Senin, 01 Mei 2017

Takhrij al-Hadits (P-IPS E Semester Genap 2016/2017)




Takhrij Al-Hadits
Lusi Herniati, Fikria Rifqi Zahara
Mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Angkatan 2015
Abstract

Abstrak
This article talks about the science of hadith takhrij the first step in the study of Hadith matan nor its to provide information received or turned the Hadith, is it worth the Saheeh, hasan, and dhaif. Benefits of takhrij Al hadith -to know the original source of it came from. There are several methods in takhrij Al hadith which were takhrj through the beginning of the word, through one of the Hadith narrators, via the first, through the theme of the deliberations of the Hadith, via the nature or type of the Hadith. In takhrij Al hadith can be done in two ways, i.e., conventional way using Al-Mu'jam al Mufahras li Alfaz al-Hadith al-Nabawi works of a. j. Wensick were very popular and were considered a practical way and using the Software Mansuat al hadith al Sharif: al Tis'ah version 2 so that the activities of the more rapid and effective in takhrij.

Pendahuluan
Sumber hukum bagi umat Islam yaitu Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang utama, memuat isi lengkap untuk mengatur kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa Arab. Dalam mengamalkan Al-Qur’an perlu dilakukan tafsir agar umat Islam bisa memahaminya karena Al-Qur’an wahyu Allah. Pentingnya peranan hadis Nabi bagi umat Islam dalam memahami Al-Qur’an. Tanpa hadist Nabi kita tidak bisa menerapkan ajaran Islam dengan benar.
Dengan perkembangan zaman dan berkat kegigihan usaha para ulama, maka hadits-hadits Nabi bisa dikumpulkan serta dibukukan untuk bisa diamalkan bagi umat Islam. Tokoh-tokoh yang paling berjasa adalah Al-Bukhari, Muslim, Al-Turmudzi, Al-Darimi, An-Nasa’i, dan lain sebagainya.
Meskipun hadits-hadits Nabi tersebut dituliskan dengan lengkap baik matan maupun sanadnya, pada kenyataannya banyak sekali ditemui hadits-hadits tanpa identitas yang tidak disebutkan rawi beserta kualitasnya. Oleh karena itu perlu menelusuri hadits pada letak asal hadis serta sumber-sunbernya yang asli agar bisa mengetahui lafal hadits secara lengkap baik matan maupun sanadnya. Untuk menelusuri hadits pada sumbernya yang asli tidak bisa dilakukan dengan sembarangan tetapi perlu metode khusus yang sudah dirumuskan oleh para ahli hadits yang disebut dengan metode Takhrij Al-hadits.
Dalam pembahasan materi tentang metode Takhrij Al-hadits tersebut. penulis akan menjelaskan pengertian Takhrij Al-hadits, Manfaat Takhrij Al-Hadits, Metode yang digunakan dalam Takhrij Al-hadits, ada 2 yaitu metode takhrijul Al-hadits secara konvensional atau dengan menggunakan kitab dan metode Takhrj Al-hadits dengan software beserta penerapannya.
A.    Pengertian Takhrij al-Hadits
Secara etimologi, kata Takhrijberasal dari akar kata kharaja-yakhruju-khuruujan mendapat tambahan tasydid/syiddah pada ra (‘ain fi’il) menjadikhorja-yukhorriju-takhriijan yang berartimenampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan dan masih samar. Penampakan dan pengeluaran disini tidak mesti berbentuk fisik yang konkret, tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbath yang berarti mengeluarkan hukum dari nash/teks Al-Quran dan hadis.[1] Kata al-ikhraj (الإخرج) yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan al-makhraj(المخرج) artinya tempat keluar; dan takhrijal-hadis wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadis kepada orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.[2]
Adapun secara terminologi menurut beberapa para ahli :
1.      Takhrij menurut Al-Manawi yaitu menisbatkan (menyandarkan) hadist pada para perawi yang meriwayatkan hadist-hadist tersebut dalam kitab-kitab mereka dengan menyantumkan hukum dan kualitasnya. [3]
2.      Takhrij menurut As-Sakhowi dalam kitab “Fathul Mughits” ialah ahli hadits mengeluarkan hadits drai guru, kitab dan lain sebagainya, dan dikatakan dari periwayatannya dirinya, atau dari sebagian gurunya, dari teman-temannya, atau dari yang lain. bisa juga berarti membicarakannya bagi orang yang pernah meriwayatkan dari pengarang kitab tersebut. [4]
Takhrij menurut istilah ahli hadist, mempunyai pengertian :
1.      Usaha mencari sanadhadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah jadis dari kitab Jamius Shahih Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh Imam Muslim.[5]
2.      Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke dalam kitab susunanannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata : “Akhrajul Bukhari “, artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Shahih Bukhari. Bila ia mnegakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim.[6]
3.      Usaha hadis mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab. [7]
4.      Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis ada sumber-sunbernya yang asli yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian manakala diperlakukan, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan. [8]
5.      Takhrij ialah petunjuk jalan ke tempat atau letak hadist pada sumber-sumbernya yang orisinal yang takhrij-nya berikut sanad­-nya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan. [9]
6.      Bagaimana seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu hadist dengan sanadnya sendiri. [10]
7.      Mengemukakan hadist berdasarkan sumber pengambilannya yang didalamnya disertakan metode periwayatan dan sanadnya masing-masing dengan menjelaskan keadaan perawi dan kualitas hadistnya. [11]
Dengan demikian pengertian paling tepat dan sesuai yang berkaitan dengan penelitian hadist dalam konteks saat ini adalah pengertian yang keempat. Demikian juga dengan tujuan dari takhrij hadist yaitu menunjukkan sumber-sumber hadist-hadist dan menerangkan ditolak atau diterimanyai hadist-hadist tersebut karena dengan melakukan takhrij hadist dapat mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadist dan juga dapat mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadist.
B.     Manfaat
Manfaat takhrij amat besar, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam hadits dan ilmu-ilmu hadits. Sebab dengan perantaraannya seseorang mendapat petunjuk kepada salah satu sumber hadits pertama yang disusun oleh para tokoh atau imam hadits. Kebutuhan terhadap takhrij supaya pencari ilmu dapat diperkuat oleh suatu hadits atau ia meriwayatkan setelah ia mengetahui ulama para penyusun yang meriwayatkan hadits  dalam kitabnya sebagai musnad (sandaran). [12]
Manfaat takhrij Al-haditsdiantaranya:
1.      Mengetahui beberapa referensi beberapa bukku tulis.
Dengan takhrij sesorang dapat mengetahui siapa perawi suatu hadis yang diteliti dan dalam kitab hadis apa saja hadis tersebut didapatkan.
2.      Menghimpun sejumlah sanad hadis.
Dengan takhrij seseorang dapat menemukan sebuah hadis yang akan diteliti di sebuah atau beberapa buku induk hadis.
3.      Meningkatkan suatu hadis yang dha’if menjadi hasan li ghayrihi karena adanya dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya. Atau meningkatnya hadis hasan menjadi shahih li ghayrihi dengan ditemukannya sanad laib yang seimbang atau lebih tinggi. [13]
4.      Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadist beserta ulama yang meriwayatkannya.
5.      Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui apakah munaqthi atau lainnya.
6.      Memperjelas hukum hadits dengan banyaknya riwayatnya, seperti hadits dha’if melalui suatu riwayat, maka dengan takhrij kemungkinan akan didapati riwayat lain yang dapat mengangkat suatu hadits tersebut kepada derajat yang lebih tinggi.
7.      Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
8.      Dapat menafikan pemakaian “an” dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata jelas kebersambungan sanad-nya, maka periwayatannya yang memakai “an” tadi akan tampak pula kebersambungan sanad-nya. 
9.      Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
10.  Dapat memperkenalkan periwayatannya yang tidak terdapat dalam satu sanad.
11.  Dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam satu sanad.
12.  Dapat menghilangkan syadz (kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat perawi yang lebih tsiqat) yang terdapat pada suatu hadits melalui perbandingan riwayat.
13.  Dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami penyusupan sesuatu) dari yang lainnya.
14.  Dapat mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh seorang perawi.
15.  Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafadz dan yang dilakukan dengan makna saja.
16.  Dapat menjelaskan masa dan tempat kejadian timbulnya hadits.
17.  Dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya  hadits melalui perbandingan sanad-sanad yang ada.
18.  Dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan cetak melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada. [14]
C.     Metode Takhrij Al-Hadits
Secara umum ada dua metode yang digunakan untuk melakukan takhrij hadits yaitu metode takhrij hadits dengan cara konvensional atau dengan menggunakan kitab-kitab hadits dan metode takhrij hadits dengan menggunakan perangkat komputer melalui software.
Jika kita mendapatkan sebuah hadits dan ingin mentakhrijnya, mengetahui keberadaannya pada sumbernya yang asli. Atau jika kita diminta mentakhrij sebuah hadits : maka pertama kali yang kita lakukan sebelum mencarinya pada kitab-kitab adalah memperhatikan status hadits yang kita jumpai atau hadits yang kita diminta mentakhrijnya, dengan jalan memperhatikan orang-orang yang meriwayatkannya, jika disebutkan dalam hadits atau memperhatikan judulnya, atau memperhatikan sifat spesifik yang dikandung hadits tersebut pada sanadnya, atau pada matannya.  Yang demikian untuk memudahkan kita mendapatkan takhrijnya.[15]
Dengan melihat proses men-takhrij yang digunakan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis, ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij yang dapat kita gunakan untuk men-takhrij hadis, yaitu : [16]
1.      takhrij melalui awal kata مطلع الحديث
2.      melalui salah satu kata dalam hadis  لفظ من الفاظ الحديث
3.      melalui perawi pertama الراوي الأعلى
4.      melalui tema pembahasan hadis
5.      melaluisifatataujenishadis
Metode pertama, takhrij dengan menggunakan awal kata dari hadis,
takhrij dengan jalan mengetahui lafadz pertama matan hadis yaitu takhrij mengunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari bab mim, jika diawali huruf ba’ maka dicari pada bab ba’ dan seterusnya. Takhrij seperti ini diantaranya menggunakan kitab Al-Jami’ Ash-Shagir atau Al-Jami’ Al-Kabir karangan As-Suyuthi dan Mu’jam Jami Al-Ushul fi Ahadits Ar-Rasul, karya Ibnu Al-Atsir.[17]
Takhrij dengan menggunakan metode ini disyaratkan harus tahu awal kata dari hadis yang akan dicari. Jika awal katanya tidak diketahui maka proses pencarian hadis dengan metode ini tidak mungkin bisa dilakukan.[18]
Jika awal kata sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melihat    huruf pertama dari kata tersebut, demikian pula dengan huruf ke dua dan ketiganya.[19]
Misalnya hadis yang awal katanya berbunyi: من غشنا فليس منا  Maka kita cari hadis itu pada humf (entri) ”mim” dan ”nun" (من) kemudian ”ghoin” , “syin” dan     seterusnya seperti saat kita mencari kosa kata dalam kamus bahasa.[20]
Kelebihan dan kekurangan metode ini diantaranya , kita dapat melacak hadis dengan cepat jika sudah diketahui awal katannya.Adapun kekurangannya,jika terjadi perubahan sedikit saja pada awal kata tidak akan mungkin bisa menemukan hadis yang kita cari.[21]

Metode kedua, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang digunakan dalam teks-teks hadis (ghorib [asing])
Takhrij dengan metode ini dapat dilakukan dengan memilih kosa kata mana    yang akan kita gunakan sebagai kunci atau alat bantu untuk mencari hadis. Bisa dicari melalui kosa kata yang berbentuk isim, maupun fi’il dengan berbagai pecahan tashrifnya. Adapun pencarian melalui huruf tidak dapat dilakukan. Proses pencariannya seperti saat kita akan mencari ayat al-Qur’an dengan menggunakan kitab Fathu ar-Rahman.[22]
Metode ini adalah berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa isim (nama benda) atau fi’il (kata kerja). Hadis-hadis yang dicantumkan adalah berupa potongan atau bagian dari hadis, dan para ulama yang meriwayatkannya beserta nama kitab-kitab induk hadis yang dikarang mereka, dicantumkan dibawah potongan hadis-hadis tersebut. [23]
Kelebihannya ,1. Dengan sebatas mengetahui salah satu kosa kata dalam hadis sudah dapat kita gunakan untuk mentakhrij.2.Terdapat informasi rinci tentang nama kitab,bab,dan nomor hadis. Kekurangannya, 1.proses pencarian akan terasa sulit jika kitra tidak dapat menemukan akar kata dari lafadz yang akan kita cari. 2. Hadis yang ditampilkan terkadamg tidak sesuai secara persis dengan yang kita cari, jika terdapat pengurangan dan penambahan kata dalam matan.[24]

Metode Ketiga, takhrij dengan mengetahui perawi hadis pertama
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad pertama atau yang paling atas yakni para sahabat (mustahil isnad) atau tabi’in (dalam hadis  mursal). Berarti peneliti harus mengetahui siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi’in, kemudian dicari dalam buku hadis musnad atau Al-Athraf. Diantara kitab yang digunakan metode ini adalah kitab Musnad atau Al-Athraf seperti Musnad bin Hanbal, Tuhfat As-Asyraf bi Ma’rifat Al-Athraf karya Al-Mizzi dan lain-lain. kitab Musnad adalah pengkodifikasian hadis yang sistematikanya didasarkan pada nama-nama sahabat atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan sifat tertentu. Sedangkan Al-Athraf adalah kitab hadis yang menghimpun beberapa hadisnya para ahabat atau tabi’in  sesuai dengan urutan alphabet Arab dengan menyebutkan sebagian lafal hadis. [25]
Kelebihannya ,lebih tepat dalam mendapatkan hadis yang dicari, karena langsung fokus pada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang dimaksud. Adapun kekurangannya ,tidak mungkin menggunakan cara ini jika tidak diketahui perawinnya.[26]


Metode Keempat, takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadis
Takhrij dengan jalan mengetahui topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak (bi al-mawdhu’) yaitu penelusuran hadis yang didasarkan pada topik (mawdhu’) misalnya bab Al-Khatam, Al-Khadim, Al-Ghusl, Adh-Dhahiyah, dan lain-lain. seorang peneliti hendaknya mengetahui topik suatu hadist kemudian ditelusuri melalui kamus hadis tematik. Salah satu hadis tematik adalah Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Ahmad Baqi, terjemahan dari aslinya berbahasa Inggris A handbook of Early Muhammadan karya A.J Weinsick. Dalam kamus hadis ini dikemukakan berbagai topik baik berkenaan dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik biasanya disertakan sub topik dan untuk setiap sub topik dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya. [27]
Kelebihannya:1. Metode ini tidak menuntut keharusan mengetahui awal kata dari hadis sebagaimana pada metode pertama , tidak juga pengetahuan tentang tasrif kosa kata sebagaimana metode kedua , tidak perlu pengetahuan tentang perawi pertama sebagaimana pada metode ketiga. Cukup dengan mengetahui makna yang terkandung dalam hadis sudah dapat menggunakan metode ini.2. Metode ini mengasah kecerdasan siswa atau peneliti saat berusaha menemukan makna yang terkandung dalam hadis yang hendak dicari.3. Metode ini juga kan memberikan informasi tentang hadis yang dicari dan hadis yang dicari dan hadiis hadis – lain yang sesuai dengan topiknya , yang hal ini akan semakin membangkitkan motivasi pentakhrij. Kekuranganya ,1. Jikamakna yang terkandung tidak ditemukan, maka metode ini tidak dapat dilakukan, 2. Terkadang makna hadis yang difahi penyusun berbeda dengan yang difahami oleh pentakhrij sehingga hadis tidak dapat ditemukan.[28]
Metode Kelima, takhrij dengan mengetahui sifat dan jenis hadis
Metode poin kelima, takhrij dengan jalan memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadist (bi Ash-Shifah), yaitu sesorang dapat memilih menggunakan metode yang mana yang tepat untuk ditentukannya sesuaidengan kondisi orang tersebut. jika suatu hadis sudah dapat diketahui sifatnya, misalnya Mawdhu’, Shahih, Qudsi, Mursal, Mayhur, Mutawatir, dan lain-lain sebaiknya al-takhrij melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut. misalnya hadis Mawdhu’ akan lebih mudah ditakhrij melalui buku-buku himpunan hadis maudhu’ seperti Al-Mawdhuat  karya Ibnu Al-Jauzi, mencari hadis mutawatir takhrij-lah melalui kitab Al-AzharAl-Mutanatsirah an Al-AkhbarAl-Muawatirah, karya As-Suyuthi, dan lain-lain. disana seseoranf akan mendapatkan informasi tentang kedudukan suatu hadis, kualitasnya, sifat-sifatnya dan lain-lain  terutama dapat dilengkapi dengan kitab-kitab syarahnya. [29]
Kelebihannya , metode ini cukup mudah dan simpel, karena kitab yang digunakan mentakhrij tidak banyak hingga melacaknya tidak terlalu sulit. Adapun kekurangannya , lebih dikarenakan minimnya kitab yang dimaksud hingga keleluasaanyapelacakannya terbatasi.[30]
1.      Metode takhrij hadits dengan cara konvensional
Dalam metode ini kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Hadits An-Nabawi. Kamus ini terdiri dari 8 jilid, disusun oleh tim orientalis di antaranya adalah Arnold John Wensick atau disingkat A.J Wensick (w.1939 M) seorang profesor bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa Arab di Leiden Belanda. Tim telah berhasil menyusun urutan berbagai lafal dan penggalan matan hadis, serta mensistimatisasikannya dengan baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi. Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui melalui periwayatan dalam kitab-kitab yang ditunjukannya. Lafal-lafal hadis yang dimuat dalam kitab Mu’jam ini bereferensi pada kitab induk hadissebabnya 9 kitab yaitu sebagai berikut : [31]
a.       Shahih Al-Bukhari dengan diberi lambang : ( خ )
b.      Shahih Muslim dengan lambang :( م )
c.       Sunan Abu Dawud dengan lambang :( ت ) 
d.      Sunan At-Tirmidzi dengan lambang : (  د  )
e.       Sunan An-Nasa’i dengan lambang : ( ن )
f.       Sunan Ibnu Majah dengan lambang :( جه )
g.      Sunan Ad-Darimi dengan lambang : ( ط  )
h.      Muwatha’ Malik dengan lambang : ( حم )
i.        Musnad Ahmad dengan lambang : ( ىد  )
Dalam  penggunaannya  harus  diingat  hal-hal  sebagai berikut:
a.  Kata-kata diurutkan secara alfabetis (yang disusun berdasarkan huruf abjad[32]) berdasarkan deriviasi kata-katanya[33]
b.   Jika  mencari  kata  atau  lapaz  hadis,  hindari  penggunaan  kata  yang  banyak terpakai,  misalnya:   أو،كان،أن،من،قال  . Demikian  juga  jangan menggunakan  lafal  huruf  seperti: فى،عن،إلى،من  dan  yang  sejenisnya.[34]
Karena kata-kata itu sulit untuk menelusurinya secara cepat. Misalnya, kita ingin mencari hadis dengan bunyi من لا يرحم لايرحم . Lafal “من “ dan “  لا  “ sulit ditelusuri  karena itu cukup banyak.  Karena itu lebih baik menggunakan  kata  يرحم  satu  bentukan  deriviasi  kata:  رحم Dengan mencarinya di bawah huruf:  ر،ح،م  , hadis itu akan ditemukan.[35]
c.  Matan hadis selalu tidak dituliskan secara lengkap, tetapi ditunjukkan pada kitab sumber mana hadis itu tertulis.[36]
Di dalam kitab Mu’jam ini menempatkan kata kerja sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah yaitu alif, ba’, ta’, dan seterusnya. Mengiringi setiap hadis dicantumkan nama-nama ulama yang meriwayatkannya di dalam kitab-kitab hadis dan babnya, atau nama kitab dan nomor urut hadisnya atau juz kitab dan nomor halamannya, penyusunannya dalam rangka efisiensi adalah dengan menggunakan kode-kode tertentu untuk setiap kitab-kitab hadis, penjelasan kode-kode tersebut dicantumkan pada bagian dasar (bawah) dari setiap dua halamannya. [37]
Cara menggunakan takhrij hadits dengan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Hadits An-Nabawi :
1.      SiapkanKitab Mu’jam Al Mufahras
2.      Siapkanhadis yang mauditakhrijkan
3.      Hadis yang kami contohkan :

                                                Gambar 1: HadistentangPuasa

4. KemudianbukaKitab Mu’jam Al Mufahrastersebut, bab 4, karena kami mengambilhurufصومواdanhurufص menjadipatokanuntukmencarinya.  
5. Brikutiniadalahhasilpencariandarihurufصdalam kata صوموا

 























Gambar 2: Kata صوموا

6. Kemudianpadagambar di bawahinidapatdiketahui yang sesuaidenganpoin          nomer 3 bahwahadisiniterdapatpada:

o   AN-Nasai’IkitabSiyam 8
o   Musnad Ahmad, nomor 4 dan 221







 























                                    Gambar3 : Kata صوموا di kitabMu’jam Al Mufahras

7. Setelahitucarilahhadispadamasing-masingkitab yang dirujukpadagambar di atas

2.      Metodetakhrij Al-hadits dengan komputer
Cara untukmengaplikasikan software inisebagaiberikut:
klikStart → Hadith (berlakusaat software aplikasitelahterinstal) sebagaimanagambarberikutini:
 










       



Gambar 4: Letak Software Mausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ahversi 2.
 










Gambar 6: TampilanMausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ahversi 2
Dari tampilan di atas terlihat bahwa ada 8 (delapan) menu utama yang tersedia untuk aplikasi program ini, yaitu عرض(tampilan/tayangan), بحث(cari), معاجم (kamus), تعر يفات (penjelasan), تذريبات (ujian/latihan), المصاذر (sumber), خيارات (pilihan), dan مساعدة (bantuan). Menu utama  عرض (tampilan/tayangan) dibagi kcdalam 7 (tujuh) sub menu sebagaimana gambar berikut ini.[38]

Gambar 6: Tampilan Sub Menu
        Pertama, sub menu menampilkan hadith berdasarkan nomor hadith, kedua, menampilkan hadith berdasarkan bab-bab dalam kitab hadith, ketiga, menampilkan hadith dalam suatu kitab baik Yang khulasah, mukhtasar, yang tidak diulang-ulang, maupun keseluruhan, keempat, daftar sumber hadith tentang ayat-ayat al-Qur’an dan     qiraat, kelima, pemberian catatan terhadap hadith, keenam, proses pencetakan, dan      ketujuh sub menu keluar.  Menu utama بجث (cari) juga memuat 7 (tujuh) sub menu:[39]
Gambar 7:
Pertama, orientasi atau arah percarian, kedua, percarian hadith berdasarkan nama rawi, ketiga, pencarian hadith berdasarkan kata-kata dalam matan hadith,
keempat, percarian hadith berdasarkan sumber dikeluarkannya hadith, kelima, pencarian hadith berdasarkan topik-topik fiqhiyah, keenam, pencarian hadith berdasarkan gabungan cara pencarian berdasarkan kata, sumber takhrij, dan topik fiqhiyah, dan ketujuh, pencetakan hasil pencarian. Menu utama معاجم (kamus) berisi 4 (empat) menu:[40]
Gambar 8:
Pertama, kamus yang memuat kata-kata dalam hadith. Menu pertama ini sama seperti menu pencarian hadith berdasarkan kata-kata dalam hadith. Bedanya, menu di   kamus ini kata-kata yang akan dicari sudah tersedia sementara menu aplikasi pencarian hadith dengan mengetikkan kata-kata yang akan kita cari. Kedua, kamustentang kata-kata dalam hadith yang pengertiannya dianggap sulit atau asing. Ketiga, kamus yang menjelaskan kata-kata dalam hadith yang masih samar; dan keempat, menu pencetakan hasil pencarian melalui kamus.  Menu utama تعريفات (penjelasan) memuat 3 (tiga).[41]

Gambar 9:
Pertama tentang biografi akademik 9 (sembilan) mukharrij: al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidhi, al-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, Malik, dan al-Darimiy; kedua tentang al-Kutub al-Tis‘ah, dan ketiga menampilkan berbagai kitab          yang dijadikan referensi dalam pembuatan software Mausu‘ at al-Hadith al-Sharif: al-       Kutub al-Tis‘ ah ini.[42]
Menu utama تدريبات (ujian/latihan) memuat berbagai materi ujian tentang ilmu Mustalah al-Hadith, keutamaan para nabi dan sahabat, dan flqh. Menu utama ini juga memuat materi untuk menghafalkan hadith, sebagaimana terlihat di bawah ini.[43]
Gambar 10
                        Menu utama المصادر (sumber) digunakan untuk menentukan tempat percarian         dari al-Kutub al-Tis‘ ah yang diaktifkan sebagaimana terlihat di bawah ini.[44]

Gambar : 11

                  Menu utama خيارات (pilihan) memuat 2 (dua) hal;[45]

Gambar : 12

      Pertama penentuan nomor hadith dari berbagai edisi kitab dan kedua setting printer yang digunakan untuk mencetak hasil pencarian dari software ini.Menu utama    مساعدة (bantuan) memuat 3 (tiga) hal:[46]

Gambar : 13
            Pertama, tentang penjelasan bagaimana mengaplikasikan software ini, kedua, menjelaskan berbagai definisi mustalah al-hadith dan terakhir menyajikan versi dari software yang sedang diaplikasikan ini.[47]

ContohMelakukanTakhrijHaditsBerdasarkanNomornya:

Yang pertama,klik‘urudhudankemudianklikraqmu al ahadits (berlakujikahanya            mencarihadisberdasarkannomornya).

Gambar : 12
Kedua, akanmuncultampilanseperti di bawahini, karena yang kami contohkanadalahpadahadisIbnuMajahnomor 1645, makaklikIbnuMajahdanketiknomorhadisnya 1645. Setelahitu, klikikonbuku yang terbuka.
 










Gambar: 13
Yang ketiga, setelahituakanmunculsepertiini. Dan iniadalahhadisIbnuMajahnomor 1645
 
3.       
4.       
















                                    Gambar: 14



Yang keempat, jika kita ingin mengetahui siapa saja periwayahnya, klik saja الرواة  dan akan muncul nama-nama periwayahnya seperti di bawah ini.
Gambar : 15


Yang kelima, kitaakanmencobamentakhrijkan, yaitudengancaraklikتخريج ,maka     akanmunculkotak dialog yang berada di paling bawah. Di situ ditampilkanbahwa       hadisinijugaadapadaMuslim no 1808, Tirmidzi 820,An-Nasai’I 2088,            

Gambar:16

D.    Penutup
Takhrij Al-hadits adalah pencarian hadits dengan menggunakan berbagai kitab-kitab hadits sebagai sumber asli yang dilengkapi dengan matan dan sanad. Dengan takhrij dapat mengetahui asal-usul riwayat hadits dan seluruh riwayat haditsyang akan diteliti agar dapat menentukan kualitas hadits tersebut. hadits tersebut bisa diterima atau ditolak dan termasuk hadits shahih, hasan serta dhaif.
Dengan proses men-takhrij yang digunakan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis, ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij yang dapat kita gunakan untuk men-takhrij hadis, yaitu  (1) takhrij melalui awal kata مطلع الحديث( 2)melalui salah satu kata dalam hadis  لفظ من الفاظ الحديث   (3) melalui perawi pertama الراوي الأعلى  (4) melalui tema pembahasan hadis, (5)melalui sifat atau jenis hadis.
Dalam Melakukan takhrij al-hadits ada 2 metode digunakan yaitu metode konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J Wensick dengan pengenalan kata-kata dari bagian matan hadits, metode ini yang paling populer digunakan dan dianggap praktis. Metode yang kedua yaitu metode dengan menggunakan Software Mansuat al hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah versi 2, dalam software ini kita dapat mentakhrij dengan ke-5 metode yang ada. Salah satunya dengan menggunakan metode berdasarkan nomornya. Dengan menggunakan komputer, cara mentakhrij hadits semakin cepat dan efektif.

E.     Daftar Pustaka
Khon, Abdul Majid.2008.Ulumul Hadis.Jakarta:Amzah
Smeer, Zeid B.2008.Ulumul Hadis.Malang:UIN-Malang Press.
Ahmad, Muhammad dkk.2000.Ulumul Hadis.Bandung:CV Pustaka Setia,2000
Sohari Sahrani.2010.Ulumul Hadis.Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia.
Al Thohhan, Mahmud.1995.Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad.Dina Utama Semarang:Semarang
Al-Munawar, Agil Husin dan Masykur Hakim.1995.Ushuul At-Takhrij wa Dirosat Al-Asaanid.Semarang:Dina Utama
Wensinck,  A.J. 1936-1989. Al-Mu’jam  al-Mufahras  li  Alfaz    al-Hadis  al-Nabawi. Leiden:  E.J.  Brill.
Arifin,Zainul.Metode Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad DanMatan. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Anwar, Ali.2011.Takhrij al-Hadith denganKomputer: Cara MudahMencari Hadith danMenelitiKualitasnya.Yogyakarta: PustakaPelajar


Catatan:
1.      Makalah ini belum sesuai dengan format acuan, belum ada abstrak dalam bahasa Inggris.
2.      Makalah ini mirip dengan kelas C, sepertinya ada plagiasi di sini. Melihat makalah kelas lain bukan berarti harus sama.


[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 115
[2] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis,(Malang:UIN-Malang Press,2008), hlm 171
[3] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis,(Malang:UIN-Malang Press,2008), hlm 171
[4] Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,Takhrij Hadist Rasulullah Sollu alaihi wassalam, Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 17

[5] Muhammad Ahmad, dkk,Ulumul Hadis,(Bandung:CV Pustaka Setia,2000), hlm 131
[6]Ibid, hlm 131
[7]Ibid, hlm 131
[8] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia,2010), hlm 187-188
[9] Agil Husin Al-Munawar dan Masykur Hakim,Ushuul At-Takhrij wa Dirosat Al-Asaanid,(Semarang:Dina Utama,1995),hlm 18
[10] Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,Takhrij Hadist Rasulullah Sollu alaihi wassalam, Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 2
[11] Noor Sulaiman,Antologi Ilmu Hadits,(Jakarta:Gaung Persada Press,2008), hlm 155
[12] Mahmud Al Thohhan,Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,(Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 21
[13] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 118
[14] Sohari Sahrani,Ulumul Hdits,(Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia,2010), hlm 190-192
[15] Mahmud Al Thohhan,Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,(Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 38
[16] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 173- 174
[17] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 123-124
[18]  Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 174
[19]Ibid, hal 174
[20]Ibid, hal 174
[21]Ibid, hal 174
[22]Ibid, hal 175
[23] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia,2010), hlm 196
[24] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 175
[25] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 126
[26] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 177
[27] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 121-122
[28] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 178
[29] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 127
[30] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 179
[31] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm 120
[32] Zainul Arifin, Metode Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad DanMatan,Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)hal 25
[33]Op.cit, hal 23
[34]Ibid, hal 23
[35]Ibid, hal 23
[36]Ibid, hal 23
[37] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia,2010), hlm 197
[38]Ali Anwar, Takhrij al-Hadith denganKomputer: Cara MudahMencari Hadith danMenelitiKualitasnya. (Yogyakarta: PustakaPelajar. 2011)  hal 9
[39]Ibid, hal 10
[40]Ibid, hal 10
[41]Ibid, hal 10-11
[42]Ibid, hal 10
[43]Ibid, hal 11
[44]Ibid, hal 11
[45]Ibid, hal 12
[46]Ibid, hal 12
[47]Ibid, hal 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar