Senin, 13 Februari 2017

al-Qur'an dan Historisitasnya (P-IPS C Semester Genap 2016/2017)




AL QUR’AN DAN HISTORISITASNYA

Sikha Fatikhatun Nafisa, Azmi Kusumastuti
Mahasiswa Pendidikan IPS C UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
              


Abstract
Qur'an is the message of God to mankind, many passages that show it either in the Qur'an or in the Sunnah. Quran is truly the word of God brought by a noble messenger Gabriel who has the virtue and high status with Allah. The privilege of the Qur'an is not owned by holies before the Qur'an, because the previous holies only in the designation for a certain time.Qur'an comes from the word meaning Qara'a, which meant as “read”, then it turned into masdar and become Qur'an. Qur'an is purely God's without any human intervention that in dedicated as a book that was sent down to the Prophet Muhammad, the Qur'an has a meaning of the God’s word revealed to the Prophet Muhammad and everyone who reads is assessed as worship.The proof of the revelation of the Qur'an is a miracle, that is remarkable for the Prophet because the Qur'an was revealed by Allah with beautiful language and the authenticity of the Qur'an is proved that no single holy that can rival language Qur'an although from a bouquet poet reliable though.Qur'an had sent gradually by Allah for approximately 23 years and the Qur'an is always eagerly anticipated by the Prophet because he was always looking forward to every revelation came to him through Gabriel. The Qur'an does not come at once, but the Qur'an sent upon instructions from God. Sometimes it comes in uncertain times that 1 verse sometimes also up to 10 verses in one day. And the Qur'an is not booked or be in mushaf directly, but through a lot of things and deal making Qur’an inmushaf and can be read by all Muslims throughout the world.

Key words: Al Qur'an, Proof of the Qur'an, codifying the Qur'an

Abstrak
Qur’an merupakan risalah Allah kepada umat manusia, banyak nas yang menunjukkan hal itu baik yang berada di dalam Al Qur’an maupun dalam sunnah. Qur’an itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia Jibril yang memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Adapun keistimewaan Al Qur’an tidak dimiliki oleh kibat-kitab sebelum Al Qur’an, karena kitab-kitab terdahulu hanya di peruntukkan untuk satu waktu tertentu. Al Quran berasal dari kata Qara’a mempunyai arti membaca, kemudian kata itu berubah menjadi masdar dan menjadi Qur’an. Qur’an merupakan dari Allah murni tanpa ada campur tangan dari manusia yang di khususkan sebagai kitab yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Qur’an memiliki arti  kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan setiap orang yang membacanya merupakan suatu ibadah. Bukti dari diturunkannya Al Qur’an adalah sebagai mu’jizat yang luar biasa bagi Nabi Muhammad SAW karena Al Qur’an diturunkan oleh Allah dengan bahasa yang indah dan keaslian Al Qur’an tidak diragukan lagi sehingga tidak ada satupun kitab yang mampu menyaingi bahasa Al Qur’an walaupun dari karangan penyair yang handal sekalipun. Al Qur’an dulu diturunkan secara berangsur-angsur oleh Allah selama kurang lebih 23 tahun dan Al Qur’an selalu dinantikan oleh Rasulullah karena beliau senantiasa menantikan setiap wahyu yang turun kepadanya melalui maikat Jibril. Al Qur’an tidak turun langsung sekali jadi, tetapi Al Qur’an turun atas petunjuk dari Allah yang setiap turunya tidak pasti kadang sehari 1 ayat kadang pula sampai 10 ayat. Dan Al Qur’an juga tidak dibukukan atau di mushafkan secara langsung, tetapi melalui banyak hal dan kesepakatan yang menjadikan Al Qur’an di mushafkan dan bisa di baca oleh semua umat muslim di seluruh dunia.

Kata Kunci : Al Qur’an, Bukti Al Qur’an, Pengkodifikasian Al Qur’an

A.    DEFINISI AL-QUR’AN
Allah menurunkan alquran kepada rasul untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunya alquran merupakan peristiwa besar sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya alquran pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Rasullulah tidak menerma risalah tersebut sekaligus dan kaumnya pun tidak puas dengan risalah tersebut karena kesombongan dan permusuhan mereka. Oleh karena itu wahyupun diturunkan secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati rasul dan menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmatnya.
Allah berfirman dalam kitabnya tentang diturunkannya Alquran pada bulan ramadhan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الّذِى اُنْزِلَ فِيهِ القُرْاَنَ هُدَ لّلنَاسِ وَبَيَّاتِ مِنَ الهُدَى وَالفُرقَانْ
“Bulan ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dengan yang bathil” QS.Al Baqarah:185.
Turunnya Alquran secara bertahap
Allah berfirman dalam quran:
وَاِنَهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِ العَالَمِيْنَ، نَزَلَ بِهِ الرُوحُ الاَمِيْنُ، عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ المُنْذِرِيْنَ، بِلِسَانٍ عَرَبِي مُبِيْنٍ.
“Dan quran ini benar-benar diturunkan oleh tuhan secara alam;dia dibawa turun oleh ar-ruhul amin(jibril) ke dalam hatimu(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orangyang memberi peringatan; dengan bahasa arab yang jelas” QS.Asy-Syuro:192-195.
Ayat diatas menyatakan bahwa alquran adalah kalamallah dengan lafadznya yang berbahasa arab dan bahwa jibril telah menurunkan kedalam hati rasullulah dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang pertama kali kelangit dunia tetapi mempunyai maksud turunnya alquran secara bertahap. Alquran sendiri turun secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun; tiga belas tahun di mekkah dan sepuluh tahun di Madinah menurut pendapat yang kuat, penjelasan alquran diturunkan secara berangsur-angsur
Al-qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, seperti kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Nabi sebelumnya yaitu Nabi Musa AS(kitabTaurat),Nabi Daud AS(kitabZabur),Nabi Isa AS (kitabInjil),Al-qur’an merupakan kitab terakhir yang merupakan kitab yang paling sempurna yang pewahyuannya secara bertahap atau berangsur-angsur selama 22 tahun,2 bulan dan 22 hari, melalui malaikat Jibril. Dalam Al-qur’an terdapat ayat yang menerangkan tentang diturunkannya wahyu Al-qur’an yaitu:
يَآأَيُّهَا الْمُزَّمِّلْ. قُمِ الَّيْلَ إِلَّا قَلِيْلًا. نِصْفَهُ أَوْانْقُص قَلِيْلًا. أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًأ.
(Beberapa hari yang dityentukan itu ialah)bulan Ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”
.penamaannya didasarkan pada ayat surah Al-‘Alaq;1 yang merupan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad,yaitu;
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan”. (QS.al-‘Alaq:1)      
Selain itu pemberian nama Al-qur’an juga dikemukakan didalam berbagai surat dalam Al-Qur’an berulang-ulang sampai sekitar 68 kali[1].
Pengertian Al-qur’an secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qur-a-nan yang berarti dibaca dan merupakan bentuk masdar dari kata qa-ra-a yang artinya membaca.[2]
Adapun menurut istilah atau terminologi para ahli memiliki pendapat yang bermacam-macam antara lain:
1.      menurut Al-Zarqasyi
dalam kitabnya al-Burhan fi ‘Ulum al-quran mengatakan bahwa kata Al-qur’an diambil dari kata القريyang berarti “kumpulan”.karena al-qur’an merupakan kumpulan kitab-kitab sebelumnya  dan menghimpun berbagai macam ilmu yang tertuang didalamnya[3]
2.      Menurut Khudari Beik
Al-qur’an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW tujuannya untuk difahami dan selalu diingat,disampaikan secara mutawattir,kemudian ditulis dalam satu mushaf yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
3.      Menurut Imam Syafi’i
Al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah menjadi al-quran dan merupakan nama yang khusus diberikan untuk kitab suci yang diberikan atau diturunkan kepada nabi Muhammad[4],seperti halnya kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
Meskipun Al Qur’an merupakan sumber hokum namun dalam kenyataanya Al Qur’an bukanlah dokumentasi hokum yang langsung dapat di adopsi. Tahapan turunnya wahyu sangat mempertimbangkan aspek perkembangan psikologis umat dlam merespon ajaran baru.[5]
            Dari pengertian Al-qur’an menurut para ahli tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril yang diturunkan secara mutawatir dan ditulis dalam mushaf yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas dan membacanya bernilai ibadah.
Selain itu al-Qur’an memiliki nama-nama lain,diantaranya:
a.    Al-kitab 
Dinamai demikian karena didasarkan firman Allah:
قُلْ يَآأَهْلَ الكِتَبِ تَعَالوْا إِلَي كَلِمَةٍ سَوَآءٍ بَيْنَناَ وَ بَيْنَكُمْ
Katakanlah:”hai Ahlu Al-Kitab,marilah kalian pada satu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian…”(QS Ali ‘Imran (3):64)
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa nama Al-Kitab berasal dari pemegang kitab disebut Ahl Al-Kitab dan kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabinya disebut kitab
b.    Al-Furqan
Al-Furqan memiliki arti pembeda artinya Al-qur’an menjelaskan perbedaan antara yang hak dan yang batil,yang benar dan yang salah dan yang baik dan buruk.
c.    Al-Mushaf
Allah menyebut kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Nabi Musa dengan sebutan suhuf.Kemudian pada zaman Nabi Muhammad SAW,para sahabat menulis ayat Al-Quran pada kayu,batu,dan kulit kurma dan benda-benda yang bertuliskan Ayat-ayat Al-Qur’an itu si sebut suhuf.setelah dikumpulkan menjadi satu kemudian dinamakan Mushaf.
d.  Al-Huda
Artinya perunjuk (Q.S 2;2) sebagai petunjuk (Al-Huda) merupakan fungsi utama dari diturunkannya al-Qur’an (Q.S 2;185) kita tidak dapat menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk jika kita  tidak membaca dan memahaminya,mengamalkannya dengan baik.[6]

Al-Qur’an memberiakan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,syariah,dan akhlak,dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan tersebut;dan Allah SWT mengutus Rassul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu;kami telah turunkan kepadamu al-Dzikr(al-Qur’an) untuk kamu terankan kepada manusia atau apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir.[7]


B. BUKTI-BUKTI ALQURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH
Bagi orang mukmin sebenranya tidaklah perlu dibuktikan bahwa alquran adalah wahyu illahi, krena mereka telah meyakini dengan sepenuh hati bahwa alquran adalah kallam illahi yang diturunkan kepada nabi untuk menjadi pedoman hidup dan kehiduan ummat manusia.
Tetapi karena ada sementara orang diluar islam yang berprasangka bahwa alquran adalah sebagai kitab hasil karangan dan susunan seorang manusia bernama Muhammad, maka kiranya perlu untuk dikaji dan dibuktikan bahwa alquran itu bukan hasil ciptaan manusia tetapi wahyu illahi. Ia adalah kalam allah, bukan hanya maknanya saja, tetapi lafadznya juga dari allah.
 Al Quran turun dalam kurun waktu 23 tahun yang meliputi fase Makkah dan Madinah dengan ciri-ciri tertentu. Hal ini membuktikan adanya hubungan antara Al Quran dengan ruang dan waktu ketika ia diturunkan. Dengan demikian pemahaman terhadap Al quran tidak dapat di lepaskan dari konteks kesejarahan yang terdapat unsur sosial, politik, budaya, agama dan ekonomi pada masyarakat terdahulu[8].
Al quran sebagai kitab suci terakhir yang turun untuk seluruh umat, maka dari itu Al quran menghadapi masyarakat yang memiliki kebudayaan dan kemajuan zaman secara terus menerus. Sehingga disini Al quran sangat memiliki peran yang sangat penting . karena Al quran bersifat umum tidak hanya untuk orang islam tetapi juga untuk orang-orang terdahulu melengkapi kitab yang sebelumnya serta sebagai pedoman kehidupan untuk semua manusia yang ada di dunia.
Bukti dari diturunkannya Al quran adalah :
1.      Al quran tidak diturunkan secara sekaligus dengan cepat karena jika diturunkan dengan sekali jadi, ia mungkin dengan cepat menjadi “kata” yang tak memiliki gerak, pikiran mati, atau hanya dokumen agama yang tidak memiliki sumber dan inspirasi yang terus mengalir untuk setiap kehidupan. Berangsur-angsurnya pewahyuan Al Quran merupakan salah satu rahasia historis, moral maupun sosialnya. Alasan tidak di turunkan sekaligus juga terdapat di dalam QS: “dan mereka yang kafir berkata, “mengapa Al Quran yang diturunkan kepadanya tidak sekaligus?” diwahyukan demikian supaya dengan itu Kami menguatkan hatimu, dan kami membacakannya satu demi satu (QS. Al Furqon/25:32)
2.      Dari segi isi
a)         kelengkapan isi
isi ajaran alquran pada hakikatnya mengandung lima prinsip, sebab pokok diturunkannya alquran kepada nabi muhammad untuk diteruskan kepada ummat manusia adalah menyampaikan lima prinsip yang terdapat didalam alquran sebagai berikut:
·           Tauhid
·           Janji dan ancaman tuhan
·           Ibadah
·           Jalan dan mencapai kebahagiaan
·           Cerita-cerita/sejarah umat manusia sebelum nabi
3.         Dari segi bandingan dengan kitab-kitab terdahulu
Islam adalah satu-satunya agama yang diciptakan dan diwahyukan oleh allah, dengan demikian jelas, bahwa semua kitab-kitab kuno yang telah diajarkan oleh semua rasul sebelum muhammad juga berasal dari wahyu allah.
b)        Alquran sebagai koreksi kitab-kitab terdahulu
Alquran diturunkan kepada nabi muhammad sebagai korektor kitab-kitab terdahulu untuk membenarkankitab-kitab suci terdahulu. Hal ini tidak berarti ajaran-ajaran terdahulu itu salah
4.      Masyarakat arab, yang hidup pada masa turunnya Al Qur’an, adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis, karena itu satu-satunya yang di andalkan mereka adalah hafalan.
5.      Masyarakat arab pada masa turunnya Al Qur’an dikenal sebagai masyarakat yangb sederhana dan bersahaja, kesederhanaan ini yang menjadikan mereka memiliki waktu yang cukup dengan menambah ketajaman hafalan.
6.      Masyarakat Arab yang gandrung akan kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan dalam bidang ini pada waktu tertentu.
7.      Al Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya yang sangat mengagumkan bagi semua kalangan.
8.      Al Qur’an dan Rasulullah menganjurkan kepda kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari Al Qur’an dan anjuran itu mendapat sanjungan yang hangat.
9.      Ayat-ayat Al Qur’an turun berdialog , mengomentari mereka. Dan menjawab pertanyaan mereka.
10.  Dalam Al Qur’an dan juga hadis ditemukan petunjuk yang mendorong untuk bersikap hati-hati bagi para sahabat dalam menyampaikan bertita terlebih firman Allah atau sabda Rasulullah.[9]
C. Sejarah Singkat Penulisan Dan Pengumpulan Al Quran (Masa Nabi, Abu Bakar dan Usman)
Pengumpulan Quran (jam’ul Quran)oleh para ulama adalah satu dari dua pengertian sebagai berikut :
1.      Pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam hati). Jumma’ul qur’an (penghafal-penghafalannya, orang yang menghafalkannya di dalam hati). Ini adalah makna yang yang dimaksudkan Allah kepada para Nabi-nabi yang senantiasa menggerakkan bibir dan lidahnya untuk membaca Qur’an, ketika Qur’an itu turun kepadanya sebelum jibril selesai membacanya, karena ingin menghafalkannya:
“ Jangan kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak-hendak cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakanya maka ikutilah bacaanya itu, kemudian, atas tanggungan kamilah penjelasanya”. (QS. Al Qiyamah 16-19)[10]
Rasulullah SAW dahulu sangat ingin segera menguasai Al Qur’an karena beliau takut terdapat ayat yang terlewatkan nantinya.
2.      Pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan qur’an semuanya) baik dengan memisahkan ayat dan surahnya, atau menertibkan ayat saja, atau ayat dan surahnya dalam lembaran yang terkumpul yang mencakup semua surah, sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.[11]
Pengumpulan Al Qur’an dalam arti menghafalnya pada Masa Nabi
Rasulullah sangat menyukai wahyu oleh karena itu beliau sangat merindukan kedatangan wahyu, lalu menghafal dan memahaminya. Oleh karena itu ia adalah hafiz (penghafal quran) pertama yang merupakan menjadi contoh paling baik untuk para sahabat yang menghafalnya, Quran diturunkan sekitar 23 tahun dan penurunannya pun beragam dari mulai hanya satu ayat saja ataupun sampai sepuluh ayat. Setiap ada ayat yang turun maka akan di hafal dan selalu di ingat kemudian ditempatkan di dalam hati.
Dalam kitab shahih Bukhari telah mengemukakan tentang adanya tujuh hafiz, melalui tiga riwayat. Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal bekas budak Abu Huzaifah, Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’b, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Saakan dan abu Darda’.[12]
Pembatasan tujuh orang sebagaimana disebutkan bukhori dengan tiga riwayat diatas, diartikan bahwa mereka itulah yang menghafal seluruh al quran di luar kepala dan telah menunjukkan hafalannya dihadapan Nabi, serta isnad-isnadnya sampai kita. Sedang para hafiz Qur’an lainnya yang berjumlah banyak tidak memenuhi hal tersebut. Terutama karna para sahabat yang telah tersebar di berbagai wilayah dan sebagian mereka menghafal dari yang lain.[13]
Pengumpulan Al Qur’an dalam arti penulisannya pada Masa Nabi
Nabi Muhammad merujuk pada para sahabat yang telah pandai baca-tulis untuk menulis wahyu, yaitu empat sahabat nabi terkemuka, yang kemudian setelah Nabi wafat menjadi Khalifah. Para penulis itu di perintahkan oleh nabi untuk menuliskan setiap wahyu yang diterima dan meletakkkan sesuai dengan urutan berdasarkan petunjuk Tuhan melalui malaikat Jibril.
Kemudian mereka menulis ayat-ayat tersebut dengan benda yang bermacam-macam mulai dari batu, pelepah kurma, tulang, kulit binatang dan lain-lain, barang tersebut lalu disimpan dirumah Nabi dalam keadaan masih terpencar ayatnya belum dihimpun dalam suatu mushaf atau shuhuf al quran. Tetapi disamping itu, para penulis wahyu secara pribadi masing-masing membuat naskah dari tulisanayat alquran untuk diri sendiri.[14]
Rasulullah pada waktu itu mengangkat para shahabat seperti Ali, Mu’awiyah, ‘Ubai bin Ka’ab dan Zaid bin Sabit. Ia memerintahkan pada mereka untuk menulis jika ada ayat yang turun, kemudian beliau menunjukkan tempat di surat apa ayat tersebut sehingga penulisannya apa lembaran itu membantu penghafalan dalam hati. Ada juga beberapa shahabat yang suka cita menuliskan ayat yang turun tanpa di suruh oleh Nabi, mereka menuliskannya pada pelepah kurma, pelana, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu dan potongan tulang belulang binatang.[15]
Tulisan-tulisan Al Qur’an pada Masa Nabi tidak terkumpul dalam satu Mushaf, yang ada pada seseorang individu belom tentu sama dengan individu yang lain. Para ulama’ telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, diantaranya Ali bin Abi Thalib, Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas’ud telah menghafal seluruh isi Al Qur’an di masa Rasulullah. Dan mereka menyebutkan juga bahwa Zaid bin Sabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Al quran di hadapan Rasulullah diantara mereka yang disebutkan.
Rasulullah wafat setelah Al Quran telah di hafal dan tertulis dalam sususan mushaf walaupun belom sepenuhnya tertata baik, tetapi Quranbelum dikumpulkan dalam satu mushagf yang menyeluruh (lengkap). Bila ada wahyu yang turun maka segeralah di hafal oleh para qurra dan ditulis oleh para penulis. Di samping itu terkadang ada pula ayat yang me-nasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumnya. Susunan atau tertib Al quran tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi, oleh karena itu, penulisanya dilakukan kemudian setelah Quran selesai turun, yaitu dengan wafatnya Rasulullah.
Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Sabit yang mengatakan :” Rasulullah telah wafat, sedang Qur’an belum dikumpulkan sama sekali”. Maksudnya ayat-ayat dsn surah-surahnya belum di kumpulkan secara tertib dalam satu mushaf. Sesudah berakhir masa turunnya Al quran dan wafatnya Rasulullah, maka Allah mengilhamkan penulisan secara lengkap kepada para Khulafaur Rasyidin dan pengumpulan pada masa Nabi dinamakan penghafaln dan pembukuan pertama.
Pengumpulan Al Qur’an pada Masa Abu Bakar
Setelah Nabi wafatdan Abu Bakar diangkat(di pilih) sebagai Khalifah, terjadilah pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari Agama Islam (Murtad) yang di pimpin oleh Musailamah al Kadzab. Kemudian gerakan ini segera ditindak oleh Abu Bakar dengan mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Peperangan ini disebut perang Yamamah pada tahun 12 H dan banyak melibatkan para pasukan islam diantaranya 70 sahabat yang hafidz al Qur’an terbunuh sebagai syuhada. Umar bin Khattab merasa sangat khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar bdan mengajukan usul untuk segera mengumpulkan dan membukukan Al Qur’an karena di khawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak membunuh para qari.
Kemudian usul itu diterima oleh Abu Bakar setelah dipikirkan dengan seksama dan pertimbangan yang matang, kemudian khalifah memerintahkan kepada Zaid bin Sabit, agar segera menghimpun Al Qur’an dalam satu mushaf.
Zaid sangat hati-hati dalam menjalkankan tugas ini, walaupun dia sebagai penghafal dan penulis wahyu utama dari Al Qur’an, dan ia dalam menjalankan tugas tersebut berpegangan pada: 1. Ayat-ayat yang ditulis din hadapan Nabi dan yang disimpan dirumah Nabi 2. Ayat-ayat yang di hafal oleh para sahabat yang hafidz Qur’an.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat AlQur’an, kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil, bahwa ayat-ayat itu benar di tulis dihadapan Nabi atas perintah(petunjuk)nya.
Tugas menghimpun AlQur’an dalam satu mushaf dapat diselesaikan dalam kurun waktu 1 tahun, yakni antar sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian tercatatlah dalam sejarah bahwa Abu Bakar orang yang pertama kali menghimpun AlQur’an dalam satu mushaf, Umar sebagai orang pertama yang mempunyai ide menghimpun Al Qur’an dan Zaid bin Tsabit sebagai orang yang pertama kali melaksanakan penulisan dan penghimpun Al qur’an dalam satu  mushaf.
Mushaf karya Zaid tersebut kemudian disimpan oleh Abu Bkar dan kemudian di simpan Umar, setelah Abu Bakar wafat. Kemudian di simpan Hafsah setelah Umar, ia adalah istri Nabi yang hafidz Al Qur’an dan pandai baca tulis.[16]
Pengumpulan Al Qur’an pada Masa Usman
Penulisan dan Pengkodifikasian al-Qur’an yang terjadi pada masa Utsman terjadi setelah perang Yamamah turut menggetarkan hati Utsman dan juga karena kedatangan Hudzaifah yang baru tiba dari perang Armenia dan Azerbaijan menghadap kepada Utsman untuk menyampaikan kecemasannya terkait perbedaan umat islam dalam pembacaan al-Qur’an yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan umat islam[17]. dan kemudian Utsman memanggil Zaid bin Tsabit karena Zait sudah terlibat langsung dalam penulisan dan pengumpulan al-Quran pada masa Nabi Muhammad untuk menjaga keaslian dari al-Qur’an,Sa’id bin Ash,Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.Mereka ditunjuk oleh Utsman sebagai panitia untuk menyalin suhuf  menjadi mushaf.
kemudian utsman mengirim utusan untuk meminta suhuf yang berada di rumah Hafsah dan pun Hafsah mengirimkan suhuf tersebut kepada Utsman[18].Selanjutnya Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit,Sa’id bin Ash,Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ketiga orang terakir ini adalah orang quraisy dan Utsman berkata kepada ketiga rang quraisy tersebut:
إِذَا اخْتَلَفْتُمْ أَنْتُمْ وَ زَيْدٌ بْنُ ثاَبِتٍ فِي شَيْءٍ مِنَ القُرْانِ فَاكْتُبُوْهُ بِلِساَنِ قُرَيْشِ, فَإِنَّهُ إِنَّمَا نَزَلَ بِلِسَانِهِمْ.
Bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dari al-Qur’an maka tulislah dengan logat Quraisy,karena Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy’.

menyalin suhuf menjadi beberapa mushaf dengan bahasa quraisy karena Qur’an turun dalam logat mereka.Usai menyalin seluruh suhuf kedalam Mushaf Utsman mengembalikan suhuf yang telah disalin kepada Hafsah.suhuf ini tetap  berada di rumah Hafsah sampai kemudian Mushaf yang berada dikediaman Hafsah sampai Hafsah wafat baru kemudian atas perintah Marwan mengurus azimah kepada Abdullah bin Umar untuk memberikan mushaf yang berada di kediaman Hafsah kepada Marwan untuk kemudian membakarnya[19].
Kemudian Utsman mengutus panitia untuk mengirim mushaf-mushaf yang telah disusun ke beberapa daerah islam dan meminta mushaf yang tidak sesuai dengan mushaf yang telah disusun atau mushaf Utsman untuk dikumpulkan dan kemudian dibakar.Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan al-Qur’an dengan menggunakan Mushaf Utsman tersebut agar tidak terjadi lagi pertentangan antara umat islam terkait bacaan al-Qur’an dan kemudian mushaf yang disusun pada masa Utsman ini dikenal dengan Mushaf Utsmani.














D. PENUTUP
Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT dan merupakan wahyu Nabi Muhammad dan merupakan sumber hukum islam.Diturunkan secara bertahap selama 22 tahun,dua bulan dan 22 hari dan ulama membaginya menjadi dua periode yakni periode makkah dan periode madinah.
Adapun bukti dari sejarah turunnya Al Qur’an juga sangat banyak sekali salah satunya adalah Al Qur’an sebagi Mu’jizat yang lur biasa untuk Nabi Muhammad dan juga umat muslim, karena Al Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman umat muslim. Selain itu Al Qur’an juga sebagai pelengkap dari kitab-kitab sebelumnya karena Al Qur’an adalah kalam Allah yang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
            Penulisan dan pengkodifikasian al-Qur’an terjadi sejak zaman Rasulullah  dengan mengutus para sahabat untuk menulis al-Qur’an disetiap ada wahyu yang turun, karena Rasulullah tidak bisa baca tulis (ummi) jadi beliau menyuruh kepada para sahabat yang salah satunya adalah Zaid bin Sabit, jadi setiap wahyu yang turun di tulis di berbagai tempat ataupun media seperti, pelepah kurma, batu, tulang belulang dan lain-lain. Kemudian pada Masa Abu Bakar batu lah Qur’an di himpun dan di kumpulkan yang kemudian disebut suhuf dan pada masa khalifah Utsman bin Affan yang memerintahkan untuk menyusun al-Qur’an dan kemudian dikenal dengan Mushaf Utsmani


DAFTAR PUSTAKA
Amal,Taufiq Adnan.Rekonstruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:Forum Kajian Agama dan Budaya.2001
Hermawan,Acep.’Ulumul Quran.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2013
Al Abyadi,Ibrahim.Sejarah Al-Qur’an.Jakarta:PT Rineka Cipta.1992
Zuhdi,Masjfuk.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya:PT Bina Ilmu.1982
Khalil al-Qattan, Manna’.Studi Ilmu-Ilmu Qur’an .Jakarta:PT Mitra Kerjaya Indonesia,2007
Dkk,Umi Sumbulah,Studi Al-Qur’an dan Hadis.Malang:UIN Maliki Press,2014
Chirzin,Muhammad.KearifanAl-Qur’an.Yogyakarta:Pilar Media,2007
Amir Mahmud, Fase Turunnya Al Qur’an dan Urgenitasnya (Pasuruan : Universitas Yudharta, 2016)
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an (Bandung : Mizan, 1996)
P.M.Gunawan,Pengertian al-Qur’an (Surabaya,2009)

Catatan-catatan:
1.      Makalah ini belum ada pendahuluannya.
2.      Dalam pembahasan definisi, uraikan dari aspek definisi secara etimologi terlebih dahulu baru kemudian masuk pada terminologi.
3.      Tulisan dalam bab “Bukti-bukti al-Qur’an sebagai wahyu Allah” tidak mendukung judul bab yang ditulis.
4.      Format penulisan bab tolong menyesuaikan pada artikel yang menjadi rujukan.
5.      Penulisan footnote tolong lebih diperbaiki, sebab beberapa masih salah.
6.      Perujukan masih belum maksimal.
                                                               


[1] Acep Hermawan,’Ulumul Quran (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2013) Hlm.12
[2]Taufik Adnan Amal,Rekonstruksi sejarah al-Qur’an (Yogyakarta:FkBA,2001) Hlm.45
[3]Umi Sumbulah dkk, STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS (Malang:UIN Maliki Press,2014) Hlm.7
[4]Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya:PT Bina Ilmu,1982) Hlm.2
[5]Amir Mahmud, Fase Turunnya Al Qur’an dan Urgenitasnya (Pasuruan : Universitas Yudharta, 2016)
[6]P.M.Gunawan,Pengertian al-Qur’an (Surabaya,2009)
[7]M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an (Bandung : Mizan, 1996)
[8]Muhammad chirzin, Kearifan Al qur’an (Yogyakarta : Pilar Media, 2007)33-34.
[9] M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an (Bandung : Mizan, 1996)
[10] Manna khattan al khalil, studi ilmu-ilmu quran (Bogor : Litera Antarnusa, 1012) hlm 178
[11] Ibid hlm 179
[12] Ibid hlm180
[13] Ibid hlm 183
[14] H. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya : Karya Abditama,1997) hlm 14-15
[15] Opcit hlm185-186
[16] H. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya : Karya Abditama,1997)
[17]Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya:PT Bina Ilmu,1982) Hlm.17
[18]Manna’ Khalil al-Qattan, STUDI ILMU-ILMU QUR’AN  (Jakarta:PT Mitra Kerjaya Indonesia,2007) Hlm.193
[19]Ibrahim al Abyadi,Sejarah al-Qur’an (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992) Hlm.58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar