ASBABUN
NUZUL
(
Mengetahui sebab-sebab turunnya suatu ayat )
Luthfi
Mubarok
Fajar
Rinaldi
Shelya
Diana Fitriani
UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
This
article discusses the asbabun nuzul which are the reasons for the decline of
the Qur'anic verses. Az-zarqoni, Ash-shabuni, Shubi Salih and Mana ’Al-Qaththan
are some of the scholars who express their opinions on asbabun nuzul. From the
opinions of these scholars almost have in common, namely asbabun nuzul is the
cause of the decline of the verses of the Koran preceded by an event or event
and the questions raised by the Prophet as an answer and affirmation of law.
Studying asbabun nuzul al-quran as an important foundation in the belief in
Allah SWT and as an understanding of the contents and purpose of the Qur'an. In
determining the asbabun nuzul verses of the Qur'an, the scholars of the Salaf
agreed to use the path of history that is shohih and shorih from tabi'in,
Companions, and Rasullulah SAW very carefully so that it can be used as a guide
to understanding the Qur'an an.
Key Words: Asbabun Nuzul, Al-quran
Abstrak
Artikel
ini membahas tentang asbabun nuzul yang merupakan sebab-sebab turunnya aya-ayat
Al-quran. Az-zarqoni, Ash-shabuni, Shubi Shalih dan Mana’ Al-Qaththan merupakan
sebagian ulama yang mengemukakan pendapatnya mengenai asbabun nuzul. Dari
pendapat para ulama tersebut hamper memiliki kesamaan, yaitu asbabun nuzul
merupakan sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-quran yang didahului oleh suatu
peristiwa atau kejadian dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
Rasulullah sebagai jawaban dan penegas hukum. Mempelajari asbabun nuzul
al-quran sebagai landasan yang penting dalam keimanan kepada Allah SWT dan
sebagai pemahaman terhadap isi dan maksud Al-quran. Dalam
menentukan asbabun nuzul ayat-ayat Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk
memakai jalur riwayat yang shohih dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun
Rasullulah SAW dengan sangat berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman
untuk memahami Al-qur’an.
Kata Kunci: Asbabun Nuzul, Al-quran
A. Pendahuluan
Al-quran
diturunkan Allah SWT untuk dijadikan petunjuk dan pedoman manusia.
Diturunkannya Al-quran juga tidak begitu saja, melainkan melalui proses dan
sebab-sebab, ayat-ayat pada al-quran
memberitahu apa yang telah terjadi dan kejadian-kejadian yang akan
datang. Namun tidak semua ayat-ayat
dalam al-quran memiliki asbabun nuzul. Dalam pembahasan Asbabun Nuzul
ini sangat penting dalam mempelajari Al-quran karena asbabun nuzul
adalah kunci pokok yang menjadi dasar landasan keimanan dan menjadi bukti bahwa
Al-quran diturunkan dari Allah AWT.
Adapun
susunan dalam pembahasan ini adalah definisi Asbabun Nuzul, kemudian kegunaan
mempelajari Asbabun Nuzul serta Asbabun Nuzul dalam prespektif mikro dan makro.
B. Definisi
Asbabun Nuzul
Secara etymology,Asbabadalah bentuk plural dari kata sabab yang berarti sesuatu yang
mengakibatkan pada sesuatu yang lain (cause).[1] Sedangkan secara
terminology, asbabun nuzul adalah ayat-ayat yang diturunkan bersamaan dengan
terjadinya suatu peristiwa atau kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada
Rasulullah sebagai jawaban atas pertanyaan dan penegas hukum dari Allah SWT.[2]
Adapun
definisi asbabun nuzul berdasarkan terminology menurut para ulama sebagai
berikut:
·
Az-zaqorni mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan
sesuatu yang khusus atau terjadi dan berhubungan dengan diturunkannya ayat
Al-quran sebagai penjelas hokum atas peristiwa yang saat itu.
·
Ash-shabuni
mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan terjadinya suatu peristiwa atau
kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah yang berhubungan
dengan agama sehingga menjadi sebab turunnya satu ayat hingga beberapa
ayat-ayat Al-quran.
·
Shubi Shalih
mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan sesuatu hal yang menjadi sebab
turunnya ayat-ayat Al-quran yang terkadang menerangkan suatu peristiwa atau
kejadian sebagai respon penegas hukum.
·
Mana’
Al-Qaththan mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan peristiwa atau kejadian
yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-quran bersamaan dengan terjadinya suatu
peristiwa tersebut yang berupa peristiwa atau pertanyaan yang diajukan pada
Rasulullah SAW. [3]
Dari pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa
asbabun nuzul merupakan sebab sebab diturunkannya ayat Al-quran sebagai jawaban
dari Allah SWT terhadap pertanyaan yang diajukan keada Rasulullah SAW dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
atau konflik yang terjadi pada
Rasulullah SAW dan para sahabat. Namun tidak semua ayat pada Al-quran yang
diturunkan Allah SWT.
Turunnya
suatu ayat ada dua macam yaitu:
a. Ayat-ayat
yang Turun Didahului Suatu Sebab
Dalam
hal ini, ayat-ayat tasyri’iyyah atau ayat-ayat hukum merupkan ayat-ayat yang
turun mempunyai sebab.[4]
Sebab-sebab turunnya Al-quran sendiri pada umumnya terjadi suatu peristiwa
dalam kalangan muslim atau yang lainnya dan juga pertanyaan pertanyaan yang
diajukan kepada Rasulullah yang kemudian diturukan ayat-ayat Al-quran sebagai jawaban atau sebagai
penyelesaian dari masalah yang timbul pada zaman Rasulullah dan para sahabat.
Contoh
ayat yang turun didahului pertanyaan yang diajukan para sahabat untuk
Rasulillah SAW ialah pada surah Al-Baqarah ayat 222 :
وَيَسْأَلُونَكَعَنِالْمَحِيضِۖقُلْهُوَأَذًىفَاعْتَزِلُواالنِّسَاءَفِيالْمَحِيضِۖوَلَاتَقْرَبُوهُنَّحَتَّىٰيَطْهُرْنَۖفَإِذَاتَطَهَّرْنَفَأْتُوهُنَّمِنْحَيْثُأَمَرَكُمُاللَّهُۚإِنَّاللَّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ
Yang artinya : ‘’Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri’’.[5]
Dimana pada ayat
ini menjelaska tentang larangan bagi
wanita yang sedang haid untuk digauli oleh suaminya, karena darah haid
merupakan darah kotor dan najis. ‘’Orang –orang Yahudi tidak mau makan dan
minum bersama dan mencampuri istrinya yang sedang haid (menstruasi). Sehubungan dengan kebiasaan orang-orang
yahudi yang seperti itu para sahabat mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah
SAW, sehingga Allah SWT menurunkan ayat ke-222. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda: ‘’Berbuatlah apa saja yang pantas dilakukan oleh sepasang suami
istri, kecuali besenggama’’. Berita sabda Rasulullah ini sampai ke telinga
orang-orang yahudi, sehingga mereka mengatakan :’’ Orang laki-laki (Muhammad)
selalu berkeinginan meninggalkan perbuatan yang telah kita akukan dan hanya selalu
membuat perselisihan’’. Usaid bin Hidhir dan Abbad bin Bisyr dating berkata
kepada Rasulullah: ‘’ Wahai Rasulullah, orang-orang yahudi mengatakan sesuatu
yang tidak baik. Apakah tidak sebaiknya kita meninggalkan mengumpuli istri
dikala menstruasi?’’. Mendengar perkataan kedua orang sahabat itu wajah
Rasulullah SAW berubah (marah), sehingga
kami menyangka bahwa Rasulullaah SAW
tidak akan menemui lagi dua orang sahabat tersebut. Dua orang sahabat itu
kemudian kepada dua oran sahabat itu, sehingga diketahui bahwa beliau tdak
marah kepadanya’’. (HR. Ahmad dari Abdirrahman bin Mahdi dari Hmad bin
Salamah dari Tsabit dari Anas).[6]
Riwayat ini
menerangkan sebuah peristiwa dimana pada zaman dahulu orang-orang yahudi
menghindari istrinya yang sedang haid atau menstruasi karena dianggap hal itu
merupakan suatu yang kotor. Karena hal ini, para sahabat mengajukan pertanyaan
kepada Rasulullah, dan dengan ini Allah menurunkan ayat ke-222 sebagai jawaban
atas pertanyaan para sahabat Rasulullah tersebut, yang kemudian Rasulullah SAW
bersabda ;’’Berbuatlah apa yang dilakukan suami dan istri, tapi tidak
dijimak.’’ Kemudian sampailah berita ini ditelinga orang-orang yahudi dan
mereka mengatakan sesuatu yang tidak baik, kemudia para sahabat yang mengetahui
apa yang dikatakan orang-orang yahudi tersebut, bertanyalah mereka, Usaid bin
Hidhir dan Abbad bin Basyr kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, dan
berpendapat bahwa ‘’apakah tidak sebaiknya kita meninggalkan dan mengumpuli
istri ‘’ sekita itu, raut wajah Rasulullah berubah sehingga para sahabat
mengira Rasulullah tidak menemui kedua orang sahabat Nabi tersebut hingga suatu
hari Rasulullah mengirimkan susu kepada mereka sebagai tanda bahwa Rasulullah
tidaklah marah kepadanya.[7]
b. Ayat-ayat
yang Turun Tanpa Didahului Sebab
Tidak semua
ayat-ayat Al-quran diturukan dengan sebab seperti ayat-ayat hukum yang
mempunyai asbabun nuzul. Pada ayat-ayat yang turun tanpa asbabun nuzul misalnya
ayat yang menceritakan hal-ihwal atau Nabi dan umatnya terdahulu, aya-ayat yang
menjelaskan tentang hal-hal ghaib hingga ayat-ayat yang menjelaskan sesuatu
yang akan terjadi termasuk datangnya hari kiamat serta menggambarkan bagaimana
surga dan neraka. Adapun Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang tidak mempunyai
asbabun nuzul bertujuan untuk menjadikan petunjuk manusia agar tetap dijalan
yang lurus. Ayat-ayat yang menceritakan hal-ihwal tida memiliki asbabun nuzul,
kalaupun dikatakan bahwa ayat ini terdapat asbabun nuzulnya maka asbabun
nuzulnya hanya memiliki satu motif umum yakni untuk menghibur Nabi Muhammad SAW
untuk menguatkan hatinya menghadapi rintangan-rintangan yang begitu keras.[8]
Meski begitu,
ada ayat-ayat yang menceritakan tentang kisah atau hal-ihwal yang diturunkan
karenan sebab. Misalnya, turunnya surah Yusuf, dimana surah ini turun karena
para sahabat sangat berkeinginan serius agar Rasulullah bercerita yang
mengandung peringatan dan pelajaran.[9]
Maka Allah bermirman:
الرتِلْكَآيَاتُالْكِتَابِالْمُبِينِإِنَّاأَنزلْنَاهُقُرْآنًاعَرَبِيًّالَعَلَّكُمْتَعْقِلُونَنَحْنُنَقُصُّعَلَيْكَأَحْسَنَالْقَصَصِبِمَاأَوْحَيْنَاإِلَيْكَهَذَاالْقُرْآنَوَإِنْكُنْتَمِنْقَبْلِهِلَمِنَالْغَافِلِينَ
(Q.S Yusuf ayat1-3)
Yang
artinya :’’ Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang nyata
(dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa
Arab agar kalian memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik
melalui wahyu Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui. ‘’
C. Kegunaan
Mempelajari Asbabun Nuzul
Al-Qur’an
turun bukan karena tidak ada sebabnya, Al Qur-an ingin merespon berbagai
realitas yang terjadi. Hal ini tergambar dari berbagai ayat Al-Qur-an yang
turun karena latar belakang kejadian tertentu.[10] Mempelajari Asbabun Nuzul ada kaitannya
dengan memahami Al Qur’an menurut kebanyakan ulama salah satu Ibnu Taimiyah.
Ibnu Taimiyah berkata: “Mengetahui sebab turun ayat membantu unutk memahami
ayat Al-Qur’an.”[11] .Kegunaan- kegunaan itu adalah :
1. Membantu dalam memahami sekaligus
mengatasi ketidakpastian di dalam menangkap ayat-ayat Al-Qur’an. Simaklah firman Allah ini.
وَلِلَّهِالْمَشْرِقُوَالْمَغْرِبُۚفَأَيْنَمَاتُوَلُّوافَثَمَّوَجْهُاللَّهِۚإِنَّاللَّهَوَاسِعٌعَلِيمٌ
Yang
artinya :’’Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui.’’ (QS. Al-Baqarah : 115)
Menurut dhahir ayat ini, orang yang salat
boleh menghadap ke arah mana saja, sesuai kehendak hatinya. Ia seakan-akan
tidak berkewajiban menghadap Ka’bah saat salat, dan dahir ayat itu membolehkan
orang menghadap mana saja. Akan tetapi bila kita memahami Asababun Nuzul ayat
ini, ternyata tidak demikian. Orang yang shalatnya dibenarkan menghadap mana
saja hanyalah orang yang tidak tahu arah kiblat dan kemudian berijtihad.
Dalilnya, hadis dari Ibnu Umar. [12]
2. Mengatasi keraguan terhadap ayat yang
diduga mengandung pengertian umum. Misalnya ayat Allah SWT berbunyi:
قُلْلَاأَجِدُفِيمَاأُوحِيَإِلَيَّمُحَرَّمًاعَلَىٰطَاعِمٍيَطْعَمُهُإِلَّاأَنْيَكُونَمَيْتَةًأَوْدَمًامَسْفُوحًاأَوْلَحْمَخِنْزِيرٍفَإِنَّهُرِجْسٌأَوْفِسْقًاأُهِلَّلِغَيْرِاللَّهِبِهِۚفَمَنِاضْطُرَّغَيْرَبَاغٍوَلَاعَادٍفَإِنَّرَبَّكَغَفُورٌرَحِيمٌ
Katakanlah:
"Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua
itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa
yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
(QS. Al-Anam : 145)
Menurut Imam Al-Syafi’i, pengertian
dimaksud ayat ini tidaklah umum (hashr). Untuk mengatasi kemungkinan ada
keraguan dalam memhami ayat ini. Imam Syafi’i menggunakan “alat bantu” Nuzul
ayat. Ayat ini, seperti Al Zarqaniy, menurut Imam Syafi’i diturunkan sehubungan
dengan orang-orang kafir ynag tidak mau makan kecuali yang sudah mereka
halakan. Kebiasaan orang kafir, terutama Yahudi, mengharamkan apa yang
dihalalkan Allah SWT dan sebaliknya. Kemudian turunlah ayat 145 surah Al-An’am
diatas untuk menetapkan pengharaman dan bukan untuk menetapkan penghalalan
makanan yang tidak disebutkan ayat tersebut.
3. Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan
Marwan. Menurut Marwan, surah Al-Ahqaf, ayat ke 17, diturunkan sehubungan
dengan Abd Al-Rahman bin Abu Bakar. Ayat itu berbunyi:
وَالَّذِيقَالَلِوَالِدَيْهِأُفٍّلَكُمَا
Dan
orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya.....
Untuk
meluruskan persoalan, Aisyah mengatakan kepada Marwan:
“Demi
Allah,bukan dia-maksudnya bukan Abd Al-Rahman bin Abu Bakar. Dan jika aku mau
menyebut namanya (Orang yang menjadi Sabab Nuzul)”
Dengan
mengetahui Asbabun Nuzul, persoalan bisa terselesaikan. Seperti kasus pada
tuduhan Marwan terhadap Abd Al-Rahman. Nama Abd Al-Rahman bisa tercemar
sepanjang sejarah kalau tidak ada keterangan meluruskan dari Aisyah.
Muhammad
Ali Al-Shabuni merangkan faedah mempelajari Asbabun-nuzul adalah sebagai
berikut :
a. Mengetahui
segi hikmah yang mendorong dilaksanakan suatu hukum.
b. Menentukan
hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa ibarat itu dinyatakan berdasarkan sebab khusus.
c. Menghindarkan
prasangka yang menyatakan arti hashr dlam suatu yang dhahirnya hashr.
d. Mengetahui siapa orangnya yang
menjadi sebab atau kasur turunnya ayat
serta memberikan ketegasan bila terdapat keraguan. [13]
C. Asbabun Nuzul dalam Prespektif Mikro dan Makro
Asbabun Nuzul Mikro yaitu Serangkaian
peristiwa atau kejadian yang melatar belakangi turunnya ayat Al-qur’an.[14] Dalam pengertian ini
dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah ayat Al-qur’an itu di turunkan karena ada
sebab tertentu, seperti contoh ada suatu peristiwa yang terjadi pada Rasullulah
SAW, kemudian untuk merespon dari peristiwa tersebut Allah menurunkan sebuah
ayat sebagai jawabannya. Sehingga untuk benar-benar memahami ayat Al-qur’an
maka kita perlu untuk memahami sebab-sebab turunnya ayat tersebut.
Namun para ulama’ ahli tafsir berpendapat,
bahwa ada juga ayat Al-qur’an yang tidak memiliki asbabun nuzul yaitu ayat yang
turun tanpa didahului oleh sebab tertentu seperti ayat yang ada dalam surat
Al-Fill, sangat tidak mungkin jika turunnya surat Al-fill itu didahului oleh
peristiwa penyerangan pasukan gajah yang dipimpin oleh raja Abraha, karena
peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum ayat Al-qur’an diturunkan. selain itu
juga terdapat ayat yang menerangkan tentang cerita Nabi terdahulu, alam ghaib,
surga dan neraka itu semua juga tidak didahului oleh sebab tertentu. Dengan
demikian terdapat banyak ayat dalam Al-qur’an yang tidak memiliki asbabun
nuzul.
Dari keterangan yang telah disampaikan diatas
terjadi perselisihan pendapat yaitu antara ayat yang tidak memiliki asbabun
nuzul dan ayat yang memiliki asbabun nuzul, karena untuk memahami suatu ayat
diharuskan untuk memahami asbabun nuzulnya.
Dalam menanggapi
perselisihan tersebut Faddlurrahman mengemukakan pendapatnya tentang asbabun
nuzul makro yaitu “latar belakang historis masyarakat arab ketika Al-qur’an
diturunkan”.[15]
Dalam pengertian ini menunjukkan ayat-ayat dalam Al-qur’an yang turunnya tidak
didahului oleh peristiwa atau sebab tertentu bukan berarti tidak memiliki
asbabun nuzul melainkan termasuk kedalam asbabun nuzul makro, hal ini juga
diperkuat dengan pendapatnya As-Syatibi
yang mengemukakan bahwa tujuan dari asbabun nuzul makro ini adalah untuk
mengetahui situasi dan kondisi Bangsa Arab meliputi orang yang berbicara, orang
yang diajak bicara dan pembicaraannya mereka sendiri.[16]
Dalam
menentukan asbabun nuzul ayat-ayat Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk
memakai jalur riwayat yang shohih dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun
Rasullulah SAW dengan sangat berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman
untuk memahami Al-qur’an. Hal ini diperkuat dengan pendapatnya Al-Wahidi yang mengemukakan bahwa tidak
boleh berpendapat tentang asbabun nuzul Al-qur’an kecuali dengan jalur riwayat
dari orang-orang yang menyaksikan langsung, mengetahui sebab-sebab, dan
membahas tentang turunnya ayat Al-qur’an.[17]
D. Penutup
Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa turunnya
ayat-ayat Al-quran sebagian didahului sebab-sebab turunnya atau terdapat
asbabun nuzulnya, namun tidak semua ayat-ayat yang ada di Al-quran memiliki
asbabun. Kegunaan mempelajari asbabun nuzul adalah membantu
dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian di dalam menangkap ayat-ayat
Al-Qur’an dan sebagai dasar landasan dalam keimanan. Dalam menentukan asbabun nuzul ayat-ayat
Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk memakai jalur riwayat yang shohih
dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun Rasullulah SAW dengan sangat
berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman untuk memahami Al-qur’an.
Daftar Pustaka
Asy-Syaikh
Muqbil, Shohih Asbabun Nuzul (Depok : Maktabah Darul Quds,2006),hlm 58
Fauzi Aseri, M.
Zainal Abidin, Wardhani, Kesinambungan dan Perubahan dalam Pemikiran
Kontemporer Tentang Asbabu Al-Nuzul (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),51
Jalaludin As
Suyuti, Lubabun Nuquuli Fii Asbabin Nuzul (Semarang: CV.Asy Syifa’, 1993 ),57
Masjfuk Zuhdi, Pengantar
Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA ABDITAMA,1997),hlm 36
Mudjab
Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Quran (Jakarta
: CV. Rajawali,1989),hlm 103
Muhammad Abdu al-Adhim al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum
Al-Qur’an, jilid I, Beiru ; Daar al-Fikr, 1988),110
Nur Fauzin, Tema Kontroversial ‘Ulumul Qur’an (Kediri:CV
AZHAR RISALAH,2011),hlm 88
Pan Suaidi, ‘’Asbabun
Nuzul : Pengertian, Macam-macam, Redaksi dan Urgensi’’,Jurnal Dharmawangsa
Vol.1 No. 1 Juli – Desember,2006,hal.111
Ramli Abdul
Wahid, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996),49
Syarafuddin, ‘’Ilmu
Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Al-quran’’,Jornals.ums Vol.28 No. 1 Mei,2016,hal.85
Catatan:
Uraian asbabun nuzul makro tidak jelas
[1] Nur Fauzin, Tema Kontroversial ‘Ulumul Qur’an (Kediri:CV
AZHAR RISALAH,2011),hlm 88
[2] Ibid, hlm 89
[3] Pan Suaidi, ‘’Asbabun Nuzul : Pengertian, Macam-macam, Redaksi
dan Urgensi’’,Jurnal Dharmawangsa Vol.1 No. 1 Juli – Desember,2006,hal.111
[4] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA
ABDITAMA,1997),hlm 36
[5] Asy-Syaikh Muqbil, Shohih Asbabun Nuzul (Depok : Maktabah
Darul Quds,2006),hlm 58
[6] Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-quran (Jakarta
: CV. Rajawali,1989),hlm 103
[7] Ibid
[8] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA
ABDITAMA,1997),hlm 38
[9] Ibid, hlm 39
[10]Fauzi
Aseri, M. Zainal Abidin, Wardhani, Kesinambungan dan Perubahan dalam Pemikiran
Kontemporer Tentang Asbabu Al-Nuzul (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),51
[11]Ramli
Abdul Wahid, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996),49
[12]Muhammad
Abdu al-Adhim al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I, Beiru ;
Daar al-Fikr, 1988),110
[13]Jalaludin
As Suyuti, Lubabun Nuquuli Fii Asbabin Nuzul (Semarang: CV.Asy Syifa’, 1993
),57
[14] Syarafuddin, ‘’Ilmu Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Al-quran’’,Jornals.ums
Vol.28 No. 1 Mei,2016,hal.85
[15] Ibid
[16] ibid
[17] Nunung Susfita, ‘’Asbabun Nuzul Al-quran Dalam Perspektif Mikro
dan Mkro’’,Jurnal UIN mataram Vol.13 No. 1 Desember,2015,hal.71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar