Senin, 17 September 2018

Makkiyah dan Madaniyah (PAI D Semester Ganjil 2018/2019)


MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Satriya Dwi Wicaksono1, Iqbal Hanif2
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: 1satriyauin99@gmail.com, 2iqbalhanif1999@gmail.com

Abstrac
The writing of this article is about Makkiyah and Madaniyah, which aims to explain to the reader in depth and detail about the definitions, examples of verses, rules and uses of the Makkiyah and Madaniyah. The background to writing this article is because many of the Muslims who do not understand and know clearly about Makkiyah and Madaniyah. Makkiyah and Madaniyah can be distinguished in terms of time and place of decline, because it is seen from the different conditions of Mecca and Medina. This study of Makkiyah and Madaniyah is really nothing more than understanding the grouping of verses - Alqu'an based on differences in time and place of descent. Many of the experts who put forward the definitions of Makkiyah and Madaniyah, one of which is Makkiyah, is the Alquran verses that descended before the emigration of the Prophet Muhammad. while Madaniyah is the Qur'anic verses that came down after the migration of Prophet Muhammad. In this explanation, it can be determined that the verses that came down after the migration, even though it happened around Mecca, are still classified as Madaniyah verses and vice versa
.
Abstrak
Penulisan artikel ini tentang Makkiyah dan Madaniyah, yang bertujuan untuk memberi penjelasan kepada pembaca secara mendalam dan rinci tentang definisi, contoh ayat, kaidah, dan kegunaan dari Makkiyah dan Madaniyah tersebut.Adapun yang melatarbelakangi penulisan artikel ini adalah karena banyak dari umat Islam yang belum memahami dan mengetahui secara jelas tentang Makkiyah dan Madaniyah.Makkiyah dan Madaniyah dapat di bedakan dari segi waktu dan tempat turunnya, karena dilihat dari kondisi masyarakat Mekkah dan Madinah yang berbeda. Studi tentang Makkiyah dan Madaniyah ini sesungguhnya tidak lebih dari memahami pengelompokan ayat – ayat  Alquran berdasarkan perbedaan waktu dan tempat turunnya. Banyak dari pakar yang mengemukakan definisi dari Makkiyah dan Madaniyah salah satunya yaituMakkiyah adalah ayat – ayat Alquran  yang turun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad. sedangkanMadaniyah adalah ayat – ayat Alquran yang turun setelah hijrah Nabi Muhammad. Dalam penjelasan ini maka dapat ditetapkan bahwa ayat – ayat yang turun setelah hijrah, sekalipun itu terjadi di sekitar Mekah tetap diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah begitupun sebaliknya
Keywords: Makkiyah, Madaniyah

A.      PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci terakhir yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muahammad sebagai puncak dan penutup wahyu Allah yang di peruntutkan  kepada umat manusia dan disampaikan oleh Nabi Muhammad,adapun Alquran diturunkan secara berngsur-angsur dan tidak dapat ditulis sekaligus, karena yang menerimanya seorang nabi yang ummi dalam arti tdak bisa membaca dan menulis.[1]Adapaun menurut Alquran sendiri Hikmah diturunkanya Alquran secara bertahap untuk meneguhkan perasaan Nabi Muhammad sehingga ia senantiasa merasa dalam komunikasi intensif dengan Tuhan.[2]Oleh karena itu Alquran  memiliki keistimewaan, yaitu apabila umat  manusia membacaya akan diberi pahala untuknya.
Di dalam kitab Alquran terdapat 30 juz, 114surat, dan 6666 ayat yang di dalam Alquran. Pada umumnya para ulama mengelompokan surat-surat Alquran menjadi dua, yaitu surat Makkiyah dan surat Madaniyah. Dan para ulama mempunyai masing- masing pendapat dalam jumlah masing-masing setiap kelompoknya antara jumlah surat Makkiyah dengan Madaniyah.
Di sisi lainnya para ulama juga meneliti dan menyelidiki  surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, Mereka meneliti dari macam-macam aspek sesuai dengan asbab nuzulnya. Lebih dari itu, mereka juga menaruh perhatian dari aneka segi kajian, dan tidak lupa mengenai surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Dengan meneliti karakteristik tempat turunya yang berbeda akan diketahui sifat dan karakter dari surat itu. Dengan demikian akan diketahui pola-pola dakwah yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad.
Dengan meneliti dan meyelidiki kapan dan dimana tempat turunya surat-surat Makkiyahdan Madaniyah akan diperoleh gambaran mengenai situasi waktu dan tempat turunnya surat Makkiyah dan Madaniyah. Dan dalam menggali nilai kandungan serta definisi dari surat Makkiyah dan Madaniyah maka seorang mufasir akan membandingkan bobot nilai kandungan serta definisi antara surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, melalui perbandingan ini, akan dijumpai kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda, oleh karena itu ilmu Makkiyah dan Madaniyah banyak membutuhkan banyak penelitian periwayatan dan nash-nash Hadis yang mendasarinya.

B.       PENGERTIAN DAN CONTOH AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Ilmu Makkiyah dan Madaniyah adalah ilmu membahas tentang surat-surat dan ayat-ayat yang  mana di turunkan di Mekah dan yang mana di turunkan di Madinah.[3] Selain itu para ulama menetapkan turunya ayat-ayat dan surat-surat sebagai dasar penentuan Makkiyah dan Madaniyahnya, oleh karena itu mereka membuat definisi Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
المكي ما نزل بمكة ولو بعد الهجرة ,والمدني ما نزل بالمدينة
Artinya:
“Makkiyah ialah yang diturunkan di Mekkah, sekalipun turunnya sesudah Hijrah; Madaniyah ialah yang diturunkan di Madinah.”[4]
Dan ada ulama yang menyatakan orang yang menjadi sasaran ayat-ayat dan surat-surat sebagai kriteria penentuan Makkiyah dan Madaniyahnya, sehingga  para ulama merumuskan definisinya sebagai berikut.
المكي ما وقع خطابا لأهل مكة, والمدني ما وقع خطابا لأهل المدينة
Artinya:
“Makkiyah ialah khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk Makkah, dan Madaniyah ialah khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk Madinah.”[5]
Dengan demikian definisi ini, dimaksudkan bahwa ayat/surat yang dimulai dengan   ياأيهاالناس  adalahMakkiyah, karena penduduk mekah pada saat waktu itu pada umumnya masih kafir, mesikipun seruan itu ditujukan pula kepada selain penduduk mekah. Sedangkan ayat/surat yang dimulai denganياأيهاالذين أمنوا adalah Madaniyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu pada umumnya sebagian besar sudah beriman meskipun seruan itu juga ditujukan kepada selain penduduk Madinah.[6]
Selain itu bedasarkan waktu dan tempat turunyanya, ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, mempunyai tiga definisi (ta’rif) yang sering dikemukakan para pakar di bidang ini, yaitu sebagai berikut:
1.        Makkiyah adalah ayat-ayat Alquran yang turun sebelum Nabi Muhammad hijrah, sedangkan Madaniyah yaitu ayat-ayat Alquran yang turun sesudah hijrah. Definisi ini mentetapkan, ayat-ayat yang turun sesudah hijrah, meskipun terjadi di sekitar kota Mekah tetap diklasifikasikan sebagi ayat Madaniyah,
2.        Makkiyah yaitu ayat-ayat yang turunnya di kota Mekah dan sekitarnya sekali pun itu setelah hijrahnya Nabi Muhammad, dan Madaniyah yaitu ayat-ayat yang turun di Madaniyah,
3.        Makkiyahadalah ayat yang khitabnya (tuntunan) ditunujukan kepada penduduk di kota Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat yang khitabnya kepada penduduk di Madinah. [7]
Dengan mencermati definisi diatas, dapat dikatan bahwa ayat Makkiyah ayat yang turun di kawasan Makkah dan sekitarnya, sebelum atau sesudah Nabi Muhammad hijrah yang memiliki hukum mengikat atas orang Makkah.[8]
Di dalam Alqur’an, surat-surat dan ayat yang tergolong dalam Makkiyah dan Madaniyah diklasifikasikan menurut fase dan tempat turunya. Berikut ini  adalah tahap-tahapnya:[9]
1.        Surah-surah yang turun di Mekah
Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi didalam kitabnya Al-Burhanfi Ulum Al-Qur’an menulis bahwa surah-surah yang diturun di mekah memiliki jumlah 83 buah. Jumlah tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarih didalam kitab Al-Fihrist miliknya. Ibnu Jarih meriwayatkan kitab miliknya yang bersumber dari ‘Atha’ dan Ibnu Abbas, yang didalam isinya sebagai berikut, “Surah yang turun di Mekah berjumlah 85 buah dan yang turun di Madinah berjumlah 28 buah.”
Perbedaan tersebut tidak hanya sekedar dilihat dari jumlah surah, dan urutan-urutan surahnya. Misalnya surah Al-Insyirah menurut urutan yang disusun Ibnu Nadim dengan sanad dari Muhammad bin Nu’man bin Nasyir yang dimuat dalam kitab Al-Fihrist, surah ini ditempatkan di urutan ke-8, sedangkan pada Al-Zarkasyi menempatkannya pada urutan ke-11.
Berikut ini adalah kronologi turunnya ayat-ayat Al-quran di Mekkah,
Iqra’ s.d Maa Lam ya’lam, Al-qalam, Al-muzammil, Al-mudatsir, Al-Lahab (menurut riwayat Mujahid), Al-Takwir, Al-a’la, Al-insyiroh, Al-Ashar, Al-Fajr, Al-Dhuha, Al-Laili, Al-Adiyat, Al-Kautsar, Al-Takatsur, Al-Mauun, Al-Kafirun, Al-Fill, Al-Ikhlas, Al-Falq, Al-Nas, Al-Najm, Abasa, Al-Qadr, Al-Syams, Al-Buruj,At-Tin, Quraisy, Al-Qariah, Al-Qiyamah, Al-Humazah, Al-Mursalaat, Qaf, Al-Balad, Al-Rahman, Al-Jin, Yasin, Shad, Al-Furqan, Al-Malaikah, Al-Fathir, Maryam, Thaha, Al-Waqiah, Al-Syu’ara, Al-Naml, Al-Qashash, Al-Isra’, Hud, Yusuf, Yunus, Al-Hijr, Al-Shaffat, Luqman, Al-Mu’minun, Saba’, Al-Anbiya, Al-Zumar, Al-Mu’min, Al-Sadjah, Ha Mim ‘Ain Sin Qaf, Al-Zukhuf, Ha Mirn Al-Dhukhan, Ha Mim Al-Syari’ah, Ha Mim Al-Ahqaf, Al-Dzariyat, Al-Ghasyiyah. Al-Kahfi, Al-An’am, Al-Nahl, Nuh, Ibrahim, Al-Sajdah, Al-Thur, Al-Mulk, Al-Haqqah, Sa’ala Sailun, Al-Naba, Al-Naziat, Al-infithar, Al-Insyiqaq, Al-Rum, Al-Ankabut, Al-Muthaffifin, Iqtarabat Al-Sa’ah, Al-Thariq, dan berdasarkan sumber Al-Tsauriy, dan Firas, dan Al-Sya’biy berkata: “Surah Al-Nahl turun di Mekkah, Kecuali ayat Wa in ‘aqabtum fa’ aqibu bi mistli ma’ uqibtum bihi.
2.        Surah – surah yang turun di Madinah,
Berikut ini adalah surah-surah yang turun di Madinah,
Al-Baqarah, Al-Anfal, Al-A’raf, All’Imran, Al-Mumtahanah, Al-Nisa’, Al-Zalzalah, Al-Hadid, Alladzina Kafaru,Al-Ra’d, Hal ata’ ala Al-Insan, Al-Nisa’, Al-Bayyinah, Al-Hasyr, Al-Nashr, Al-Nur, Al-Hajj, Al-Munafiqun, Al-Mujadalah, Al-Hujurat, Al-Tahrim, Al-Jumu’ah, Al-Taghabun, Al-Hawariyun, Al-Fath, Al-Ma’idah, Al-Taubah, Al-Mu’awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas).
3.        Ayat-ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah
Ayat-ayat  Alquran yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.    Ayat 13 surah Hujurat
2.    Ayat 3 sampai dengan 5 surah Al-Ma’idah
Ayat 13 surah Al-Hujurat, turun pada waktu Fathu Mekah, ayat ini dinyatakan sebagai Madaniyah karena turunnya setelah hijrah, dan Al-Ma’idah, ayat 3,4, dan 5 turun di hari Jum’at. Disaat itu umat Islam tengah melakukan wuquf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’.Haji ini dilakukan Rasulullah, setelah beliau berhijrah. Dengan demikian, ketiga ayat di atas bisa diklasifikasikan sebagai bagian ayat-ayat Madaniyah meskipun turun di Arafah dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar  kotaMekah.
4.        Ayat-ayat yang turun di Madinah dan hukumnya Makkiyah

1.      Al-Mumtahanah
2.      Ayat 41 surah Al-Nahl
3.      Awal surah At-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sebetulnya  Madaniyah, akan tetapi khittab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
Surah Al-Mumtahanah turun ketika Rasulullah bakal berangkat menuju Mekah saat menjelang peristiwa Fathu Mekah(Penaklukan Kota Mekah).Kejadian tersebut terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah, seseorang yang bernama Hattab bin Abi Balta’ah menulis surat guna disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isi surat itu mengkonfirmasikan rencana Rasulullah dan kaum Muslimin yang segera berangkat ke kota Mekah yang disebut paling terakhir. Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai Makiyah.Dan beliau tidak menjelaskan alasannya secara detail. Mungkin, penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an ini sudah sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalahayat-ayatyangkhittab-nya ditujukankepada penduduk yang tinggal di Mekah.
Bila dilihat dengan seksama kasus ayat 41 surah An-Nahl, tampaknya itu benar, karena Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah sebagai ayat Madaniyah yang hukumnya Makkiyah, oleh karenanyakhittab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.  
5.        Makkiyah mirip Madaniyah
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung kasus ayat 32 surah Al-Najm. Disana ada kata “الكباثر” yang statusnya itu dapat membingungkan banyak orang,  karena hampir seluruh ulama mendefinisikannya sebagai berikut:
 “Pelanggaran hukum yang menyebabkan had.” Sedangkan sebelum Rasulullah  meninggalkan Mekkah lalu menuju ke Madinah untuk berhijrah, beliau belum mengenal  hukuman. Oleh karena itu Ayat-ayat tersebut bisa disebut Makkiyah mirip Madaniyah.Selain itu Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat 114 surah Hud ke dalam kategori ayat jenis ini. Karena surah tersebut turun berkenaan dengan peristiwa Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang sedang memebeli kurma kepadanya.

6.        Madaniyah mirip Makkiyah
Melihat di kitab Al-burhan fi ulum Al-quran, materi yang membhas seputar Makkiyah dan Madaniyah terbilang lengkap.Ayat Madaniyah yang mirip Makkiyah didaalam kitabnya tersebut hanya memiliki 3 ayat, yaitu:
1.      Ayat 17 surah Al-Anbiya, yang sehubungan datangnya delegasi kaum Nasrani Najhan
2.      Ayat 1 surah Al-Adiyat.
3.  Ayat 32 surah Al-Anfal.
Selain itu, di sebagian tempat terdapat beberapa ayat-ayat yang turun diantaranya, Ayat 85 surah Al-Qashash yang turun di Al-Juhfah, ayat 45 surah Al-Zhukruf yang turun di Bait Al-Maqis Palestina, ayat 45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, 24 surah Al-Insyiqaq yang turun di Thaif, dan ayat 30 surah Al-Ra’d yang turunnya di Hudaibiyah.
7.        Ayat-ayat yang turun pada malam hari
Dalam Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’antidak banyak yang dicatat, mengenai ayat yang turun pada malam hari. Hanyaterdapat  tiga buah, yaitu:
1.    Ayat 1 surah Al-Hajj. Ayat ini turun ketika terjadi peperangan bani Al-Mushthaliq
2.    Ayat 67 surah Al-Ma’idah
3.    Ayat 56 surah Al-Qashash
Selain ayat-ayat yang dituturkan diatas, Amir Abdul Aziz menambahkan beberapa ayat lagi yang turun pada waktumalam, yaitu:
1.    Ayat 190 sampai akhir surah Ali Imran, yang berarti keseluruhannya berjumlah 10 ayat. Diriwayatkan,
“Bahwa suatu malam Bilal hendak mengumandangkan adzan subuh. Sebelum I      tu ia mendapati Rasulullah tengah dalam keadaan  menangis. Bilal langsung menanyakan, apa gerangan yang telah membuat Rasulullah menangis? Rasul, menjawab “Apa yang menghalangiku untuk menangis?Baru saja diturunkan kepadaku malam ini (Rasulullah lalu membacakan ayat 90 surah Al Imran sampai dengan akbir surah itu).setelah membacakan ayat-ayat yang baru saja beliau terima, Rasulullah kemudian mengatakan kepada Bilal: “Celakalah bagi orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya.”
2.    Surah Al-An’am. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkata:
“Surah Al-An’am turun di Mekah sekaligus pada malam hari, dikawal seribu malaikat dengan mengumandangkan tasbih.”
3.    Surah Maryam. Diriwayatkan dari abu Maryam Al-Ghassaniy, berkata:
“Aku pernah mendatangi Rasulullah S.A.W., lalu kukatakan, aku punya tetangga yang malam ini melahirkan bayi wanita, beliau (Rasulullah S.A.W) lalu mengatakan, “Mala mini diturunkan kepadaku surah Maryam, berilah nama Maryam.”
8.        Ayat-ayat yang turun pada musim dingin
1.    Ayat 11 surah Al-Nur, yang mana sabab nuzul-nya berkaitan dengan dirinya diturunkan pada musim dingin, yang dikatakan Aisyah.
2.    Ayat 9 surah Al-Azhab. Khudzaifah meriwayatkan, pada malam Al-Azhab, orang-orang berpencar dengan Rasulullah, kecuali 12 orang. Rasulullah datang dan mengatakan kepada mereka, “Bangkitlah dan berangkatlah ke kampung Al-Azhab. Kutanyakan: “Wahai Rasulullah S.A.W, demi zat yang telah mengutusmu dengan benar, saya tidak melakukan untuk mu kecuali karena takut kedinginan.”Lalu turunlah ayat 9 surah Al-Azhab dan ayat yang sesudahnya.
9.        Ayat-ayat yang turun di perjalanan
1.    Ayat 281 surah Al-Baqarah, yang turun di Mina pada tahun terjadinya Haji Wada’.
2.    Ayat 58 surah Al-Nisa’. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad pada hari futuh saat beliau sedang berada di ka’bah.
3.    Ayat 176 surah Al-Nisa’
4.    Ayat 3 surah Al-Ma’idah, turun di Arafah pada waktu haji Wada’.
10. Ayat-ayat yang turun Musyayya’
Musyayya’ yang artinya diiringi, dikawal, dan diantar.Ada sebagian ayat Alquran yang ketika turun dikawal sejumlah malaikat sebagai penghormatan. Ayat-ayat yang ketika turun diperlakukan seperti itu disebut, ayat Musyayya’.Ayat-ayat atau surah-surah tersebut adalah:
1.      Al-Fatihah. Surah ini ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
2.      Ayat Kursiy, ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
3.      Surah Yunus. Surah ini ketika turun dikawal 70.000 malaikat.
4.      Surah Al-An’am. Dikawal 20.000 malaikat.
5.      Ayat 45 surah Al-Zukhruf, turun dikawal 20.000 malaikat.
Tentang riwayat pengawalan oleh 70.000 malaikat ketika turun surah Yunus yang merujuk pada apa yang disebut Abu’ Amar bin Shalah dalam fatwanya dengan sumber dari Ubai bin Ka’ab, oleh Al-Zarkasyi dinilai berisnad lemah. Kebanyakan ayat Al-Qur’an dibawa Jibril sendiri tanpa pengawalan, demikian menurut Al-Zarkasyi.

C.      KAIDAH-KAIDAH DALAM MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADNIYAH
Dalam menetepkan ayat-ayat Alquran yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang teguh  pada dua perangkat pendekatan berikut ini.[10]
1.        Pendekatan tranmisi (periwayaatan)
Dengan perangkaat periwayatan, para sarjana muslim merujuk pada riwayat-riwayat valid yang berasal dari shabat yaitu orang-orang yang besar yang mungkin menyaksikan langsung turunya wahyu, atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Alquran, termasuk didalamnya adalah formasi kronologis Alquran.Sebagian besar dalam menentukan Makkiyah dan Madaniyah melalui metode yang pertama ini.
Di dalam kitab Al-Intishar, Abu Bakar bin Al-Baqilani yang menjelaskan:
“pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah hanya dapat dilacak pada otoritas sahabat dan tabi’in saja. informasi itu tidak ada yang datang dari Rasulullah, karena memang ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.”[11]
Hadis-hadis nabi yang telah tada didalam kodifikasi kitab hadis, membuat sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabi’in tentang Makkiyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir  bi al-matsur, tulisan asbab an-nuzul, pembahasan-pembahsan ilmu-ilmu Alquran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Otoritas para sahabat dan para tabi’in dalam mengetahui informasi kronologi Alquran dapat dilihat dari pernyataan mereka. Yang terdapat dalam salah satu riwayat Al-Bukhari, Ibn Mas’ud, berkata, 

وَالّذِيْ لاَإِلهَ غيرُهُ مانَزَلتْ أيَة مِنْ كِتَابِ اللهِ وَانا أعْلَمُ فِيمَنْ نَزَلَتْ ,
ولَوْ أعْلمُ مَكَنَ أحَدٍ أعْلمَ بِكِتابِ اللهِ مِنّيْ تَنَالُهُ المَطَا يَالَأ تَيْتُهُ
Artinya:
“Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya tidak ada satu ayat pun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan dimana diturunkan. Seandainnya kutahu tempat orang gaya lebih paham dariku tentag kitab Allah, pasti aku akan menjumpainnya.”[12]
Qadhi Abu Bakar ibn Thayyib dalam al-Intishar menegaskan bahwa, “pengetahuan tentang surah Makki dan Madani mengacu pada hafalan para sahabat dan tabiin”.[13]
Dalam riwayat lain di sebutkan bahwa Ibn Abas berkata, ketika ditanya oleh Ubay bin Ka’ab mengenai ayat yang diturunkan di Madinah, Ia menjawab, “Terdapat dua puluh surat yang diturunkan di Madinah, sedangkan sisanya diturunkan di Mekkah.”[14] As-Suyuthi menyediakan sebagian lembar dalam kitab Al-Itqan-nyauntuk merekam-merkam riwayat dari sahabat dan tabi’in mengenai perangkat periwayatan dalam mengetahui kronologis Al-quran.[15]
2.        Pendekatan analogi (qiyas)
Disaat melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim menggunakan pendekatan analogi berpedoman dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi tersebut. Oleh karena itu apabila didalam surahMakkiyah terdapat satu ayat yang mengandung sifat Madaniyah atau mengandung peristiwa Madaniyah, maka surah tersebut dikatan sebagai ayat Madaniyah. Begitu pula sebaliknya apabila didalam surah Madaniyah terdapat suatu kandungan yang bersifat Makkiyah atau berbarengan dengan peristiwa Makkiyah, maka bisa dikatakan sebagai surah Makkiyah.Dan apabila satu surah adalah surah yang ada di dalam karakterisitik  Makkiyah maka surah itu merupakan surah Makkiyah.
Berkaitan dengan qiyas ijtihadi,para ulama mengatakan “setiap surah yang didalamnya mengandung kisah-kisah Nabi-nabi dan umat terdahulu, maka surah itu adalah surah Makkiyah. Adapun surah yang di didalamnya terdapat kewajiban dan ketentuan, maka surah itu merupakan surah Madaniyah”.[16]
Dalam menentukan dan mengetahui Makkiyah dan Madaniyah Imam al-Ja’bari mengtakan sebagai berikut,
Untuk mengetahui Makki dan Madani ada dua jalan, yaitu sima’i (riwayat) dan qiyas (penerapan). Jalan sima’i adalah menrut riwayat yang sampai kepada kita mengenai turunya Alquran itu, sedangkan qiyas ialah seperti yang dikatkan al-Qomah dari Abd Allah, yaitu semua surah yang berisi “Ya Ayyuh al-Nas” dan seterusnya seperti dalil teori kedua dari content analysis”.[17]
Selain dengan pendekatan transmisi dan pendekatan analogi, untuk mengetahui dab membedakan apakah itu  ayatMakkiyah dan Madaniyah,maka dengan menggunakan  dhawabithdan mumayyizat. Yang mana dhawabith merupakan karakter lafal sedangkan mumayyizat adalah karakter gaya bahasa, dan berikut dhawabith (karakter/ciri lafal) dari surat Makkiyah dan Madaniyah.
a.       Ciri-ciri surat Makkiyah:
1.      Terdapat kata kalla (كلا) di seluruh atau sebagian besar ayatnya, kalimat kalla disebut 33 kali dalam 15 surat. Hikmah “kalla” untuk menahan dan melarang orang yang sombong dan  keras kepala dengan demikian itu cocok digunakan untuk berbicara kepada kaum musyrikin di Mekah
2.      Di setiap suratnya tersapat dalam ayat-ayat sajdahterdapat14 surat, anatara lain yaitu al-A’raf, an-Nahl, ar-Ra’d, Maryam, al-Isra’, dan al-Hajj.
3.      Di setiap suratnya di awali dengan qasam atau sumpah, terdapat 15 surat, yang terdiri dari, al-Buruj, adz-Dzariyat, al-Adiyat , ath-Thuur, an-Najm, ash-Shaffat, al-Mursalat, ath-Thariq, al-Ashr, dan al-Fajr.
4.      Setiap surat di buka dengan huruf huruf hijaiyyah, seperti “haa-mim dan alif-lam-mim” dan lain-lain.
5.      Di setiap suratnya memuat “Ya ayyuhan-naas”,kecuali surat al-Hajj namun ia tetap Makkiyah.[18]
b.      Ciri-ciri surat Madaniyah:
1.      Terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya
2.      Terdapat hukum-hukum hudud, faraidl, qihahsh dan jihad
3.      Menyebut dengan kalimat “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut)
4.      Memuat bantahan terhadap Ahalu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani)
5.      Memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan Al-ahwal Al-Syakhshiy.[19]


D.      KEGUNAAN MEMPELAJARI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Suyuthi memberitahu “bahwa diantara manfaat pemahaman Makkiyah dan Madaniyah adalah untuk mengetahui nasikh dan mansukh serta mengetahui ayat yang berfungsi mukhashshish (yang mengkhususkan) terhadap ayat-ayat sebelumnya yang turun secara umum.”[20]
Di dalam ilmu Makkiyah dan Madaniyah, di temukan  banyak manfaat dan kegunaannya, seperti yang di terangkandi Qaththan sebagai berikut, [21]
Pertama, sebagai ilmu alat bantu dalam memahami Alquran, sebab pengetahuan ini memberikan banyak konstribusi penting didalam menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan benar. mengetahui kapan turun, tempat diturunkan, dan mengenai apa diturunkan, dan menjadi pegangan para mufasir untuk mengetahui mana ayat yang mansukh dan nasikh.
Kedua, menjiwai model bahasa Alquran dan memanfaatkan keindahan dan kelenturan model bahasa tersebut dalam metode dakwah, sebab setiap situasi dan kondisi mempunyaibahasa dakwah yang berbeda pula. Dengan demikian, sebagai acuan dalam ketrampilan berdakwah.
Ketiga, mengetahui sejarah-sejarah Nabi Muhammad secara mendalam  lewat ayat-ayat Alquran, baik ketika Nabi berada di Mekkah atau pun di Madinah.  Pengetahuan sejarah kehidupan Nabi yang digali dari ayat-ayat tersebutakan sangat bermanfaat sekali dalam menentukan cara berdakwah yang sesuai sehingga dapat menentukan sikap terhadap siapa seruan itu ditunjukan.
Keempat, kaum muslimin dapat mengikuti dan mencatat tempat, waktu dan fase turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad secara akurat.  Hal ini menambah keyakinan akan otenitas dan validitas Alquran Al karim sehingga kepada zaman kita sekarang ini tanpa mengalami pengurangan, penambahan, atau perubahan.[22]
                        
E.       PENUTUP
Setelah melakukan kajian di atas, bahwa definisiMakkiyah dan Madaniyah adalah ayat-ayat Al-quran yang turun di mekkah dan ada juga ayat-ayat yang turun di madinah.Dan ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad hijrah adalah Makkiyah dan ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad hijrah adalah Madaniyah. Selanjutnya di dalam Al-quran, ayat-ayat Makkiyah ada pada surah Al-baqarah, Al-anfal, Al-A’raf  dan masi banyak ayat makkiyah di dalam Al-quran. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah ada pada surah Al-Nahl, Nuh, Ibrahim dan masih banyak lagi ayat-ayat Madaniyah di dalam Al-quran.
Didalam jurnal ini kita dapat mengetahui tentang berbagai macamperbedaan  kaidah-kaidah dalam mengetahui makkiyah dan madaniyah. Diantarannya kita dapat mengetahui dengan pendekatan transmisi (periwayatan) dan pendekatan analogi (qiyas).Pendekatan transmisi yaitu Melalui riwayat dari para sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu, dan juga dari tabi’in yang mengetahuinya dari para sahabat.Sedangkan pendekatan analogi (qiyas) yaitu mempelajari karakteristik surat atau ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah yang sudah di ketahui dari riwayat-riwayat yang dapat diterima. Selain itu di jurnal ini menjelaskan berbagai kegunaan mempelajari Makkiyah dan Madaniyah, antara lain sebagai ilmu untuk mendalami ilmu Alquran, sebagai metode dakwah, mngetahui sejarah Nabi Muhammad, dan kaum muslimin mencatat tempat,waktu, dan fase turunnya Alquran secara akurat.
Kegunaan dalam mempelajari Makkiyah dan Madaniyah yang disebutkan dan dijelaskan diatas mempunyai berbagai kegunaan, diantaranya alat bantu untuk memahami Alquran,  mempermudah dalam metode dakwah, mengetahui sejarah Nabi, dan kaum muslimin dapat mencatat fase turunnya Alquan secara akurat.
















DAFTAR PUSTAKA

Drajad, Amroeni, Ulumul Qur’an.  Depok: Kencana, 2017.
Hadiyanto, Andy, “Makkiyah Madaniyah: “Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyu”, Jurnal Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari 2011.
Zuhdi, Masifuk, Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1993. 
Sumbulah, Umi dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN-Maliki Press, 2016.
Hermawan, Acep, Ulumul Qur’an . Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011.
Ansyory, Anhar, Pengantar Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan, 2012.

Muhtador, Moh “Teologi Persuasif: Sebuah Tafsir Relasi Umat Beragama”, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, vol. 4, No.2, Januari 2016.
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000
Ali, Moh, “Kontekstualisasi AL-Qur’an: Studi Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah Melalui Pendekatan Historis Fenomenologis”, Jurnal Hunaf, vol.7, No.1, April 2010.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013.

Catatan:
Artikelnya bagus, sudah tidakada yang perlu diperbaiki, tinggal bagaimana penjelasannya di kelas.


[1]Amroeni Drajad, Ulumul Qur’an (Depok: Kencana, 2017), hlm. 36.
[2]Andy Hadiyanto, “Makkiyah Madaniyah: Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan”,  Jurnal Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari 2011, 3.
[3]Masifuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1993), hlm. 67. 
[4]Ibid.
[5]Ibid.,hlm. 68.
[6]Ibid.
[7] Acep Hermawan, ulumul Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), hlm.52.
[8] Moh Muhtador, “Teologi Persuasif: Sebuah Tafsir Relasi Umat Beragama”, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan.vol. 4, No.2, Januari 2016, 190.
[9]Umi Sumbulah dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis (Malang: Uin-Maliki Perss, 2016), hlm. 142-153.
[10]Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm.108.
[11]Ibid.
[12]Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, hlm.109.
[13]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 72.
[14] Rosihan, Anwar,Ulumul Qur’an, hlm.109.
[15]Ibid.
[16]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 73.
[17]Moh Ali, “Kontekstualisasi AL-Qur’an: Studi Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah Melalui Pendekatan Historis Fenomenologis”, Jurnal Hunaf, vol.7, No.1, April 2010, 64.
[18]Anhar Ansyory,Pengantar Ulumul Qur’an(Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan), hlm. 29.
[19]Umi Sumbulah dkk.,Studi Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 138-139.
[20]Andy Hadiyanto, “Makkiyah Madaniyah: Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan”. Jurnal Studi Al-Qur’an, vol.7, No.1, Januari 2011, 4.                                                                                                                                             
[21]Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, hlm. 71-72.
[22] Yunahar Ilyas,.Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta, Itqhan Publishing, 2013), hlm. 63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar