadis,matan hadis  sehingga dapat memahami dari mana hadis tersebut diriwayatkan. Dan cara ini untuk mengetahui  kualitas hadis dan menguatkan keyakinan dalam mengamalkannya serta menjadikannya hujjah. Adapun metode takhrij hadis dengan menggunakan metode secara konvensional maupun dengan menggunakan computer (software).



B. Pembahasan
1. Pengertian Takhrij
Takhrij merupakan derivasi dari kata ”kharaja” yang berarti ”keluar” atau kebalikan dari kata ”dukhul” yang bermakna ”masuk”. Kata ”kharaja” bersifat lâzim (intransitif), dan ketika ’ainf’il-nya digandakan (tasydid), ia menjadi muta’addî (transitif) yang dengan sendirinya mengubah arti. Dengan maksud mengeluarkan sesuatu dari tempatnya.
Sehingga secara etimologis, kata takhrij تخريج))  berasal dari kata kharraja (خرّج)  yang berarti tampak atau jelas. Dan kata takhrij  juga mempunyai  beberapa arti yaitu (1) al-istinbath (mengeluarkan); (2) al-tadrib (meneliti); (3) al-taujih (menerangkan); (4) al-makhraj(المخرج) artinya tempat keluar. Adapun Al-Takhrij menurut bahasa berkumpulnya dua perkara
yang berlawanan pada sesuatu yang satu.
Secara terminologis, takhrij ialah petunjuk jalan ke tempat atau letak hadist dan sumber-sumbernya yang orisinal yang takhrijnya berikut sanadnya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.
Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh ulama hadis, kata takhrij
mempunyai beberapa arti yakni:
a. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh. Misalnya Imam al-Bukhari dengan kitab sahihnya.
b. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri atau riwayat para gurunya atau riwayat temannya atau orang lain dengan menerangkan periwayatannya dari para penyusun kitab yang dijadikan sumber pengambilan. Misalnya Imam alBaihaqi yang telah banyak mengambil hadis dari kitab al-Sunan yang disusun oleh Abu al-Hasan al-Basri, lalu al-Baihaqi mengemukakan sanadnya sendiri.
c. Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakah sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh mukharij-nya langsung. Misalnya Bulughul Maram susunan Ibnu Hajar al-Asqalani.
d. Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadis yang di dalamnya disertakan metode periwayatan serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan kualitas hadisnya. Misalnya Ihya’ Ulum al-Din susunan Imam al-Ghazali.
e. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asli. Yang dimaksud dalam hal ini adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan. Misalnya Miftah Kunuz al-Sunah.
Adapun pengertian takhrij hadist menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Mahmud al-Tahhan: Takhrij adalah menunjukkan sumber asli dari suatu hadis, menjelaskan sanadnya dan menerangkan nilai hadis tersebut jika dianggap perlu.
2. Menurut Nawir Yuslem: Hakekat takhrij adalah penelusuran atau pencaraian hadist pada berbagai kitab.
hadist sebagai sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad Hadist.
3.  Menurut M. Syuhudi Isma’il: Takhrij Alhadist adalah penelusuran atau pencaraian Hadist pada berbagai kitab sumber asli dari hadist yang bersangkutan, yang didalam seumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadist yang bersangkutan. 
4.  Menurut Al-Manawi: Takhrij adalah menisbatkan (menyandarkan) hadis pada para perawi yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut dalam kitab-kitab mereka dengan menyantumkan hukum dan kualitasnya.
Jadi takhrij Al hadist adalah suatu penelusuran atau pencarian hadist dari berbagai kitab hadist sebagai sumber asli , sanad serta matannya yang  bertujuan untuk melihat kualitas keshohihannya .


C. Tujuan dan Manfaat Takhrij 
Tidak diragukan lagi bahwa mengetahui disiplin ilmu takhrij sangat penting bagi orang yang menggeluti ilmu-ilmu syar’i, mempelajari kaidah-kaidah dan metodenya, agar ia mengetahui bagaimana sampai kepada hadits tersebut pada sumber-sumbernya yang orisinal. Manfaat takhrij sangat besar bagi seseorang yang berkecimpung dalam hadits dan ilmu-ilmu hadits sebab dengan perantaraannya seseorang mendapat petunjuk kepada salah satu sumber hadits pertama yang disusun oleh para tokoh/imam hadits. 

            Tujuan takhrij hadist adalah untuk menunjukkan sumber hadist-hadist dan  menerangkan diterima atau ditolaknya hadist-hadist tersebut. dan dapat diketahui melalui kualitas sebuah sanad hadis.
Sedangkan manfaat takhrij secara simple adalah dapat mengumpulkan berbagai sanad suatu hadist, dan  dapat mengumpulkan berbagai redaksi matan hadist.  
Adapun secara rinci Takhrîj al-Hadîś ini memiliki banyak sekali manfaat, antara lain:
a. Melalui takhrîj seseorang dikenalkan sumber-sumber hadis, kitab asal dari suatu hadis itu berada berikut dengan rawi-rawi yang terlibat dadalam periwayatannya.
b. Melalui takhrîj dapat memperjelas keadaan sanad suatu hadis, apakah şahih, hasan atau đaîf, marfû’ atau munqathî’ dan sebagainya
c. Melalui takhrîj juga dapat diperoleh aneka pendapat ulama tentang status suatu hadis tersebut
d. Melalui takhrîj dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam suatu sanad
e. Melalui takhrîj dapat dipahami kapan dan di mana kejadian yang ada di dalam hadis itu timbul
f. Melalui takhrîj dapat dipahami sebab-sebab timbulnya hadis tersebut
g. Secara global melalui takhrîj ini dapat diperoleh sejumlah perawi dan kualitas sanad sebuah hadis berikut sejumlah redaksi dari sebuah matan hadis.
D. Metode Takhrij al-Hadits
Jika ingin mengetahui sebuah hadits dan ingin mentakhrijnya untuk mengetahui sumber aslinya, maka hal yang pertama kali dilakukan adalah memperhatikan status hadits dan orang-orang yang meriwayatkannya. Ada beberapa metode atau cara yang dapat dilakukan untuk mentakhrij sebuah hadits, yaitu (1) berdasarkan perawi hadits; (2) berdasarkan kata-kata matan hadits; (3) berdasarkan awal kata; (4) berdasarkan topik-topik fiqhiyyah.
Alat yang dipakai dalam mentakhrij hadits dengan cara-cara di atas adalah dengan menggunakan Mu’jam al-Mufahras li Alfazh  al-Ahadits al-Nabawiyyah. Dalam aplikasi software ini  menjelasksan tentang biografi guru dan murid, serta al-Jarh wa at-Ta’dil dari masing-masing perawi. Aplikasi ini dibuat dengan merujuk pada Sembilan kitab hadits utama, yaitu al-Jami’ al-Shahih karya al-Bukhari, al-Jami’ al-Shahih karya Muslim, Sunan Abu Dawud karya Abu Dawud, Sunan al-Turmudzi karya al-Turmudzi, Sunan an-Nasa’I karya an-Nasa’I, Sunan Ibn Majah karya Ibn Majah, Musnad Ahmad karya Ahmad ibn Hanbal, al-Muwaththa’ karya Imam Malik, dan Sunan al-Darimi karya al-Darim. Berikut metode-metode yang dapat ditempuh:
1) Takhrij berdasarkan perawi hadits
Salah satu yang dapat dilakukan dalam mentakhrij hadits yaitu dengan mengetahui perawi pertama hadits tersebut, baik haditsnya mustahil dan musnad jika perawinya adalah sahabat, meskipun haditsnya mursal jika perawinya tabi’in. Dalam software ini tidak hanya dapat mengetahui perawi pertamanya saja, namun juga dapat mengetahui perawi kedua dan seterusnya. Hadits riwayat Imam Bukhori contohnya:
حدثنا عبد الله بن موسى قال: اخبرنا حنطلة بن ابى سفيان عن اكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما: قال رسول الله ص.م. بني الاسلام على خمس شهادة ان لا اله الا الله وان محمد رسول الله واقام الصلاة وايتاء الزكاة والحج وصوم رمضان
Dari hadits tersebut sudah dapat ditentukan keberadaannya melalui perawi pertama yaitu Ibn Umar. Pencariannya yaitu melalui kitab-kitab takhrij yang disusun dengan susunan rawi, seperti kitab-kitab al-Jami’ al-Shohih.
Saat membuka kitab al-Jami’ al-Shahih karangan Imam Bukhari akan dijumpai bahwa kitab itu tersusun sesuai dengan perawinya. Jadi, setiap perawi dibawahnya itu terdapat hadits-hadits yang telah diriwayatkannya. Hanya tinggal mencari hadits yang dimaksud berada dibawah nama sahabat yang menjadi perawi pertama tersebut.
Kitab yang dapat digunakan dalam mentakhrij dengan metode ini adalah kitab Musnad-Musnad (المسانيد)  kitab yang disusun berdasar pada perawi pertama seperti Musnad Imam Ahmad bin Hambal, kitab al-Athraf. Kitab al-Athraf disusun berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan nama urutan mereka sesuai dengan huruf abjad masing-masing nama perawinya.
2) Takhrij berdasarkan kata-kata matan hadits
Takhrij dengan metode ini dilakukan dengan mencari kosa kata atau lafadz yang akan digunakan sebagai alat bantu ataupun kunci untuk mencari hadits yang diinginkan. Biasanya kata yang dipilih yaitu kata asing atau kata yang jarang digunakan dalam sebuah hadits agar pencarian dapat dilakukan dengan cepat dan efektif. Proses pencariannya sama dengan proses mencari ayat Alquran melalui kitab Fathur Rahman.
Misalnya hadits yang berbunyi إن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضى بما يصنع  , agar pencariannya berlangsung cepat dan tepat maka dapat memilih kata أجنحتها dengan pilihan kata جنح . karena pilihan kata atau kosa kata ini lebih sedikit digunakan daripada kosa kata lain seperti "الملائكة"atau "العلم" . sehingga hadits yang dicari akan muncul secara cepat sebab kita memasukkan kata-kata yang jarang dijumpai.
3)  Takhrij berdasarkan awal kata
Untuk menggunakan metode takhrij ini harus mengetahui terlebih dahulu kata awal dari hadsits yang akan diteliti, jika kata awalnya saja tidak mengetahui maka tidak akan dapat mencari hadits dengan metode ini. Jika awal kata sudah diketahui maka langkah awal yang harus dilakukan adalah melihat huruf pertama dari awal kata tersebut.
Misalnya sudah diketahui awal kata hadits yang berbunyi   بني الاسلام على خمس , maka selanjutnya mencari hadits itu pada huruf ba, nun, dan ya (بني) , kemudian alif, lam, sin, dan seterusnya.
4) Takhrij berdasarkan topik-topik fiqhiyyah
Metode ini penting dikarenakan dapat dijadikan sumber rujukan untuk memperkuat perbedaan yang ada. Seorang pentakhrij hadits harus mampu memetakan hadits sesuai dengan tema yang termuat dalam hadits tersebut. Dalam aplikasi ini dapat mencari hadits sesuai dengan tema-tema fiqhiyyah yang diinginkan. Misalnya saja hadits yang memuat tentang keutamaan sholat fardhu berjamaah, maka akan muncul hadits-hadits yang menerangkan topik tersebut.
Jika sudah mengetahui tema hadits tersebut maka bisa dibantu dalam mentakhrij dengan karya-karya hadits yang sudah tersusun berdasarkan bab-bab dan judul-judul yang ada. Cara ini banyak dibantu oleh kitab Miftah Kunuz as-Sunnah yang isinya berupa hadits yang disusun berdasarkan pada judul-judul pembahasan.
E. Cara melakukan Takhrij al-Hadits secara Konvensional
Dalam metode konvensional ini dibutuhkan kitab penunjang, yaitu kitab al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi yang diciptakan oleh A. J. Weinsk seorang guru besar bahasa Arab di Universitas Lieden di Belanda yang sudah diterjemahkan oleh Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi. Kitab ini merupakan kamus yang berisi daftar-daftar lafadz hadits yang terletak di Sembilan kitab hadits yang terkenal dan telah disebutkan di atas.
Sembilan kitab yang dirujuk oleh kitab petunjuk ini dengan kode singkatan sebagai berikut:
1. ( خ ) = Bukhari
2. ( م ) = Muslim
3. ( ت )  = Turmuzi
4. د  ) = Abu Daud
5. ( ن ) = Nasa‟i
6. ( جه ) = Ibn Majah
7. ( ط  ) = Muwatt’ Imam Malik
8. ( حم ) = Musnad Ahmad
9. ( ى د  ) = Al -Darimi
Kamus ini juga seperti kamus bahasa Arab pada mestinya. Namun dari segi huruf, nama-nama tokoh dan kata kerja yang digunakan berbeda. Kitab ini memiliki kelemahan yaitu banyak tidak adanya daftar isi lafadz hadits yang ada dalam kitab yang seharusnya diberi daftar isi.dalam penggunaan kamus ini sangat penting untuk mengetahui aturan penyusunan kata-kata pada kamus ini. Di bawah ini merupakan hal-hal yang harus diingat:
1. Kata-kata diurutkan sesuai dengan abjad.
2. Gunakan kata yang jarang dipakai.
3. Biasanya matan hadits tidak ditunjukkan secara lengkap, namun ditunjukkan pada sumber kitab hadits tersebut.
Cara mentakhrij dengan menggunakan dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi:
1. Siapkan mu’jam dan sebuah hadits yang akan ditakhrij, contoh haditsnya adalah ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة
2. kemudian buka Kitab Mu’jam Al Mufahras tersebut, yang diambil huruf سلك   dan yang dijadikan patokan adalah huruf س nya
3. Kemudian pada gambar di bawah ini dapat diketahui bahwa hadis ini terdapat pada:
o   Abu Daud kitab ilmu bab 1
o   Bukhori kitab ilmu bab 10
o   Turmidzi kitab ilmu bab 16
o   Ibnu Majah kitab muqoddimah hadis ke 17
o   Musnad Ahmad juz 6 halaman 252, 325,407
4. Setelah itu carilah hadis pada masing-masing kitab yang dirujuk.
F.  Cara melakukan Takhrij al-Hadits menggunakan Aplikasi Software
Nama dari software ini adalah Mausu’at al-Hadits al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah. Adapun cara menginstalnya adalah sebagai berikut:
1) Masukkan CD Software Mausu’at al-Hadits al-Sharif  ke CD ROM, letakkan kursor di menu Start lalu carilah file setup yang berada di folder DISK 1, lalu klik kanan pada mouse setelah itu klik Explore.
2) Carilah drive CD ROM lalu buka folder, setelah itu cari DISK 1 Cari file Setup dan  Continue.
3) Pilih kecepatan yang dibutuhkan sesuai hard disk, lalu klik Continue.
4) Tunggu sampai proses copy selesai, setelah itu klik Ok.
Sedangkan di dalamnya, software ini terdapat 8 menu utama, yaitu عرض (tayangan/tampilan), بحث (pencarian), معاجم (kamus), تعريفات (penjelasan), تدريبات (ujian/latihan), المصادر (sumber), خيارات (pilihan), dan مساعدة (bantuan).
1. Menu utama عرض (tayangan/tampilan) terdapat tujuh sub menu, yaitu menampilkan hadits berdasar nomor hadits, menampilkan hadits berdasar bab-bab dalam kitab hadits, menampilkan hadits dalam sebuah kitab, sumber hadits mengenai ayat-ayat al-Quran dan qiraat, pemberian catatan hadits, dan keluar.
2. Menu utama بحث (pencarian) juga terdapat tujuh sub menu, yaitu arah pencarian, pencarian hadits berdasar nama perawi, pencarian hadits berdasar lafadz dalam matan hadits, pencarian hadits berdasar sumber dikeluarkannya hadits, pencarian hadits berdasar topik-topik fiqhiyyah, pencarian hadits berdasar gabungan pencarian kata, dan pencetakan hasil pencarian.
3. Menu utama معاجم (kamus) terdapat empat sub menu, yaitu kamus yang memuat lafadz-lafadz dalam hadits, kamus yang memuat lafadz-lafadz dalam hadits yang dirasa sulit, kamus yang menjelaskan lafadz-lafadz dalam hadits yang masih samar, dan menu pencetakan hasil pencarian hadits melalui kamus.
4. Menu utama تعريفات (penjelasan) terdapat tiga sub menu, yaitu tentang biografi 9 mukharrij yang terkenal, tentang al-Kutub al-Tis’ah, dan menampilkan berbagai kitab yang dijadikan referensi dalam pembuatan aplikasi Mausu’at al-Hadits al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah.
5. Menu utama تدريبات (ujian/latihan) terdapat empat sub menu, yaitu memuat materi ilmu Mustalah al-Hadits, fadhilah para nabi dan sahabat, persoalan fiqhiyyah, dan memuat materi untuk menghafalkan hadits.
6. Menu utama المصادر (sumber) digunakan untuk menentukan tempat pencarian sebuah hadits dari al-Kutub al-Tos’ah.
7. Menu utama خيارات (pilihan) terdapat dua sub menu, yaitu penentuan nomor hadits dari berbagai kitab, dan mencetak hasil pencarian.
8. Menu utama مساعدة (bantuan) terdapat tiga sub menu, yaitu penjelasan tentang pengaplikasian software ini, menjelaskan definisi Mustalah al-Hadits, dan menyajikan versi software yang sedang diaplikasikan.
Dan disini akan dijelaskan cara mentakhrij hadits berdasar pada nomornya:
1. Klik عرض, kemudian klik رقم الحديث 
 
2. Contohnya akan mengutip sebuah terjemah hadits “Sebaik-baik pemimpinmu adalah yang kamu cintai dan mereka mencintaimu” dan menuliskannya pada catatan kaki bahwa matan hadits tersebut ditakhrij oleh Muslim nomor 1855. Maka ketik nomor hadits 1855 di ikon عرض
 
3. Berdasarkan pencarian berikut ini adalah hasilnya

 
4. Maka sudah didapatkan hadits yang diinginkan dengan cara berdasarkan nomor haditsnya.
E. Penutup
Takhrij al-Hadits merupakan upaya untuk mencari sebuah hadits dari berbagai macam kitab mengenai sebagai sumber asli hadits dan di dalam sumber tersebut sudah ada lengkap matan dan sanadnya. Takhrij dapat mengumpulkan beberapa sanad sebuah hadits dan mengumpulkannya dalam berbagai referensi dari matan hadits. Upaya pencarian ini dilakukan untuk mengetahui asal-usul dari sebuah hadits, sanad dan matan yang akan dijadikan bahan penelitian untuk mengetahui kualitas hadits tersebut.
Dilihat dari proses di atas dalam mencari sumber sebuah hadits, dapat disimpulkan bahwa ada empat metode takhrij yang dapat digunakan sebagai cara atau jalan untuk mentakhrij hadits, yaitu: 1) berdasarkan perawi hadits; 2) berdasarkan kata-kata matan hadits; 3) berdasarkan awal kata; dan 4) berdasarkan topik-topik fiqhiyyah.
Takhrij al-Hadits ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual atau konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J Wensick, dan menggunakan aplikasi software Mausu’at al-Hadits al-Sharif al-Kutub al-Tis’ah.











DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mahdi, Abu Muhammad bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi. Metode Takhrij Hadits. Semarang: Dina Utama.1994.
Abu Muhammad Abdul Mahdi, Metode Takhrij hadits, (Semarang: Dina Utama, 1994), Hal. 2.
Al-Thohhan, Mahmud. Dasar-Dasar Ilmu Takhrij. Semarang: Dina Utama. 1995.
Andi Rahman, Riwayah: Jurnal Studi Hadis Volume 2 Nomor 1   “Pengenalan atas Takhrij Hadis” (PTIQ Jakarta, 2016). Hal. 154
Anwar, Ali. Takhrij al-Hadith. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.
Jon Pamil, Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist , Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni  2012 ejournal.uin-suska.ac.id, Hal.53.
Mochammad Sabili Muttaqin, Skripsi: Pengaruh Penggunaan Software Al-Maktabah Al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj Al-Hadîś Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Sumbulah, Umi. Kajian Kritis Ilmu Hadits. Malang: UIN Maliki Press. 2010.
Suryadi, dan Muhammad Alfatih Suryadilaga. Metodologi Penelitian Hadits. Yogyakarta: TH-Press. 2009.
Suryadilaga, M. alfatih. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: Teras. 2009.

Catatan:
1. Similarity 31%.
2. Di kelas dipraktekkan takhrij al-Hadits dari buku Wensinck dan CD Mausuah ya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar