Takhrij Al-Hadits
Lusi Herniati,
Fikria Rifqi Zahara
Mahasiswa
jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
UniversitasIslam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Angkatan 2015
e-mail: lusyherniati@gmail.com
Abstract
Abstrak
This article talks about the science
of hadith takhrij the first step in the study of Hadith matan nor its to
provide information received or turned the Hadith, is it worth the Saheeh,
hasan, and dhaif. Benefits of takhrij Al hadith -to know the original source of
it came from. There are several methods in takhrij Al hadith which were takhrj through
the beginning of the word, through one of the Hadith narrators, via the first,
through the theme of the deliberations of the Hadith, via the nature or type of
the Hadith. In takhrij Al hadith can be done in two ways, i.e., conventional
way using Al-Mu'jam al Mufahras li Alfaz al-Hadith al-Nabawi works of a. j.
Wensick were very popular and were considered a practical way and using the
Software Mansuat al hadith al Sharif: al Tis'ah version 2 so that the
activities of the more rapid and effective in takhrij.
Pendahuluan
Sumber
hukum bagi umat Islam yaitu Al-Qur’an dan hadits.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang utama, memuat isi lengkap untuk mengatur
kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa Arab. Dalam mengamalkan Al-Qur’an
perlu dilakukan tafsir agar umat Islam bisa memahaminya karena Al-Qur’an wahyu
Allah. Pentingnya peranan hadis Nabi bagi umat Islam dalam memahami Al-Qur’an.
Tanpa hadist Nabi kita tidak bisa
menerapkan ajaran Islam dengan benar.
Dengan
perkembangan zaman dan berkat kegigihan usaha para ulama, maka hadits-hadits
Nabi bisa dikumpulkan serta dibukukan untuk bisa diamalkan bagi umat Islam.
Tokoh-tokoh yang paling berjasa adalah Al-Bukhari, Muslim, Al-Turmudzi,
Al-Darimi, An-Nasa’i, dan lain sebagainya.
Meskipun
hadits-hadits Nabi tersebut dituliskan dengan lengkap baik matan maupun
sanadnya, pada kenyataannya banyak sekali ditemui hadits-hadits tanpa identitas yang tidak disebutkan rawi beserta
kualitasnya. Oleh karena itu perlu menelusuri hadits pada letak asal hadis
serta sumber-sunbernya yang asli agar bisa mengetahui lafal hadits secara
lengkap baik matan maupun sanadnya.
Untuk menelusuri hadits pada sumbernya yang asli tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan tetapi perlu metode khusus yang sudah dirumuskan oleh para ahli
hadits yang disebut dengan metode Takhrij
Al-hadits.
Dalam
pembahasan materi tentang metode Takhrij
Al-hadits tersebut. penulis akan menjelaskan pengertian Takhrij Al-hadits, Manfaat Takhrij Al-Hadits, Metode yang digunakan
dalam Takhrij Al-hadits, ada 2 yaitu
metode takhrijul Al-hadits secara konvensional atau dengan menggunakan kitab
dan metode Takhrj Al-hadits dengan
software beserta penerapannya.
A.
Pengertian Takhrij al-Hadits
Secara
etimologi, kata Takhrijberasal dari
akar kata kharaja-yakhruju-khuruujan
mendapat tambahan tasydid/syiddah
pada ra (‘ain fi’il) menjadikhorja-yukhorriju-takhriijan
yang berartimenampakkan, mengeluarkan,
menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu
yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan dan masih
samar. Penampakan dan pengeluaran disini tidak mesti berbentuk fisik yang
konkret, tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran
seperti makna kata istikhraj yang
diartikan istinbath yang berarti
mengeluarkan hukum dari nash/teks Al-Quran dan hadis.[1] Kata
al-ikhraj (الإخرج) yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan al-makhraj(المخرج)
artinya tempat keluar; dan takhrijal-hadis
wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadis kepada orang
dengan menjelaskan tempat keluarnya.[2]
Adapun
secara terminologi menurut beberapa para ahli :
1.
Takhrij
menurut
Al-Manawi yaitu menisbatkan (menyandarkan) hadist
pada para perawi yang meriwayatkan hadist-hadist tersebut dalam kitab-kitab mereka dengan menyantumkan
hukum dan kualitasnya. [3]
2.
Takhrij
menurut
As-Sakhowi dalam kitab “Fathul Mughits” ialah ahli hadits mengeluarkan hadits
drai guru, kitab dan lain sebagainya, dan dikatakan dari periwayatannya
dirinya, atau dari sebagian gurunya, dari teman-temannya, atau dari yang lain.
bisa juga berarti membicarakannya bagi orang yang pernah meriwayatkan dari pengarang
kitab tersebut. [4]
Takhrij menurut istilah
ahli hadist, mempunyai pengertian :
1.
Usaha mencari sanadhadis yang terdapat dalam kitab
hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini
dinamakan juga istikhraj. Misalnya
seseorang mengambil sebuah jadis dari kitab
Jamius Shahih Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh Imam Muslim.[5]
2.
Suatu keterangan bahwa hadis yang
dinukilkan ke dalam kitab susunanannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah
disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan
hadisnya dengan kata-kata : “Akhrajul
Bukhari “, artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Shahih Bukhari. Bila ia
mnegakhirinya dengan kata Akhrajahul
Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim.[6]
3.
Usaha hadis mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak
diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab. [7]
4.
Menunjukkan atau mengemukakan
letak asal hadis ada sumber-sunbernya yang asli yang di dalamnya dikemukakan
hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya
masing-masing, kemudian manakala diperlakukan, dijelaskan kualitas hadis yang
bersangkutan. [8]
5.
Takhrij
ialah
petunjuk jalan ke tempat atau letak hadist
pada sumber-sumbernya yang orisinal yang takhrij-nya
berikut sanad-nya kemudian
menjelaskan martabatnya jika diperlukan. [9]
6.
Bagaimana seseorang menyebutkan
dalam kitab karangannya suatu hadist
dengan sanadnya sendiri. [10]
7.
Mengemukakan hadist berdasarkan sumber pengambilannya yang didalamnya disertakan
metode periwayatan dan sanadnya
masing-masing dengan menjelaskan keadaan perawi dan kualitas hadistnya. [11]
Dengan
demikian pengertian paling tepat dan sesuai yang berkaitan dengan penelitian hadist dalam konteks saat ini adalah
pengertian yang keempat. Demikian juga dengan tujuan dari takhrij hadist yaitu menunjukkan sumber-sumber hadist-hadist dan menerangkan ditolak atau diterimanyai hadist-hadist tersebut karena dengan
melakukan takhrij hadist dapat
mengumpulkan berbagai sanad dari
sebuah hadist dan juga dapat
mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadist.
B.
Manfaat
Manfaat
takhrij amat besar, terutama bagi
mereka yang berkecimpung dalam hadits dan ilmu-ilmu hadits. Sebab dengan
perantaraannya seseorang mendapat petunjuk kepada salah satu sumber hadits
pertama yang disusun oleh para tokoh atau imam hadits. Kebutuhan terhadap
takhrij supaya pencari ilmu dapat diperkuat oleh suatu hadits atau ia
meriwayatkan setelah ia mengetahui ulama para penyusun yang meriwayatkan hadits
dalam kitabnya sebagai musnad
(sandaran). [12]
Manfaat
takhrij Al-haditsdiantaranya:
1.
Mengetahui beberapa referensi beberapa
bukku tulis.
Dengan takhrij sesorang dapat mengetahui siapa
perawi suatu hadis yang diteliti dan dalam kitab hadis apa saja hadis tersebut
didapatkan.
2.
Menghimpun sejumlah sanad hadis.
Dengan takhrij seseorang dapat menemukan sebuah
hadis yang akan diteliti di sebuah atau beberapa buku induk hadis.
3.
Meningkatkan suatu hadis yang
dha’if menjadi hasan li ghayrihi karena adanya dukungan sanad lain yang
seimbang atau lebih tinggi kualitasnya. Atau meningkatnya hadis hasan menjadi
shahih li ghayrihi dengan ditemukannya sanad laib yang seimbang atau lebih
tinggi. [13]
4.
Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadist beserta ulama yang
meriwayatkannya.
5.
Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui apakah munaqthi atau lainnya.
6.
Memperjelas hukum hadits dengan banyaknya riwayatnya,
seperti hadits dha’if melalui suatu
riwayat, maka dengan takhrij
kemungkinan akan didapati riwayat lain yang dapat mengangkat suatu hadits tersebut kepada derajat yang
lebih tinggi.
7.
Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat diketahui nama perawi
yang sebenarnya secara lengkap.
8.
Dapat menafikan pemakaian “an” dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata jelas
kebersambungan sanad-nya, maka
periwayatannya yang memakai “an” tadi
akan tampak pula kebersambungan sanad-nya.
9.
Dapat menghilangkan kemungkinan
terjadinya percampuran riwayat.
10.
Dapat memperkenalkan
periwayatannya yang tidak terdapat dalam satu sanad.
11.
Dapat memperjelas arti kalimat
asing yang terdapat dalam satu sanad.
12.
Dapat menghilangkan syadz (kesendirian riwayat yang
menyalahi riwayat perawi yang lebih tsiqat)
yang terdapat pada suatu hadits melalui perbandingan riwayat.
13.
Dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami penyusupan
sesuatu) dari yang lainnya.
14.
Dapat mengungkap hal-hal yang
terlupakan atau diringkas oleh seorang perawi.
15.
Dapat membedakan antara proses
periwayatan yang dilakukan dengan lafadz
dan yang dilakukan dengan makna saja.
16.
Dapat menjelaskan masa dan tempat
kejadian timbulnya hadits.
17.
Dapat menjelaskan sebab-sebab
timbulnya hadits melalui perbandingan sanad-sanad yang ada.
18.
Dapat mengungkap kemungkinan
terjadinya kesalahan cetak melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada. [14]
C.
Metode Takhrij Al-Hadits
Secara
umum ada dua metode yang digunakan untuk melakukan takhrij hadits yaitu metode takhrij
hadits dengan cara konvensional atau dengan menggunakan kitab-kitab hadits dan metode takhrij hadits dengan menggunakan perangkat komputer melalui software.
Jika
kita mendapatkan sebuah hadits dan
ingin mentakhrijnya, mengetahui
keberadaannya pada sumbernya yang asli. Atau jika kita diminta mentakhrij sebuah hadits : maka pertama kali yang kita lakukan sebelum mencarinya
pada kitab-kitab adalah memperhatikan status hadits yang kita jumpai atau hadits
yang kita diminta mentakhrijnya, dengan jalan memperhatikan orang-orang yang
meriwayatkannya, jika disebutkan dalam hadits atau memperhatikan judulnya, atau
memperhatikan sifat spesifik yang dikandung hadits tersebut pada sanadnya, atau pada matannya. Yang demikian
untuk memudahkan kita mendapatkan takhrijnya.[15]
Dengan
melihat proses men-takhrij yang
digunakan oleh para muhadditsin dalam
melacak hadis, ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij yang dapat kita gunakan untuk men-takhrij hadis, yaitu : [16]
1.
takhrij melalui awal kata مطلع الحديث
2.
melalui salah satu kata dalam
hadis لفظ من
الفاظ الحديث
3.
melalui perawi pertama الراوي الأعلى
4. melalui
tema pembahasan hadis
5.
melaluisifatataujenishadis
Metode
pertama, takhrij dengan menggunakan awal kata dari hadis,
takhrij dengan jalan
mengetahui lafadz pertama matan hadis yaitu takhrij mengunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal
suatu matan dimulai dengan huruf mim maka
dicari bab mim, jika diawali huruf ba’ maka dicari pada bab ba’ dan seterusnya. Takhrij seperti ini
diantaranya menggunakan kitab Al-Jami’
Ash-Shagir atau Al-Jami’ Al-Kabir karangan As-Suyuthi dan Mu’jam Jami
Al-Ushul fi Ahadits Ar-Rasul, karya Ibnu Al-Atsir.[17]
Takhrij
dengan menggunakan metode ini disyaratkan harus tahu awal kata dari hadis yang
akan dicari. Jika awal katanya tidak diketahui maka proses pencarian hadis
dengan metode ini tidak mungkin bisa dilakukan.[18]
Jika
awal kata sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melihat huruf pertama
dari kata tersebut, demikian pula dengan huruf ke dua dan ketiganya.[19]
Misalnya
hadis yang awal katanya berbunyi: من غشنا فليس منا Maka
kita cari hadis itu pada humf (entri) ”mim” dan ”nun" (من) kemudian ”ghoin” ,
“syin” dan seterusnya seperti saat
kita mencari kosa kata dalam kamus bahasa.[20]
Kelebihan
dan kekurangan metode ini diantaranya , kita dapat melacak hadis dengan cepat
jika sudah diketahui awal katannya.Adapun kekurangannya,jika terjadi perubahan
sedikit saja pada awal kata tidak akan mungkin bisa menemukan hadis yang kita
cari.[21]
Metode
kedua, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang digunakan dalam
teks-teks hadis (ghorib [asing])
Takhrij
dengan metode ini dapat dilakukan dengan memilih kosa kata mana yang akan kita
gunakan sebagai kunci atau alat bantu untuk mencari hadis. Bisa dicari melalui
kosa kata yang berbentuk isim, maupun fi’il dengan berbagai
pecahan tashrifnya. Adapun pencarian melalui huruf tidak dapat dilakukan.
Proses pencariannya seperti saat kita akan mencari ayat al-Qur’an dengan
menggunakan kitab Fathu ar-Rahman.[22]
Metode
ini adalah berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik
berupa isim (nama benda) atau fi’il (kata kerja). Hadis-hadis yang
dicantumkan adalah berupa potongan atau bagian dari hadis, dan para ulama yang
meriwayatkannya beserta nama kitab-kitab induk hadis yang dikarang mereka,
dicantumkan dibawah potongan hadis-hadis tersebut. [23]
Kelebihannya
,1. Dengan sebatas mengetahui salah satu kosa kata dalam hadis sudah dapat kita
gunakan untuk mentakhrij.2.Terdapat informasi rinci tentang nama kitab,bab,dan
nomor hadis. Kekurangannya, 1.proses pencarian akan terasa sulit jika kitra
tidak dapat menemukan akar kata dari lafadz yang akan kita cari. 2. Hadis yang
ditampilkan terkadamg tidak sesuai secara persis dengan yang kita cari, jika
terdapat pengurangan dan penambahan kata dalam matan.[24]
Metode
Ketiga, takhrij dengan mengetahui perawi hadis pertama
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad pertama atau yang paling atas yakni para sahabat (mustahil isnad) atau tabi’in (dalam
hadis mursal). Berarti peneliti harus
mengetahui siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi’in, kemudian dicari
dalam buku hadis musnad atau Al-Athraf. Diantara kitab yang digunakan metode
ini adalah kitab Musnad atau Al-Athraf seperti Musnad bin Hanbal, Tuhfat
As-Asyraf bi Ma’rifat Al-Athraf karya Al-Mizzi dan lain-lain. kitab Musnad
adalah pengkodifikasian hadis yang sistematikanya didasarkan pada nama-nama
sahabat atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan sifat tertentu. Sedangkan
Al-Athraf adalah kitab hadis yang menghimpun beberapa hadisnya para ahabat atau
tabi’in sesuai dengan urutan alphabet
Arab dengan menyebutkan sebagian lafal hadis. [25]
Kelebihannya
,lebih tepat dalam mendapatkan hadis yang dicari, karena langsung fokus pada
hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang dimaksud. Adapun kekurangannya ,tidak
mungkin menggunakan cara ini jika tidak diketahui perawinnya.[26]
Metode Keempat,
takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadis
Takhrij dengan jalan
mengetahui topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak (bi al-mawdhu’) yaitu penelusuran hadis yang didasarkan pada topik
(mawdhu’) misalnya bab Al-Khatam, Al-Khadim,
Al-Ghusl, Adh-Dhahiyah, dan lain-lain. seorang peneliti hendaknya
mengetahui topik suatu hadist
kemudian ditelusuri melalui kamus hadis tematik. Salah satu hadis tematik
adalah Miftah min Kunuz As-Sunnah
oleh Dr. Fuad Ahmad Baqi, terjemahan dari aslinya berbahasa Inggris A handbook of Early Muhammadan
karya A.J Weinsick. Dalam kamus hadis ini dikemukakan berbagai topik baik
berkenaan dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan nama.
Untuk setiap topik biasanya disertakan sub topik dan untuk setiap sub topik
dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya. [27]
Kelebihannya:1. Metode ini tidak
menuntut keharusan mengetahui awal kata dari hadis sebagaimana pada metode
pertama , tidak juga pengetahuan tentang tasrif kosa kata sebagaimana metode
kedua , tidak perlu pengetahuan tentang perawi pertama sebagaimana pada metode
ketiga. Cukup dengan mengetahui makna yang terkandung dalam hadis sudah dapat
menggunakan metode ini.2. Metode ini mengasah kecerdasan siswa atau peneliti
saat berusaha menemukan makna yang terkandung dalam hadis yang hendak dicari.3.
Metode ini juga kan memberikan informasi tentang hadis yang dicari dan hadis
yang dicari dan hadiis hadis – lain yang sesuai dengan topiknya , yang hal ini
akan semakin membangkitkan motivasi pentakhrij. Kekuranganya ,1. Jikamakna yang
terkandung tidak ditemukan, maka metode ini tidak dapat dilakukan, 2. Terkadang
makna hadis yang difahi penyusun berbeda dengan yang difahami oleh pentakhrij
sehingga hadis tidak dapat ditemukan.[28]
Metode Kelima, takhrij dengan mengetahui
sifat dan jenis hadis
Metode poin kelima, takhrij dengan jalan
memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadist (bi Ash-Shifah), yaitu sesorang dapat memilih menggunakan metode
yang mana yang tepat untuk ditentukannya sesuaidengan kondisi orang tersebut.
jika suatu hadis sudah dapat diketahui sifatnya, misalnya Mawdhu’, Shahih, Qudsi, Mursal, Mayhur, Mutawatir, dan lain-lain
sebaiknya al-takhrij melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat
tersebut. misalnya hadis Mawdhu’ akan lebih mudah ditakhrij melalui buku-buku himpunan
hadis maudhu’ seperti Al-Mawdhuat karya Ibnu Al-Jauzi, mencari hadis mutawatir takhrij-lah melalui kitab Al-AzharAl-Mutanatsirah an
Al-AkhbarAl-Muawatirah, karya As-Suyuthi, dan lain-lain. disana seseoranf
akan mendapatkan informasi tentang kedudukan suatu hadis, kualitasnya,
sifat-sifatnya dan lain-lain terutama
dapat dilengkapi dengan kitab-kitab syarahnya. [29]
Kelebihannya , metode ini cukup mudah
dan simpel, karena kitab yang digunakan mentakhrij tidak banyak hingga
melacaknya tidak terlalu sulit. Adapun kekurangannya , lebih dikarenakan
minimnya kitab yang dimaksud hingga keleluasaanyapelacakannya terbatasi.[30]
1.
Metode
takhrij hadits dengan cara
konvensional
Dalam
metode ini kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Hadits An-Nabawi. Kamus ini
terdiri dari 8 jilid, disusun oleh tim orientalis di antaranya adalah Arnold
John Wensick atau disingkat A.J Wensick (w.1939 M) seorang profesor
bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa Arab di Leiden Belanda. Tim telah berhasil
menyusun urutan berbagai lafal dan penggalan matan hadis, serta
mensistimatisasikannya dengan baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul
Baqi. Untuk kegiatan takhrij dalam
arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui melalui periwayatan dalam kitab-kitab
yang ditunjukannya. Lafal-lafal hadis yang dimuat dalam kitab Mu’jam ini
bereferensi pada kitab induk hadissebabnya 9 kitab yaitu sebagai berikut : [31]
a.
Shahih
Al-Bukhari
dengan diberi lambang : ( خ )
b.
Shahih
Muslim dengan
lambang :( م )
c.
Sunan
Abu Dawud
dengan lambang :( ت )
d.
Sunan
At-Tirmidzi
dengan lambang : ( د )
e.
Sunan
An-Nasa’i
dengan lambang : ( ن )
f.
Sunan
Ibnu Majah dengan
lambang :( جه )
g.
Sunan
Ad-Darimi dengan
lambang : ( ط )
h.
Muwatha’
Malik dengan
lambang : ( حم )
i.
Musnad
Ahmad dengan
lambang : ( ىد )
Dalam
penggunaannya harus diingat
hal-hal sebagai berikut:
a.
Kata-kata diurutkan secara alfabetis (yang disusun berdasarkan huruf
abjad[32]) berdasarkan deriviasi kata-katanya[33]
b.
Jika mencari kata
atau lapaz hadis,
hindari penggunaan kata
yang banyak terpakai, misalnya:
أو،كان،أن،من،قال . Demikian juga
jangan menggunakan lafal huruf
seperti: فى،عن،إلى،من dan yang
sejenisnya.[34]
Karena kata-kata itu sulit untuk menelusurinya secara cepat. Misalnya,
kita ingin mencari hadis dengan bunyi من لا يرحم
لايرحم . Lafal “من “ dan
“ لا “
sulit ditelusuri karena itu cukup
banyak. Karena itu lebih baik
menggunakan kata “يرحم“
satu bentukan deriviasi
kata: رحم Dengan mencarinya di bawah huruf: ر،ح،م ,
hadis itu akan ditemukan.[35]
c. Matan hadis selalu tidak
dituliskan secara lengkap, tetapi ditunjukkan pada kitab sumber mana hadis itu
tertulis.[36]
Di
dalam kitab Mu’jam ini menempatkan
kata kerja sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah yaitu alif, ba’, ta’, dan seterusnya. Mengiringi setiap hadis dicantumkan
nama-nama ulama yang meriwayatkannya di dalam kitab-kitab hadis dan babnya,
atau nama kitab dan nomor urut hadisnya atau juz kitab dan nomor halamannya,
penyusunannya dalam rangka efisiensi adalah dengan menggunakan kode-kode
tertentu untuk setiap kitab-kitab hadis, penjelasan kode-kode tersebut
dicantumkan pada bagian dasar (bawah) dari setiap dua halamannya. [37]
Cara
menggunakan takhrij hadits dengan
kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh
Al-Hadits An-Nabawi :
1. SiapkanKitab Mu’jam Al
Mufahras
2. Siapkanhadis yang mauditakhrijkan
3. Hadis yang kami contohkan :
Gambar
1: HadistentangPuasa
4. KemudianbukaKitab Mu’jam Al
Mufahrastersebut, bab 4,
karena kami mengambilhurufصومواdanhurufص menjadipatokanuntukmencarinya.
5. Brikutiniadalahhasilpencariandarihurufصdalam kata صوموا
Gambar 2: Kata صوموا
6. Kemudianpadagambar di
bawahinidapatdiketahui yang sesuaidenganpoin nomer
3 bahwahadisiniterdapatpada:
o
AN-Nasai’IkitabSiyam 8
o
Musnad
Ahmad, nomor 4 dan 221
Gambar3
: Kata صوموا di kitabMu’jam Al Mufahras
7.
Setelahitucarilahhadispadamasing-masingkitab yang dirujukpadagambar di atas
2.
Metodetakhrij Al-hadits dengan komputer
Cara untukmengaplikasikan software inisebagaiberikut:
klikStart → Hadith (berlakusaat software
aplikasitelahterinstal) sebagaimanagambarberikutini:
Gambar 4: Letak Software Mausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub
al-Tis’ahversi 2.
Gambar 6: TampilanMausuat al-Hadith al-Sharif:
al-Kutub al-Tis’ahversi 2
Dari
tampilan di atas terlihat bahwa ada 8 (delapan) menu utama yang tersedia untuk
aplikasi program ini, yaitu عرض(tampilan/tayangan), بحث(cari), معاجم (kamus), تعر يفات (penjelasan), تذريبات (ujian/latihan), المصاذر (sumber), خيارات (pilihan), dan مساعدة (bantuan). Menu utama عرض (tampilan/tayangan) dibagi kcdalam 7
(tujuh) sub menu sebagaimana gambar berikut ini.[38]
Gambar 6: Tampilan Sub Menu
Pertama, sub menu menampilkan hadith
berdasarkan nomor hadith, kedua, menampilkan hadith berdasarkan bab-bab dalam
kitab hadith, ketiga, menampilkan hadith dalam suatu kitab baik Yang khulasah,
mukhtasar, yang tidak diulang-ulang, maupun keseluruhan, keempat, daftar sumber
hadith tentang ayat-ayat al-Qur’an dan qiraat, kelima, pemberian catatan terhadap
hadith, keenam, proses pencetakan, dan ketujuh sub menu keluar. Menu utama بجث (cari) juga memuat 7 (tujuh) sub menu:[39]
Gambar 7:
Pertama,
orientasi atau arah percarian, kedua, percarian hadith berdasarkan nama rawi,
ketiga, pencarian hadith berdasarkan kata-kata dalam matan hadith,
keempat, percarian hadith berdasarkan sumber
dikeluarkannya hadith, kelima, pencarian hadith berdasarkan topik-topik
fiqhiyah, keenam, pencarian hadith berdasarkan gabungan cara pencarian
berdasarkan kata, sumber takhrij, dan topik fiqhiyah, dan ketujuh, pencetakan
hasil pencarian. Menu utama معاجم (kamus) berisi 4 (empat) menu:[40]
Gambar 8:
Pertama, kamus yang memuat kata-kata dalam
hadith. Menu pertama ini sama seperti menu pencarian hadith berdasarkan
kata-kata dalam hadith. Bedanya, menu di kamus
ini kata-kata yang akan dicari sudah tersedia sementara menu aplikasi pencarian
hadith dengan mengetikkan kata-kata yang akan kita cari. Kedua, kamustentang
kata-kata dalam hadith yang pengertiannya dianggap sulit atau asing. Ketiga,
kamus yang menjelaskan kata-kata dalam hadith yang masih samar; dan keempat,
menu pencetakan hasil pencarian melalui kamus.
Menu utama تعريفات (penjelasan) memuat 3 (tiga).[41]
Gambar 9:
Pertama tentang biografi akademik 9 (sembilan)
mukharrij: al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidhi, al-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah,
Ahmad, Malik, dan al-Darimiy; kedua tentang al-Kutub al-Tis‘ah, dan ketiga menampilkan
berbagai kitab yang
dijadikan referensi dalam pembuatan software Mausu‘ at al-Hadith al-Sharif: al- Kutub
al-Tis‘ ah ini.[42]
Menu utama تدريبات (ujian/latihan) memuat berbagai materi
ujian tentang ilmu Mustalah al-Hadith, keutamaan para nabi dan sahabat, dan
flqh. Menu utama ini juga memuat materi untuk menghafalkan hadith, sebagaimana
terlihat di bawah ini.[43]
Gambar 10
Menu utama المصادر (sumber) digunakan untuk menentukan tempat percarian dari al-Kutub al-Tis‘ ah yang diaktifkan sebagaimana terlihat di bawah
ini.[44]
Gambar : 11
Menu utama خيارات (pilihan) memuat 2 (dua) hal;[45]
Gambar : 12
Pertama penentuan nomor hadith dari berbagai edisi kitab dan kedua
setting printer yang digunakan untuk mencetak hasil pencarian dari software
ini.Menu utama مساعدة (bantuan) memuat 3 (tiga) hal:[46]
Gambar : 13
Pertama, tentang penjelasan bagaimana mengaplikasikan software ini,
kedua, menjelaskan berbagai definisi mustalah al-hadith dan terakhir menyajikan
versi dari software yang sedang diaplikasikan ini.[47]
ContohMelakukanTakhrijHaditsBerdasarkanNomornya:
Yang pertama,klik‘urudhudankemudianklikraqmu al ahadits
(berlakujikahanya mencarihadisberdasarkannomornya).
Gambar
: 12
Kedua, akanmuncultampilanseperti di bawahini, karena yang kami
contohkanadalahpadahadisIbnuMajahnomor 1645,
makaklikIbnuMajahdanketiknomorhadisnya 1645. Setelahitu, klikikonbuku yang
terbuka.
Gambar: 13
Yang ketiga, setelahituakanmunculsepertiini. Dan iniadalahhadisIbnuMajahnomor
1645
3.
4.
Gambar: 14
Yang
keempat,
jika kita ingin mengetahui siapa saja periwayahnya, klik saja الرواة dan akan
muncul nama-nama periwayahnya seperti di bawah ini.
Gambar : 15
Yang kelima, kitaakanmencobamentakhrijkan, yaitudengancaraklikتخريج ,maka akanmunculkotak dialog yang berada di paling bawah. Di situ ditampilkanbahwa hadisinijugaadapadaMuslim no 1808, Tirmidzi 820,An-Nasai’I 2088,
Gambar:16
D.
Penutup
Takhrij
Al-hadits
adalah pencarian hadits dengan
menggunakan berbagai kitab-kitab hadits sebagai
sumber asli yang dilengkapi dengan matan dan sanad. Dengan takhrij dapat mengetahui asal-usul riwayat hadits dan seluruh riwayat haditsyang akan diteliti agar dapat
menentukan kualitas hadits tersebut. hadits tersebut bisa diterima atau ditolak
dan termasuk hadits shahih, hasan serta dhaif.
Dengan proses
men-takhrij yang digunakan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis,
ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij
yang dapat kita gunakan untuk men-takhrij
hadis, yaitu (1) takhrij melalui
awal kata مطلع الحديث( 2)melalui salah satu
kata dalam hadis لفظ من الفاظ الحديث (3) melalui perawi pertama الراوي الأعلى (4) melalui tema pembahasan hadis, (5)melalui
sifat atau jenis hadis.
Dalam Melakukan takhrij al-hadits ada 2 metode digunakan
yaitu metode konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J
Wensick dengan pengenalan kata-kata dari bagian matan hadits, metode ini yang paling populer digunakan dan dianggap
praktis. Metode yang kedua yaitu metode dengan menggunakan Software Mansuat al hadith al Sharif: al kutub al
Tis’ah versi 2, dalam software ini kita dapat mentakhrij dengan ke-5 metode
yang ada. Salah satunya dengan menggunakan metode berdasarkan nomornya. Dengan
menggunakan komputer, cara mentakhrij
hadits semakin cepat dan efektif.
E.
Daftar Pustaka
Khon, Abdul Majid.2008.Ulumul Hadis.Jakarta:Amzah
Smeer, Zeid B.2008.Ulumul Hadis.Malang:UIN-Malang Press.
Ahmad, Muhammad dkk.2000.Ulumul Hadis.Bandung:CV Pustaka
Setia,2000
Sohari Sahrani.2010.Ulumul Hadis.Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia.
Al Thohhan, Mahmud.1995.Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad.Dina
Utama Semarang:Semarang
Al-Munawar, Agil Husin dan Masykur
Hakim.1995.Ushuul At-Takhrij wa Dirosat
Al-Asaanid.Semarang:Dina Utama
Wensinck, A.J. 1936-1989. Al-Mu’jam al-Mufahras
li Alfaz al-Hadis
al-Nabawi. Leiden: E.J. Brill.
Arifin,Zainul.Metode Pentarjihan
Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad DanMatan.
Jurnal
Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Anwar, Ali.2011.Takhrij al-Hadith denganKomputer: Cara MudahMencari Hadith danMenelitiKualitasnya.Yogyakarta: PustakaPelajar
Catatan:
1.
Makalah ini belum sesuai dengan
format acuan, belum ada abstrak dalam bahasa Inggris.
2.
Makalah ini mirip dengan kelas C,
sepertinya ada plagiasi di sini. Melihat makalah kelas lain bukan berarti harus
sama.
[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
115
[2] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis,(Malang:UIN-Malang
Press,2008), hlm 171
[3] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis,(Malang:UIN-Malang Press,2008),
hlm 171
[4] Agil Husin Munawwar dan Ahmad
Rifqi Muchtar,Takhrij Hadist Rasulullah
Sollu alaihi wassalam, Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 17
[5] Muhammad Ahmad, dkk,Ulumul Hadis,(Bandung:CV Pustaka
Setia,2000), hlm 131
[6]Ibid,
hlm 131
[7]Ibid,
hlm 131
[8] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia,2010), hlm 187-188
[9] Agil Husin Al-Munawar dan
Masykur Hakim,Ushuul At-Takhrij wa
Dirosat Al-Asaanid,(Semarang:Dina Utama,1995),hlm 18
[10] Agil Husin Munawwar dan Ahmad
Rifqi Muchtar,Takhrij Hadist Rasulullah
Sollu alaihi wassalam, Dina Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 2
[11] Noor Sulaiman,Antologi Ilmu Hadits,(Jakarta:Gaung
Persada Press,2008), hlm 155
[12] Mahmud Al Thohhan,Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,(Dina
Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 21
[13] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
118
[14] Sohari Sahrani,Ulumul Hdits,(Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia,2010), hlm 190-192
[15] Mahmud Al Thohhan,Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,(Dina
Utama Semarang:Semarang,1995),hlm 38
[16] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis.
(Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 173- 174
[17] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
123-124
[18]
Zeid B Smeer, Ulumul Hadis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal
174
[23] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia,2010), hlm 196
[24] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis.
(Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 175
[25] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
126
[26] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis.
(Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 177
[27] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
121-122
[28] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis.
(Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 178
[29] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
127
[30] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis.
(Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 179
[31] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,(Jakarta:Amzah,2008), hlm
120
[32] Zainul Arifin,
Metode
Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad DanMatan,Jurnal Online Metodologi Tarjih
Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)hal 25
[37] Sohari Sahrani,Ulumul Hadis,(Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia,2010), hlm 197
[38]Ali
Anwar, Takhrij
al-Hadith denganKomputer:
Cara MudahMencari Hadith danMenelitiKualitasnya. (Yogyakarta: PustakaPelajar. 2011)
hal 9
[39]Ibid,
hal 10
[40]Ibid,
hal 10
[41]Ibid,
hal 10-11
[42]Ibid,
hal 10
[43]Ibid,
hal 11
[44]Ibid,
hal 11
[45]Ibid,
hal 12
[46]Ibid,
hal 12
[47]Ibid,
hal 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar