Rabu, 26 April 2017

Takhrij al-Hadits (P-IPS C Semester Genap 2016/2017)




Takhrij Al Hadits
Muhammad Ilham Hidayatulloh
Avinda Azizatun Nisa
Muhammad Rasyidi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas C
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email : Hidilham@gmail.com

Abstract
This article talks about takhrij al hadith as one of the methods in hadith reasearch. Takhrij al hadist is a search on the hadith as the original source of hadith concerned, the inside source of purpose complete sanad and matan concerned. The benefit is knowing the origin of sanad and matan hadith that will be examined. There are several methodes to takhrij, ie (1) Throught the introduction of the name of hadith transmitters  friends (2) Throught the inroduction of early lafadz of matan hadith (3) Throught the introduction of topics contained in matan hadith  (4) Throught observation certain contained in a hadith (5) Throught the introduction of the word are part of matan hadith. Takhrij can be done with 2 ways, that conventional way by using kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi by A.J Wensick and using the software Mansuat al hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah verse 2.
Keywords : Hadis, Takhrij, Sanad, Matan
Abstrak
Artikel  ini  berbicara tentang takrij Al hadis sebagai salah satu metode dalam penelitian hadist. Takrij al hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab  hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan sanad yang bersangkutan. Manfaatnya sendiri ialah mengetahui asal usul, sanad dan matan hadis yang akan diteliti. Terdapat beberapa metode dalam mentakhrij diantaranya dengan yaitu (1) melalui pengenalan nama Sahabat perawi hadits; (2) melalui pengenalan awal lafadz atau matan suatu hadits; (3) melalui pengenalan topik yang terkandung dalam matan hadits; (4) melalui pengamatan tertentu yang terdapat dalam suatu hadits (5) melalui pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadits.  Takhrij dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi  karya A.J Wensick dan menggunakan Software Mansuat al hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah versi 2.
Kata Kunci : Hadis, Takhrij, Sanad, Matan

A.  Pendahuluan
            Hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya. Hadis dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an. Berbeda dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya diterima oleh para sahabat dari Rasulullah SAW secara mutawatir dan telah ditulis dan dikumpulkan sejak zaman beliau masih hidup. Sebagian besar hadis Nabi tidaklah diriwayatkan secara mutawatir, dan pembukuannya pun secara resmi baru dilakukan pada zaman Khalifah ‘Umar Ibn ‘Abd al-‘Aziz.
            Otentitas dan validitas hadis diperlukan oleh karena hadis sampai kepada umat melalui jalur periwayatan yang panjang, dan dalam perjalanannya yang disampaikan dari generasi ke generasi itu memungkinkan adanya unsur-unsur yang masuk  didalamnya.
Takhrij Hadis merupakan salah satu metode (cara) yang digunakan untuk mengetahui jalannya sanad hadis, sehingga kita dapat memahami dari mana hadis tersebut diriwayatkan. Dan cara ini dilakukan untuk memeriksa kualitas hadis dan menguatkan keyakinan agar saat mengamalkannya suatu hadis tidak ada keraguan didalamnya.
            Oleh sebab itu dalam artikel  ini penulis akan menjelaskan pengertian, manfaat dan metode takhrij al hadis dan kegiatan takhrij al hadis secara konvensional dan melalui software beserta penerapannya.

B.  Pengertian Takhrij Al Hadist
            Secara etimologi, kata takhrij تخريج  adalah bentuk masdar dari fiil madhi خرّج – يخرّج –تخريجاyang secara bahasa berarti mengeluarkan sesuatu dari tempat.[1] Dan kata takhrij mempunyai beberapa arti; (1) al-istinbath (mengeluarkan); (2) al-tadrib (melatih atau membiasakan); (3) al-tawjih (memperhadapkan)[2]; kata al-ikhraj (الإخرج) yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan al-makhraj(المخرج) artinya tempat keluar; dan takhrijal-hadis wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadis kepada orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.[3] Menurut Dr. Mahmud Thahhan kata takhrij menurut bahasa ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan dalam satu persoalan.”[4]
Secara terminologi, Takhrijul hadits menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.      Menurut Mahmud al-Thahhan: Takhrij adalah (usaha) menunjukkan letak asal hadist pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya telah dicantumkan sanad hadist tersebut (secara lengkap), serta menjelaskan kualitas hadist tersebut jika kolekter memandang perlu.[5]
2.      Menurut M. Syuhudi Isma’il: Takhrij Hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap  matan dan  sanad hadis.[6]
3.      Menurut Nawir Yuslem: Hakekat takhrij adalah penelusuran atau pencaraian hadist pada berbagai kitab hadist sebagai sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad Hadist.[7]
4.      Menurut Al-Manawi: Takhrij adalah menisbatkan (menyandarkan) hadis pada para perawi yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut dalam kitab-kitab mereka dengan menyantumkan hukum dan kualitasnya.[8]
Pengertian Takhrij menurut ahli hadis memiliki tiga macam pengertian, yaitu:
1.      Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanadyang telah ditetapkan oleh Imam Muslim.[9]
2.      Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: “Akhrajahul Bukhari”, artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Sahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim[10].
3.      Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab. [11] Misalnya:
1.      Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab Tafsir Al-Kasysyaaf, yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah sahih, hasan, atau lainnya.[12]
2.      AI Mugny An Hamlil Asfar, karya Abdurrahim Al-lraqy, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali.[13]
            Jadi, Takrij al hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab  hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan sanad yang bersangkutan.

C.  Manfaat Takhrij Al Hadis
1.    Mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti
Suatu hadis akan  sangat  sulit diteliti  status dan kualitasnya  apabila  tidak diketahui asal usul  hadis. Tanpa  diketahui  asal  usulnya, maka  sanad  dan matan  hadis  yang  bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya. Tanpa diketahui susunan sanad dan matannya  secara benar, maka hadis yang bersangkutan akan sulit diteliti secara cermat.
Untuk  mengetahui  bagaimana  asal-usul  hadis  yang  akan  diteliti  itu  maka  kegiatan  takhrij perlu  dilakukan  terlebih  dahulu.  Dengan  demikian,  takhrij  hadis  sangat  diperlukan,  yaitu untuk melacak bagaimana sanad dan matan hadis dalam kitab sumber.[14]
2.    Mengetahui Seluruh Rawi 
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja salah satu sanad  hadis  itu  berkualitas  da’if,  sedang  yang  lainnya  berkualitas  sahih.  Untuk  dapat menentukan  sanad  yang  berkualitas  da‟if  dan  yang  berkualitas  sahih, maka  terlebih  dahulu harus  diketahui  seluruh  riwayat  hadis  yang  bersangkutan.  Dalam  hubungannya  untuk mengetahui  seluruh  riwayat  hadis  yang  akan  diteliti,  maka  kegiatan  takhrij  al-hadis  perlu dilakukan.[15] 
3. Mengetahui Syahid dan Mutabi’ dalam Sanad
Ketika  hadis  diteliti  salah  satu  sanadnya,  mungkin  ada  periwayat  lain  yang  sanadnya mendukung pada sanad yang diteliti. Dukungan (Corroboration) itu bila terletak pada bagian periwayat  tingkat  pertama,  yakni  tingkat  sahabat Nabi,  disebut  sebagai  syahid,  sedang  bila terdapat dibagian bukan periwayat  tingkat  sahabat, disebut  sebagai mutabi’.[16]
Dalam penelitian sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkokoh sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi‟ yang memiliki sanad yang kuat maka sanad yang  diteliti  mungkin  dapat  ditingkatkan  kekuatannya  oleh  mutabi‟  tersebut.  Untuk mengetahui,  apakah  suatu  sanad  memiliki  syahid  atau mutabi‟,  maka  seluruh  sanad  hadis harus  dikemukakan.  Ini  berarti,  takhrij  al-hadis  harus  dilakukan  terlebih  dahulu.  Tanpa dilakukan takhrij al-hadis lebih dahulu, maka tidak dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang diteliti.[17]
4.    Untuk menentukan kualitas suatu Hadis
Memberikan infomasi bahwa suatu hadis termasuk hadis sahih, hasan, ataupun dhaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya.[18] Ibnu Hajar al Asqolani menjelaskan bahwa khabar yang  tidak Mutawatir dapat dipakai sebagai  dasar  hukum  apabila memenuhi  kriteria  tertentu. Kriteria  tertentu  yang telah ditetapkan oleh para pakar hadis  ialah adanya kesahihan sanad dan matan hadis, yakni segala  syarat  atau  kriteria  yang  harus  dipenuhi  oleh  sesuatu  sanad  dan  matan  hadis  yang berkualitas sahih. Adapun  syarat  atau  kriteria  hadis  yang  berkualitas  sahih  adalah:”Bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dabit sampai pada akhir sanad, dan tidak syaz dan ber-‘illat. [19]
5.    Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak).[20]
6.    Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.[21]
7.    Dapat menetapkan muttashil kepada hadits yang diriwayatkan dengan menggunakan ‘adawat al-tahammulwaal-ada' (kata-kata yang dipakai dalam penerimaan dan periwayatan hadits) dengan 'an'an (kata-kata 'an/ dari).[22]
8.    Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadist-hadist melalui kitab-kitab yang ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu hadist, semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang dimiliki.[23]
9.    Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya hadist, dengan cara membandingkan sanad-sanad yang ada.[24]
10.     Mengetahui perbedaan lafad dan tambah kurang kalimat dalam tiap hadis yang diriwayatkan.[25]
11.     Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran periwayatan.[26]
12.     Menjelaskan makna yang dirasa asing pada matan.[27]


D.  Metode Takrij Al Hadist
            Ada beberapa cara atau jalan yang dapat ditempuh untuk men-takhrij hadits, yaitu (1) melalui pengenalan nama Sahabat perawi hadits; (2) melalui pengenalan awal lafadz atau matan suatu hadits; (3) melalui pengenalan topik yang terkandung dalam matan hadits; (4) melalui pengamatan tertentu yang terdapat dalam suatu hadits (5) melalui pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadits.[28]
            Dari kelima cara tersebut cara yang terakhir dianggap paling praktis (populer) dalam melakukan kegiatan Takhrij hadits. Alat yang dipakai ialah al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh  al-Ahadits al-Nabawiyyah oleh A. J. Wensink, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu'ad‘Abd al-Baqi. Kitab ini disusun dengan merujuk kepada sembilan kitab hadits induk, yaitu al-Jami'al-Shahih karya al-Bukhari, al-Jami' al-Shahih karya Muslim, Sunan Abu Dawud karya Abu Dawud, Sunan al-Turmudzi karya al-Turmudzi, Sunanal-Nasa'I karya al-Nasa'i,  Sunan Ibn Majah karya Ibn Majah, Musnad Ahmad karya Ahmad ibn Hanbal, al-Muwaththa' karya Imam Malik, dan Sunan al-Darimi karya al-Darimi.[29]
            Dengan melihat proses mentakhrij yang digunakan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis, ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij yang dapat kita gunakan untuk mentakhrij hadis, yaitu:[30]
1.      takhrij melalui awal kata مطلع الحديث
2.      melalui salah satu kata dalam hadis  لفظ من الفاظ الحديث
3.      melalui perawi pertama الراوي الأعلى
4.      melalui tema pembahasan hadis
5.      melalui sifat atau jenis hadis
            Metode pertama, takhrij dengan menggunakan awal kata dari hadis
                        Takhrij dengan menggunakan metode ini disyaratkan harus tahu awal kata dari      hadis yang akan dicari. Jika awal katanya tidak diketahui maka proses pencarian hadis         dengan metode ini tidak mungkin bisa dilakukan.[31]
                        Jika awal kata sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melihat    huruf pertama dari kata tersebut, demikian pula dengan huruf ke dua dan ketiganya.[32]
                        Misalnya hadis yang awal katanya berbunyi: من غشنا فليس منا  Maka kita cari             hadis itu pada humf (entri) ”mim” dan ”nun" (من) kemudian ”ghoin , syin” dan   seterusnya seperti saat kita mencari kosa kata dalam kamus bahasa.[33]
            Metode kedua, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang digunakan dalam        teks-teks hadis (ghorib [asing])
                        Takhrij dengan metode ini dapat dilakukan dengan memilih kosa kata mana           yang akan kita gunakan sebagai kunci atau alat bantu untuk mencari hadis. Bisa dicari       melalui kosa kata yang berbentuk isim, maupun fi’il dengan berbagai pecahan            tashrifnya. Adapun pencarian melalui huruf tidak dapat dilakukan. Proses pencariannya seperti saat kita akan mencari ayat al-Qur’an dengan menggunakan   kitab Fathu ar-Rahman.[34]
                        Dalam pencarian hadis dengan metode ini diupayakan agar menggunakan kosa      kata yang jarang dipakai dalam hadis agar pencarian dapat dilakukan dengan cepat   dan fokus. Misalnya hadis yang berbunyi: إن الملا ئكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضى بما يصنع             agar pelacakan dapat dilakukan lebih cepat maka kita pilih kata "أجنحتها" dalam entri      "جنح" . Karena kosa kata ini relatif lebih sedikit digunakan ketimbang kosa kata lain           seperti "الملائكه“ atau “العلم“.[35]
            Metode Ketiga, takhrij dengan mengetahui perawi hadis pertama
                        Metode ini digunakan jika kita mengetahui nama perawi pertama yang        meriwayatkan hadis tersebut. Perawi pertama bisa dari kalangan sahabat, jika      hadisnya muttashil dan musnad, bisa juga tabi’in jika hadisnya mursal. Namun jika nama perawi hadisnya tidak diketahui maka metode ini tidak dapat digunakan untuk             mentakhrij. Misalnya hadis riwayat Imam Ahmad:[36]
حدثنا يونس بن محمد،ثنا عبدالواحد بن زياد،ثنا محمد بن إسحاق عنداود بن الحصين عن واقد عبد الرحمن بن معاذ
 عن جابر قال : فال رسولاللّه صلى اللّه عليه وسلم إذا خطب أحدكم المرأة فإن استطاع أن ينظر منها ما يدعوه إلى   
 نكاحها فليفعل
                        Jika ditemukan hadis dengan bentuk seperti ini, maka kita dapat melacak    keberadaannya melalui perawi pertama; yang dalam hadis di atas adalah Jabir.         Pencariannya melalui kitab-kitab takhrij yang disusun déngan susunan rawi, seperti kitab-kitab musnad.[37]
                        Saat kita membuka kitab musnad, misalnya kitab musnad imam Ahmad bin            Hanbal akan kita dapatkan kitab tersebut tersusun hadis-hadisnya sesuai dengan        perawi-perawinya. Jadi, tiap perawi di bawahnya terdapat hadis-hadis yang       diriwayatkannya. Tinggal kita mencari hadis yang dimaksud yang berada di bawah             nama sahabat tersebut.[38]
                        Kitab yang digunakan untuk mentakhrij dengan metode ini adalah kitab:    musanid (kitab yang disusun berdasarkan perawi pertama) seperti musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Kitab al Athraf. Kebanyakan kitab-kitab al-athraf disusun            berdasarkan musnad-musnad para shahabat dengan urutan nama mereka sesuai             susunan huruf abjad. Iika seorang peneliti mengetahui bagian dari hadis itu, maka dapat memjuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-athraf tadi       untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap.[39]
            Metode Keempat, takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadis
                        Takhrij dengan metode ini dituntut kecerdasan dan pengetahui tentang fiqh           hadis. Seorang pentakhrij diharuskan mampu memetakan hadis yang dicari sesuai   dengan tema yang berkaitan dengan hadis yang dicari.[40]
                        Jika telah diketahui tema dan             objek pembahasan hadis, maka bisa dibantu dalam takhrij-nya dengan karya-karya hadis yang disusun berdasarkan bab-bab dan    judul-judul. Cara ini banyak dibantu dengan menggunakan kitab Miftah Kunuz As            Sunnah yang berisi daftar isi hadis yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan.      Kitab ini disusun oleh seorang orientalis berkebangsaan Belanda yang bernama Prof.         Dr. Arinjan Vensink yang juga penyusus kitab Mu’jam al-Mufahras. Kitab ini   mencakup daftar isi untuk 14 kitab             hadis yang terkenal, yaitu: al kutub at-tas’ah             (sebagaimana yang digunakan dalam al-Mu ’jam al Mufahras) ditambah dengan kitab      Musnad Abu Dawud Ath Thayalisi,   Musnad Zaid bin ’Ali, Sirah Ibnu Hisyam,           Maghazi Al Waqidi, dan Thabaqat Ibnu Sa’ad.[41]
                        Dalam menyusun kitab ini, penyusun (Vensink) menghabiskan waktunya    selama 10 tahun. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab dan   diedarkan oleh Muhammaf Fuad Abdul Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu           selama 4 tahun.[42]
            Metode Kelima, takhrij dengan mengetahui sifat dan jenis hadis
                        Saat akan mentakhrij sebuah hadis, dapat kita gunakan salah satu dari metode-       metode takhrij di atas. Adapun metode kelima lima memberikan nuansa baru. Jika      dalam hadis yang akan kita cari nampak sifat yang jelas akan jenis hadis tersebut,   maka sifat itu dapat digunakan sebagai patokan dalam mencari hadis.[43]
                        Para ulama telah mengklasifikasikan hadis-hadis Nabi dalam kelompok-      kelompok tertentu sesuai dengan jenisnya. Bagi peneliti tidak akan kesulitan tatkala   hendak melacak hadis jika sudah ditemukan jenis tersebut. Misalnya jika sudah diketahui bahwa hadis yang akan kita cari masuk kategori hadis mutawatir, maka kita             tinggal malacak di kitab kumpulan hadis-hadis mutawatir. Jika kategori hadis         maudhu’, maka dicari di kitab kumpulan hadis-hadis maudhu’ dan jika hadis qudsi,   maka dilacak di kitab kumpulan hadis qudsi, dan demikian seterusnya.[44]
                        Kitab-kitab yang dapat digunakan dalam metode ini cukup banyak sesuai   dengan sifatnya masing-masing, antara lain: al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-           mutawatirah (berisi kumpulan hadis-hadis mutawatir) karya imam ash-Suyuthi, al          Ithafat as-Saniyah fi al-Ahadits al-Qudsiyyah (kumpulan hadis-hadis qudsi) disusun             oleh Majlis al-A’la bidang al-Qur’an dan Hadis, Tanzih asy-Syari’ah al-Marfu’ah ’an         al-Akhbar asy-Syani’ah al Maudhu’ah (kumpulan hadis maudhu’) karya ibn ’Iraq, dan           lain sebagainya.[45]

E.   Cara melakukan Takhrij Al Hadist secara Konvensional
            Dalam mentakhrij hadis secara konvensional atau menggunakan kitab. Kami menggunakan kitab petunjuk : Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi.  Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan ialah Dr. Arnold John Wensinck (W.j 939 m), seorang profesor bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab oleh Muhammad Fu’ad ’Abdul Baqi.[46]
            Kitab ini dimaksudkan untuk mencari Hadits berdasarkan petunjuk lafazh matn Hadits. Berbagai lafazh yang disajikan tidak dibatasi hanya lafazh-lafazh yang berada di tengah dan bagianbagian lain dari matn Hadits. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matn dan sanad Hadits, asal saja sebagian dari lafazh matn yang dicarinya itu telah diketahuinya.[47]
            Kitab Mu ’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari Hadits-Hadits yang terdapat dalam sembilan kitab Hadits yang menjadi rujukan dari mu'jam ini, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Summ Ibnu Majjah, Summ Daromi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad.[48]
            Kitab-kitab sumber yang dirujuk oleh kitab petunjuk ini ada 9 buah kitab hadis dengan kode singkatan sebagai berikut:[49]
  1. ( خ ) = Bukhari, nama kitab dan nomor bab
  2. ( م ) = Muslim, nama kitab dan nomor hadis
  3. ( ت )  = Turmuzi, nama kitab dan nomor kitab
  4. (  د  ) = Abu Daud, nama kitab dan nomor bab
  5. ( ن ) = Nasa‟i,  nama kitab dan nomor bab
  6. ( جه ) = Ibn Majah,  nama kitab dan nomor hadis
  7. ( ط  ) = Muwatto‟ Malik, nama bab  dan nomor hadis
  8. ( حم ) = Musnad Ahmad, nomor juz dan nomor halaman
  9. ( ى د  ) = Al -Darimi, nama kitab dan nomor bab

            Kitab  ini  disusun  mirip  dengan  kamus  Arab  pada  umumnya.  Oleh  sebab  itu dalam penggunaannya perlu tahu sedikit tentang morfologi Arab, khususnya tentang deriviasi  (tasrif)  kata-kata.[50] Dalam  penggunaannya  harus  diingat  hal-hal  sebagai berikut:
a.  Kata-kata diurutkan secara alfabetis (yang disusun berdasarkan huruf abjad[51]) berdasarkan deriviasi kata-katanya[52]
b.   Jika  mencari  kata  atau  lapaz  hadis,  hindari  penggunaan  kata  yang  banyak terpakai,  misalnya:   أو،كان،أن،من،قال  . Demikian  juga  jangan menggunakan  lafal  huruf  seperti: فى،عن،إلى،من  dan  yang  sejenisnya.[53]
 Karena kata-kata itu sulit untuk menelusurinya secara cepat. Misalnya, kita ingin mencari hadis dengan bunyi من لا يرحم لايرحم . Lafal “من “ dan “  لا  “ sulit ditelusuri  karena itu cukup banyak.  Karena itu lebih baik menggunakan  kata  يرحم satu  bentukan  deriviasi  kata:  رحم Dengan mencarinya di bawah huruf:  ر،ح،م  , hadis itu akan ditemukan.[54]
c.  Matan hadis selalu tidak dituliskan secara lengkap, tetapi ditunjukkan pada kitab sumber mana hadis itu tertulis.[55]
           
            Kitab al-Mu‟jam ini sangat bermanfaat dan amat menolong peneliti hadis jika dibandingkan dengan dua teknik terdahulu karena dengan metode ini kita tidak perlu mengetahui  nama  sahabat perawinya atau awal  lapaz hadis.  Cukup kita  mengambil kata apa saja yang kita ingat dari hadis yang hendak kita cari.[56]
            Metode  Kedua,  melalui  pengenalan  lafaz  atau  kata-kata  yang  merupakan bagian  dari matan  hadits  (al-takhnj  bi  ajfaz  al-hadits). Metode  ini  dipandang cara  yang  paling mudah,  karena  peneliti  cukup mengambil  satu  atau  lebih dari matan  hadits  bisa  dengan  cepat mendapatkan  hadits  yang  dimaksud.

Contoh Mentakhrij Hadis Dengan Kitab Mu’jam Al Mufahras

            1. siapkan Kitab Mu’jam Al Mufahras
            2. siapkan hadis yang mau ditakhrijkan
            3. di sini kami mencontohkan hadis
           
            4. kemudian buka Kitab Mu’jam Al Mufahras tersebut, bab 2, karena kami         mengambil huruf سلك   dan yang dijadikan patokan adalah huruf س nya
            5. gambar di bawah ini adalah hasil pencarian dari huruf  س dalam kata سلك   

            6. kemudian pada gambar di bawah ini dapat diketahui yang sesuai dengan poin    nomer 3 bahwa hadis ini terdapat pada:
o   Abu Daud kitab ilmu bab 1
o   Bukhori kitab ilmu bab 10
o   Turmidzi kitab ilmu bab 16
o   Ibnu Majah kitab muqoddimah hadis ke 17
o   Musnad Ahmad juz 6 halaman 252, 325,407
            7. setelah itu carilah hadis pada masing-masing kitab yang dirujuk pada gambar di             atas

F.   Cara melakukan Takhrij Al Hadist melalui Sofware
                   Cara untuk mengaplikasikan software ini sebagai berikut:
       klik Start → Hadith (berlaku saat software aplikasi telah terinstal) sebagaimana     gambar berikut ini:
                   Gambar berikut ini adalah tampilan software Mausuat al-Hadith al-Sharif: al-         Kutub al-Tis’ah versi 2.
                        Dari tampilan di atas terlihat bahwa ada 8 (delapan) menu utama yang        tersedia untuk aplikasi program ini, yaitu عرض(tampilan/tayangan), بحث(cari), معاجم             (kamus), تعر يفات (penjelasan), تذريبات (ujian/latihan), المصاذر (sumber), خيارات           (pilihan), dan مساعدة (bantuan). Menu utama  عرض (tampilan/tayangan) dibagi kc         dalam 7 (tujuh) sub menu sebagaimana gambar berikut ini.[57]
                        Pertama, sub menu menampilkan hadith berdasarkan nomor hadith, kedua,             menampilkan hadith berdasarkan bab-bab dalam kitab hadith, ketiga, menampilkan          hadith dalam suatu kitab baik Yang khulasah, mukhtasar, yang tidak diulang-ulang,         maupun keseluruhan, keempat, daftar sumber hadith tentang ayat-ayat al-Qur’an dan          qiraat, kelima, pemberian catatan terhadap hadith, keenam, proses pencetakan, dan             ketujuh sub menu keluar.  Menu utama بجث (cari) juga memuat 7 (tujuh) sub menu:[58]
                        Pertama, orientasi atau arah percarian, kedua, percarian hadith berdasarkan             nama rawi, ketiga, pencarian hadith berdasarkan kata-kata dalam matan hadith,            keempat, percarian hadith berdasarkan sumber dikeluarkannya hadith, kelima,           pencarian hadith berdasarkan topik-topik fiqhiyah, keenam, pencarian hadith             berdasarkan gabungan cara pencarian berdasarkan kata, sumber takhrij, dan topik   fiqhiyah, dan ketujuh, pencetakan hasil pencarian. Menu utama معاجم (kamus) berisi 4         (empat) menu:[59]
                        Pertama, kamus yang memuat kata-kata dalam hadith. Menu pertama ini sama        seperti menu pencarian hadith berdasarkan kata-kata dalam hadith. Bedanya, menu di    kamus ini kata-kata yang akan dicari sudah tersedia sementara menu aplikasi         pencarian hadith dengan mengetikkan kata-kata yang akan kita cari. Kedua, kamus             tentang kata-kata dalam hadith yang pengertiannya dianggap sulit atau asing. Ketiga,             kamus yang menjelaskan kata-kata dalam hadith yang masih samar; dan keempat, menu pencetakan hasil pencarian melalui kamus.  Menu utama تعريفات (penjelasan)   memuat 3 (tiga).[60]
                        Pertama tentang biografi akademik 9 (sembilan) mukharrij: al-Bukhari,        Muslim, al-Tirmidhi, al-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, Malik, dan al-       Darimiy; kedua tentang al-Kutub al-Tis‘ah, dan ketiga menampilkan berbagai kitab   yang dijadikan referensi dalam pembuatan software Mausu‘ at al-Hadith al-Sharif: al-            Kutub al-Tis‘ ah ini.[61]
                        Menu utama تدريبات (ujian/latihan) memuat berbagai materi ujian tentang ilmu         Mustalah al-Hadith, keutamaan para nabi dan sahabat, dan flqh. Menu utama ini juga    memuat materi untuk menghafalkan hadith, sebagaimana terlihat di bawah ini.[62]
                        Menu utama المصادر (sumber) digunakan untuk menentukan tempat percarian         dari al-Kutub al-Tis‘ ah yang diaktifkan sebagaimana terlihat di bawah ini.[63]

                        Menu utama خيارات (pilihan) memuat 2 (dua) hal;[64]


                        Pertama penentuan nomor hadith dari berbagai edisi kitab dan kedua setting          printer yang digunakan untuk mencetak hasil pencarian dari software ini. Menu utama   مساعدة (bantuan) memuat 3 (tiga) hal:[65]


                        Pertama, tentang penjelasan bagaimana mengaplikasikan software ini, kedua,         menjelaskan berbagai definisi mustalah al-hadith dan terakhir menyajikan versi dari        softwar            e yang sedang diaplikasikan ini.[66]
Contoh Melakukan Takhrij Hadits Berdasarkan Nomornya:
            Yang pertama, klik ‘urudhu dan kemudian klik raqmu al ahadits (berlaku jika hanya        mencari hadis berdasarkan nomornya).


            Yang kedua, akan muncul tampilan seperti di bawah ini, karena yang kami            contohkan adalah pada hadis Muslim nomor 1855, maka klik المسلم dan ketik nomor             hadisnya 1855. Setelah itu, klik ikon buku yang terbuka.
            Yang ketiga, setelah itu akan muncul seperti ini. Dan ini adalah hadis Muslim nomor         1855.
           
            Yang keempat, jika kita ingin mengetahui siapa saja periwayahnya, klik saja الرواة dan akan muncul nama-nama periwayahnya seperti di bawah ini.
            Yang kelima, kita akan mencoba mentakhrijkan, yaitu dengan cara klik تخريج , maka         akan muncul kotak dialog yang berada di paling bawah. Di situ ditampilkan bahwa       hadis ini juga ada pada musnad al-Bukhori 1792,  al-Bukhori 1793, at-Tirmidzi   659…dll.



G.  Penutup
   Takrij al hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab  hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan sanad yang bersangkutan. Secara singkat takhrij dapat mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadist serta mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadist. Pencarian in dilakukan untuk mengetahui asal-usul hadist, sanad dan matan agar dapat menentukan kualitas hadis tersebut.
   Dengan melihat proses mentakhrij yang digunakan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis, ditemukan paling tidak terdapat lima metode takhrij yang dapat kita gunakan untuk mentakhrij hadis, yaitu: 1. takhrij melalui awal kata مطلع الحديث 2. melalui salah satu kata dalam hadis  لفظ من الفاظ الحديث 3. melalui perawi pertama الراوي الأعلى 4. melalui tema pembahasan hadis 5. melalui sifat atau jenis hadis. 
   Takhrij dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J Wensick dengan metode pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadits karena cara ini dianggap sangat praktis. dan menggunakan Software Mansuat al hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah versi 2, dalam software ini kita dapat mentakhrij dengan ke-5 metode yang ada.

Daftar Pustaka
Anwar, Ali. 2011. Takhrij al-Hadith dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadith dan Meneliti Kualitasnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad, Muhammad. 2004. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Arifin,Zainul. Metode Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad Dan Matan.  Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Bachtiar Fachrurozi, Masykur. 2009. Takhrij Al Hadits: Panduan Praktis Program Kutub Al Tis’ah. Yogyakarta: Aditya Media.
Jumantoro, Totok. 2002. Kamus Ilmu hadis. Jakarta: Bumi Aksara
Kholis, Nur. 2009. Model Komputerisasi Hadis: Praktik Takhrijul Hadis. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Lubis, Askolan. 2016. Urgensi Metodologi Takhrij Hadis Dalam Studi Keislaman. jurnal.uinsu.ac.id ilya’al’Arabiyah
Pamil, Jon. 2012. Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist , Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni  2012 ejournal.uin-suska.ac.id
Sulaiman, M. Noor. 200.  Antologi Ilmu Hadist. Jakarta: Gaung Prasada Press
Wensinck,  A.J. 1936-1989. Al-Mu’jam  al-Mufahras  li  Alfaz    al-Hadis  al-Nabawi. Leiden:  E.J.  Brill.
Zeid B Smeer, 2008. Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis. Malang: UIN Maliki Press.


Catatan:
Makalah ini sudah cukup bagus.


[1] Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hal 131 dan Totok Jumantoro, Kamus Ilmu hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hal 244
[2]  M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadist, (Jakarta: Gaung Prasada Press, 2008) hal 155
[3] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 171
[4] M. Noor Sulaiman,Op.cit  hal 155 dan Totok Jumantoro, Kamus Ilmu hadis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hal 244
[5] Askolan Lubis. Urgensi Metodologi Takhrij Hadis Dalam Studi Keislaman.  Jurnal ilya’al’Arabiyah: 2016 jurnal.uinsu.ac.id dan  Jon Pamil, Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist. Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni 2012 ejournal.uin-suska.ac.id
[6] Askolan Lubis. Ibid dan  Jon Pamil, Ibid
[7] Jon Pamil. Ibid
[8] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 171
[9] Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hal 131
[10] Ibid, hal 131
[11] Ibid, hal 131
[12] Ibid, hal 131-132
[13] Ibid, hal 132
[14] Askolan Lubis, Urgensi Metodologi Takhrij Hadis Dalam Studi Keislaman, Jurnal ilya’al’arabiyah uinsu.ac.id (Medan, 2016), hal 17
[15] Ibid, hal 18
[16] Ibid, hal 18
[17] Ibid, hal 18
[18] Muhammad Ahmad. Ulumul Hadis. (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hal 132 dan Nur Kholis, Model Komputerisasi Hadis: Praktik Takhrijul Hadis. (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2009)
[19] Loc.cit, hal 18
[20] Op.cit, hal 132
[21] Ibid, hal 132
[22]  M Noor Sulaiman, Antologi ilmu Hadis. (Jakarta: Gaung Prasada Press, 2008) hal 158
[23] Jon Pamil: Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist , Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni  2012
[24] Ibid
[25] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 173
[26] Jon Pamli, Loc.cit
[27] Op.cit,  hal 173
[28] M Noor Sulaiman, Antologi ilmu Hadis. (Jakarta: Gaung Prasada Press, 2008) hal 158
[29] Ibid, hal 159
[30] Zeid B Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis. (Malang: UIN Maliki Press. 2008) hal 173- 174
[31] Ibid, hal 174
[32] Ibid, hal 174
[33] Ibid, hal 174
[34] Ibid, hal 175
[35] Ibid, hal 175
[36] Ibid, hal 176
[37] Ibid, hal 176
[38] Ibid, hal 176
[39] Ibid, hal 176-177
[40] Ibid, hal 177
[41] Ibid, hal 177
[42] Ibid, hal 177-178
[43] Ibid, hal 178
[44] Ibid, hal 178-179
[45] Ibid, hal 179
[46] Masykur Bachtiar Fachrurozi, Takhrij Al Hadits: Panduan Praktis Program Kutub Al Tis’ah. (Yogyakarta: Aditya Media, 2009) hal 11
[47] Ibid, hal 11
[48] Ibid, hal 11
[49] Askolan Lubis,hal 22
[50] Ibid, hal 23
[51] Zainul Arifin, Metode Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi Sanad Dan Matan, Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) hal 25
[52] Op.cit, hal 23
[53] Ibid, hal 23
[54] Ibid, hal 23
[55] Ibid, hal 23
[56] Ibid, hal 24
[57] Ali Anwar, Takhrij al-Hadith dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadith dan Meneliti Kualitasnya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011)  hal 9
[58] Ibid, hal 10
[59] Ibid, hal 10
[60] Ibid, hal 10-11
[61] Ibid, hal 10
[62] Ibid, hal 11
[63] Ibid, hal 11
[64] Ibid, hal 12
[65] Ibid, hal 12
[66] Ibid, hal 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar