NASIONALISME PERSPEKTIF AL-QUR’AN dan HADIS
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
P.IPS angkatan 2016
Abstract
This
article discusses the nationalism of the perspective of Al-Quran and Hadith. In
his discussion contains about the notions of nationalism, history of
nationalism, and nationalism according to Al-Quran and Hadith. Nationalism is
the principal ideology to build the nation. The early birth of nationalism in
the 15th century AD when the Protestant Reformation movement marked the birth
of the nation states in Europe. Then over time the idea spread to America and
France, followed by Italy and Germany until the development of nationalism
entered ASIA. The birth of nationalism to form a nation so as not to waver, has
a clear objective against the nation, and has the ideology that as the
foundation of the state. Furthermore, nationalism into Indonesia based on who
want to escape from the western colonization, the spirit of nationalism born
from the spirit of the heroes to expel the invaders from the face of the earth.
The subsequent discussion of nationalism is seen from the perspective of
Al-Quran and Hadith, by explaining the notion of nationalism according to
Islamic view.
Keywords: Nasonalism, Al-Quran, and Hadith
Abstrak
Artikel ini membahas tentang nasionalisme
perspektif Al-Quran dan Hadist. Dalam pembahasannya memuat tentang pengertian nasionalisme,
sejarah nasionalisme, dan nasionalisme menurut Al-Quran dan Hadis. Nasionalisme
merupakan pokok idiologi untuk membangun bangsa. Awal kelahiran nasionalisme
pada abad ke 15 Masehi ketika gerakan Reformasi Protestan menandai kelahiran
nation states di Eropa. Kemudian seiring berjalannya waktu paham tersebut
menyebar ke Amerika dan Prancis, di ikuti Itali dan Jerman sampai perkembangan
nasionalisme masuk ASIA . Lahirnya nsionalisme membentuk bangsa agar tidak
goyah, mempunyai tujuan jelas terhadap bangsa, dan memiliki idiologi yang
sebagai landasan bernegara. Selanjutnya nasionalisme masuk ke Indonesia
berdasarkan yang ingin lepas dari penjajahan bangsa barat, semangat
nasionalisme lahir dari semangat para pahlawan untuk mengusir penjajah dari muka
bumi. Pembahasa selanjutnya yaitu nasionalisme yang dilihat dari perpektif
Al-Quran dan Hadist., dengan menkjelaskan pengertian nasionalisme menurut
pandangan Islam.
Kata Kunci: Nasonalisme, Al-Quran, dan Hadist
A.Pendahuluan
Nasionalisme merupakan salah satuunsur
dalam pembinaan kebangsaan atau di sebut nation-building. Dalam proses
pembinaan semua anggota masyarakat
dibentuk agar berwawasan kebangsaan dan berpola tata lakusecara khas
yang mencerminkan budaya maupun ideology. Proses pembinaan kebangsaan memang
unik . namun bagi masyarakat Indonesia
yang plural dan heterogen akan lebih mengedepankan wawasan kebangsaan
yang unsur-unsurnya adalah rasa kebangsaan, faha kebangsaan, dan semangat
kebangsaan atau nasionalisme.
Pada akhirnya kepentingan nasionalisme dikejar
dan di wujudkan dengan semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan perlu
diaktualisasikan karena adanya berbagai imperative regional maupun global. Oleh
sebab itu nasionalisme tidak boleh lepas kendali dan berubah menjadi
chauvinisme, akan tetapi justru memancarkan wataknya yang akomodatif. Semangat
kebangsaan harus dibina agar tidak hanya mampu menumbuhkan ketahanan nasional
saja, akan tetapi juga menjadi endorong terbentuknya ketahanan regional.[1]
Islam mengakui bahwa sang Pencita alam
menjadikan manusi hidup berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa. Namun dalam
islam bahwasanya tidak diperbolehkan menjadikan Nasionalisme yang fanatik. Oleh
karena itu, dalam artikel ini penulis akan berupaya membahas tentang
nasionalisme dalam persektif al-qur’an dan hadis.
B. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme dari kata “nation”memiliki arti bangsa.
Artinya sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat istiadatnya, sama
asal usulnya, sama budayanya. Arti Nasionalisme dalam kamus KBBI adalah paham
(ajar) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, sifat kenasionalan atau
diartikan kesadaran keanggotaan dalam
suatu bangsa yang secara potensial atau aktual besama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integrasi, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa itu, semangat kebangsaan.[2]
Nasionalisme secara konseptual memiliki
makna yang beragam. Ada yang mengartikan nasionalisme sebagai “kulturnation”,
loyalitas etnis dan keinginan menegakkan negara didasarkan identitas budaya,
negara, bahasa dan sebagainya.
Pengertian lain bahwa nasionalisme adalah
suatu identitas kelompok kolektif yang secara emosional mengikat banyak orang
menjadi satu bangsa. Bangsa menjadi sumber rujukan dan ketaatan tertinggi bagi
setiap individu sekaligus identitas nasional.[3]
Para tokoh mendefinisikan arti nasionalisme
berbeda-beda diantaranya :
Menurut soekarno nasionalis merupakan
sekular terhadap agama (islam). Islam jika digunakan sebagai landasan berjuang
justru akan mempersempit ruang bagi perjuangan karena identitas islam akan
menyebabkannya mengabaikan identitas lain seperti suku, ras, dan etnis. Islam
hanya akan menjadikan sebuah dasar idiologi yang mampu menjujung tinggi
kepentingan golongan.
Menurut pendapat Renan, seorang professor
dari Sorbonne, pengertian nasionalisme sebagai suatu gerombolan manusia yang
terikat oleh pengalaman-pengalaman yang satu.
Menurut Ki Hajar Dewantara nasionalisme
mengemukakan rasa kebangsaan yang berasal dari rasa percaya diri, yang menjadi
rasa kekelargan dan menjadi rasa hidup bersama. Kemudian mempersatukan
kepentingan bangsa daripada kepentingan diri sendiri.[4]
Menurut Anderson, Nasionalisme adalah
sebuah komunitas politik berbayang sebagai kesatuan yang terbatas dan kekuasaan
tertinggi.[5]
Menurut Smith, pengertian nasionalisme
adalah idiologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya
mempertinggi keberadaannya.
Menurut Hyman adanya nsionalisme, rakyat
dapat meyakini bahwa bangsanya adalah penting. Nasionalisme juga merupakan kata
yang dimegerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air.[6]
Hans Kohn mendefinisikan Nasionalisme
sebagai suatu keadaan pikiran yang di dalamnya kesetiaan tertinggi dari seorang
individu dirasakan bagi negara bangsanya.
Joseph Ernest Renan, mengemukakan bahwa munculnya
satu bangsa adalah karena satu kelompok manusia yang mau bersatu, di mana
syarat persatuan itu adalah kehendak untuk bersatu.
Menurut Otto Bauer, paham bangsa muncul
karena persamaan perangai dan tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan
nasib yang sama.[7]
Dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa
nasionalaisme adalah suatu sikap yang mementingkan kebangsaan diatas segalanya atau
dengan kata lain seseorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi akan
lebih memahami dan mengharagai nilai-nilai kebangsaan dan memiliki semangat
yang tinggi.[8]
B. Sejarah Nasionalisme
Benedict
Anderson mengatakan bahwa pada abad ke 15 gerakan Reformasi Protestan menandai
kelahiran kesadaran nation states di Eropa, dari gerakan tersebut
akhirnya melahirkan paham liberalisme. Berkembangnya paham liberalisme selepas
gerakan reformasi Protestan tersebut akhirnya melahirkan paham baru, yaitu
paham nasionalisme. Ada yang berpendapat bahwa paham nasionalisme pertama kali
muncul di Inggris dan menjadi cikal bakal nasionalisme Barat karena Inggris
unggul dalam penemuan – penemuan ilmiah, perdagangan, perkembangan, pemikiran,
serta aktivitas politik.
Kemudianmunculnya
nasionalisme di Amerika dan Perancis (Revolusi Perancis) merupakan perkembangan
lebih lanjut dari nasionalisme Inggris. Negara- negara terkemuka Eropa lainnya
seperti Jerman dan Italia yang masing-masing dari negara tersebut dipimpin oleh
Otto van Bismarck dan Giuseppe Garibaldi, lahir sebagai nation states yang
lebih terlambat, yaitu awal tahun 1870-an.
Jika
sebelumnya nasionalisme Eropa lekat dengan liberalisme. lambat laun ia berubah
menjadi kekuatan kolonialis-imperialis yang ekspansif. Inggris dan Perancis
saling berlomba menaklukkan wilayah-wilayah di benua lain untuk mengeksploitasi
wilayah yang ditaklukkannya.Hingga akhirnya terjadilah persaingan antarkedua
kekuatan kolonial ini diberbagai benua, terutama di Asia dan di Afrika. Di
Perancis sendiri, revolusi pada tahun 1789 yang dijiwai oleh semboyan Liberte,
Egalite, dan Fraternite (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan) menjadi
surut karena kediktatoran Napoleon Bonaparte, yang kemudian diangkat menjadi
kaisar Napoleon I. Nasionalisme liberal Perancis pun berakhir dan dilanjutkan
dengan nasionalisme imperialistik.
Sedangkan
nasionalisme di Jerman diwarnai dengan Pan-Jermanisme sekaligus anti Semitisme.
Tujuannya adalah mengumpulkan semua orang dari nasionalitas Jerman dan semua
Kawasan di Eropa bersama-sama dalam satu negara dimana anasir Jerman
mendominasi. Daniel Dhakidae menyebutkan bahwa merumuskan nation sebagai
suatu kepentingan politik adalah kesalahan yang fatal dan berbahaya.Sebab
Hitler melakukan kesalahan itu ketika merumuskan nasionalisme Jerman dalam arti
kesatuan bangsa berdasarkan tanah dan darah (Enie Nation von Boden und Blut).
Artinya semua yang sedarah Jerman dari ras Aria
adalah bangsa Jerman. Semua yang setanah adalah Jerman dan semuanya
adalah “kolektivitas politik” yang harus berada di bawah ein Fuehrer sehingga
timbulah rasisme dan etnis Yahudi sebagai korbannya.
Berhembusnya angin nasionalisme yang
sedemikian kencang di Eropa pada abad ke-19 mempengaruhi monarki monarki besar
pada saat itu yang bersifat multi nasional untuk menemukan identitas nasional
masing-masing. Pada dasarnya monarki monarki besar ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kebangsaan. Sudah lazim bahwa dinasti dinasti dari monarki
itu melakukan pernikahan antar dinasti yang melintas bangsa. WangsaRomanov (yang
secara kebangsaan adalah Rusia) memerintah orang-orang Tartar Jerman dan Armenia
serta orang-orang Rusia dan Finlandia. Wangsa Romanov melakukan “naturalisasi”
dengan upaya untuk menyatukan bangsa dengan kerajaan dinasti yang disebut
sebagai nasionalisme-resmi melalui Rusifikasi atau Rusia-an. Rusifikasi yang
digagas oleh Pangeran Sergei Uvarov pada tahun 1832 ini dilaksanankan melalui
penggunaan bahasa Rusia sebagai Bahasa kerajaan dalam wilayah Rusia yang secara
alamiah adalah lintas bangsa ini.[9]
Nasionalisme di Negara-negara Jajahan
Ketika nasionalisme muncul di Eropa Barat,
wacana nasionalisme di kawasan lain belum muncul. Model kekuasaan politik di
eropa, terutama di Asia dan di Eropa juga memiliki kesamaan dengan model
imperium yang bersifat dinasti. Dengan kata lain kesamaan tersebut didasarkan
oleh identitas-identitas kultural dan religius.Di timur tengah, kekuasaan
politik yang berkembang paska pemerintahan nabi Muhammad dan Khilafah adalah
imperium yang lintas batas kultural.Beberapa wilayah kekuasaan imperium - imperium
itu memiliki penduduk yang multi-agama dan multi-kultur. Seperti di Andalusia Semenanjung
Balkan dan India utara. Sementara di Afrika kekuasaan politik yang dibangun
lebih merincikan etnisitas atau kesukuan, ada beberapa di antaranya bercampur
dengan identitas religius atau agama. Kesadaran terhadap suatu identitas baru
merebak ketika ada kebutuhan untuk menghadapi penetrasi barat di negeri-negeri Asia,
Afrika dan Amerika latin. Emerson menyebutkan paling tidak ada dua faktor
penyebab timbulnya nasionalisme di negara-negara jajahan.
Pertama,terlalulama masyarakat hancur oleh
pengaruh dan penjajahan barat dalam bentuk pembangunan administrasi dan
institusi ekonomi modern di samping tekanan terhadap penduduk asli, semakin
kuat dan lengkap pula perasaan nasionalisme masyarakat bersangkutan. Kedua,
tampilnya elitberpendidikan barat. Para elit ini, sebagai kaum terdidik dan
profesional yang menerjemahkan pengalaman-pengalaman nasionalis mereka dan
ideologi barat ke tingkat lokal, menjadi pusat kristalisasi rasa ketidakpuasan
masyarakat terhadap penguasaan kolonial.
Di Asia, Afrika dan Amerika Latin mulai
disadari bahwa nasionalisme merupakan suatu gerakan perjuangan rakyat yang
modern dan berperan penting dalam membangun suatu kekuatan bangsa melawan
kolonialisme bangsa Eropa Barat sekaligus dalam rangka mendirikan suatu negara
dan pemerintahannya.Tokoh yang memimpin gerakan itu dapat dikatakan merupakan
tokoh pergerakan nasional yang berlatar belakang pendidikan barat. SepertiMahatma
Gandhi dan Alif ali jinnah dari India. Di Filipina adaQuezon dan Rosmina. Luang
Pradit di Thailand merupakan pengacara didikan diParis dan Pibul Songgram yang mempelajari
bidang kemiliteran di Perancis.Di Indonesia sendiri adaSoekarno yang mana
adalah seorang insinyur,Muhammad Hatta adalah seorang mahasiswa di belanda dan Sutan
Syahrir adalah intelektual didikan belanda dan penulis yang akrab dengan dunia
dan pemikiran barat.[10]
Nasionalisme di Amerika Latin
Di negara-negara Amerika Latin, orang-orang Kreol tampil sebagai pelopor
gerakan nationalis. Mereka ini adalah orang yang mewarisi darah Eropa namun dia
sendiri dilahirkan di benua Amerika. Walaupun mereka memiliki darah eropa,
orang-orangKreol tetap mengalami diskriminasi dalam struktur birokrasi pemerintah
kolonial kaum peninsulares ( koloni Spanyol). Kolonialisme Spanyol dan Portugal
di Amerika Latin menghasilkan suatu stratifikasi sosial masyarakat kolonial
setempat yang menempatkan koloni Spanyol dan Portugis berada dibucuk hierarki.
Di bawahnya berturut-turut adalah orang Kreol, dan yang paling bawah adalah
orang Indian sebagai bumiputera. Wilayah-wilayah kekuasaan Spanyol di Amerika Latin
pada masa kolonial meliputi wilayah Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah.Kemudian
daerah kekuasaan lainnya adalah meliputi Venezuela,Kolombia dan Ekuador. Di
wilayah Peru sendiri meliputi Peru dan Chile.Perwakilan Mahkota Spanyol di La Plata
adalah meliputi Argentina,Paraguai,Uruguay dan Bolivia sekarang. Satu-satunya
wilayah kekuasaan mahkota Portugal adalah perwakilan Mahkota di Brazil.
Bahasa, agama, silsilah dan adat istiadat
orang Kreol dan peninsular memang sama, akantetapi hanya orang Peninsularlah
yang berhak untuk menduduki jabatan tertinggi sebagai wakil mahkota.Dari latar
belakang tersebut akhirnya orang Kreol timbul perasaan yang tidak puas dan
merasa didiskriminasi. Dari ketidakpuasan ini timbul perasaan identitas sebagai
orang Amerika. Kemudian lahirlah tokoh-tokoh nasionalis dengan tokohnya yang
terkenal Simon Bolivar. Ia memerdekakan Kolombia Raya dari orang-orang
peninsular (Spanyol) yang kemudian terpecah-pecah menjadi Kolombia, Venezuela
dan Ekuador. Di Argentina sendiri muncul
Jose de san Martin sebagai tokoh nasionalisme dan Chile tampil Bernando
O Higgins.Oleh mereka negara-negara Amerika Latin merdeka dari Spanyol lewat
revolusi bersenjata. Brazil yang menjadi jajahan Portugal meraih kemerdekaannya
dengan damai karena kekuatan militer kolonial Portugal tidak sekuatSpanyol sehingga
orang-orang Kreol dengan mudah mengambil alih kekuasaan colonial Portugis.
Faktor lain adalah karena putra mahkota portugal yang memerintah Brazil justru
memproklamasikan dirinya sebagai kasiar Brazildengan gelar Predo I.
Faktor luar juga berpengaruh terhadap
perjuangan pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin. Pada tahun 1808 napoleon
bonaparte menduduki spanyol dan menunjukkan saudaranya kejadian ini memicu
koloni-koloni spanyol untuk memberontak. Sehingga orang-orang kreol memandang
adanya kekosongan kekuasaan dan mengambil alih pemerintahan kota. Pemberontakan
yang dimotori orang-orang kaya kreol terjadi di berbagai kota antara lain di
buenos aires dan cara tes.
Di provinsi spanyol baru orang-orang kreol
melancarkan pemberontakan yang dilakukan bersama-sama dengan orang-orang
indian. Misalnya pada tahun 1808Napoleon Bonaparte menduduki Spanyol dan
mendudukan saudaranya, Joseph pada tahta Spanyol. Hai ini memicu pemberontakan
pada koloni-koloni Spanyol. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang
Kreol untuk mengambil alih kekuasaan. Pemberontakan yang dilakukan oleh
orang-orang Kreol terjadi di berbagai kota. Diantaranya adalah kota
Buernos Aires dan Caracas.
Di provinsi Spanyol Baru, orang-orang
Kreol melancarkan pemberontakan yang dilakukan bersama-sama dengan orang-orang
Indian. di bawah pimpinan Miguel Hidalgo, mereka menyerbu masuk ke kota
guanajuato lalu membunuh 500 tentara spanyol di gedung walikota. Kemudian pada
awal 1801 Hidalgo tertangkap dan kemudian dieksekusi oleh pasukan tentara Spanyol
di Chihuahua. Kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Morelos. Ia mendukung
pembebasan orang orang indian dari perbudakan serta menuntut reformasi agraria.Ia
juga menekankan bahwa warga negara berhak memilih bentuk pemerintahan mereka
hingga akhirnya Morelos merumuskan gambaran sebuah pemerintahan baru oleh
seluruh pendudukkecuali peninsulares, tidak akan ada lagi struktur masyarakat
berdasarkan Indian mulato atau kasta.Akan tetapi seluruhnya akan disebut
sebagai bangsa Amerika.Morales menggabungkan rasionalisme dengan komitmen pada
persamaan sosial dan rasial.
Dengan demikian munculah perasaan mendua
yang muncul dalam nasionalisme Amerika Spanyol awal dengan wataknya yang jauh
menjangkau sifat particular-lokal yang telah tercampur.Artinya telah timbul
perasaan solidaritas Amerika Latin sekaligus perasaan kebangsaan yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk nasional states.[11]
Nasionalisme di Asia Tenggara
Diantara negara-negara Asia Tenggara
gerakan kaum nasionalis untuk memperoleh kemerdekaan secara signifikan terjadi
di Indonesia,Vietnam,Burma dan Filipina.DGEHall menyebut bahwa gerakan gerakan
nasional yang telah mencapai intensitas yang tinggi baik di Burma,Indonesia dan
Indocina dengan sangat kuat telah dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan di
mana-mana di Asia.Pemberontakan boxer tahun 1899 di china.Munculnya Jepang dan
kekalahan Rusia yang mencolok tahun 1905. Revolusi Tiongkok tahun 1911 dan pembentukanPartai
Kuomintang oleh Sun Yat Sen ketua partai suara yang semakin bertambah di
kongres nasional India serta bangkitnya Mohandas Karamchand Gandhi dan
kelancaran gerakan non koperasi yang melawan kekuatan inggris di India, membangkitkan antusiasme mereka dengan
pengertian Asia tengah melepaskan belenggunya.
Sedangkan di Indonesia kaum nasionalis
indonesia pertama adalah mereka yang beruntung dapat menikmati pendidikan
berkat politik etis pemerintah kolonial Hindia Belanda yang resmi berjalan pada
tahun 1901. Dari merekalah gagasan nasionalisme muncul untuk pertama kalinya dan
episode perjuangan kemerdekaan nasional di indonesia pun dimulai.Gerakan
nasionalisme di Indocina berpusat di Vietnam.Mereka mempunyai tradisi nasionalisme
yang bermula dari perjuangan kemerdekaannya yang panjang melawan Cina. Kaum nasionalis
di vietnam yang tampil melawan kolonialisme perancis sendiri merupakan produk
pendidikan perancis sendiri. Organisasi Viet Minh pada tahun 1939 menjadi ujung
tombak gerakan nasional selama kurun waktu pendudukan Jepang.
Di Burma gerakan nasionalis berpusat di pusat-pusat
kota menghadapi kesulitan dalam menggerakkan suatu mayoritas politik. Dalam
masa penjajahan inggris tidak terdapat partai atau organisasi antikolonial
etnik. Samapi menjelang kemerdekaannya, Burma masih menghadapi masalah
integrase nasional.
Sementara itu kolonialisme Spanyol di Filipina
menghasilkan pola yang mirip dengan Amerika Latin yang dicirikan oleh sistem
feodalism tanah yang menampilkan tuan-tuan tanah yang menguasai perkebunan
besar di pedesaan dengan kompleks perumahannya.Keadaan ekonomi orang-orang Mestizo
yang relatif baik membawa para pemuda untuk belajar di eropa pada dasawarsa
1980-an dan menjadikan mereka kelompok cendekiawan yang pertama di daerah
koloni dan memulai suatu serangan budaya terhadap klerikarisme dan terhadap
dominasi politik spanyol.<ereka membuka konsolidasi atas kesadaran sendiri
mengenai suatu strata Mestizo Filipina raya.Di mana para sesepuh mereka telah
membentuk kelompok kelompok penguasa lokal di provinsi yang berserakan. Orang-orang
inilah yang pada akhir abad tersebut mulai menyebut dirinya sebagai kaum “Filipino”
suatu istilah yang hingga saat iti menjadi cikal bakal kaum KreolSpanyol.Bahasa
Tagalog yang saat itu hanya dimengerti oleh penduduk Luzon Tengah dan Selatan
dipakai sebagai alat artikulasi dan agregasi aspirasi kaum nationalis Filipina,
sekaligus penanaman identitas nasional sebagai filipino atau orang filipina.
Dan Bahasa tagalog menjadi Bahasa resmi Filipina.
Nasionalisme di
Afrika
Ekspansi
Eropa pertama kali di Benua Afrika terjadi pada abad ke 15, dimulai oleh
Portugal dan disusul oleh negara-negara eropa lainnya. Mula-mula, orang-orang Eropa
datang terutama untuk berdagang. Mereka cukup puas dengan menempati garis-garis
pantai Afrika. Sampai abad ke-19 sebagian kecil afrika berada dibawah kekuasaan
Eropa. Kolonialisasi Afrika berjalan
intensif setelah terselenggaranya Kongres Berlin (1884-1885) dimana dasar-dasar
aturan yang memungkinkan kekuatan-kekuatan Eropa saling membagi Afrika sebagai
daerah kekuasaan diletakkan.
Kelahiran
nasionalisme di afrika memiliki kemiripan dengan nasionalisme di
Asia.Pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial menghasilkan elit
berpendidikan baru. Mereka berperan besar dalam menyuarakan kemerdekaan mereka terhadap penjajah.[12]
C. Nasionalisme dalam Perspektif Islam dan
Hadits
Di
dunia Islam studi nasionalisme berasal dari Kawasan timur tengah terutama Turki
dan Arab. Banyak kalangan terpelajar dari Arab maupun Turki yang belajar di
beberapa universitas Eropa yang kembali dating ketanah kelahiran mereka dengan
membawa konsep-konsep baru nasionalisme. Konsep Eropa tentang tanah air
“patria” mulai mempengaruhi kata “wathan” dalam penyebutan Arab dan “vatan”
dalam penyebutan Turki. Kata tersebut memberi pengertian baru pada “pengertian
politik” konsep tanah air. Para pelajar percaya terhadap kemajuan peradaban
Eropa karena kuatnya patriotism yang dimiliki individu dan masyarakat terhadap
negara mereka masing-masing.
Perdebatan
tentang nasionalisme sesungguhnya di awali oleh gagas pan-Iislamisme sebelumnya
yang oleh Al-Afghani dan Abduh. Menurut mereka runtuhnya islam bukanlah
kelemahan internal kaum muslim melainkan inperialisme agresif oleh Kristen
Eropa. Untuk mengfhancurkan kaum muslim dan memperbudak mereka
Kekosongan
wacana dikalangan dunia islam memacu beberapa pemikir Arab dan Turki. Hal itu
merujuk kepada nasionalisme yang murni berwatak Eropa yang Moderen dan secular.
Di Mesir munculah tokoh bernama Abdul Rahman Al Kawakibi yang digadang-gadang
sebagai ideolog utama nasionalisme Arab xsedangkan di Turki ada Ziya gokalp.
Perumus pertama nasionalisme Turki. Keduanya mengambil gagasan nasionalisme
dari sumber yang sama yaitu Eropa. Mereka yakin bahwa nasionalisme eropalah
yang dapat dijadikan sebagai pemicu perubahan social dan politik di dunia
islam. Dengan itu di harapan kondisi umat islam dapat bersaing dengan kekuatan
Eropa. Akan tetapi arah pendekatan itu berbeda.
Berkembangnya
nasionalisme model barat telah berimplikasi sangat jauh dengan tatanan islam.
Format negara dan bangsa dipaksakan sebagai satu-satunya model pemerintahan
dalam dunia internasional. Akibatnya dunia islam terpecah-pecah menjadi negara
nasional yang tidak lagi bersumber pada hukum islam yang baku. Dan akhirnya
negara kaum muslim ini juga gagal menggalang solidaritas internasional yang
efektif dikalangan mereka ketika menghadapi kekuatan barat.
Basis
kekuatan negara dan bangsa yang berpatok pada etnisitas, kultur, bangsa dan
wilayah telah mengabaikan kategori religious sebagai sebuah ikatan social dalam
kaum muslim. Absennya iman (islam) dalam perumusan nasionalisme inilah yang
menimbulkan kritikan pedas oleh kalangan aktifis islam. Mereka percaya bahwa
inilah yang menyebabkan lemahnya dunia islam yaitu “nasionalisme”. Muhammad Ali
Naqfi menyatakan dengan tegas bahwa nasionalisme tidak kompetibel dengan islam
karena keduanya berlawanan secara idiologis. Hal itu sama sekali ditolak islam.
Basis-basis nasionalisme umumnya hanya
bersifat local, sedangkan islam mempunyai tujuan kesatuan universal atau
menyeluruh. Alasan lain bahwa nasionalisme itu berkaitan erat dengan
sekularisme. Naqfi berpendapat jika islam bangkit maka nasionalisme padam
begitupun sebaliknya saat nasionalisme bangkit maka kekalahan islam.
Abdul
Aziz bin Baz memperkuat argument di atas dengan
menyatakan bahwa nasionalisme adalah taktik-taktik jahiliyah yang jauh dari
nilai-nilai islam. Dengan mengutip al-Quran. Baz menyatakan kriteria yang ada dalam nasionalisme adalah bahwa tidak ada keistimewaan satu kelompok sosial yang
berdasarkan darah etnis budaya dan ras atas kelompok lainnya. Semuanya setara
dihadapan Allah baik Arab maupun Ajam.
Kecaman-kecaman
aktivis Islam ini yang menolak sama sekali apa yang berkenaan dengan
nasionalisme telah menempatkan Islam vis a vis dengan nasionalisme. Mereka
merumuskan ulang konsep islam kontemporer dengan mencoba menggali segi baik
nasionalisme dan mengambilnya sebagai salah satu model perjuangan nasionalisme
dan mengambilnya sebagai salah satu model perjuangan. Jadi mereka berusaha
menempatkan nasionalisme setelah di diskrining sebagai salah satu alat
perjuangan untuk mencapai cita-cita umat islam. Mereka sadar bahwa kebangkitan
islam global dapat dimulai dari negara-negara nasional yang telah berdasar
islam.
Kemudian
salah satu tokoh Hasan al-banna membedakan antara konsep al-wathoniyah dan
al-qawmiyah dalam menjelaskan arti kebangsaan. Alwathoniyah setara dengan kata
patriotisme yang berarti cinta tanah air. Sedangkan al qawmiyah lebih merujuk
sebagai nasionalisme rasa berbangsa dan bernegara. Konsep ini mengacu pada
sekelompok orang yang disatukan oleh satu ideologi visi dan aspirasi tertentu
untuk mencapai tujuan bersama.Dalam kaidah Ushul Fiqih Albanna melakukan apa
yang dikenal dengan memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang
lebih baik . Unsur-unsur terbaik dari patriotisme atau nasionalisme diserap dan
dirumuskan untuk menjadi alat perjuangan kebangkitan islam. [13]
Dari pendapat para
cendekiawan muslim diatas Al-Quran sendiri berbicara cinta manusia pada negerinya
sebagai penyelaras terhadap kehidupannya.Oleh sebab
itu pengusiran dari negeri sendiri sama dengan pembunuhan yang mengeluarkan
manusia dari kehidupannya. Al-Quran menjadikan kemerdekaan negara dan kebebasannya
adalah merupakan wujud cinta terhadap tanah air serta perjuangan para pahlawan
dalam membela tanah airnya. Alquran menyatakan pada surat al-Baqarah ayat 243-244.
۞أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ
لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى
النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ۞وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ۞
Artinya : “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung
halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman
kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya
Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur. Dan berperanglah kamu di jalan Allah, dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Depag.RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, 2002:
49-50).
Muhammad Abduh
berpendapat bahwa ayat ini tidak lain berbicara tentang salah satu sunnatullah
pada komunitas manusia yang tidak berubah dan tidak berganti. Sebab kehidupan
bangsa-bangsa bergantung pada vitalitas nasionalismenya yang menjamin
kemerdekaan dan kehidupan negerinya. Kematian bangsa-bangsa bergantung pada
kematian nasionalisme pada negeri tempat mereka hidup itu.[14]
Lebih Jauh Hasan al-Banna menguraikan perspektif nasionalisme dalam Islam.
Ada beberapa tipe yang beliau sebutkan, diantaranya :
Pertama, Nasionalisme Kerinduan. Jika nasionalisme biasa diartikan cinta
tanah air dan rindu terhadapnya. Lebih dari itu Islam juga menganjurkan demikian.
Sesungguhnya Bilal telah mengorbankan segalanya demi imannya,Bilal juga pernah
suatu ketika di Madinah menyenandungkan bait-bait puisi kerinduan akan Makkah,
tanah asalnya.
Kedua, Nasionalisme kehormatan dan kebebasan. Nasionalisme
yang dimaksud adalah keharusan berjuang membebaskan tanah air dari cengkraman
imperialisme maka kita pun sepakat tentang itu. Islam telah menegaskan perintah
itu dengan tegas - tegasnya. Allah SWT berfirman :
ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ
وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya : Mereka berkata: "Sesungguhnya jika
kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi
Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik
itu tiada mengetahui. (Al-Munafiqun : 8)
Dalam ayat lain disebutkan,
ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ
اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Artinya : dan Allah sekali-kali tidak akan memberi
jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
(An-Nisaa’ :141)
Ketiga,Nasionalisme kemasyarakatan. Jika yang mereka
maksudkan dengan nasionalisme adalah memperkuat ikatan kekeluargaan antar
anggota masyarakat maka di sini pun kita sepakat untuk mereka. Islam bahkan
menganggap itu sebagai kewajiban. Rasulullah SAW bersabda,
“Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Lihat pula Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ
لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ
أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ
الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali
Imran : 118)
Keempat nasionalisme pembebasan. Jika yang mereka
maksudkan dengan nasionalisme adalah membebaskan negeri negeri lain maka itu
pun telah diwajibkan dalam islam. Islam akan mengarahkan para pasukan pembebas
untuk melakukan pembebasan yang paling berbekas.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ
فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Artinya : Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah
lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka
berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali
terhadap orang-orang yang zalim.(al-Baqarah: 193).
Sekarang
jika kita melihat para tokoh pengaruh nasionalisme dari kalangan radikal
sekuler di antara mereka, kita sepakat dengan mereka tentang nasionalisme
menurut mereka yang mana “nasionalisme dapat mendatangkan manfaat bagi manusia
dan tanah airnya”. Nasionalisme menurut mereka tidak lebih dari kenyataan bahwa
ia merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan ajaran Islam yang agung. Yang
membedakan Islam dengan mereka adalah bahwa batasan nasionalisme bagi Islam ditentukan
oleh batasan iman. Sementara pada mereka batasan paham itu ditentukan oleh
teritorial wilayah negara dan batasan geografis semata. BagiIslam, setiap
jengkal tanah di bumi ini dimana di atasnya ada seorang muslim mengucapkan Laa
IllahaIllallah maka itulah tanah air Islam.
Bagi Kaum
nationalis semua orang yang ada di luar batas tanah tumpah darahnya sama sekali
tidak dipedulikan. Mereka hanya mengurus apa yang terkait di dalam batas
wilayahnya.Islam sama sekali tidak membenarkan itu. Islam menginginkan kekuatan
dan kemaslahatan untuk semua bangsa-bangsa muslim tanpa peduli batasan-batasan
wilayah. Sementara kaum nasionalis menganggap yang demikian itu sebagai suatu
kewajaran. Demikianlah yang kemudian membuat ikatan di antara kaum muslimin
menjadi renggang dan kekuatannya pun lemah hingga musuh mendapatkan kesempatan
emas untuk menghancurkan melalui tangan saudara islam kita sendiri.
Hasan al-Banna mengingatkan tentang betapa rapuhnya
dan yang mengatakan bahwa seruan kepada islam hanya merusak persatuan bangsa
yang terdiri dari berbagai aliran dan agama. Sesungguhnya islam sebagai agama
persatuan dan persamaan telah menjamin kekuatan ikatan itu selama masyarakat
dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.[15]
D. PENUTUP
Nasionalisme biasa di artikan bangsa
(nation) yaitu sekumpulan manusia yang sama bahasanya sama adat istiadatnya
(budaya), sama latar belakangnya, dan sama tempat tinggalnya. Nasionalisme adalah syarat yang tidak bisa ditolak untuk
mewujutkan kesejahteraan bangsa.
Nasionalisme
merupakan gejala modern yang muncul pertama kali pada abad ke 15 di eropa
tepatnya di Inggis.Seiring berjalannya waktu paham nasioanalisme menyebar ke
amerika dan prancis, kemudian diikuti Italia dan Jerman. Kemudian lahirnya
paham nasionalisme digunakan oleh Inggris dan Prancis untuk menduduki wilayah
di Asia dan Afrika. Kemudian dari nasionalisme menjadi politik kolonialisme dan
imperialism. Perkembangan lebih lanjut kedika di Asia, Afrika, Amerika Latin
yang dijajah bangsa Eropa Barat. Sehingga merasa bahwa bangsa yang dijajah
membutuhkan kemerdekaan. Dan bangsa yang dijajah merasa senasib seperjuangan
akhirnya bangsa yang di jajah memberontak dan melawan untukmerdeka.
Sedangkan jika memandang nasionalisme dalam perspektif
islam para tokoh islam berpendapat bahwa nasionalisme yang dimaksud oleh
orang-orang nasionalis sekuleris liberal tidak lebih
dari kenyataan bahwa ia merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan ajaran Islam
yang agung. Nasionalisme menurut paham
mereka itu ditentukan oleh teritorial wilayah negara dan
batasan geografis semata.Yang membedakan Islam dengan mereka adalah bahwa
batasan nasionalisme bagi Islam ditentukan oleh batasan iman. BagiIslam, setiap jengkal tanah di bumi ini
dimana di atasnya ada seorang muslim mengucapkan Laa IllahaIllallah maka itulah
tanah air Islam. Dengan kata lain
bahwa islam tidak mengenal Batasan wilayah, karena Islam bersifat
universal.Berbanding terbalik dengan paham nasionalisme yang identic dengan
cinta tanah air yang berlingkup pada Batasan wilayah tertentu.
Foot Note
[1]Ichlasul Amal, Armaidy Armawi, Regionalisme,
Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional, (Yogyakarta:Gajahmada University Press),
hal 11-13
[1]Kamus KBBI
[1]Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan
dalam Teropong, Jurnal Mozaik Vol 3 No.3, Juli 2008, hlm 2-3.
[1]Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionlisme, (Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57-58
[1] Grendi
Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi “Hilangnya Semangat Kebangsaan
dalam Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007, hlm 4
[1]Ibid, hal 8
[1]Zetty Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN
DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, Universum vol 10 No.1 Januari 2016.
[1]Dwi Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme,
FKIP UMP 2013, hlm 8-9
[1]Islam dan Nasionalisme, hlm 4-8.
[1]Ibid, hlm 8-11.
[1]Ibid, hlm 11-14.
[1]Ibid, hlm 14-18.
[1]Ibid, hlm 185-192.
[1] Mugiyono, RELASI
NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah
Palembang).
[1]Islam dan Nasionalisme, hlm 193-198.
Daftar Pustaka
Amal, Ichlasul,
Armaidy Armawi, Regionalisme, Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional,
(Yogyakarta:Gajahmada University Press).
Kamus KBBI
Ita Mutiara
Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong, (Jurnal Mozaik Vol 3
No.3, Juli 2008)
Adhyaksa
Dault, Islam dan Nasionlisme, (Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57-58
Grendi Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi,(“Hilangnya Semangat Kebangsaan dalam
Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007).
Zetty
Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, (Universum
vol 10 No.1 Januari 2016).
Dwi
Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme, (FKIP UMP 2013).
Mugiyono, RELASI NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang).
Catatan:
1.
Similarity 26%.
2.
Footnote dan
daftar pustaka perlu dirapikan.
3.
Untuk menemukan
nasionalisme dalam Islam, jangan hanya menggunakan Hasan al-Banna, tapi baca
karya Quraysh Shihab dan jurnal-jurnal yang mengkaji nasionalisme dari sudut
pandang Alquran dan hadis.
[1]Ichlasul Amal, Armaidy Armawi, Regionalisme,
Nasionalisme, dan Ketahanan Nasional, (Yogyakarta:Gajahmada University Press),
hal 11-13
[2]Kamus KBBI
[3]Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan
dalam Teropong, Jurnal Mozaik Vol 3 No.3, Juli 2008, hlm 2-3.
[5] Grendi
Hendrastomo, Nasionalisme vs Globalisasi “Hilangnya Semangat Kebangsaan
dalam Peradaban Modern” Jurnal DIMENSIA, Volume 1, No 1, Maret 2007, hlm 4
[7]Zetty Azizatun Ni’mah, DISKURSUS NASIONALISME DAN
DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM, Universum vol 10 No.1 Januari 2016.
[8]Dwi Rahmawati, Peningkatan Rasa Nasionalisme,
FKIP UMP 2013, hlm 8-9
[13]Ibid, hlm 185-192.
[14] Mugiyono, RELASI
NASIONALISME DAN ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
GLOBAL,( Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden
Fatah Palembang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar