SEJARAH ISLAM
DI INDIA
Muh. Rifqi Halim, Nur Ayu Annisah, Iffah
el-Azhari
Mahasiswa PBA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
angkatan 2016
Abstract
This article discusses the history of Islam in India. Start from the elaboration of socio-cultural conditions that exist in India before Arabs began to invasion of the region. It was also explained about how the origins of early residents in the territory of India. Islam began to be known in India since the time of Prophet Muhammad was still alive. During the era of the four khulafaurrosyidin, Muslims will continue monitoring the territory to India. And during thedynasty of Ghazni and dinasty of Ghuri, Islam began expanding in the region. Over the centuries, India became the empire of Islam. A wide variety of intellectual and cultural development in the heyday of Islam in the region of India. Until the time of the Mughal dynasty in 1858 had been destroyed and be the destruction of Islam in the region of India, due to the weak leadership of the leaders of Islam at that time and the increasing number of attacks from the outside already was dammed again
Abstrak
Artikel ini membahas tentang sejarah islam di India. Dimulai dengan
penjabaran kondisi sosial budaya yang ada di India sebelum bangsa Arab mulai
melakukan Invasi ke wilayah tersebut. Dijelaskan pula tentang bagaimana
asal-usul penduduk awal di wilayah India. Islam mulai dikenal di India sejak
zaman Rasulullah SAW masih hidup. Semasa kepemimpinan empat khulafaurrosyidin,
umat islam terus melakukan pemantauan ke wilayah India. Dan pada masa dinasti
Ghazni dan dinasti Ghuri, mulailah islam semakin meluas di wilayah tersebut.
Selama berabad-abad lamanya India menjadi wilayah kerajaan islam. Berbagai
macam perkembangan intelektual dan kebudayaan pada masa kejayaan islam di
wilayah India. Sampai pada masa dinasti Mughal pada tahun 1858 mengalami
kehancuran sekaligus jadi kehancuran bagi islam di wilayah india, karena
lemahnya kepemimpinan para pemimpin islam pada waktu itu dan semakin banyaknya
serangan dariluar yang sudah tak mampu dibendung lagi.
Keywords : Islam, Invasi, Ghazni, Ghuri, Mughal, India.
A.
Pendahuluan.
India sejak dahulu memiliki hubungan dengan dunia arab
melalui perdagangan. Ketika nabi Muhammad SAW berhasil menyebarkan ajaran agam
islam di seluruh wilayah Arab, maka para pedagang Arab yang datang ke India
juga sudah memeluk agama islam dan sambil berdagang mereka berdakwah
menyebarkan agama islam kepada penduduk India. Pada masa Bani Umayyah, pasukan
islam dibawah pimpinan Muhammad Bin Qosim meanklukkan wilayah Sind dan berhasil
membangun peradaban islam. Lalu pada masa Dinasti Ghazni, pasukan islam berhasil
menaklukkan wilayah-wilayah India. Penaklukkan ini berhasil melemahkan kekuatan
politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan Hindu dan membuka pintu bagi berdirinya
kekuasaan islam yang permanen di India semasa dinasti Ghuri. Sejak itulah islam
memberikan pengaruh yang kuat di seluruh anak benua itu.
Awal masuknya islam ke India secara formal terbagi dalam
empat tahap. Tahap pertama yaitu pada zaman Nabi Muhammad SAW, islam menyebar melalui
media perdagangan, dan hanya sebagian kecil masyarakat India yang mendapatkan
penagruh ajaran islam. Tahap berikutnya pad amasa kekhalifahan Umayah, islam
berhasil membangun pranata sosial yang harmonis dan mulai terjalin asimilasi
peradaban antara Arab dan India. Tahap ketiga semasa dinasti Ghazni, islam
menyebar melalui penaklukkan-penaklukkan terutama yang dipimpin oleh Sultan
Mahmud dengan berbagi motif. Tahap keempat semasa dinasti Ghuri, islam mulai
berkuasa secara permanen.
B.
Sejarah
Singkat India
Sekitar
5000-6000 SM, bangsa Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan kepercayaan
terhadap adanya Tuhan secara abstrakmereka inilah yang dianggap sebagai
penduduk pribumi asli India. Kemudian di abad VI SM, bangsa Aria dari Persia
datang menguasai Punjab dan Benaras (India Utara) dengan membawa kepercayaan
adanya Tuhan secara nyata. Mereka menyembah api, bulan, matahari, angin topan,
samudera, pohon, patung, serta dewa-dewa.[1]
Dari pembahasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa di wilayah India pada saat itu sudah ada dua
golongan yang berbeda kepercayaan. Dravida mempercayai Tuhan secara abstrak
sedangkan Aria mempercaya Tuhan secara nyata. Sehingga terjadilah pertentangan
kepercayaan dari dua kelompok tersebut. Namun karena Bangsa Dravida lemah, akhirnya
bangsa Aria yang lebih kuat memaksa bangsa Dravida untuk menganut
kepercayaannya. Dari kepercayaan inilah kemudian berkembang menjadi agama
Brahmana atau Budha seperti yang kita
kenal saat ini.
Pada tahun 599 SM, lahirlah Mahawir yang menjadi pelopor lahirnya
agam Jaina. Dasar agama ini adalah pertapaan dan meninggalkan kemewahan. Lama
kelamaan ajaran ini melebur dalam agama hindu. Pada 557 SM, lahir Gautama Budha
di Kapilabastu yang menjadi pelopor lahirnya agama Budha.[2]
Isi ajaran Budha adalah sebagai berikut :
o
Tidak ada sistem kasta
o
Tidak boleh hasad
o
Harus bersifat toleran
o
Dermawan
o
Berfikir yang baik
o
Sabar dengan penuh kesadaran
o
Pekerjaan yang baik
o
Menuerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.[3]
C.
Pertemuan Islam dan Budaya Lokal
1. Kondisi Politik
Anak benua India menggambarkan suatu wilayah
terpetak-petak yang terdiri atas dinasti-dinasti yang saling bermusuhan dan
kerajaan-kerajaan kecil yang saling berperang satu sama lain pada awal invasi
arab. Tidak ada pemerintahan di negeri tersebut semua negara-negara ini
menikmati kemerdekaan dan kekuasaan seutuhnya.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi rakyat keseluruhan secara
ekstrem dapat dikatakan makmur. Rakyat berada dalam kondisi sejahtera dan
segala kebutuhan tercukupi. Pertanian merupakan pekerjaan utama rakyat
setempat. Negara mendorong tumbuhnya industri. Bangla dan Gujarat terkenal
sebagai produsen dan pengekspor barang-barang tekstil kapas. Tetapi kaum buruh
tani harus bekerja keras untuk mendapatkan makanan, sedangkan rakyat kelas atas
bergelimang harta dan kemewahan.
3. Kondisi Agama
Terdapat tiga agama yang dominan yaitu Buddha,
Jaina, dan Hindu pada awal penaklukkan Arab. Agama Jaina tidak populer dan
agama Buddha sedang menurun agama Hindu adalah agama yang paling penting bagi rakyat
India. Hampir semua raja menganut agama Hindu dan mengambil langkah-langkah
untuk kepentingan agamnya. Tekanan yang besar dari kelompok Brahmana terhadap
penganut agama Buddha menyebabkan mereka mengharapkan datang kekuatan lain
untuk menghindari penguasaan Hindu.
4. Kondisi Sosial
Masyarakat India terbagi dalam empat kasta.
Masing-masing kasta tersbeut tidak terikat pada fungsinya sendiri. Ada Brahmana
yang bekerja sebagai tentara, dan ksatria bekerja sebagai pedagang. Demikian
pula orang-orang Waisya dan Sudra tertentu berperan sebagai pemimpin. Secara
umum rakyat menikah diantara kastanya masing-masing dan perkawinan antar kasta
sangat jarang terjadi. Poligami banyak diterapkan dalam masyarakat, tetapi kaum
wanita tidak diperbolehkan menikah untuk kedua kalinya.[4]
D.
Tahap-Tahap
Masuknya Islam Ke India
Sejarah awal
masuknya islam ke India dapat dibagi dalam 4 tahap :
1)
Masa Nabi Muhammad SAW
2)
Masa Khulafaurrosyidin dan Dinasti Umayah
3)
Masa Dinasti Ghazni
4)
Masa Dinasti Ghuri
·
Masa Nabi Muhammad SAW
Rosulullah
telah mengetahui tentang daerah India dari para pedagang yang telah lama
berdagang di Arab. Pada zaman Nabi, banyak orang dari suku Jat (India) yang
menetap di Arab dan salah satu dari mereka mengobati dan menyembuhka istri
Rasulullah, kemudian menjadi Khadimah Aisyah.
Di samping itu, salah satu istri beliau yang bernama HindberasaldariIndia.
Pada tahun
630-631 Masehi, Nabi mulai berhubungan dengan luar dengan cara mengirim utusan
dan menerima kunjungan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada
masa ini, Cheraman Perumal, raja Kadanglur dari pantai Malabar yangtelah
memeluk agam islamdatang mengunjungi Nabi.[5]
·
Masa Khulafaurrosyidin dan Dinasti Umayah
Pada zaman
pemerintahan Khalifah Sayyidina Umar Bin Khottob pada tahun 637-638 Masehi,
pemimpin perang Ustman bin Abi Ats-Tsaqofi telah membawa tentaranya menuju
timur. Pada tahun 643-644 M, angkatan perangnya menyerang Sind, tetapi
kemenangan ada di Pihak Sind. Kemudian pada tahun yang sama dibawah pimpinan
Abdulloh bin Amar Rabbi berhasil menguasai Kirman, Sizistan, sampai ke Merkan
untuk menyiarkan islam dan memperluas daerah kekuasaan.
Pada masa
khalifah Ustman bin Affan, telah dikirim utusan yang dipimpin oleh Hakim bin
Jabalah untuk meninjau keadaan wilayah India yang luas tersebut. Kemudia, pada
tahun 660-661 M, khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah mengirim utusan di
bawah pimpinan Al-Harits bin Murrah Al-Abdi dengan tujuan untuk menyelidiki
adat istiadat dan jalan-jalan yang mempermudah untuk menjangkaunya kelak.
Kemudian pada tahun 708 M, atas izin khalifah Al-Walid I, Hajjaj
mengirim menantu dan keponakannya Muhammad bin Al-Qosim untuk memimpin pasuka
menuju Sind. Mereka mempersiapkan bala tentara yang berjumlah 15.000 orang.
Ketika memasuki Multan, tentara Arab mengalami kesulitan karena dinding benteng
yang tinggi dan kuat. Dengan strategi yang brilian dari Muhammad bin Al-Qosim,
akhirnya dalam waktu empat tahun lebih, India bagian barat laut (Sind dan
Punjab) dapat ditaklukkan dan dikuasai.
Sebab-sebab keberhasilan Muhammad bin Qosim
dalam penaklukkan Sind, diantaranya :
o
Kemahiran, kecepatan, dan keunggulan tentara
Arab atas tentara Dahir
o
Kepemimpinan Bin Qosim yang sangat baik
o
Prajurit sangat patuh kepada perintah atasan
o
Perpecahan yang terjadi diantara orang-orang India
dan Keterpurukan kepemimpinan Dahir
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa awal abad VIII M islam sudah
masuk dan berkembang di India.[6]
·
Masa Dinasti Ghazni
Meskipun pada
awal abad pertama hijriyah tanah
Sind telah menjadi wilayah kerajaan islam, tetapi bagian terbesar dari tanah
India belum takluk di bawah pemerintahan Islam. Pergerakan penaklukkanpun
dilanjutkan dengan semngat yang baru pada abad ke-10 Masehi oleh bangsa Turki
yang datang ke India. Setelah jatuhnya
kekhalifhan Umayah, Abbasiyah naik berkuasa. Beberapa khalifah pertama dinasti
ini memimpin dengan tegas, tetapi khalifah berikutnya lemah dan tidak cakap.
Karena itu, beberapa gubernur povinsi yang posisinya jauh menyatakan memisahkan
diri dan merdeka. Spanyol, Portugal, dan Mesir lepas dari kendali mereka,
sedangkan di Irak, Persia dan Turkistan lahir sejumlah dinasti kecil yang
menggerogoti kekuasaan khalifah.
Permulaan abad
10 M, berdiri dinasti Ghazni yang terkenal gagah berani dan perkasa berperang. Nama dinasti ini dinisbahkan ke Kota Ghaznah
di Afghanistan sekarang.[7]Mulanya kerajaan itu hanyalah kerajaan kecil dalam wilayah kerajaan
Bani Saman di Turki yang didirikan oleh seorang yang bernama Alptgin.
Para raja Hindu
di India memandang naiknya kekuatan muslim mengancam keberadaan mereka. Jaipal,
raja di Punjab dan penguasa Hindu lainnya bergabung untuk menyerang wilayah
kekuasaan dinasti Ghazni, namun pasukan gabungan tersebut dapat dikalahkan oleh
pasukan Ghazni dibawah pimpinan Sabuktgin. Pasukan Ghazni justru menyerang
balik dan berhasil menaklukkan wilayah Peshawar yang menjadi kunci pintu masuk
ke daerah India yang Luas.
Mulailah
Sabuktgin memperteguh niatnya hendak menaklukkan tanah India. Dimulailah
peperangan di Lahore, Delhi, Ajmir, Qanauj, dan Kaligar dengan angkatan perang
bergajah dan 100.000 tentara berkuda. Para maharaja di negeri-negeri itu tidak
dapat menahan kegigihan bangsa turki dan akhirnya takluk menjadi wilayah
kekuasaan islam.[8]
·
Masa Dinasti Ghuri
Kerajaan Ghur terletak di daerah perbukitan antara Ghazni dan Herat.
Dinamakan
demikian karena dinisbahkan kepada tempat berdirinya kerajaan ini yaitu Ghaur.[9]Daerah ini ditaklukkan pada tahun 1010 M oleh Sultan Mahmud, salah
satu pewaris tahta Dinasti Ghazni. Sejak saat itu daerah ini menjadi bagian
kekuasaan Ghazni. Orang-orang ghuri melayani pemimpin Ghazni dengan setia pada
masa Sultan Mahmud. Namun setelah penggantinya berkuasa, mereka kurang loyal
terhadap pemrintahan ghaznawi. Puncaknya terjadi ketika Qutbuddin, salah satu
pemimpin Ghur dihukum mati oleh Sultan Ghaznawi saat itu yang bernama Bahram.
Orang-orang Ghaznipun geram dan melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh
Saifuddin, namun Bahram melawan dan membunuhnya. Rakyat Ghuri semakin geram dan
Alauddin, saudara Saifuddin mulai memimpin pemberontakan. Pemimpin Ghaznipun
dapat dilengserkan dan Alauddin naik tahta.
Setelah kematian Alauddin, tahta pimpinan Ghazni diwariskan ke
anaknya yang bernama Saifuddin Muhammad. Lalu anaknya itu terbunuh di perang
melawan suku Aghuz. Dengan kekosongan tahta itu, lalu sepupu dari Alauddin
menunjuk Muizzudin Muhammad bin Sam atau yang lebih dikenal dengan nama
Muhammad Ghuri.
Muhammad Ghuri menjadi penguasa Ghazni pada tahun 1173 M. ia adalah
seorang raja yang ambisus terhadap penaklukkan dan kekuasaan. Setelah
memperkuat dirinya di Ghazni ia mengalihkan perhatiannya ke tanah-tanah subur
di anak bedua tersebut.penyerangan pertama Muhammad Ghuri diarahkan kepada
Multan yang pada saat itu dipimpin oleh orang-orang suku Karamathi. Ia merebut
kota itu dan menunjuk gubernurnya sendiri di sana.
Setelah itu, Muhammad Ghuri terus melakukan ekspansi perluasan
wilayah. Hasilnya beliau berhasil menaklukkan Uch di Sind, Anhilwar, Peshawar,
Tarain, Rajput, Qanauj, Jai Chandra, Benaras, dan yang paling menegaskan
kekuatan Umat Muslim waktu itu adalah keberhasilannya menaklukkan Kota Delhi dan
menjadikannya kerajaan islam.[10]
Setelah hancur gaznawi dan dinasti ghuri tampaknya tidak mampu mengembangkan kekuasaannya. Himga
akhirnya aybak secara independen, membentuk dinasti yang berpusat di Delhi
dengan namaKesultanan Delhi. Kesultanan yang berisi para budak militer,
menandai adanya periode tinggal dalam sejarah muslim India.
Namun kejayaan mulai menghilang ketika imprealisme barat mulai
beradatangan yang memamndan bahwa pendirian wilayah kekuasan tidak perlu
meminta ijin dan legistimasi dari siapa pun, kecuali rakyat yang mendukungnya.
Setelah periode khalji (1290-1320 M.) dan tughluq (1320-1413 M.) mulai menurun
dan di pegang oleh keluaraga budak sayyid turunan keluarga (1414-1451 M.) dan
keluarga lodi (1451-1526 M.) sejak saat itu kesultanan Delhi hancur dan diganti
dengan Kesultanan Mughal.[11]
E. Perkembangan
Intelektual dan Kebudayaan
Kerajaan Mughal
berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan syfawi. Jadi, diantara tiga
kerajaan besar islam tersebut kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan islam di
wilayah India terjadi pada masa khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah.
Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah pimpinan Muhammad
Ibnu Qosim (Syeikh Muhammad Natsir, T. Th. :
163)
Kerajaan Mughal
didirikan oleh Zahiruddin Babur. Salah satu dari cucu Timur Lenk, (Syeikh Muhammad Natsir, T. Th. : 262). Kerajaan Mughal mulai berkuasa sejak tahun 1526 sampai tahun
1707, (Mashal G. S. Hodson T. Th. : 59). Kerajaan ini memiliki sultan-sultan yang
besar dan terkenal pada abad ke-17. Yaitu Akbar (1556-1606) Jengahir
(1605-1627), dengan permaisurinya Nurjannah, Syah Jehan (1628-1658), dan
Auramzed (1659-1707). Masing- masing dari ketiga kerajaan ini mempunyai masa
kejayaan sendiri baik di bidang ekonomi, budaya maupun arsitektur. [12]
Berikut para
sultan yang memimpin pemerintahan Dinasti Mughal :
·
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530)
·
Nashiruddin Humayun (1530-1556)
·
Akbar Syah I (1556-1605)
·
Jahangir (1605-1627)
·
Syah Jehan (1627-1658)
·
Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707)
·
Bahadur Syah I (1707-1712)
·
Jihandar Syah (1712-1713)
·
Farrukh Siyar (1713-1719)
·
Muhammad Syah (1719-1748)
·
Ahmad (1748-1754)
·
Alamgir II (1754-1759)
·
Alam II (1759-1806)
·
Akbar II (1806-1837)
·
Bahadur Syah II (1837-1858)[13]
Dimasa Akbar
kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rakyat.
Bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebgai orang lain, dan
dirinyapun dibuatnya menjadi Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia
menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu
setengah abad kemudian setelah menaklukan India, tidak memilih jalan lain,
hanya meneruskan administrasi Sultan Akbar (Hamka, 1987: 50, 150).[14]
Kemantapan
stabilitas politik karena pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan
dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat
mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan.Akan tetapi,
sumber keuangan negara lebuh banyak bertumpu pada sektor pertanian.Disektor
pertanian ini, komunikasi antara pemerintahan dan petani diatur dengan baik.
Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian,
padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila,dan
buah-buahan celupan.[15]
Di bidang seni, Karya seni yang menonjol adalah karya sastra
gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India.
Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan
sufi yang menghadirkan karya besar berjudul padmavat, sebuah karya alegoris
yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa SultanAurangzeb,
munculseorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini
Akhbari, yang memaparakan sejarah kerjaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.[16]
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, kerajaan Mughal pada abad
ke-17, mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan, seni, dan budaya juga
berkembang.Dibidang pengetahuan kebahasan Akbar telah menjadikan tiga bahasa
nasional, yaitu bahasa arab sebagai
bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai
bahsa istana dan kesusastraan (Hamka, 1987: 152). Selain itu Akbar telah
memodifikasi tiga bahasa tersebut ditambah dengan bahsa Hindu dan menjadi
bahasa Urdu (Hamka, 1987: 152).
Dinasti Mughal juga memeberikan berbagai
sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan yang datang ke India guna
menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan, istana Mughalpun menjadi pusat kegiatan kebudayaan.
Setiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru.
Pada masa Syah Jehan, didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Sedangkan di
bidang ilmu agama dikodifikasikan hukum islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa I-Alamgiri.[17]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang
dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah
karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan.Pada masa Akbar dibangun
istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa, dan masjidyangindah. Pada Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal
di Aqra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore, (Yatim, 1997: 151).[18]
Masjid Quwwat
Al-Islam yang didirikan oleh Quthubuddin Aybak dan Quth Minar merupakan
peninggalan Delhi terbaik. Masjid terkenal lainnya yakin Araidin Ka Jopra yang
didirikan di Ajnor. Sedangkan, menara Husbug Shah yang didirikan pada masa
dinasti Khalji dibangun dengan batu marmer.[19]
Gedung-gedung sejarah yang ditinggalkan
periode ini (abad ke-17) adalah Tajmahal di Aqra, Benteng Merah, Jama Masjid,
Istana-istana dan Gedung-gedung pemerintahan di Delhi.Sultan-sultan Mughal juga
mendirikan makam-makam yang indah (Nasution, 1985: 86). Berdasarkan uraian
diatas maka ilmu pengetahuan, seni, dan budaya
pada masa kerajaan Mughal cukup pesat, khususnya pada amasa Akbar dan
Aurangzeb.
F.
Kemunduran Islam
Setelah satu
setengah abad dinasti mughal berada dei puncak kejayaan, para penerus Aurangzeb
tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah di bina sultan-sultan sebelumnya.
Pada abad ke-18 M memasuki masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot,
suksesi kepemimpinan tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan sparatis
hindu di India tengah, sikh di bealahan utara dan islam dibagian timur semakin
mengancam. Para pedagang inggris pertama kalinya diizinkan oleh jehangir
menanamkan modal di India, didukung kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai.[20]
Pada masa
Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat telah muncul, tetapi masih
dapat diatasi. Pemberontakan bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb dengan
keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah auragzeb wafat penerusnya
rata-rata lemah tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkan.Sepeninggal
auragzeb 1707 M, tahta kerajaan di pegang oleh muazzam, putra tertua auragzeb
yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra auragzeb bergelar bahadur syah
1707-1712 M. ia menganut aliran syi’ah. Ia dihadapkan pada perlawanan penduduk
Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran syi’ah kepada mereka.[21]
Setelah bahadur
syah meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
Bahadur syah diganti oleh anaknya, azimus syah. Tetapi pemerintahannya di
tentang oleh zulfikar khan, putra dari azad khan,wazir auraghzeb. Azimus syah
meninggal diganti oleh putranya, jihadur syah, yang mendapat tantangan dari
farukh siyar tahun 1713 M.
Farukh siyar
berkuasa sampai tahun 1719 M dukungan kelompok sayyid, tapi tewas ditangan para
pendukungnya sendiri 1719 M. sebagai gantinya , diangkat Muhammad syah 1719-1748 M. ia dan pendukungnya terusir oleh
suku asyfar di bawah pimpinan nadir syah yang sebelumnya berhasil melenyapkan
kekuasaan safawi di Persia. Dua tahun setelah menguasai Persia ia menyerang
kerajaan mughal. Muhammad syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada
nadir syah. Muhammad syah kembali berkuasa di delhi setelah ia sedia member
hadiah yang banyak kepada nadir syah. Kerajaan mughal baru dapat melakukan
restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang chin qilinch khan
bergelar nizam al-mulk 1722-1732 M. Mendapat dukungan dari Marathas. Tahun 1732
M, nizam al-mulk meninggalkan delhi menuju hiderabad dan menetap disana.[22]
Konflik-konflik
yang berkepanjangan mengakibatkan kawasan daerah lemah. Hiderabad di kuasai
nizam al-mulk, Marathas di kuasai shivaji, rajput menyelenggarakan pemerintahan
sendiri di bawah pimpinan jai singh dari amber, Punjab dikuasai oleh sikh. Oudh
dikuasai oleh sadat khan, Bengal dikuasai syuja’ al-din, menantu mursyid qulli,
penguasa Bengal yang diangakat Aurangzeb. Sementara wilayah-wilayah pantai
dikuasai para pedagang asing, terutama EIC dari inggris.[23]
Setelah Muhammad
syah meninggal, tahta kerajaan di pegang oleh ahmad syah 1748-1754, Kemudian,
diteruskan oleh alamghir II 1754-1759 M, Kemudian dilanjutkan oleh syah alam
1761-1806 M. Pada tahun 1761 M, Kerajaan mughal diserang oleh ahmad khan
durrani dari afghan. Syah alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan
oudh, Bengal, dan orisa kepada inggris. Sementara itu, najib al-daula, wazir
mughal dikalahkan oleh aliansi sikh-hindu, sehingga delhi dikuasai sindhia dari
Marathas.
Syah alam
meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya di pegang oleh akbar II
1806-1837 M. penerus akbar tidak menerima isi perjanjian antara EIC dengan
ayahnya , sehingga terjadi konflik antara keduanya. Pihak EIC mengalami
kerugian karena penyelenggara administrasi perusahaan yang kurang efisien,
padahal mereka harus tetap menjamin kehiudpan istana. Untuk menutupi kerugian
dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi
terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat mereka ditekan,
maka mereka, baik yang beragama hindu maupun islam bangkit mengadakan
pemberontakan. Mereka meminta kepada bahadur Syah untuk menjadi lambing
perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India
Ada beberapa
factor penyebab kekuasaaan dinasti mughal itu mundur pada setengan abad
terakhir dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M ;
1.
Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritime
mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil
dalam mengoperasikan persenjataan buatan mughal sendiri.
2.
Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang Negara.
3.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau ‘’kasar’’ dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungannya aksetisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.
Semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan.[24]
Secara umum, faktor penyebab kehancuran islam adalah
kerusakan akhlak (budi pekerti). Hal ini ditandai dengan hilangnya nilai-nilai
yang digalkkan Al-Quran dan lenyapnya tekad membara para pendahulu mereka yang
telah menghantarkan mereka pada kejayaan. Juga menjadi faktor kehancuran islam
pada waktu itu adalah dekdensi moral para pemimpinnya secara khusus. Para
pemimpin itu beranggapam nahwa umat diciptakan bagi mereka sehingga mereka
beranggapan bahwa mereka bisa berbuat apa saja terhadapnya. Hanya pemimpin yang
dirahmati oleh Allah saja yang tidak beranggapan demikian. Pemikiran ini sudah
berurat akar dalam diri mereka, sampai-sampai jika ada yang berani meluruskan,
pastilah mereka tindak dengan keras agar menjadi pelajaran bagi yang lain untuk
tidak melakukan hal yang sama dalam menentangnya selaku pemerintah.[25]
M. syarif menyebutkaan beberapa sebab pokok kemunduran
peradaban islam. Pertama, pemimpin yang melalaikan ilmu pengetahuan dan
peradaban. Ilmu pengetahuan dianggap satu pihak sebagai kemewahan pribadi,
sementara orang lain menganggapnya sebagi kebutuhan negara. Sehingga
orang-orang dianggap tidak perlu untuk memperoleh kesenangan atau dorongan
menghasilkan ilmu pengetahuan. Yang kedua, dunia islam ditimpa berbagai
pemberontakan. Selain serangan politik intern,
terdapat pula serangan dari luar. Pada saat serangan dari dalam dan luar
terjadi secara bersamaan, maka terjadilah penyembelihan-penyembelihan di
kalangan rakyat. Inilah yang menajdi penyebab kemunduran islam.[26]
G. Penutup
Pada zaman Nabi SAW, islam masuk ke India melalui hubungan perdagangan di kota-kota
pesisir pantai barat dan selatan. Pada
waktu itu kondisi sosila dan politik India sedang rapuh dengan terjadinya
penindasan kaum kasta Brahmana, terhadapa kasta yang lebih rendah dan
orang-orang buddha juga terjadinya perebutan kekuasaan diantara raja-raja
hindu. Hubungan politik antara Arab dengan India sedang rapuh. Dalam kondisi
yang demikian, pasukan islam dibawah pimpinan Muhamman Bin Qosim, datang
membawa harapan bagi keselamatan orang-orang yang tertindas. Sejak saat itu
agama islam tersiar di India terus berlangsung sampai terbentuknya kesultanan
Delhi.
Motif agama, politik, dan ekonomi mendorong Sultan Mahmud untuk menyerang
ke India. Hal ini juga sama dengan Muhammad Ghuri. Hanya saja Ghuri lebih
condong pada motif politik dan agama. Perbedaan mereka yang menonjol adalah
Mahmud tidak pernah tinggal di India sedangkan Ghuri membangun kekuasaan
permanen di tanah tersebut.
Sejka kesultanan Ghazni, perkembangan peradaban semakin pesat seiring
dengan semakin banyaknya para sufi, ulama, ilmuwan, dan para ahli di berbagai
bidang masuk ke India. Pertukaran budaya terjadi saling menguntungkan baik
dipihak islam maupun India, bahkan muncul peradaban baru yang merupakan hasil
percampuran kedua budaya antara lain ialah lahirnya bahasa-bahasa yang baru.
Kedatangan islam ke anka benua India tidak berdasarkan kekerasan, tetapi
merupakan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Keberhasilan islam di India
terjadi karena banyak faktor tetapi yang terutama adalah karena adanya rasa
persaudaraan yang kuat, solidaritas yang sejati dan keadilan yang ditegakkan.
Islam membangun pranata sosial dan administrasi yang baik. Hubungan peradaban
islam dan India terjadi saling memberi dan menerima dalam berbagai ilmu
pengethauan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Pengaruh islam di India sangatlah besar dalam berbagai bidang diantaranya
muali dilarangnya adat Sati Daho sampai
akhirnya dilarang secara resmi. Islam masih bertahan di India meskipun mereka
minoritas (hasil sensus 2001 jumlah muslim India modern menunjukkan angka 180
juta), bahkan di beberapa wilayah India Utara masyarakat mayoritas. Paskistan
membentuk negara islam dan islam menjadi agama resmi di Bangladesh.
Daftar Pustaka
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta
: Diva Press, 2015.
Arslan, Syaikh
Syakib. Kenapa Umat Muslim Tertinggal.
Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2013.
As-Sirjani,
Raghib. Ensiklopedi SejarahIslam. Jakarta
: Pustaka Al-Kautsar, 2013.
Karim, Abdul. Sejarah Islam di India. Yogyakarta :
Bunga Grafies Production, 2003.
Supriadi, Dedi. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2006.
SJ, Fadil. Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang : UIN-Malang PRESS,
2008
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada,2011.
Catatan:
1. Pendahuluan tolong diperbaiki.
2. Daftar pustaka masih kurang.
3. Tolong footnote diteliti lagi. Banyak penulisan
yang salah.
4. Buku terjemahan harus dicantumkan nama penterjemahnya.
5. Jika di buku yang dikutip ada innote, maka tidak
usah dicantumkan. Di tulisan ini banyak yang mencantumkan.
[1]Abdul Karim,
Sejarah Islam di India (Yogyakarta : Bunga Grafies Production, 2003), hlm
3.
[3]Abdul Karim, Sejarah
Islam di India (Yogyakarta : Bunga Grafies Production, 2003), hlm. 4
[5]Abdul Karim, Sejarah
Islam di India (Yogyakarta : Bunga Grafies Production, 2003), hlm 6-8.
[7]Tim Riset dan Studi Islam Mesir dan Raghib
As-Sirjani, Ensiklopedi Sejarah Islam
( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2013), hlm. 359
[8]Abdul Karim,
Sejarah Islam diIndia (Yogyakarta : Bunga Grafies Production, 2003), hlm
12-15
[9]Tim Riset dan Studi Islam Mesir dan Raghib
As-Sirjani, Ensiklopedi Sejarah Islam
( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2013), hlm. 362
[10]Abdul Karim, Sejarah
Islam di India (Yogyakarta : Bunga Grafies Production, 2003), hlm 30-34.
[11] Dedi Supriadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, Cetakan ke-8, 2016), hlm. 258
[13]Abdul Syukur Al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta : Saufa,
2014), hlm 362. Lihat juga Tim Editor, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, Tanpa Tahun), hlm.
290.
[14]Dedi Supriadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, Cetakan ke-8, 2016), : hlm 261-262
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persahada, Cetakan ke-23, 2011), hlm 150
[17]Rizem Aizid, Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap, ( Yogyakarta : Diva Press, 2015), : hlm. 458
[18]Dedi Supriadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, Cetakan ke-8, 2016), : hlm. 262
[19]Rizem Aizid, Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap, ( Yogyakarta : Diva Press, 2015), : hlm. 455
[20] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, ( Jakarta : PT. Rajagrafindo Persahada, Cetakan ke-23,
2011), hlm 159
[22]Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persahada, Cetakan ke-23, 2011): hlm 160
[24]Syaikh Syakib Arslan, Kenapa Umat Muslim Tertinggal (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
2013), hlm 162-163
[26]Fadil SJ, Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah ( Malang : UIN-Malang PRESS,
2008), hlm. 234-236
Tidak ada komentar:
Posting Komentar