Minggu, 01 Maret 2020

Asbabun Nuzul (PIPS A Semester Genap 2019/2020)



ASBABUN NUZUL
( Mengetahui sebab-sebab turunnya suatu ayat )

Luthfi Mubarok
Fajar Rinaldi
Shelya Diana Fitriani
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
This article discusses the asbabun nuzul which are the reasons for the decline of the Qur'anic verses. Az-zarqoni, Ash-shabuni, Shubi Salih and Mana ’Al-Qaththan are some of the scholars who express their opinions on asbabun nuzul. From the opinions of these scholars almost have in common, namely asbabun nuzul is the cause of the decline of the verses of the Koran preceded by an event or event and the questions raised by the Prophet as an answer and affirmation of law. Studying asbabun nuzul al-quran as an important foundation in the belief in Allah SWT and as an understanding of the contents and purpose of the Qur'an. In determining the asbabun nuzul verses of the Qur'an, the scholars of the Salaf agreed to use the path of history that is shohih and shorih from tabi'in, Companions, and Rasullulah SAW very carefully so that it can be used as a guide to understanding the Qur'an an.
Key Words: Asbabun Nuzul, Al-quran
Abstrak
Artikel ini membahas tentang asbabun nuzul yang merupakan sebab-sebab turunnya aya-ayat Al-quran. Az-zarqoni, Ash-shabuni, Shubi Shalih dan Mana’ Al-Qaththan merupakan sebagian ulama yang mengemukakan pendapatnya mengenai asbabun nuzul. Dari pendapat para ulama tersebut hamper memiliki kesamaan, yaitu asbabun nuzul merupakan sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-quran yang didahului oleh suatu peristiwa atau kejadian dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah sebagai jawaban dan penegas hukum. Mempelajari asbabun nuzul al-quran sebagai landasan yang penting dalam keimanan kepada Allah SWT dan sebagai pemahaman terhadap isi dan maksud Al-quran. Dalam menentukan asbabun nuzul ayat-ayat Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk memakai jalur riwayat yang shohih dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun Rasullulah SAW dengan sangat berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman untuk memahami Al-qur’an.
Kata Kunci: Asbabun Nuzul, Al-quran


A.    Pendahuluan
Al-quran diturunkan Allah SWT untuk dijadikan petunjuk dan pedoman manusia. Diturunkannya Al-quran juga tidak begitu saja, melainkan melalui proses dan sebab-sebab, ayat-ayat pada al-quran  memberitahu apa yang telah terjadi dan kejadian-kejadian yang akan datang. Namun tidak semua ayat-ayat  dalam al-quran memiliki asbabun nuzul. Dalam pembahasan Asbabun Nuzul ini sangat penting  dalam  mempelajari Al-quran karena asbabun nuzul adalah kunci pokok yang menjadi dasar landasan keimanan dan menjadi bukti bahwa Al-quran diturunkan dari Allah AWT.
Adapun susunan dalam pembahasan ini adalah definisi Asbabun Nuzul, kemudian kegunaan mempelajari Asbabun Nuzul serta Asbabun Nuzul dalam prespektif mikro dan makro.
B.     Definisi Asbabun Nuzul
            Secara etymology,Asbabadalah bentuk plural dari kata sabab yang berarti sesuatu yang mengakibatkan pada sesuatu yang lain (cause).[1] Sedangkan secara terminology, asbabun nuzul adalah ayat-ayat yang diturunkan bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah sebagai jawaban atas pertanyaan dan penegas hukum dari Allah SWT.[2]
Adapun definisi asbabun nuzul berdasarkan terminology menurut para ulama sebagai berikut:
·         Az-zaqorni  mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan sesuatu yang khusus atau terjadi dan berhubungan dengan diturunkannya ayat Al-quran sebagai penjelas hokum atas peristiwa yang saat itu.
·         Ash-shabuni mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah yang berhubungan dengan agama sehingga menjadi sebab turunnya satu ayat hingga beberapa ayat-ayat Al-quran.
·         Shubi Shalih mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan sesuatu hal yang menjadi sebab turunnya ayat-ayat Al-quran yang terkadang menerangkan suatu peristiwa atau kejadian sebagai respon penegas hukum.
·         Mana’ Al-Qaththan mengemukakan bahwa Asbabun Nuzul merupakan peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-quran bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa tersebut yang berupa peristiwa atau pertanyaan yang diajukan pada Rasulullah SAW. [3]
Dari pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul merupakan sebab sebab diturunkannya ayat Al-quran sebagai jawaban dari Allah SWT terhadap pertanyaan yang diajukan keada Rasulullah SAW dan  peristiwa-peristiwa  yang terjadi  atau konflik  yang terjadi pada Rasulullah SAW dan para sahabat. Namun tidak semua ayat pada Al-quran yang diturunkan Allah SWT.
Turunnya suatu ayat ada dua macam yaitu:
a.       Ayat-ayat yang Turun Didahului Suatu Sebab
Dalam hal ini, ayat-ayat tasyri’iyyah atau ayat-ayat hukum merupkan ayat-ayat yang turun mempunyai sebab.[4] Sebab-sebab turunnya Al-quran sendiri pada umumnya terjadi suatu peristiwa dalam kalangan muslim atau yang lainnya dan juga pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah yang kemudian diturukan ayat-ayat  Al-quran sebagai jawaban atau sebagai penyelesaian dari masalah yang timbul pada zaman Rasulullah dan para sahabat.
Contoh ayat yang turun didahului pertanyaan yang diajukan para sahabat untuk Rasulillah SAW ialah pada surah Al-Baqarah ayat 222 :

وَيَسْأَلُونَكَعَنِالْمَحِيضِۖقُلْهُوَأَذًىفَاعْتَزِلُواالنِّسَاءَفِيالْمَحِيضِۖوَلَاتَقْرَبُوهُنَّحَتَّىٰيَطْهُرْنَۖفَإِذَاتَطَهَّرْنَفَأْتُوهُنَّمِنْحَيْثُأَمَرَكُمُاللَّهُۚإِنَّاللَّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ

Yang artinya : ‘’Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri’’.[5]
Dimana pada ayat ini menjelaska tentang larangan bagi  wanita yang sedang haid untuk digauli oleh suaminya, karena darah haid merupakan darah kotor dan najis. ‘’Orang –orang Yahudi tidak mau makan dan minum bersama dan mencampuri istrinya yang sedang haid (menstruasi).  Sehubungan dengan kebiasaan orang-orang yahudi yang seperti itu para sahabat mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah SAW, sehingga Allah SWT menurunkan ayat ke-222. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘’Berbuatlah apa saja yang pantas dilakukan oleh sepasang suami istri, kecuali besenggama’’. Berita sabda Rasulullah ini sampai ke telinga orang-orang yahudi, sehingga mereka mengatakan :’’ Orang laki-laki (Muhammad) selalu berkeinginan meninggalkan perbuatan yang telah kita akukan dan hanya selalu membuat perselisihan’’. Usaid bin Hidhir dan Abbad bin Bisyr dating berkata kepada Rasulullah: ‘’ Wahai Rasulullah, orang-orang yahudi mengatakan sesuatu yang tidak baik. Apakah tidak sebaiknya kita meninggalkan mengumpuli istri dikala menstruasi?’’. Mendengar perkataan kedua orang sahabat itu wajah Rasulullah  SAW berubah (marah), sehingga kami menyangka bahwa Rasulullaah  SAW tidak akan menemui lagi dua orang sahabat tersebut. Dua orang sahabat itu kemudian kepada dua oran sahabat itu, sehingga diketahui bahwa beliau tdak marah kepadanya’’. (HR. Ahmad dari Abdirrahman bin Mahdi dari Hmad bin Salamah dari Tsabit dari Anas).[6]
Riwayat ini menerangkan sebuah peristiwa dimana pada zaman dahulu orang-orang yahudi menghindari istrinya yang sedang haid atau menstruasi karena dianggap hal itu merupakan suatu yang kotor. Karena hal ini, para sahabat mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah, dan dengan ini Allah menurunkan ayat ke-222 sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat Rasulullah tersebut, yang kemudian Rasulullah SAW bersabda ;’’Berbuatlah apa yang dilakukan suami dan istri, tapi tidak dijimak.’’ Kemudian sampailah berita ini ditelinga orang-orang yahudi dan mereka mengatakan sesuatu yang tidak baik, kemudia para sahabat yang mengetahui apa yang dikatakan orang-orang yahudi tersebut, bertanyalah mereka, Usaid bin Hidhir dan Abbad bin Basyr kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, dan berpendapat bahwa ‘’apakah tidak sebaiknya kita meninggalkan dan mengumpuli istri ‘’ sekita itu, raut wajah Rasulullah berubah sehingga para sahabat mengira Rasulullah tidak menemui kedua orang sahabat Nabi tersebut hingga suatu hari Rasulullah mengirimkan susu kepada mereka sebagai tanda bahwa Rasulullah tidaklah marah kepadanya.[7]
b.      Ayat-ayat yang Turun Tanpa Didahului Sebab
Tidak semua ayat-ayat Al-quran diturukan dengan sebab seperti ayat-ayat hukum yang mempunyai asbabun nuzul. Pada ayat-ayat yang turun tanpa asbabun nuzul misalnya ayat yang menceritakan hal-ihwal atau Nabi dan umatnya terdahulu, aya-ayat yang menjelaskan tentang hal-hal ghaib hingga ayat-ayat yang menjelaskan sesuatu yang akan terjadi termasuk datangnya hari kiamat serta menggambarkan bagaimana surga dan neraka. Adapun Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang tidak mempunyai asbabun nuzul bertujuan untuk menjadikan petunjuk manusia agar tetap dijalan yang lurus. Ayat-ayat yang menceritakan hal-ihwal tida memiliki asbabun nuzul, kalaupun dikatakan bahwa ayat ini terdapat asbabun nuzulnya maka asbabun nuzulnya hanya memiliki satu motif umum yakni untuk menghibur Nabi Muhammad SAW untuk menguatkan hatinya menghadapi rintangan-rintangan yang begitu keras.[8]
Meski begitu, ada ayat-ayat yang menceritakan tentang kisah atau hal-ihwal yang diturunkan karenan sebab. Misalnya, turunnya surah Yusuf, dimana surah ini turun karena para sahabat sangat berkeinginan serius agar Rasulullah bercerita yang mengandung peringatan dan pelajaran.[9] Maka Allah bermirman:

الرتِلْكَآيَاتُالْكِتَابِالْمُبِينِإِنَّاأَنزلْنَاهُقُرْآنًاعَرَبِيًّالَعَلَّكُمْتَعْقِلُونَنَحْنُنَقُصُّعَلَيْكَأَحْسَنَالْقَصَصِبِمَاأَوْحَيْنَاإِلَيْكَهَذَاالْقُرْآنَوَإِنْكُنْتَمِنْقَبْلِهِلَمِنَالْغَافِلِينَ
(Q.S Yusuf ayat1-3)
Yang artinya :’’ Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik melalui wahyu Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. ‘’
C.    Kegunaan Mempelajari Asbabun Nuzul
Al-Qur’an turun bukan karena tidak ada sebabnya, Al Qur-an ingin merespon berbagai realitas yang terjadi. Hal ini tergambar dari berbagai ayat Al-Qur-an yang turun karena latar belakang kejadian tertentu.[10]  Mempelajari Asbabun Nuzul ada kaitannya dengan memahami Al Qur’an menurut kebanyakan ulama salah satu Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah berkata: “Mengetahui sebab turun ayat membantu unutk memahami ayat Al-Qur’an.”[11]  .Kegunaan- kegunaan itu adalah :
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian di dalam menangkap ayat-ayat Al-Qur’an.  Simaklah firman Allah ini.
وَلِلَّهِالْمَشْرِقُوَالْمَغْرِبُۚفَأَيْنَمَاتُوَلُّوافَثَمَّوَجْهُاللَّهِۚإِنَّاللَّهَوَاسِعٌعَلِيمٌ
Yang artinya :’’Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.’’ (QS. Al-Baqarah : 115)
       Menurut dhahir ayat ini, orang yang salat boleh menghadap ke arah mana saja, sesuai kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak berkewajiban menghadap Ka’bah saat salat, dan dahir ayat itu membolehkan orang menghadap mana saja. Akan tetapi bila kita memahami Asababun Nuzul ayat ini, ternyata tidak demikian. Orang yang shalatnya dibenarkan menghadap mana saja hanyalah orang yang tidak tahu arah kiblat dan kemudian berijtihad. Dalilnya, hadis dari Ibnu Umar. [12]
2. Mengatasi keraguan terhadap ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Misalnya ayat Allah SWT berbunyi:
قُلْلَاأَجِدُفِيمَاأُوحِيَإِلَيَّمُحَرَّمًاعَلَىٰطَاعِمٍيَطْعَمُهُإِلَّاأَنْيَكُونَمَيْتَةًأَوْدَمًامَسْفُوحًاأَوْلَحْمَخِنْزِيرٍفَإِنَّهُرِجْسٌأَوْفِسْقًاأُهِلَّلِغَيْرِاللَّهِبِهِۚفَمَنِاضْطُرَّغَيْرَبَاغٍوَلَاعَادٍفَإِنَّرَبَّكَغَفُورٌرَحِيمٌ
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Anam : 145)
            Menurut Imam Al-Syafi’i, pengertian dimaksud ayat ini tidaklah umum (hashr). Untuk mengatasi kemungkinan ada keraguan dalam memhami ayat ini. Imam Syafi’i menggunakan “alat bantu” Nuzul ayat. Ayat ini, seperti Al Zarqaniy, menurut Imam Syafi’i diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir ynag tidak mau makan kecuali yang sudah mereka halakan. Kebiasaan orang kafir, terutama Yahudi, mengharamkan apa yang dihalalkan Allah SWT dan sebaliknya. Kemudian turunlah ayat 145 surah Al-An’am diatas untuk menetapkan pengharaman dan bukan untuk menetapkan penghalalan makanan yang tidak disebutkan ayat tersebut.
3. Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan. Menurut Marwan, surah Al-Ahqaf, ayat ke 17, diturunkan sehubungan dengan Abd Al-Rahman bin Abu Bakar. Ayat itu berbunyi:
وَالَّذِيقَالَلِوَالِدَيْهِأُفٍّلَكُمَا
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya.....
Untuk meluruskan persoalan, Aisyah mengatakan kepada Marwan:
“Demi Allah,bukan dia-maksudnya bukan Abd Al-Rahman bin Abu Bakar. Dan jika aku mau menyebut namanya (Orang yang menjadi Sabab Nuzul)”
Dengan mengetahui Asbabun Nuzul, persoalan bisa terselesaikan. Seperti kasus pada tuduhan Marwan terhadap Abd Al-Rahman. Nama Abd Al-Rahman bisa tercemar sepanjang sejarah kalau tidak ada keterangan meluruskan dari Aisyah.
            Muhammad Ali Al-Shabuni merangkan faedah mempelajari Asbabun-nuzul adalah sebagai berikut :
            a.         Mengetahui segi hikmah yang mendorong dilaksanakan suatu hukum.
            b.         Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa ibarat  itu dinyatakan berdasarkan sebab khusus.
            c.         Menghindarkan prasangka yang menyatakan arti hashr dlam suatu yang dhahirnya hashr.
            d. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi sebab atau kasur turunnya ayat       serta memberikan ketegasan bila terdapat keraguan. [13]
C. Asbabun Nuzul dalam Prespektif Mikro dan Makro
Asbabun Nuzul Mikro yaitu Serangkaian peristiwa atau kejadian yang melatar belakangi turunnya ayat Al-qur’an.[14] Dalam pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah ayat Al-qur’an itu di turunkan karena ada sebab tertentu, seperti contoh ada suatu peristiwa yang terjadi pada Rasullulah SAW, kemudian untuk merespon dari peristiwa tersebut Allah menurunkan sebuah ayat sebagai jawabannya. Sehingga untuk benar-benar memahami ayat Al-qur’an maka kita perlu untuk memahami sebab-sebab turunnya ayat tersebut.
Namun para ulama’ ahli tafsir berpendapat, bahwa ada juga ayat Al-qur’an yang tidak memiliki asbabun nuzul yaitu ayat yang turun tanpa didahului oleh sebab tertentu seperti ayat yang ada dalam surat Al-Fill, sangat tidak mungkin jika turunnya surat Al-fill itu didahului oleh peristiwa penyerangan pasukan gajah yang dipimpin oleh raja Abraha, karena peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum ayat Al-qur’an diturunkan. selain itu juga terdapat ayat yang menerangkan tentang cerita Nabi terdahulu, alam ghaib, surga dan neraka itu semua juga tidak didahului oleh sebab tertentu. Dengan demikian terdapat banyak ayat dalam Al-qur’an yang tidak memiliki asbabun nuzul.
Dari keterangan yang telah disampaikan diatas terjadi perselisihan pendapat yaitu antara ayat yang tidak memiliki asbabun nuzul dan ayat yang memiliki asbabun nuzul, karena untuk memahami suatu ayat diharuskan untuk memahami asbabun nuzulnya.
Dalam menanggapi perselisihan tersebut Faddlurrahman mengemukakan pendapatnya tentang asbabun nuzul makro yaitu “latar belakang historis masyarakat arab ketika Al-qur’an diturunkan”.[15] Dalam pengertian ini menunjukkan ayat-ayat dalam Al-qur’an yang turunnya tidak didahului oleh peristiwa atau sebab tertentu bukan berarti tidak memiliki asbabun nuzul melainkan termasuk kedalam asbabun nuzul makro, hal ini juga diperkuat dengan pendapatnya  As-Syatibi yang mengemukakan bahwa tujuan dari asbabun nuzul makro ini adalah untuk mengetahui situasi dan kondisi Bangsa Arab meliputi orang yang berbicara, orang yang diajak bicara dan pembicaraannya mereka sendiri.[16]
Dalam menentukan asbabun nuzul ayat-ayat Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk memakai jalur riwayat yang shohih dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun Rasullulah SAW dengan sangat berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman untuk memahami Al-qur’an. Hal ini diperkuat dengan pendapatnya Al-Wahidi yang mengemukakan bahwa tidak boleh berpendapat tentang asbabun nuzul Al-qur’an kecuali dengan jalur riwayat dari orang-orang yang menyaksikan langsung, mengetahui sebab-sebab, dan membahas tentang turunnya ayat Al-qur’an.[17]
D. Penutup
Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa turunnya ayat-ayat Al-quran sebagian didahului sebab-sebab turunnya atau terdapat asbabun nuzulnya, namun tidak semua ayat-ayat yang ada di Al-quran memiliki asbabun. Kegunaan mempelajari asbabun nuzul adalah membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian di dalam menangkap ayat-ayat Al-Qur’an dan sebagai dasar landasan dalam keimanan. Dalam menentukan asbabun nuzul ayat-ayat Al-qur’an, para ulama salaf bersepakat untuk memakai jalur riwayat yang shohih dan shorih dari tabi’in, sahabat, maupun Rasullulah SAW dengan sangat berhati-hati sehingga dapat dijadikan pedoman untuk memahami Al-qur’an.



Daftar Pustaka
Asy-Syaikh Muqbil, Shohih Asbabun Nuzul (Depok : Maktabah Darul Quds,2006),hlm 58
Fauzi Aseri, M. Zainal Abidin, Wardhani, Kesinambungan dan Perubahan dalam Pemikiran Kontemporer Tentang Asbabu Al-Nuzul (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),51

Jalaludin As Suyuti, Lubabun Nuquuli Fii Asbabin Nuzul (Semarang: CV.Asy Syifa’, 1993 ),57

Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA ABDITAMA,1997),hlm 36

Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Quran (Jakarta : CV. Rajawali,1989),hlm 103

Muhammad Abdu al-Adhim al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I, Beiru ; Daar al-Fikr, 1988),110

Nur Fauzin, Tema Kontroversial ‘Ulumul Qur’an (Kediri:CV AZHAR RISALAH,2011),hlm 88

Pan Suaidi, ‘’Asbabun Nuzul : Pengertian, Macam-macam, Redaksi dan Urgensi’’,Jurnal Dharmawangsa Vol.1 No. 1 Juli – Desember,2006,hal.111

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996),49

Syarafuddin, ‘’Ilmu Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Al-quran’’,Jornals.ums Vol.28 No. 1 Mei,2016,hal.85

Catatan:
Uraian asbabun nuzul makro tidak jelas








[1] Nur Fauzin, Tema Kontroversial ‘Ulumul Qur’an (Kediri:CV AZHAR RISALAH,2011),hlm 88
[2] Ibid, hlm 89
[3] Pan Suaidi, ‘’Asbabun Nuzul : Pengertian, Macam-macam, Redaksi dan Urgensi’’,Jurnal Dharmawangsa Vol.1 No. 1 Juli – Desember,2006,hal.111
[4] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA ABDITAMA,1997),hlm 36
[5] Asy-Syaikh Muqbil, Shohih Asbabun Nuzul (Depok : Maktabah Darul Quds,2006),hlm 58
[6] Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-quran (Jakarta : CV. Rajawali,1989),hlm 103
[7] Ibid
[8] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur-an (Surabaya:CV.KARYA ABDITAMA,1997),hlm 38
[9] Ibid, hlm 39
[10]Fauzi Aseri, M. Zainal Abidin, Wardhani, Kesinambungan dan Perubahan dalam Pemikiran Kontemporer Tentang Asbabu Al-Nuzul (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),51
[11]Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996),49

[12]Muhammad Abdu al-Adhim al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I, Beiru ; Daar al-Fikr, 1988),110

[13]Jalaludin As Suyuti, Lubabun Nuquuli Fii Asbabin Nuzul (Semarang: CV.Asy Syifa’, 1993 ),57
[14] Syarafuddin, ‘’Ilmu Asbab An Nuzul Dalam Studi Ilmu Al-quran’’,Jornals.ums Vol.28 No. 1 Mei,2016,hal.85
[15] Ibid
[16] ibid
[17] Nunung Susfita, ‘’Asbabun Nuzul Al-quran Dalam Perspektif Mikro dan Mkro’’,Jurnal UIN mataram Vol.13 No. 1 Desember,2015,hal.71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar