Jumat, 24 Februari 2017

Makkiyah dan Madaniyah (P-IPS D Semester genap 2016/2017)




MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Ahmad Ismail Sa’addullah dan Daril Mufaroha
Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas D Angkatan 2015
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: aismails.19.sc@gmail.com

Abstract
This article tries to discuss the concept of revelation of the Qur'an al-karim to Prophet Muhammad which distinguish decline in the verses of the Quran in different places, especially cities of Makkah and Madinah. The scholars expressed his opinion about this concept that where there is a classification of the verses of Meccan surah and Madaniyyah, there are characteristics such verses down dimakkah are short and verse down in Madinah are long, then of the period down that paragraph the scholars agreed that paragraph which fell before the hijra is paragraph Meccan surah although down in the city of Medina and the verses which fell after the hijra is Madaniyyah although down in the city of Mecca. In addition the concept of basic Meccan surah and Madaniyyah is to help one to understand more deeply the content and the content contained in the Quran itself and helps to understand and adjust the situation or timing of the decline of Al-Quran.

Abstrak
Artikel ini mencoba membahas tentang konsep turunnya wahyu Al-Quran Al-karim kepada Nabi Muhammad SAW yang mana membedakan turunnya ayat-ayat Al-Quran di tempat yang berbeda-beda khususnya kota Makkah dan kota Madinah. Para ulama menyampaikan pendapatnya tentang konsep ini yang mana ada pengklasifikasian terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah, terdapat cirri-ciri seperti ayat yang turun dimakkah bersifat pendek dan ayat yang turun di Madinah bersifat panjang, kemudian dari periode turun ayat tersebut para ulama sepakat bahwa ayat yang turun sebelum hijrah adalah ayat Makkiyah walaupun turun di kota Madinah dan ayat yang turun sesudah hijrah adalah Madaniyyah walaupun turun di kota makkah. Selain itu konsep tentang Makkiyah dan Madaniyyah adalah dasar untuk membantu seseorang untuk memahami lebih dalam kandungan dan isi yang ada dalam Al-Quran itu sendiri dan membantu mengerti serta menyesuaikan situasi atau waktu dari turunnya Al-Quran.
Keywords: Al-Quran, Hijrah, Makkah, Madinah     




A.    Pendahuluan
            Al-Qur’an  bagi  kaum  muslimin  adalah  Kalam  Allah  yang  diwahyukan kepada  nabi  Muhammad  Saw.  melalui  perantaraan  Jibril  selama  kurang  lebih  dua  puluh  tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada diluar kemampuan apapun :“Seandainya kami turunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk terpecah-pecah  karena gentar kepada Allah”  (QS.  al-Hasyr: 21). Kandungan pesan Ilahi  yang  disampaikan  Nabi Muhammad Saw.  pada  permulaan  abad  ke-7  M.  itu  telah  meletakkan  basis untuk  kehidupan  individual  dan  sosial  kaum  muslimin  dalam  segala  aspeknya.  Bahkan masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah al-Qur’an.  Itulah sebabnya al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan muslim dan berbagai  pengalaman  keagamaanya.  Tanpa  pemahaman  yang  semestinya  terhadap  al-Qur’an, kehidupan pemikiran dan kebudayaan kaum muslimin tentunya akan sulit dipahami.
            Al-quran sebagai petunjuk dan cara hidup bagi manusia sangat menarik untuk dipelajari dan digali lebih dalam tentang isinya dan paham-paham didalamnya, dari pertama turunnya ayat Al-quran sampai ayat yang terakhir turun tidak boleh kita lewatkan tentang sejarah turunnya Al-quran itu sendiri, karena Al-quran diturunkan tidak langsung melainkan ayat demi ayat yang turun sebagai pencerah hati Nabi saat bimbang dan petunjuk saat gelisah. Maka dari itu tempat dan periode waktu turunnya ayat Al-Quran sangat penting dipelajari bagi umat muslim
            Kita tentu tahu bahwa kitab suci Al-quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW terdiri dari 30 juz dan 144 surat yang didalamnya terdiri dari ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah, yang apabila kita bahas antara ayat makkiyah dan madaniyyah terdapat ciri-ciri yang membedakan yang membedakan keduanya. Oleh karena itu Penulis mencoba mengkaji tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah tersebut. 
B.     Pengertian dan Contoh Ayat Makkiyah dan Madaniyyah
1.      Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Ilmu Makky dan Madany merupakan ilmu yang membahas tentang surat-surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an mana yang diturunkan di Makkah dan yang mana yang diturunkan di Madinah. [1]
Dalam pembahasan tentang ayat-ayat makkiyah dan Madaniyyah, terdapat pengelompokan ayat-ayat Al-quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya sebuah atau beberapa buah ayat Al-quran. Dalam hubungan ini terdapat tiga definisi yang sering dikemukakan oleh pakar bidang ini, yaitu:
1.      Dari perspektif masa turunya Makiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, walaupun ayat tersebut tidak turun di Makkah. Adapun madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut juga bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah hijrah disebut Madaniyyah dan walaupun ayat tersebut turun di makkah atau arafah.[2]
Adapun dikalangan para ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan Makkiyah dan Madaniyyah nya, suatu surat atau ayat. Yang sebagian besar ulama menetapkan lokasi turunnya ayat/ surat sebagai dasar penentuan Makkiyah dan Madaniyyahnya. Sehingga mereka membuat definisi Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut:

المكى ما نزل بمكة ولو بعد الهجره والمدنى ما نزل بالمدينة
Artinya: Makkiyah ialah yang diturunkan di Makkah,  sekalipun turunnya sesudah hijrah; Madaniyyah ialah yang diturunkan di Madinah.[3]

2.      Dari perspektif tempat turunnya Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di makkah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyah. Adapun Madaniyah ialah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud. Quba`, dan sul`a.[4]
Adapun pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa penetapan masa turunnya ayat atau surat merupakan dasar ditentukannya ayat tersebut tergolong Makkiyah ataupun Madaniyyah, maka mereka membuat definisi tentang Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut:
المكى مانزل قبل هجرة الرسول ص. م. وان كان نزوله بغير مكة, والمدني ما نزل بعد هذه الهجرة, وان كان نزوله بمكة

Artinya; Makkiyah ialah yang diturunkan sebelum Nabi Hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Makkah, sedangkan Madaniyyah ialah yang di turunkan sesudah nabi Hijrah, meskipun turunnya di Makkah.[5]
3.      Dari perspektif objek pembicaraannya Makkiyah adalah ayat-ayat yang khitabnya ditunjukkan kepada orang-orang Makkah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yanG khitabnya ditunjukkan kepada orang-orang Madinah.[6]
Pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa orang/golongan menjadi sasaran penentuan ayat atau surat Makkiyah dan Madaniyyah. Maka mereka mendefinisikan nya sebagai berikut:

المكى ماوقع خطابا لاهل مكة, والمدني ماوقع خطابا لاهل الدينة.
Artinya : Makkiyah ialah khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk Makkah, dan Madaniyyah ialah yang khitabnya ( seruannya ) jatuh kepada penduduk Madinah.[7]
Dengan definisi tersebut , dapat di jelaskan bahwa ayat atau surat yang dimulai dengan يا ايها النا س(wahai manusia) adalah Makkiyah, karena penduduk kota Makkah pada waktu itu umumnya masih kafir , meskipun seruan itu juga di tunjukkan kepada penduduk selain penduduk Makkah. Sedangkan ayat atau surah yang dimulai dengan ” يا ايها الذين امنوا  (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madaniyyah, karena pada waktu itu penduduk Madinah mayoritas sudah beriman , meskipun seruan itu juga di tunjukkan kepada penduduk selain kota Madinah. Namun dari definisi diatas tidak selalu ayat/ surah yang dimulai dengan ya ayyuhannas dan ya ayyuhaladzinaamanu disebut dengan surat Makkiyah/ Madaniyyah. Misalnya ya ayyuhannas yang terdapat dalam surah an-Nisa merupakan Madaniyyah.[8]
Menurut tempat diturunkannya, setiap surah terbagi atas surah Makkiyah (surah Makkah) dan surah Madaniyyah (surah Madinah). Dalam pembagiannya didasarkan pada tempat dan waktu penurunan surah atau ayat tertentu. Adapun ciri-ciri yang dapat membedakan antara mana yang disebut surah Makkiyah dan mana yang disebut surah Madaniyyah [9], antara lain:
Ciri – ciri surah Makkiyah                                                                                  
1.      Setiap surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu termasuk surah Makkiyah.
2.      Setiap surat yang mengandung lafadz kalla, termasuk makkiyah. Lafadz ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak 33 kali dalam lima belas surah.
3.      Setiap surah yang mengandung ya ayyuan nas dan tidak mengandung ya ayyuhal ladzina amanu, berarti termasuk dalam surah Makkiyah, kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah terdapat ya ayyuhal ladzina amanur-ka’u wasjudu. Namun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah Makkiyah.
4.      Setiap surah yang mengandung kisah nabi dan umat terdahulu termasuk surah Makiyyah, kecuali surah al-Baqarah.
5.      Setiap surah yang mengandung kisah adam dan iblis termasuk surah Makkiyah , kecuali surah al-Baqarah.
6.      Setiap surah yang di buka dengan huruf-huruf singkatan , seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha mim dan lain-lainnya, adalah Makkiyah, kecuali surah al-Baqarah dan Ali Imran. Sedang surah Rad masih diperselisihkan.[10]
Ciri khasnya :
1.      Menda’wahkan tauhid, ibadah kepada Allah, memuat kiamat, surge, neraka, diskusi menghadapi orang-orang musyrik.
2.      Mencela amal orang-orang musyrik, seperti menumpahkan darah, memakan harta anak yatim, dan menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
3.      Lafalnya kuat/ keras, tidak singkat batas-batas ayatnya, dan kalimatnya ijaaz (singkat-singkat).
4.      Banyak mengemukakan kisah para Nabi dan mendustakan kaum mereka, untuk jadi perbandingan, menggertak dan menghibur Rasul SAW.[11]
Ciri-ciri surah Madaniyyah
1.      Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madaniyyah.
2.      Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madaniyyah, kecuali surah al-Ankabut  adalah Makkiyah.
3.      Setiap surah yang yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah ahli madaniyyah.[12]
4.      Terdapat hal-hal yang menyangkut tentang perang
5.      Terdapat penjelasan hukuman-hukuman tindak pidana, hak-hak perdata, dan peraturan yang bersangkut paut dengan bidang perdataan, kemasyarakatan dll.
6.      Didalamnya tersebut orang-orang munafik, terkecuali surat al-ankabut yg turun di makkah
7.      Menjelaskan keterangan dan dalil-dalil yang menujukkan hakikat-hakikat keagamaan.[13]
Ciri khasnya :
1.      Yang menerangkan: ibadat, muamalat, huduud, jihad, damai, perang, peraturan keluarga, kaidah-kaidah hokum, dan sarana-sarana syariat.
2.      Melawan bicara ahli kitab dan mengajak mereka agar masuk islam.
3.      Membukakan rahasia orang munafik dan rencana mereka, untuk meneruskan agama islam. [14]
Pembagian surah-surah  Al-Qur’an yang termasuk dalam surah makkiyah dan madaniyyah yang terdapat 114 surah. Berikut ini surah-surah yang masuk dalam surah Makkiyah ada delapan puluh dua surah, yaitu:
1.      Al-Alaq, Al-Muddatstsir, Al-Tawir, Al-A’la, Al-Lail, Al-Insyirah, AL-Adiyat, Al-Takatsur, An-Najm, Abasa, Al-Tin, Al-Qari’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, Al-Balad, Al-Hijr, Al-Dukhan, Al-Zukhruf, Ibrahim, Al-Kahfi, Al-Shaffat, A
Adapun surat-surat yang masuk Madaniyyah ada dua puluh surat, yaitu:
2.      Al-Baqarah, Ali-Imran, An-Nisa, Al-Anfal,Al-Maidah, At-Taubah, An-Nasr, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Mujadillah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Al-jumuah, Al-Munafiqun, At-Tahrim, An-Nasr.
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surah yaitu :
3.      Al-Fatihah, Ar-Rad, Ar-Rahman, Ash-shaf, At-Taghobun, Al-Muthaffifin, Al-Qadr, Al-Bayyinah, Al-zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.[15]

2.      Contoh Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Contoh surah Makkiyah
$ygƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qãèŸ2ö$#(#rßàfó$#ur(#rßç6ôã$#uröNä3­/u(#qè=yèøù$#uruŽöyø9$#öNà6¯=yès9šcqßsÎ=øÿè?)ÇÐÐÈ
77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.[16]
Contoh surah Madaniyyah
#sŒÎ)uä!$y_ãóÁtR«!$#ßx÷Gxÿø9$#urÇÊÈ|M÷ƒr&uur}¨$¨Y9$#šcqè=ä{ôtƒÎûÇ`ƒÏŠ«!$#%[`#uqøùr&ÇËÈôxÎm7|¡sùÏôJpt¿2y7În/uçnöÏÿøótGó$#ur4¼çm¯RÎ)tb%Ÿ2$R/#§qs?ÇÌÈ
1. apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.[17]
Contoh ayat Makkiyah dalam Madaniyyah
Ayat Makkiyah dalam surat Madaniyyah seperti : Surat Al-Anfal ialah Madaniyyah, kecuali ayat : 30, yaitu:
øŒÎ)urãä3ôJtƒy7Î/z`ƒÏ%©!$#(#rãxÿx.x8qçGÎ6ø[ãŠÏ9÷rr&x8qè=çGø)tƒ÷rr&x8qã_̍øƒä4tbrãä3ôJtƒurãä3ôJtƒurª!$#(ª!$#urçŽöyztûï̍Å6»yJø9$#ÇÌÉÈ
30. dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.[18]
Contoh surah Madaniyyah dalam surah Makkiyah
Ayat Madaniyyah dalam surah Makkiyah seperti : Surah Al-An’am ialah Makkiyah sampai tiga ayatnya yang diturunkan di Madinah, yaitu:
*ö@è%(#öqs9$yès?ã@ø?r&$tBtP§ymöNà6š/uöNà6øŠn=tæ(žwr&(#qä.ÎŽô³è@¾ÏmÎ/$\«øx©(Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur$YZ»|¡ômÎ)(Ÿwur(#þqè=çFø)s?Nà2y»s9÷rr&ïÆÏiB9,»n=øBÎ)(ß`ós¯RöNà6è%ãötRöNèd$­ƒÎ)ur(Ÿwur(#qç/tø)s?|·Ïmºuqxÿø9$#$tBtygsß$yg÷YÏB$tBuršÆsÜt/(Ÿwur(#qè=çGø)s?š[øÿ¨Z9$#ÓÉL©9$#tP§ymª!$#žwÎ)Èd,ysø9$$Î/4ö/ä3Ï9ºsŒNä38¢¹ur¾ÏmÎ/÷/ä3ª=yès9tbqè=É)÷ès?ÇÊÎÊÈ
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).[19]
C.    Kaidah-kaidah dalam Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
1)      Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Studi Makkiyah adalah studi sejarah, studi tentang kejadian tertentu yang memerlukan penyaksian langsung tentang kejadian tersebut. Maka taka da jalan lain yang dapat membantu didalam memahami ayat-ayat mana saja yang tebilang Makkiyah dan ayat-ayat mana saja yang termasuk Madaniyyah, kecuali riwayat dari para sahabat Rasulullah saw, karena merekalah yang mengikuti perjalanan hidup Rasulullah saw, baik di Makkah maupun di Madinah. Dari segi sumbernya, Makkiyah dan madaniyah sama saja dengan Sabab Nuzul, artinya Makkiyah dan Madaniyyah hanya dapat diketahui melalui riwayat demi riwayat yang diturunkan secara estafet dari satu generasi ke generasi berikutnya sebelum kemudian di bukukan atau ditulis dalam suatu bentuk catatan. Sekalipun demikian, ada semacam isyarat-isyarat yang bisa ditangkap untuk membedakan ayat Makkiyah dengan ayat Madaniyah.[20]
Dalam menetapkan mana ayat-ayat al-quran yang termasuk kategori makkiyah dan madaniyyah, para sarjana muslim berpegan teguh pada dua perangkat pendekatan.
1.      Pendekatan Transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi para sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling berjumpa atau mendengar langsung dari paara sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-quran termasuk didalamnya adalah informasi kronologis Al-quran.
Seperti halnya hadis-hadis nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadits, para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabatdan tabiin tentang makkiyah dan madaniyyah dalam kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab an-nuzul, pembahasan ilmu Al-quran, dan jenis tulisan lainnya.
Namun demikian, semua itu tidak terdapat sedikitpun keterangan dari Rasulullah karena ia tidak termasuk dalam kewajiban kecuali yang terdapat dalam batas yang dapat membedakan mana yang nasikh dan mana yang mansukh.
2.      Pendekatan Analogi (Qiyas)
Ketika melakuka kategorisasi makkiyah dan madaniyyah, para sarjana muslim menganut pendekatan analogi bertolak dari cirri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian bila dalam surat makiyah terdapat sebuah ayat yang terdapat cirri-ciri khusus madinah, ayat ini termasuk ketegori madinah. Tentu saja para ulama telah menetapkan tema tema sentral yang ditetapkan pula sebagai cirri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi tersebut. Seperti apabila dalam surat makkiya terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan ayat itu madani. Dan apabila dalam surat madaniyyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau mengandung peristiwa makki, maka ayat itu tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah. [21]
2)      Perbedaan Makkiyah dan Madaniyyah
Untuk membedakan makkiyah dan madaniyyah para ulama mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri. [22]
Pertama, dari segi waktu turunnya. Makkiyah adalah yag diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di makkah. Sedangkan madaniyyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah meskipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di makkah dan Arafah, adalah madani, seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota makkah, misalnya firman Allah
*¨bÎ)©!$#öNä.ããBù'tƒbr&(#rŠxsè?ÏM»uZ»tBF{$##n<Î)$ygÎ=÷dr&#sŒÎ)urOçFôJs3ymtû÷üt/Ĩ$¨Z9$#br&(#qßJä3øtrBÉAôyèø9$$Î/4¨bÎ)©!$#$­KÏèÏR/ä3ÝàÏètƒÿ¾ÏmÎ/3¨bÎ)©!$#tb%x.$JèÏÿxœ#ZŽÅÁt/ÇÎÑÈ
Ayat ini diturunkan di Makkah, dalam ka`bah pada tahun penaklukan Makkah, atau diturunkan pada haji Wada`. Pendapat ini lebih baik dari pada kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.[23]
            Kedua, dari segi tempat turunnya. Makkiyah ialah yang turun di makkah dan sekitarnya seperti Minna, arafah, dan Hudaibiyah dan madaniyyah ialah yang turun di madinah dan sekitarnya seperti uhud, quba, dan sil. Namun pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yang jelas. Sebab, yang turun dalam perjalanan, seperti tabuk atau di baitul maqdis, tidak termasuk dalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya tidak jelas, Makkiyah atau Madaniyyah. Akibatnya yang diturunkan di makkah walaupus sesudah hijrah disebut Madaniyyah. [24]
            Ketiga, dari sisi sasarannya. Makkiyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada penduduk makkah dan madaniyyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat al-quran yang mendapat seruan “ya-ayyuhan-nas” (wahai manusia) adalah makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuhal- ladzina amanu” (wahai orang-orang yang beriman) adalah madaniyah. [25]
            Namun, kalau diteliti dengan seksama, ternyata kebanyakan kandungan al-quran tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Penetapan seperti ini juga tidak konsisten. Misalnya surat Albaqoroh itu disebut madaniyyah, tetapi didalamnya terdapat ayat,
$pkšr'¯»tƒâ¨$¨Y9$#(#rßç6ôã$#ãNä3­/uÏ%©!$#öNä3s)n=s{tûïÏ%©!$#ur`ÏBöNä3Î=ö6s%öNä3ª=yès9tbqà)­Gs?ÇËÊÈ

Al-quran L-karim adalah seruan allah terhadap semua makhluk. Ia dapat saja menyeru orang yang beriman dengan sifat, nama, atau sejenisnya. Begitu pula orang yang tidak beriman dapat diperintah untuk beribadah, sebagaimana orang yang beriman diperinthkan konsisten dan menambah ibadahnya. [26]
D.    Kegunaan Mempelajari Makkiyah dan Madaniyyah
Dalam mengetahui ayat Makkiyah dan Madaniyyah banyak sekali kaidah-kaidahnya, antara lain:
a.       Dalam hal ini, faedah dalam mengetahui ayat makkiyah dan madaniyyah adalah untuk dapat dijadikan alat bantu dalam penafsiran Al-Qur’an, karena pengetahuan mengenai tempat turunnya ayat tersebut dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Demikian juga dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat yang diantara kedua ayat tersebut terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.[27]
b.      Meresapi gaya bahasa Al-Quran dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasanya tersendiri. Memperhatikan apa yang menjadi tuntutan kondisi sangat penting dalam ilmu Balagoh. Cirri khas gaya bahasa Makkiyah dan Madaniyyah dalam Al-Quran juga memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam dakwah ke jalan Allah, agar dapat menyesuaikan dengan psikologi lawan bicara, menguasai pikiran dan perasaannya serta dapat memberikan solusi terhadap apa yang ada dala dirinya dengan penuh bijaksana. Setiap tahapan dakwah mempunyai topic dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manhaj keyakinan dan kondisi lingkungan. Yang demikian tampak jelas dala berbagai cara Al-Quran dalam menyeru berbagai golongan orang yang beriman, musyrik, yang munafik, dan ahli kitab. [28]
c.       Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat Al-Quran sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya baik pada periode Makkah maupun periode madinah, sejak turunnya iqra’ hingga ayat yang terakhir diturunkan. Al-Quran adalah sumber pokok bagi hidup Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuaidengan Al-quran, Al-quran pun memberikan kata putus terhadap riwayat yang mereka riwayatkan.  [29]
d.      Juga dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian Al-Qur’an, karena dengan melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an sedetail-detailnya. Sehingga tahu ayat-ayat yang turun sebelum nabi hujrah, dan sesudahnya, ayat-ayat yang diturunkan pada waktu malam hari dan siang hari, ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan sebagainya.[30]

E.     Penutup
            Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam Al-Quran banyak sekali kajian-kajian dan ilmu-ilmu yang dapat kita ambil salah satunya adalah makkiyah dan madaniyyah yang dimana selaama periode turunnya Al-Quran Rasulullah juga melakukan dakwahnya yang membuat ayat-ayat al-quran turun dikota-kota makkah dan madinah, yang membuat perbedaan dari isi, makna kandungan, dan tujuan diturunkannya ayat al-quarn tersebut.
            Pada intinya ayat-ayat makkiyah adalah ayat yang turun sebelum hijrah walaupun turun dikota madinah dan ayat madaniyyah adalah ayat yang turun sesudah hijrah walaupun turunnya dikota makkah. Para ulama sepakat tentang hal ini. Cara mengetahui ayat-ayat makkiyah dan madaniyah adalah dengan pendekatan  transmisi dan analogi, pendekatan transmisi adalah pendekatan melalui orang-orang yang didapat dari tabiin yang berjumpa dan terlibat langsung dengan proses turunnya ayat-ayat al-quran tersebut, sedangkan pendekatan analogi dilakukan sesuai sengan penggolongan ayat tersebut masuk kedalam cirri-ciri makkiyah atau madaniyyah, sedangkan kegunaan dari mempelajari ayat makkiyah dan madaniyyah adalah sebagai alay bantu dalam penafsiran al-quran dan sebagai dasar dalam mempelajari al-quran lebih dalam, dan meresapi gaya bahasa al-quran yang langsung turun dari Allah SWT agar memeanfaatkan dalam metode dakwah, dan mengetahui sejarah dakwah nabi Muhammad dan meneladaninya.




Daftar Pustaka

Al-Qur’an Al-Karim
Zuhdi, Masjfuk.1993.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya: PT Bina Ilmu
Marzuki, Kamaluddin.1994.’Ulum Al-Quran.Bandung:PT Rosda Karya
Anwar, Rosihon.2015.Ulum Al-Qur’an.Bandung:CV Pustaka Setia
Zuhdi, Masjfuk.1997.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya: PT Bina Ilmu
Rafiq, Ainur.2008.Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an.Jakarta: Pustaka Al-Kausar
Abdurrahman, Emoe.2009. The Amazing Stories ofAl-Qur’an.Bandung:Salamadani
Muhammad,Tengku.2002.Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra
Masyhur, Kahar.1992.Pokok-pokok Ulumul Qur’an. Jakarta:PT Melton Putra
Mudzakir,2002.Study Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Surabaya:PT Ramsa Putra

Catatan-catatan:
1.      Penulisan footnote masih banyak yang salah.
2.      Perujukan masih belum maksimal.
3.      Pembahasan ada yang tumpah tindih, lihat mengenai pengertian Makkiyah-Madaniyah dari aspek waktu, tempat, dan mukhathab.
4.      Daftar pustaka tolong ditambahi minimal satu lagi.
5.      Pembagian Makkiyah dan Madaniyah tolong dibuat tabel.


[1]Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), hlm 64
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al- Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia,2015), hlm 117
[3]Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993, hlm 67
[4]Rosihon Anwar Op.cit. hlm 117
[5]Masjfuk Anwar, op.cit. hlm 69
[6] Rosihon Anwar, op.cit. hlm 117
[7] Masjfuk Anwar, op.cit hlm 68
[8] Ibid., hlm 68
[9] Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories Of Al-Qur’an Sejarah Yang Harus di Baca (Bandung: Salamadani), hlm 23
[10] Mudzakir , Study Ilmu Al-Qur’an, (Surabaya: CV Ramsa Putra ) , hlm 86
[11] Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Melton Putra 1992(, hlm 76
[12] Mudzakir ,. Op.cit hlm 87

[13] Tengku Muhammad, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra 2002), hlm 82
[14] Kahar Masyhur ., op.cit. hlm 77
[15] Ainur Rafiq, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kausar 2008), hlm 64
[16] Al-Quran Al Karim surat Al Hajj 77

[17] Al Qur’an Al Karim An-Nasr ayat 1-3
[18] Kahar Masyhur ., op.cit. hlm 78

[19] Ibid., hlm 78
[20] Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 1994), hlm 48
[21] Rosihon Anwar, op.cit. hlm 105-106
[22] Annur Rafiq , op.cit. hlm 73
[23] Ibid, hlm 74
[24] Ibid, hlm 74
[25] Ibid, hlm 74
[26] Ibid, 75
[27] Mudzakir., op.cit .hlm 81
[28] Ainur Rafiq., op.cit. hlm 71
[29] Ibid hlm 71
[30] Masjfuk Zuhdi., op.cit. hlm 72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar