Selasa, 05 September 2017

al-Qur'an dan Historisitasnya (PAI B Semester Ganjil 2017/2018)





Mochamad Ilham Akbar dan Muhamad Muhibbin

Mahasiswa Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang
PAI B 2016
e-mail: muhammadmuhibbin71@gmail.com

Abstrak:Al-Quran adalah sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W. melewati perantara malaikat Jibril guna di sampaikan kepada seluruh umat islam, kitab suci Al-Quran adalah wahyu dari Allah dibuktikan dengan beberapa ayat Al-Quran dan beberapa pendapat para Ulama’, tulisan Al-Quran berkembang sesuai perkembangan zaman pada masa Nabi Muhammad, Abu bakar, Utsman bin Affan, ditulis di atas kulit, pelepah, dan batu namun masih belum rapi yang disebut dengan shuhuf-shuhuf  hingga berkembang pada masa Abu Bakar dengan dikumpulkan menjadi “Mushaf”, pada masa Utsman bin Affan, terbitlah “Mushaf Utsmani” yang mana Mushaf ini adalah pembetulan dari beberapa shuhuf yang awal mulanya membuat pertikaian karena perbedaan Qira’at atau cara membaca. Artikel berikut ini akan memaparkan tentang Ta’riful Quran (pengertian Al-Quran), Bukti Al-Quran sebagai wahyu dari Allah, dan Kodifikasi penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad, Abu Bakar, Utsman bin Affan.
Kata Kunci: Historisitas, Al-Quran, Pengertian, Kodifikasi, Bukti.
Abstract: The Quran is a scripture written by Allah S.W.T to Prophet Muhammad S.A.W. through the intermediaries of the angel Gabriel to be conveyed to all Muslims, the Holy Quran is a revelation from Allah evidenced by some Qur'anic verses and some of the scholars' opinion, the Qur'anic writings evolve according to the times of development at the time of Prophet Muhammad, Abu Bakar , Utsman bin Affan, written on the skin, fronds, and stone but still not so well-known as shuhuf-shuhuf until it grew in the time of Abu Bakr by being compiled into "Mushaf", during Utsman bin Affan, the emergence of "Mushaf Utsmani" which Mushaf is a correction of some shuhuf which initially made a dispute because of Qira'at difference or way of reading. The following article will show about the Ta'riful Quran (Quran understanding), Qur'anic proof as revelation from Allah, and The codification of the Qur'anic writing at the time of Prophet Muhammad, Abu Bakr, Utsman bin Affan.
Key words: Historicality, Al-Quran, Understanding, Codification, Evidence.

A. Pendahuluan
            Al-Quran adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Quran merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang di peruntukkan bagi setiap manusia, dan bagian dari rukun iman yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W , melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Quran juga memiliki multi fungsi dan selalu mempunyai hubungan yang pasti dalam fenomena-fenomena kehidupan,hal ini diantaranya mukjizat ,akidah,ibadah,mu’amalah ,akhlak,hukum,sejarah,dan dasar-dasar sains. Kitab suci yang diturunkan pertama kepana Nabi Muhammad S.A.W adalah dinamai Al-Kitab dan Al-Quran (bacaan yang sempurna),walaupun penerima dan masyarakat pertama yang di temui nya tidak mengenal baca-tulis.ini semua,dimaksudkan ,agar mereka dan generasi penerus akan membacanya. Fungsi utama Al-Kitab atau Al-Quran yaitu sebagai petunjuk .Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.[1]
             Sejak masa turunnya Al-Quran dalam bahasa Nabi dari kalangan bangsa Arab, kaum muslimin dari golongan sahabat ,tabi’in,ulama dan qurra’ amat memperhatikan dengan serius :suatu perhatian yang tidak ada taranya di bandingkan dengan kitab samawi manapun. Sebagai bukti nyata ialah banyaknya kitab yang di karang berkenaan dengan ilmu Al-Quran sejak dari masa kurun waktu islam terdahulu oleh para qurra’, mufassir ,dan ulama. Sampai hari ini pun ulama masih terus menerus membahas dari bermacam- macam aspek dalam Al-Quran.[2]
            Nabi S.A.W adalah seorang ummi yang mana beliau tidak dapat menulis maupun tidak dapat membaca, lantas bagaimana Rasulallah mengajarkan ayat-ayat Al-Quran pada para sahabat ? Setelah Rasulallah menghafal ayat atau surah Al-Quran. Rasul S.A.W. menyampaikan kepada manusia, membacakannya kepada para sahabat agar mereka menghafalkannya. Hal ini diungkapkan oleh hadist-hadist yang dirawikan oleh tokoh-tokoh hadist terpercaya yang kitab-kitab mereka menjadi rujukan kaum muslimin.[3]
B. Pengertian Al-Quran
Secara etimologi (bahasa) Al-Quran Berarti bacaan karena makna tersebut di ambil dari kata “قرآءة” atau “قرآن” , yaitu bentuk mashdar dari kata “قرأ”. Sedangkan secara terminologi Al-Quran sudah banyak di berikan pengertian oleh para mufassir.
Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa Al-Quran adalah firmanAllah yang mu’jiz,diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Naas.
             Imam Al-Zarqoni memberikan pengertian bahwa Al-Quran adalah lafaz yang di turunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, diawali dengan Surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surah An-Naas.[4]
            Makna Al-Quran menurut Rektor IAIN Sultan Syarif Qosim adalah Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia yangmenghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman terhadap isi yang di kandungnya tidaklah semudah orang memahami isi buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya. Sehingga pesan Illahi itu dapat dicerna secara baik dan dapat di maksimalkan dalam hidup dan kehidupan manusia.
Menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’), ialah : “Nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi nya Muhammad S.A.W. yang ditulis dalam mashaf[5]. Demikianlah menurut ‘uruf, menurut makna yang populer, dalam kalangan ummat.
Al-Quran menurut pendapat ahli Kalam, ialah yang di tunjuki oleh yang di baca itu, yakni : “Kalam azali yang berdiri pada dzat allah yang senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah ditimpa sesuatu bencana”.
            Al-Alusy dalam Ruhul Ma’ani berkata : Para Mutakallimin memberi nama Al-Quran kepada kalimat-kalimat yang gaib yang Azali, sejak dari awal Al-Fatihah hingga akhir An-Naas, yaitu lafadz-lafadz yang terlepas dari sifat kebendaan, baik secara dirasa, dikhayali, ataupun lain-lain,yang tersusun pada sifat allah yang Qadim.
Sebagian Muta’akhirin menambahkan bahwa : “Al-Quran adalah yang kita beribadat dan mentilawatkannya.
Ringkasanya, dapat kita katakan bahwa  : “Al-Quran itu adalah wahyu Illahi yang di turunkan kepada Muhammad S.A.W., yang telah di sampaikan kepada kita sebagai ummatnya dengan jalan mutawatir, yang di hukum kafir bagi orang yang mengingkarinya.[6]
Al-Quran mempunyai beberapa nama, dinyatakan pula bahwa “Kalam Tuhan” yang di turunkan dan di wahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W[7]. tidak hanya dinamai “Al-Quran”,tetapi juga dinamai dengan :
            a. “Al-Kitab”
Lafadz “ Al-Kitab” lebih banyak di pakai dalam Al-Mashaf. Dia adalah muradhif bagi lafadz “Al-Quran”.
            b. “Al-Furqan”
                        Di kutip dari Surah Al-Furqan ayat 1, bahwasanya Allah S.W.T. menurunkan         surah ini tidak lain agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam semesta.
            c. “Adz-Dzikr”
                        Dikutip dari surah Al-Anbiya’ ayat 21, bahwasanya Allah S.W.T.                 Menurunkan Al-Quran sebagai pengingat bagi orang-orang musyrik terdahulu agar    tidak menyembah selain Allah S.W.T.
            Mengapa Al-quran dinamai dengan Al-Quran, Adz-Dzikr, Al-Kitab , Raisul Mufassirin Al Imam Ibn Jarir At-Thabary telah menjelaskan dalam tafsir besarnya “Jami’ul Bayan” sebab Al-Quran dinamai dengan Al-Quran dan dengan nama yang empat tersebut.[8]
            Berfirman Allah S.W.T. :
“ Kami Wahyukan kepada engkau sebaik-baik kisah dengan wahyu yang Kami turunkankepada engkau , yakni “Al-Quran” ini, sesungguhnya engkau sebelum itu adalah orang-orang yang lalai”. (Q.A.3.S 12 : Yusuf).
“ Maha bahagialah Allah yang telah menurunkan “Al-Furqan” kepada hamba Nya supaya ia menjadi “Nadzir” bagi alam semesta”. (Q.A. 1.S. 25: Al-Furqan).
“ Segala puji bagi hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya “Al-Kitab” dan tidak Ia jadikan baginya kebohongan”. (Q.A. 1.S. 18: AL-Kahf).
“ Bahwasanya Kami hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan kepada “Adz-Dzikr” dan bahwasanya kami sungguhakan memeliharanya”.(Q.A. 9.S. 15 Al-Hijr)
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas, mengapa Al-Quran dinamai dengan Al-Quran, Al-Quran dinamai dengan Al-Quran karena ia “dibaca”, dinamai dengan Al-Furqan karena sebagai “pencerai” yang benar dan yang salah, dinamai dengan Al-Kitab karena ia “ditulis”, dan dinamai dengan Adz-Dzikr karena ia “suatu peringatan” dari Allah pada para hambaNya .
            Hakikat Al-Quran, Menurut para Ulama Mu’tazilah, bahwasanya Al-Quran ialah: huruf-huruf dan suara yang dijadikan Allah, yang setelah berwujud lalu hilang dan lenyap.
            Menurut Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa: “Hakikat Al-Quran ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang Qadim diantara sifat-sifatNya. Dan kalam itu lafadz yang musytarak, dipergunakan untuk lafadz yang menunjuk kepada makna, sebagaimana di pergunakan untuk makna yang telah di tunjuk oleh lafadz.[9]
            Tentang sumber-sumber Al-Quran, Keyakinan ilahiah wahyu-wahyu yang di terima Muhammad merupakan keyakinan standart dalam teologi islam. Tanpa keyakinan tersebut,tidak ada seorang muslim pun yang mengklaim dirinya sebagai seorang muslim.Tetapi, keyakinan tersebut telah mendapat tantangan serius ketika di proklamasikan pertama kali oleh Al-Quran dan berlanjut hingga dewasa ini di kalangan tertentu pengamat islam yang Non-Muslim.
            Al-Quran sendiri tidak menyembunyikan oposisi yang serius terhadap Nabi, tetapi justru  merekam rentetan peristiwa tersebut tanpa memutar balikan sebuah pandangan negatif para oposan kontemporer Nabi mengenai asal-usul genetik atau sumber wahyu yang di terimanya, termasuk ejekan dan celaan musuh Nabi[10]. Sebagaimana terlihat, para penantang Muhammad memang berbeda untuk setiap kasusnya. Tetapi, dalam berbagai jawaban tersebut, kitab suci ini selalu menekankan asal usul ilahiahnya: Wahyu yang di terima Muhammad itu bersumber dari Tuhan semesta alam.[11]
            Nuzulul Quran, Al-Quran adalah Kitab Samawi yang terakhir yang di turunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Agung kepada Nabi Muhammad S.A.W. sebagai rosul terakhir. Turunnya Al-Quran itu sudah jelas dan pasti berdasarkan dalil naqli dan aqli. Adapun dalil aqli itu ialah dari segi-segi kemukjizatan yang di kandung oleh kitab ini yang menantang manusia dan Jin untuk mendatangkan tandingan Al-Quran tetapi secara mutlak mereka tidak mampu padahal tantangan terus berlaku hingga hari kiamat.[12]
            Berfirman Allah S.W.T. :
انّآانزلناه في ليلة القدر°
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya(Al-Quran) pada malam                           kemuliaan (Lailatul Qadr)”
            Turunnya Al-Quran yang  pertama kalinya adalah pada malam Laylatul Qadar merupakan pemberitahuan bagi Nabi dan para malaikat, Turunnya Al-Quran kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab terdahulu, sangat mengagetkan orang dan menimbulkan pengetahuan terhadapnya.Oleh karena itu, wahyu turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati nabi dan menghibutnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukukan Nikmat-Nya.[13]
            Akan tetapi, lahir (zahir) dari ayat tersebut bertentangan dengan kejadian nyata Nabi Muhammad, yang mana Al-Quran turun selama 23 tahun,oleh karenanya para ulama mempunya 2 madzhab pokok, yaitu:
            1.Madzhab Pertama, yaitu pendapat Ibn Abbas dan para ulama yang lain serta yang di jadikan pegangan para ulama lainya. Yang dimaksud dengan turunnya Al-Quran dalam ayat di atas adalah turunnya Quran sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Quran diturunkan kepada para rasul kita Muhammad S.A.W. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sesuai dengan peristiwa dan kejadian sejak ia di utus hingga sampai wafatnya. Beliau tinggal di Mekkah sesudah diutus selama 13 tahun dan sesudah hijrah tinggal di madinah selama 10 tahun. Ibn Abbas berkata “ Rasulullah S.A.W. Diutus pada usia 40 tahun. Ia tinggal di mekkah selama 13 tahun, pada waktu itulah wahyu terus turun kepadanya, kemudian ia di perintah hijrah selama 10 tahun, dan beliau wafat pada usia 63 tahun. [14]
            2.Madzhab Kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh Sya’bi [15],yang di maksud turunnya Al-Quran dalam salah satu ayat diatas adalah permulaan turunya Al-Quran pada rasulallah S.A.W. permulaan turunnya Quran dimulai pada malam lailatul Qadar di bukan Ramadhan, yang merupakan malam yang di berkahi. Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa selama kurang lebih 23 tahun. Dengan demikian, Quran hanya satu cara turun, yaitu dengan cara yang berangsur-angsur atau secara bertahap, dalam firman Allah S.W.T :
وقرآنا فرقناه لتقرءه على الناس على مكث ونلزلناه تنزيلا°
            Artinya : “Dan Quran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada  manusia perlahan-lahan dan kami menurunkannya secara bertahap.” (al-Isra’/17: 106)
            Dengan demikian, maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Quranul Karim itu dua kali di turunkan:
            Pertama: Di turunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
            Kedua: Di turunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
C. Bukti Al-Quran adalah Wahyu
          Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu  terjadi memalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan  terkadang melalui saluran mata semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan. Al wahy atau wahyu adalah kata masdar, dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang ,tersembunyi dan cepat khusus di beritahukan kepada orang yang di beritahu tanpa di ketahui orang lain.[16]
            Wahyu menurut istilah, ialah: nama bagi sesuatu yang dicampakkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada Nabi-nabiNya. Disebut dalam kitab Al-Masyariq, bahwa wahyu itu pada misalnya: “ Sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat”.[17]
            Tentang diturunkanya wahyu Al-Quran dapat dilihat pada ayat 185 surah Al-Baqarah :
شهر رمضان اللّذى انزل فيه القران هدى لنّاس وبيّنت مّن الهدى والفرقان°
            Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan (Permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”
            Salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah wahyu dari Allah adalah tidak ada kitab lain yang dapat menandingi isinya, keindahan makna-nya dan sumber tolak ukur dalam setiap kehidupan, dapat di buktikan dengan tantangan Allah dalam surah Al-Baqarah 23 :
وإن كنتم في ريب ممّا نزلّنا على عبدنا فأتوابسورة مّن مّثله وادعوا شهداء كم مّن دون الله إن كنتم صادين°
Artinya : “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang yang benar.”
            Dalam ayat tersebut Allah S.W.T. Menantang siapa pun yang untuk membuat karya layaknya Al-Quran, dari segi keindahan bahasa, keunggulan ilmiah yang terkandung di dalamnya, serta tata bahasanya, mengapa demikian ? Kalau saja Al-Quran yang membuat adalah manusia, tentunya Al-Quran pasti ada tandingannya, akan tetapi jika tidak ada, dapat kita simpulkan bahwa memang Al-Quran adalah wahyu Allah yang sempurna, di turunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad di Gua hira.
            Ibn Asythah dalam Kitabul Mashahif, bersumber dari Ubaid bin Umair, berkata: Jibril datang kepada Nabi S.A.W membawa sehelai kain sutera,lalu berkata: “Bacalah!” Nabi menjawab, “Aku tak bisa membaca.” Kemudian ia (Jibril) berkata. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.” Mereka berpendapat bahwa wahyu ini turun pertama turun dari langit. Az-zuhri meriwayatkan, bahwa Nabi S.A.W sedang berada di Gua Hira ketika di datangi malaikat dengan membawa kain sutera bertuliskan :
إقرأ با سم ربك الذي خلق ° خلق لإنسان من علق° إقرأ وربك لأ كرم ° الذي علم با لقلم °علم الإنسان ما لم يعلم°
            Penerimaan wahyu Al-Quran ada di luar jangkauan nalar manusia. Selama 14 abad yang silam tak ada seorang rasul yang muncul, dan dalam memahami fenomena wahyu kita semata-mata merujuk pada laporan authentic dari Nabi Muhammad dan orang-orang kepercayaan yang menyaksikan kehidupan beliau sebagai cermin tentang apa yang dialami oleh nabi-nabi sebelumnya dalam menerima komunikasi ketuhanan.[18]
            Ustadz Farid Wadji mendefinisikan tujuan-tujuan dalam Al-Quran dengan mengatakan: “ Al-Quran adalah Wahyu Ilahi yang diturunkan oleh Ruhul Amin yaitu Malaikat Jibril kedalam hati Rasulallah S.W.T agar menjadi peringatan dan kabar gembura bagi seluruh umat manusia. Dan keyakinan kita, wahai kaum muslimin,- ialah bahwa Al-Quran itu adalah kitab yang mencakup berbagai macam hukum dan prinsip yang beraneka ragam: ia mencakup intisari kitab samawi terdahulu dan ia membawa aturan yang paling agung demi kesempurnaan kehidupan dunia dan akhirat.[19]
            Wahyu yang di terima Muhammad memiliki asal-usul Illahiah, seperti yang telah di tunjukkan di bagian yang lalu,  selalu dijelaskan dalam Quran ayat :

° إنْ هُوَ إلَّى وَحْيٌ يُوْحى°وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَا
          Artinya: “Dan tidaklah (Muhammad) berbicara mengikuti hawa nafsunya. Sungguh (ucapannya) itu tidak lain adalah wahyu yang di wahyukan”.[20]
            Sementara di dalam sejumlah bagian Al-Quran yang lain Muhammad di perintahkan mengikuti apa-apa yang di wahyukan Tuhan kepadanya (6:50,106; 7:203; 10.109; 33:2; 46:9; 43:43; dll.). Ia tidak mengharamkan makanan apapun kecuali bangkai,darah,daging babi atau binatang yang di sembelih atas nama selain Allah- karena tidak menemukan larangan semacam itu eksis di dalam wahyu yang di wahyukan kepadanya (6:145) .[21]
            Pada ayat lainya, terdapat juga bukti bahwa Al-Quran, yaitu dalam surat Al-Anfal 41:
        إن كنتم بالله وما أنزلنا على عبدنا يوم الفران يوم التقى الجمعن °              
Artinya: “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan yaitu di hari bertemunya dua pasukan
            Itulah bulan ketika Muhammad S.A.W beri’tikaf di Gua Hira, menjauhkan diri dari khalayak untuk berpuasa dan beribadah. Adapun tentang kepastian malam dimulainya wahyu itu tanggal 17 Ramadhan,karena “bertemunya dua pasukan besar”[22],ialah pada tanggal tersebut ,tahun kedua Hijrah. Yang dimaksud dengan dua pasukan besar adalah kaum muslimin dan kaum musyrikin di Badr.Jadi ayat diatas mengisyaratkan kepada dua hari besar, pada suatu diantara kedua hari tersebut Allah memuliakan Muhammad S.A.W memuliakan kaum muslmin dan kemenangan di berikan-Nya. Diriwayatkan oleh Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabary dalam tafsirnya,dengan sanad dari Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib a.s. yang berkata “Lailatul Furqan adalah hari bertemunya dua pasukan besar pada tanggal 17 Ramadhan”.[23]
C. Sejarah Penulisan dan Kodifikasi Al-Quran (Nabi Muhammad, Abu bakar, dan Utsman)
          Selama Berabad-abad, kaum muslim telah menunjukkan kesungguhan untuk melestarikan dan menyampaikan Al-Quran sebagaimana di wahyukan kepada Nabi Muhammad. Kaum muslim menggunakan semua sarana pelestari dan komunikasi yang mungkin : kulit, kertas, dan tinta, papan dan kapur, media cetak,kaset dan juga internet. Al-Quran telah diajarkan dan di pelajari secara rahasia maupun terang-terang an, di rumah-rumah, di masjid-masjid besar, di taman kanak-kanak,dan juga di madrasah. Tapi, pada akhirnya dalam setiap generasi ada banyak muslim yang mengabdikan diri secara tulus untuk mengatasi masalah  berat berupa menghafal Al-Quran dan menguasai bacaannya, teks sakral ini terus dilestarikan secara utuh, diriwayatkan secara akurat, dan di agungkan ditengah masyarakat muslim.[24]
1.Pada Zaman Nabi Muhammad S.A.W
            Rasulallah telah mengangkat para penulis wahyu Al-Quran dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Mu’awiyah, ‘Ubai bin Ka’b dan Zaid bin Sabit.Bila ayat turun, ia memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah,sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan dalam hati.[25]Para penulis Al-Quran menulis ayat-ayat pada pelepah, batu dan sobekan kain, dan kadang-kadang diatas kulit atau tulang, yang biasa dilakukan orang-orang Arab pada waktu itu. Semua itu mereka beri nama shuhuf. Shuhuf-shuhuf itu di tulis dan di simpan di rumah Rasulallah S.A.W. Muhammad bin Ishaq dalam Al-Fihrits mengatakan: “Pada zaman Rasulallah S.A.W Al-Quran ditulis dihadapan beliau diatas kepingan batu, pelepah dan tulang-tulang unta.”   Dalam suatu riwayat lain yang bersumber dari Ali bin Ibrahim, dari Abi Bakar al-Hadhrami bahwa Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad a.s. berkata: Rasulallahpernah berkata kepada Ali: “Hai Ali,Al-Quran ada di belakang tempat tidurku  ,di shuhuf, sutera, kertas(lembaran atau kain lainnya). Ambillah, kemudian kumpulkan, jangan di sia-siakan seperti orang Yahudi menyia-nyiakan Taurat.” Ali menuju ke tempat tersebut dan membungkusnya dengan kain kuning.[26]
            Diwaktu Rasulallah Wafat, seluruh Al-Quran itu baru di tulis belum di atas kertas. Ada yang ditulis diatas pelepah kurma ada yang diatas kulit, ada yang diatas kain, ada yang diatas tulang, dan ada pula yang di atas punggung unta. Disimpan di dalam hati sekalian orang muslim pada waktu itu. Di waktu Rasulallah masih hidup, tiap-tiap ayat yang turun kepadanya itu dihafalnya. Juga di hafal oleh orang-orang Islam yang lainya.Sehingga hafalan itu melekat di hati Rasulallah dan umat islam pada waktu itu.[27]
            Adapun nama penulis wahyu Al-Quran (Kuttab) yang terkenal : Abu bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali ,’Amir ibn Fuhairah ( Salah satu penulis surat nabi yang dikirimkan kepada beberapa raja), Ubay Ibn Ka’ab (Penulis dari kaum Anshar,dan paling banyak menulis wahyu), Tsabit Ibn Qais Ibn Syammas, Zaid Ibn Tsabit, Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, Yazid(saudara daripada Mu’awiyah), Al Mughirah Ibn Syu’bah, Az Zubair Ibn Al ‘Auwam, Khalid Ibn Walid,Al ‘Ala Al Hadrhramy, ‘Amir Ibn ‘Ash,Muhammad Ibn Maslamah.
B. Pada Zaman Abu Bakar
            Abu Bakar menjalankan urusan islam setelah Rasulallah. Ia dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besarberkenaan dengan kemurtadan sebagian orang Arab.Karena itu Abu bakar segera menyiapkan pasukan untuk memeranginya, diantaranya terdapat juga Hafidz dan Qurra’.[28] Abu Bakar menyiapkan satu pasukan tentara terdiri dari 4000 pengendara kuda, yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pasukan Khalid berangkat untuk menggempur mereka. Dan banyak pula sahabat yang gugur.Diantara sahabat yang gugur, salah satunya adalah Zaid ibnul Khattab, saudara ‘Umar. Sebanyak 700 penghafal Al-Quran yang syahid. Setelah ummat islam mengeraskan tekanan nya, pertolongan Allah pun datang.[29]
            Melihat banyak sahabat Al-Quran yang gugur, maka timbulah hasrat ‘Umar ibn Khattab untuk meminta Abu Bakar agar Al-Quran itu dikumpulkan, karena khawatir akan hilang berangsur-angsur, kalau di hafal saja, karena para hafidz semakain berkurang. Abu bakar mulanya menolak ajakan ‘Umar tesebut, namun setelah Allah membukakan pintu hati Abu Bakar ,Abu Bakar menyetujui nya,. Dan selanjutnya Abu Bakar mendatangi Zaid ibn Tsabit , memerintah Zaid , mengingat kedudukannya dalam qira’at, penulisan, pemahaman dan kecerdasannya serta kehadirannya dalam pembacaan Al-Quran yang terakhir kali, Abu Bakar menceritakan tentang kekhawatirannya ‘Umar. [30]Zaid berkata “ Demi Allah ,Kalaulah aku di bebani untuk memindahakan suatu gunung, tidaklah lebih berat daripada aku diperintahkan untuk mengumpulkan Al-Quran.” Dan Abu bakar menjawab “Demi Allah ,ini satu kebaikan.
            Setelah Abu Bakar mengulangi permintaannya beberapa kali, luluhlah hati Zaid ,dan Zaid pun memulai mengumpulkan Al-Quran yang tertulis pada pelepah-pelepah,kepingan-kepingan batu, dan yang dihafal oleh para sahabat. Dari riwayat tersebut, terlihat jelaslah bahwa Abu Bakar bertindak hal tersebut karena belum pernah di lakukan oleh Rasulalallah S.A.W. Demikian pula Zaid, Ia juga tidak mau bertindak apa yang belum pernah di lakukan Rasulallah,karena takut dikatakan bid’ah terhadap masalah agama.Di dalam kitab Al-Itqan, dengan mengutip buku Al-Maghazi karya  Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab, katanya: “ Ketika peristiwa Al-Yamamah menimbulkan banyak korban ,Abu Bakar prihatin dan khawatir akan hilangnya ayat-ayat Al-Quran. Kemudian para sahabat saling berdatangan dengan membawa ayat Al-Quran kepada Abu Bakar, sehingga terkumpulah lembaran-lembaran.Karena itulah Abu Bakar disebut sebagai orang yang pertama kali mengumpulkan Al-Quran.Lalu Umar memanggil orang-orang Madinah yang merasa menerima Al-Quran dari Rasulallah, Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid : “Duduklah kalian diantara pintu masjid. Siapa saja yang datang membawa ayat Al-Quran serta dua orang saksi, segeralah catat.Kedua saksi tersebut bertujuan agar memberi kesaksian bahwa ayat Al-Quran yang di bawa oleh setiap orang adalah benar seperti yang di baca ulang di hadapan Nabi pada tahun wafat beliau dan di tulis sepengatahuan beliau.”[31]
            Kita sudah mengetahui bahwa Quran sudah tercatat pada masa Nabi Muhammad, namun bentuknya masih berserakan dalam pelepah kurma, kulit dan tulang-tulang, kemudian pada masa Abu Bakar muncul perintah darinya untuk mengumpulkan menjadi satu   “Mushaf”. Keistimewaan seperti inilah hanya ada pada himpunan Quran yang di kerjakan oleh Abu Bakar. Para Ulama berpendapat bahwa penamaan Quran dengan “mushaf” itu baru muncul sejak saat itu, di saat mengumpulkan Al-Quran, Ali berkata “ Orang yang paling besar pahalanya dalam pengumpulan mushaf adalah Abu Bakar.Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar. Dialah orang pertama yang mengumpulkan Al-Quran”.[32]
            Dari penjelasan diatas kita dapat menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Abu bakar)[33] :
·        Orang yang pertama kali melakukan kompilasi Al-Quran adalah Abu Bakar, terjadi setelah perang Yamamah.
·        Sedangkan orang yang mempunyai gagasan pertama untuk melakukan kompilasi Al-Quran adalah Umar Ibn Khattab.
·        Motivasi Umar memaksa Abu Bakar untuk melesatarikan Quran adalah agar eksistensi Al-Quran tetap terjaga.
·        Abu Bakar memilih Zaid untuk menulis Al-Quran karena kemampuanya.
·        Kompilasi yang di tulis Zaid adalah apa yang pernah ditulis pada masa Nabi Muhammad .
·        Abu Bakar menyerahkan Mushaf kepada Umar selaku penggantinya, lalu Mushaf di berikan kepada Hafsah.
·        Istilah Mushaf baru muncul pada masa Abu Bakar.
C. Pada Zaman Utsman Bin ‘Affan
            Gerakan Pengumpulan Shuhuf-shuhuf pada masa Utsman, Sesudah beberapatahun berlalu dari pemerintah ‘Utsman Bin Affan timbullah beberapa penggerak yang menggerakan para sahabat supaya meninjau kembali shuhuf-shuhuf yang telah di tulis oleh Zaid bin Tsabit.
            Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Hizaifah bin Al-Yaman.Ia melihat banyak perbedaan cara-cara membaca Al-Quran. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing orang tetap berpegang teguh pada bacaanya dan bahkan saling mengkafirkan.Melihat kenyataan seperti itu, Huzaifah segera menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah di lihatnya. Utsman juga memberi tahu kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan qiraat pada anak-anak. Mereka sepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukanumat islam dengan bacaan yang tetap pada satu huruf.[34]
            Maka Utsman meminta kepada Hafsah supaya memberikan shuhuf-shuhuf yang ada padanya untuk di salin kedalam beberapa mushaf. Sesudah itu akan dikembalikan lagi kepada Hafsah, sesudah shuhuf-shuhuf itu di terima oleh Utsman, beliau pun menyuruh Zaid Bin Tsabit, Abdullah ibn Zubair, Zaid ibn Ash, Abdur Rahman Ibn Harits Ibn Hisyam menyalin dari shuhuf-shuhuf itu beberapa mushaf.Jika terjadi perselisihan maka hendak akan ditulis menggunakan bahasa Quraisy, karena Al-Quran diturunkan dengan lisan Quraisy. Utsman mengirim mushaf-mushaf tersebut ke beberapa kota-kota besar satu mushaf,serta memerintahkan agar shuhuf yang lainya di bakar. Menurut Ibn Abu Daud: Utsman membentuk suatu badan pada tahun ke -25 Hijriah, yang mana badan tersebut terdiri dari 12 orang dan di kepalai oleh Zaid bin Tsabit, tugasnya yaitu menentukan bahasa mana yang harus di pakai ,untuk menghilangkan perselisihan tentang pemakaian kalimat. Tegasnya badan tersebut berpegang pada penyusunan yang telah sempurna dilakukan dimasa Abu Bakar.Sesudah sempurna baik dari segala ayat quran nya, tempat nya yang ada dalam surah dan penertiban surah, Utsman pun menyuruh salin empat mushaf dari naskah pertama dinamai Al-Imam. Sebuah naskah ke Mekkah, ke Kuffah, ke Basrah, ke Syam. Asal salinan tulisan badan lajnah tinggal di tangan Utsman sendiri, dan Utsman menyuruh membakar shuhuf-shuhuf yang ada dalam masyarakat dan menyuruh kaum muslimin membaca Al-Quran dengan Qiraat yang termateri dalam Al-Imam itu.[35]
            Dari penjelasan diatas kita dapat menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Utsman bin Affan)[36] :
·        Faktor utama penyebab Utsman memodifikasi Al-Quran adalah perbedaan masyarakat muslim tentang bacaan Al-Quran.
·        Untuk melaksanakan tugas berat tersebut, ‘Utsman membentuk suatu badan yang di kepalai oleh Zaid bin Tsabit guna menentukan bahasa yang akan di pakai agar menghilangkan perselisihan .
·        Modifikasi Al-Quran merujuk pada shuhuf yang telah disusun pada masa Abu Bakar.
·        Mushaf ‘Utsmani’ ditulis dengan dialek Quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka.
·        Mushaf yang di cetak oleh badan pimpinan Zaid bin Tsabit di kirim ke Kuffah, Basrah ,Syuria, Mekkah, dan Madinah.
·        Setelah selesai segal proses penyalinan shuhuf, Zaid membacakan hasilnya di depan Utsman dan beberapa sahabat lain ke propinsi islam , Zaid di Madinah, ‘Abdullah bin Al-Said di Mekkah, Al- Mughiroh bin Syihab di Syuria, Abu ‘Abdurrahman Al-Salimi di Kuffah, dan Amir bin ‘Abdul Qodir di Basrah.
E. Penutup
            Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Quran adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Bukti bahwa Al-Quran adalah benar-benar wahyu Allah S.W.T. adalah dari beberapa Firman Allah di dalam Al-Quran yang mana Allah telah menantang siapapun untuk membuat kitab se-sempurna Al-Quran, jika ada maka Al-Quran akan ada tandinganya, namun tidak karena kesempuranaan Al-Quran hanyalah milik Allah S.W.T. ,mengenai perkembangan penulisan atau kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi Muhammad, Al-Quran telah di tulis namun masih berupa shuhuf-shuhuf (lembaran-lembaran) oleh para sahabat Nabi pada masa itu, ada yang diatas pelepah kurma, kulit binatang, dan bahkan diatas batu, pada masa kepemimpinan Abu Bakar Al-Quran mulai di kumpulkan menjadi “Mushaf” atas hasrat dari Umar bin Khattab yang meminta agar segera di kumpulkan karena takut akan semakin menghilangnya para huffadz Al-Quran, pada masa Utsman bin Affan, Mushaf-Mushaf mengalami perbaikan dari segi bahasa karena pada saat itu banyak kaum muslimin yang bertikai akibat bahasa dari masing-masing mushaf berbeda oleh karena itu, dengan berkiblat pada mushaf yang ada pada masa Abu Bakar, Utsman segera memperbaiki bahasa Mushaf tersebut dan muncul-lah “Mushaf Utsmani”.














Daftar Pustaka
Al-A’zami, Muhammad  Mustafa. The History  The Qur’anic Text.Jakarta:GEMA             INSANI,2005.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,2015.
Az-Zanjani, Abu Abdullah. Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Bandung:Mizan,1986.
T.M. Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan          Bintang,1974.
Amal, Taufik Adnan. Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA,2001.
Anwar, Abu. Ulumul Quran. Pekanbaru:Amzah,2002.
Al-Abyabi, Ibrahim. Sejarah Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA,1992.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Bandung: Mizan,1994.
Ibrahim, Muhammad Ismail. Sisi Mulia Al-Quran. Jakarta:CV. RAJAWALI,1986.
Mattson, Inggrid. Ulumul Quran Zaman Kita. Jakarta:Zaman,2013.
Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember 2016

Catatan:
Makalah ini sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa perbaikan yang harus dilakukan:
1.      Cara penulisan footnote salah, harus diperbaiki.
2.      Bagian bukti-bukti al-Qur’an sebagai wahyu Allah lebih dipertajam lagi.
           
           
           
           


[1]M.Quraish Shihab.Lentera Hati.Bandung:Mizan.1994.hlm.27-28
[2]Abu Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.15
[3]Abu Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.53-54
[4]Abu Anwar.Ulumul Quran.Pekanbaru:Amzah.2002.hlm.13
[5] Mas-haf boleh di baca Mish-haf dan Mus-haf. Maknanya: Lembaran-lembaran yang dikumpulkan dan di ikat, merupakan buku.
[6]Hasbi T.M. As-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan Bintang.1974.hlm.15-16
[7] Ibid., hlm. 19
[8] Ibid., hlm. 20
[9] Ibid., hlm. 22
[10]Taudik Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm. 51
[11] Ibid., hlm.55
[12]Muhammad Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.11
[13]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.142
[14]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.143
[15] Asy-Sya’bi adalah ‘Amir bin Syaharil, termasuk tabiin besar dan salah seorang guru Abu Hanifah yang terkemuka. Dia juga ahli hadist dan ahli fiqih, wafat 109 H.
[16]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.35
[17]Hasbi T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan Bintang.1974.hlm.25
[18] M.M. Al-A’zami.The History  The Qur’anic Text.Jakarta:GEMA INSANI.2005.hlm.48
[19]Muhammad Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.10
[20] Surah An-Najm,ayat 3-4.
[21]Taufik Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm.61
[22] Surah Al-Anfal,ayat 41.
[23]Abu Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.46
[24]Inggrid Mattson.Ulumul Quran Zaman Kita.Jakarta:Zaman.2013.hlm.200
[25]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.183
[26]Abu Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.65-66
[27]Ibrahim Al-Abyabi.Sejarah Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA.1992.hlm.55
[28]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.185
[29]Hasbi T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan Bintang.1974.hlm.89
[30]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.186
[31]Abu Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.85-86
[32]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.188-189
[33] Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember 2016,hlm.248-249
[34]Manna’ Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.190
[35]Hasbi T.M. Ash-Shiddieqy.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan Bintang.1974.hlm.93-94
[36] Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember 2016,hlm.253-255

Tidak ada komentar:

Posting Komentar