TAKHRIJ
AL-HADIS
Fani
Khikmia Tsani
Izatun Ni’mah
Ahmad
Muzadi Kirom
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas D
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
E-mail : fanikhikmiatsani@gmail.com
Abstract
This article discusses takrij al-hadis. Takhrij al-hadis is one of the
methods in the activity of Hadith research to trace or search the hadiths in
various Hadith books as the original source of the hadith, in which there is
matan and sanad according to the hadith to be studied. The benefit of takhrij
al-hadis is simply to know the origin, sanad and matan hadith to be studied. In
the activities of takhrij al-hadis, there are several methods, namely through the
introduction of the Sahabah Hadith's name, through the introduction of the
early lafadz or matan of a hadith, through the introduction of the topics
contained in the hadith matan, through certain observations contained in a
hadith, through the introduction of words which is part of the matan hadith.
Takhrij can be done in two ways, namely conventionally by using the book
Al-Mu'jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi by A. J Wensick, and using
Maus al Hasith al Sharif: al kutub al Tis'ah version 2.
Keyword : Takhrij,
al-Hadis, Sanad, Matan
Abstrak
Artikel ini membahas
tentang takrij al-hadis. Takhrij al-hadis adalah salah satu metode dalam
kegiatan penelitian hadis untuk menelusuri
atau mencari hadis pada berbagai kitab-kitab
hadis sebagai sumber asli dari hadis yang tersebut, yang di dalamnya terdapat
matan
dan sanad sesuai dengan hadis yang akan diteliti. Manfaatnya takhrij
al-hadis secara sederhana adalah untuk mengetahui asal usul, sanad dan matan
hadis yang akan diteliti. Dalam kegiatan
takhrij al-hadis, terdapat beberapa metode yaitu melalui pengenalan nama
Sahabat perawi hadis, melalui pengenalan awal lafadz atau matan suatu hadis,
melalui pengenalan topik yang terkandung dalam matan hadis, melalui pengamatan
tertentu yang terdapat dalam suatu hadis, melalui pengenalan kata-kata yang
merupakan bagian dari matan hadis.
Takhrij dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara konvensional
dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya A.J Wensick, dan menggunakan Software
Mausuat al hadith al Sharif : al kutub al Tis’ah versi 2.
Kata Kunci : Takhrij,
al-Hadis, Sanad, Matan
A. Pendahuluan
Ilmu
hadis adalah salah satu cabang ilmu Islam yang sangat penting untuk dipelajari.
Secara umum, hadis dapat diartikan sebagai segala informasi yang dinisbahkan
kepada Nabi SAW. yang menyangkut perkataan, perbuatan sikap diam atau taqrir,
dan segala keadaan beliau selama periode kenabiannya. Maka dari itu, hadis
diyakini umat Islam sebagai sumber ajaran pokok setelah Alquran, yang
menjangkau seluruh aspek ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah muamalah,
dan akhlak. Alquran dan hadis secara bersama dijadikan sebagai pedoman dan
rujukan utama bagi umat Islam. Oleh karena itu, gambaran komprehensif tentang
Islam sudah ada pada kedua sumber pokok tersebut. Keberadaan hadis sebagai
sumber pokok agama Islam tidak dapat dipisahkan dari Alquran, karena Nabi SAW.
diutus oleh Allah SWT. untuk menjelaskan kitab suci Alquran kepada umat
manusia, dan hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW. sebagai penjelas
berbagai informasi yang termuat dalam kitab suci Alquran.
Pentingnya peran tersebut, maka
hadis berada pada posisi yang terhormat di mata umat Islam. Kedudukan hadis
yang begitu tinggi inilah yang kemudian mendorong para ulama untuk mempelajari,
mengkaji, serta meneliti hadis-hadis Nabi SAW. dengan tujuan untuk menjadikan
hadis sebagai landasan normatif dari seluruh aktifitas para ulama dan seluruh
umat Islam. Selain itu, para ulama beserta kaum cendikawan Islam terdorong untuk
mengadakan gerakan pembersihan hadis dari berbagai virus yang dapat melemahkan
hadis Nabi dari posisinya yang terhormat dan berkedudukan tinggi. Berbagai
upaya dan tindakan selalu dilakukan untuk menjaga kehormatan hadis. Mengingat
begitu pentingnya peranan hadis bagi umat Islam, maka sejak dahulu para ulama
telah memberikan perhatiannya dalam mengumpulkan dan mempelajari hadis-hadis
nabi . Maka berkat usaha para ulama tersebut, hadis-hadis nabi telah berhasil
dikumpulkan dan dijadikan satu menjadi sebuah buku sebagai khazanah yang sangat
berharga bagi umat Islam.
Namun, walaupun hadis-hadis Nabi
telah dibukukan yang penulisannya sudah dilengkapi oleh matan beserta sanadnya,
pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak sekali ditemui
hadis-hadis Nabi yang tanpa identitas, seperti tidak disebutkan rawi dan
kolektor serta kualitas dari hadis tersebut. Hal ini tentu saja tidak dapat
diyakini dengan begitu saja, apalagi jika hadis tersebut berkaitan dengan
masalah akidah maupun ibadah. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan
penelusuran hadis-hadis tersebut pada sumbernya yang asli, agar dapat diketahui
lafal hadis yang ditemui secara lengkap baik dalam matan maupun sanadnya. Dalam
kegiatan penelusuran inilah yang kemudian muncul metode tersendiri, mengingat
bahwa dalam menelusuri sebuah hadis pada sumber aslinya tidak bisa dilakukan
dengan sembarangan, maka metode ini lazim disebut dengan metode takhrij
al-hadis.
Meskipun pada masa itu, para ulama
terdahulu tidak membutuhkan metode takhrij al-hadis karena pengetahuan mereka
terhadap sumber-sumber syari’at sangat luas serta ingatannya juga sangat kuat.
Ketika para ulama membutuhkan sebuah hadis sebagai dalil dan lain-lain, dengan
waktu singkat mereka dapat menemukannya. Walaupun hadis-hadis tersebut sudah
dibukukan, mereka mudah menemukan mengenai proses periwayatan dari sebuah hadis
tersebut.[1]
Takhrij hadis merupakan salah satu
metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui jalannya sanad hadis, sehingga
kita dapat mengetahui memahami dari mana hadis tersebut diriwayatkan. Cara ini dilakukan juga untuk memeriksa
kualitas hadis dan menguatkan keyakinan agar saat mengamalkan suatu hadis tidak ada keraguan didalamnya. Oleh sebab itu, dalam
artikel ini penulis akan menjelaskan
pengertian, manfaat dan metode takhrij al hadis dan kegiatan takhrij al-hadis
secara konvensional dan melalui software beserta penerapannya.
B. Pengertian Takhrij al-Hadis
Secara
bahasa kata takhrij adalah bentuk mashdar dari kata خرّج - یخرّج -تخریجا ,
yang berarti mengeluarkan, atau berasal dari kata خرج yang berarti tampak atau jelas. Kata tersebut juga dapat diartikan dengan makna “ الاستنباط ,” ( mengeluarkan), atau “ التدلریب “ ( meneliti ), dan “ التوجیھ ,” ( menerangkan ).[2]
Maksudnya yaitu mengeluarkan atau menampakkan sesuatu yang tersembunyi, yang
tidak terlihat, dan yang masih samar. Berdasarkan arti dari “ mengeluarkan ” ,
maka takhrij dapat diartikan sebagai kegiatan mengeluarkan hadis, yaitu siapa
saja para imam ahli hadis yang mengeluarkan atau mencatat sebuah hadis yang
disandarkan kepada Nabi SAW.[3]
Berikut adalah definisi takhrij
menurut bahasa, yaitu :
1.
Menurut bahasa, takhrij ialah bertemunya dua hal yang bertentangan pada
satu waktu.[4]
اجتماع
امرين متضادين في شيءواحدز
2.
Dalam kamus dikatakan, ‘aam fihi takhrij ; khisbhun ( subur ) dan
jadbun ( paceklik ).[5]
عا
م فيه تخريج : خصب و جدب
3. Ardhun Mukhorrojah = tanah yang pada sebagiannya
tumbuh rumput dan pada sebagian lainnya tidak tumbuh rumput.[6]
ارض
مخرجة ( كمنقشة ) نبتها فى مكان دون مكان
4. Khorroja al-lauha takhrijan – ia telah menulis
sebagian tidak menulis sebagiannya lagi.[7]
خرج
اللوح تخريجا : كتب بعضا وترك بعضا
5. Al-Khorju – artinya dua warna ; putih dan hitam.[8]
لونان
من بياض وسوادالخرج
Kata takhrij digunakan dalam
beberapa makna, yang paling terkenal yaitu sebagai berikut :
1. Istinbath,
di dalam kamus dikatakan al-istikhroj. Al-ikhtiroj artinya istinbath.[9]
الاستخراج
والاختراج : الاستنباط
2. At-Tadrib di dalam kamus dikatakan khirrij
berarti mukhorroj ( yang dikeluarkan ).[10]
خرجه
في الاد ب فتخرج وهو خريج ( كعنين ) بمعنى مفعول ا ي مخرج
3. At-Taujih,
kamu katakan khorrojah al-masalah ; wajjahaha, artinya ia
menjelaskan kepadanya dengan suatu cara.[11]
لها وجهابين
4. Makhroj, artinya tempat keluar. Dikatakan khoroja
makhrojan hasanan, hadza makhrojahu = ini tempat keluarnya.[12]
ضع
الخروج يقال : خرج مخرجا حسان وهذا مخرجهمو
Secara
terminologi, takhrij menurut ahli hadis adalah bagaimana seseorang itu
menyebutkan hadis disertai dengan sanadnya sendiri dalam kitab yang
dikarangnya. Contoh pada Imam Bukhari yang mengeluarkan hadis beserta
sanad-sanadnya dari kitab yang dikarangnya. Dalam konteks ini, tokoh hadis
tersebut bertindak sebagai mukharrij.[13]
Beberapa ahli hadis mengungkapkan
bahwa takhrij diketahui sebagai tempat keluarnya. Arti tempat keluarnya,
yaitu para perawi isnadnya yang mengeluarkan hadis di jalur mereka. Ahli hadis
mengatakan bahwa Imam Bukhori menampakkannya kepada manusia dengan menjelaskan
tempat keluarnya, yang demikian dengan menyebut tokoh-tokoh isnadnya yang telah
mengeluarkan hadis dengan cara mereka. Hal inilah yang menjadikan asal mula
kata takhrij di kalangan para ahli hadis yang artinya menampakkan tempat
keluarnya hadis dengan menyebut para perawi isnadnya.
Para muhadisin mengartikan
takhrij hadis sebagai berikut :
1.
Takhrij hadis ialah mengemukakan atau menjelaskan sebuah hadis pada orang
banyak dengan menyebutkan para periwayat hadis tersebut dalam sanad yang telah
menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.[14]
2.
Takhrij hadis ialah ulama yang mengemukakan berbagai hadis yang telah
dikemukakan oleh para guru hadis, atau beberapa kitab hadis lain yang
susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa periwayatnya
dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan
hadis tersebut.[15]
3.
Takhrij hadis ialah mengeluarkan, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan
meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam sebuah kitab Fathul Mughits
yaitu, takhrij adalah seorang muhadis
yang mengeluarkan hadis-hadis dari dalam kitab ajza’, al-masikhat,
atau kitab-kitab lainnya, kemudian hadis tersebut disusun gurunya atau
teman-temannya dan dibicarakan, dan selanjutnya disandarkan kepada pengarang
atau penyusun kitab tersebut.[16]
4.
Takhrij hadis ialah dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan
menyandarkan hadis tersebut pada kitab sumber yang asli dengan menyebut perawi
yang menyusunnya.[17]
5.
Takhrij hadis ialah menunjukkan atau mengemukakan letak asal suatu hadis pada
sumber yang asli, yaitu kitab yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap
dengan sanadnya masing-masing, kemudian untuk kepentingan penelitian, maka
dijelaskan kualitas sanad dari hadis tersebut.[18]
Dari ke lima uraian di atas, maka
takhrij hadis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Kegiatan mengemukakan kepada orang banyak mengenai suatu hadis dengan
menyebutkan para rawinya yang ada dalam hadis tersebut.[19]
2.
Kegiatan mengemukakan asal-usul suatu hadis dengan menjelaskan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab hadis, yang rangkaian sanadnya berdasarkan
riwayat yang telah diterimanya sendiri atau juga berdasarkan rangkaian sanad
gurunya, dan sebagainya.[20]
3.
Kegiatan mengemukakan berbagai hadis berdasarkan sumber pengambilannya dari
kitab-kitab yang di dalamnya dijelaskan metode-metode periwayatannya dan
sanad-sanad hadis tersebut, disertai dengan metode dan kualitas para rawi
sekaligus hadisnya.[21]
Takhrij menurut beberapa
tokoh yang terkenal :
1.
Mahmud al-Thahhan
Menurut Mahmud al-Thahhan, takhrij
adalah sebuah usaha untuk menunjukkan posisi atau letak hadis pada
sumber-sumber hadis tersebut, yang bersifat asli yang di dalamnya telah
dicantumkan sanad hadis tersebut secara lengkap, serta menjelaskan kualitas
hadis tersebut jika diperlukan.[22]
2.
Nawir Yuslem
Menurut Nawir Yuslem, takhrij
adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab hadis
sebagai sumber yang asli dan di dalamnya dijelaskan secara lengkap matan dan
sanad hadis tersebut.[23]
3. M.
Syuhudi Ismail
Menurut M. Syuhudi Ismail, takhrij
adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sumber
asli dari hadis yang bersangkutan yang didalamnya sumber tersebut dijelaskan
secara lengkap mengenai matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[24]
Berdasarkan beberapa definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis adalah sebuah usaha untuk menemukan
matan dan sanad hadis secara lengkap dari berbagai sumber yang asli, sehingga
dapat diketahui kualitas suatu hadis, baik secara langsung melalui kolektor
sebuah hadis tersebut, maupun melalui kegiatan penelitian selanjutnya.
Namun pada zaman sekarang, pengertian takhrij seperti
di atas sudah banyak ditinggalkan para ulama. Hal itu disebabkan karena zaman
sekarang hampir tidak ada satu pun umat Islam, termasuk para ulamanya yang
mempunyai kitab hadis hasil tulisannya sendiri. Setiap kali umat Islam, baik
itu ulama, ustadz ataupun orang awam membutuhkan hadis Nabi SAW. untuk
keperluan dakwah atau yang lainnya, mereka selalu cukup merujuk pada beberapa
kitab hadis yang sudah ada. Bahkan kini sudah tidak jarang ulama maupun para
ustadz mengambil hadis yang berasal selain dari kitab-kitab tentang hadis.
Bertolak
dari realitas tersebut, maka definisi takhrij yang lebih tepat untuk
konteks masa sekarang adalah definisi yang dikemukakan oleh Mahmud al- Thahhan,
yang mengatakan bahwa takhrij adalah kegiatan yang menunjukkan tempat
hadis pada sumber-sumber aslinya, di mana hadis tersebut dikeluarkan dan
dilengkapi dengan sanad-sanadnya, yang kemudian menjelaskan derajatnya ketika
diperlukan. Sedangkan sebagai istilah teknis di bidang hadis, takhrij dipahami
untuk beberapa kepentingan, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan kepada orang
lain mengenai suatu hadis dengan menyebutkan para periwayatnya, yang ada dalam
berbagai rangkaian sanadnya secara lengkap.[25]
2. Untuk kegiatan mengeluarkan dan
meriwayatkan suatu hadis dari kitab-kitab atau guru. Kegiatan ini memperhatikan
riwayat hidup para periwayat hadis tersebut, untuk mengetahui kredibilitas setiap
periwayat, apakah mereka termasuk dalam orang-orang terpercaya ataukah tidak. [26]
3. Untuk menunjukkan kitab-kitab
rujukan hadis, yaitu dengan menyebutkan letak sebuah hadis dalam berbagai kitab
yang memuatnya secara lengkap disertai dengan sanad-sanadnya.[27]
Jadi,
Takrij al hadis adalah kegiatan penelusuran
atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab
hadis sebagai sumber asli dari hadis tersebut, yang di dalamnya dikemukakan
secara lengkap mengenai matan dan sanad hadis yang bersangkutan.
C. Manfaat Takhrij
al-Hadis
Ilmu takhrij adalah salah
satu bagian dari ilmu agama yang harus diperhatikan, karena dalam ilmu takhrij
membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber berasalnya hadis tersebut.
Selain itu, dalam ilmu takhrij juga ditemukan berbagai kegunaan dan
hasil-hasil yang diperoleh, termasuk dalam menentukan kualitas sanad hadis.
Takhrij hadis bertujuan untuk
mengetahui dari mana asal sumber hadis yang ditakhrij, dan mengetahui
status dari hadis-hadis tersebut, ditolak atau diterima. Melalui metode ini,
maka dapat diketahui hadis-hadis yang pengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah
ulumul hadis yang berlaku, sehingga hadis-hadis tersebut memiliki kejelasan,
baik dalam asal-usulnya maupun kualitasnya. Berikut adalah manfaat dari takhrij
hadis, antara lain :
1. Dapat
diketahui banyak dan sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang dijadikan
sebagai topik kajian.[28]
2.
Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan yang akan menambah kekuatan
riwayat dalam suatu hadis. Begitupun sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan
lain, kekuatan periwayatan dalam sebuah hadis itu tidak akan bertambah.[29]
3.
Dapat ditemukan status hadis, baik itu hadis shahih li dzatih atau shahih
li ghairih, dan hasan li dzatih atau hasan li ghairih, sehingga
dapat diketahui istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz,
dan gharib-nya.[30]
4.
Dapat memberi kemudahan bagi orang yang akan mengamalkan setelah mengetahui
bahwa hadis tersebut adalah hadis makbul ( dapat diterima ). Begitupun
sebaliknya, seseorang tidak akan mengamalkannya jika mengetahui bahwa hadis
tersebut mardud ( ditolak ).[31]
5.
Dapat menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari
Rasulullah SAW. yang harus diikuti, karena terdapat beberapa bukti yang kuat
mengenai kebenaran hadis tersebut, baik dalam segi sanad maupun dalam segi
matan.[32]
6.
Dapat diketahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang lebih luas mengenai
berbagai periwayatan dan beberapa hadis yang terkait.[33]
Secara umum, manfaat
dari ilmu takhrij merujuk pada tiga perkara utama, yaitu :
1. Manfaat yang berkaitan dengan sanad
Melalui ilmu takhrij,
seorang pengkaji hadis dapat menilai sanad yang terdapat dalam suatu hadis dari
berbagai sumber, dapat menilai kekuatan dan kelemahan dan mengetahui
kedudukannya yang benar. Seorang pengkaji hadis juga dapat mengetahui pasti
kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat pada sanad, seperti perawi yang tidak
dikenali identitasnya. Selain itu, melalui takhrij dapat juga diketahui
kecacatan yang mungkin dilakukan oleh seorang perawi dalam meriwayatkan suatu
hadis.[34]
2. Manfaat yang berkaitan dengan matan
Seorang pengkaji atau
pelajar akan dapat mengetahui maksud suatu hadis, baik yang tersurat maupun
yang tersirat, di samping dapat melihat realiti dan persekitaran yang terdapat
bagi suatu hadis atau dapat dikatakan asbab wurud al-hadis.[35]
3. Melalui ilmu takhrij al-hadis, seorang pengkaji atau pelajar dapat
mengetahui sumber rujukan dari sebuah hadis, dapat diketahui kecacatan,
kesamaran, kekurangan dan penyelewengan yang bisa saja terdapat dalam sebuah
hadis.[36]
Maka dari itu, mengetahui disiplin
ilmu takhrij sifatnya sangat penting untuk mempelajari kaidah-kaidah dan
metodenya, agar dapat diketahui bagaimana proses sampainya hadis-hadis tersebut
disertai dengan sumber-sumber yang orisinal. Manfaat dari takhrij sangat besar,
terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam ilmu-ilmu hadis.
D.
Metode Takhrij al-Hadis Secara Konvensional
Dalam kegiatan men-takhrij
al-hadis terdapat beberapa cara yang terbagi dalam 5 metode, yaitu :
1. Takhrij al-Hadis melalui lafadz pertama dari
matan hadis
Metode
ini digunakan pada saat peneliti suatu hadis mengetahui lafadz pertama dari
matan hadis yang akan dicari. Terdapat beberapa kitab yang membantu pelaksanaan
takhrij dengan metode ini, yaitu :
a.
Kitab yang mengandung beberapa hadis yang masyhur di kalangan masyarakat Islam,
yaitu ucapan-ucapan yang banyak beredar di masyarakat yang disandarkan kepada
Nabi SAW. yang terdiri dari hadis shohih, hasan dho’if, dan yang maudhu’ atau yang tidak diketahui
asalnya. Sebagian besar kitab-kitab ini disusun berdasarkan urutan huruf
hijaiyah, yaitu antara lain kitab al-lu’lu al-Manshurah fi al-Ahadits
al-Musytahirah karya al-Hafidh Ibn Hajar al-Atsqanai, kitab al-Durar
al-Muntasirah fi al-Ahadits al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman
al-Suyuti, dan al-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musyatahirah karya Badr al-Din Ibn
Muhammad Ibn Abdullah al-Zarkasyi.[37]
b.
Kitab yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah, yaitu kitab yang disusun dengan
cara menghimpun hadis dari berbagai kitab hadis kemudian disusun berdasarkan
urutan huruf hijaiyah tanpa disertai dengan penulisan sanad dari masing-masing
hadis tersebut. Dengan begitu, yang ditulis secara alfabetis dalam kitab ini
hanya matan dari hadis saja. Setelah mencantumkan matan dari suatu hadis, para
penulis kitab ini memberikan simbol dengan memberikan huruf hijaiyah yang
berisi informasi mengenai orang-orang yang meriwayatkan sebuah hadis tersebut
dan simbol yang berisi nilai dari setiap hadis yang telah ditulis dalam kitab
tersebut. Simbol-simbol tersebut yaitu sebagai berikut[38] :
1) خ = Imam Bukhori dalam kitab shahihnya
2) م
= Imam Muslim dalam kitab shahihnya
3) ق = Muttafaq Alaih
4) د = Abu Daud dalam kitab sunannya
5) ت = At-Turmudzi dalam kitab sunannya
6) ن = Al-Nasa’I dalam kitab sunannya
7) ه = Ibn Majah dalam kitab sunannya
8)4
= Hadis riwayat empat penulis kitab sunan
( Abu Daud, at-Turmudzi, al- Nasa’i,
Ibn Majah )
9) 3 = Hadis riwayat tiga penulis kitab sunan (
Abu Daud, at-Turmudzi, al-Nasa’i)
10)
حم = Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal dalam kitab
musnadnya
11) عم = Hadis riwayat Abdullah bin Ahmad dalam kitab zawaidnya
12)ك
= Hadis riwayat al-Hakim dalam kitab
mustadraknya
13)خذ
= Hadis riwayat Al-Bukhori dalam kitab al-Adab
al-Mufrad
14) تخ = Hadis riwayat Al-Bukhori dalam kitab
al-Tarikh
15) ص = Hadis riwayat Said bin Manhur
dalam kitab sunannya
16)ع
= Hadis riwayat Abu Ya’la dalam kitab
musnadnya
17)عق
= Hadis riwayat al-Aqily dalam kitab
al-Dhuafa’, dan lain-lain.
c.
Kitab miftah ( kunci ) dan fahras ( tema pembahasan ) dari kitab hadis
tertentu, yang sebagian besar ulama mutakhkhirin menyusun kitab ini secara
alfabetis dengan tujuan untuk memudahkan para pencari hadis dalam menemukan
hadis-hadis Nabi dengan waktu singkat. Contoh kitab yang tergolong kategori
seperti ini antara lain kitab Miftah al-Shahihain karya al-Tanqadi, dan kitab
Fahras li Ahadis al-Shahih Muslim karya Muhammad Fuad Abdul Baqy.[39]
2.
Takhrij al-Hadis melalui salah satu lafadz yang terdapat dalam matan hadis
Takhrij
hadis ini dapat dilakukan dengan mengetahui lafadz atau kata yang terdapat
dalam matan suatu hadis, yang dapat berbentuk isim ( kata benda ), maupun fi’il
( kata kerja dalam berbagai bentuk ). Metode ini sering digunakan oleh para
pentakhrij hadis karena dianggap mudah untuk dilakukan dan diterapkan dalam
kegiatan penelitian suatu hadis. Salah satu kitab terbaik yang digunakan
sebagai pendukung dari metode ini adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadh
al-Hadits Nabawi yang ditulis oleh A.J. Wensink. Kitab ini menghimpun berbagai
potongan hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis induk, antara lain :
Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Al-Turmudzi, Sunan
al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwaththa’ Malik bin Anas, dan
Musnad Ahmad bin Hanbal.[40]
3. Takhrij al-Hadis melalui periwayat pertama
Takhrij
al-hadis dapat dilakukan melalui periwayat pertama dari hadis yang hendak
diteliti. Yang
menjadi periwayat pertama dari suatu hadis adalah sahabat, yaitu orang yang
menerima hadis itu secara langsung dari Nabi SAW. dan bisa juga periwayat
tersebut adalah seorang tabi’in ketika hadis tersebut mursal. Metode ini hanya
dapat digunakan jika nama periwayat pertama dari suatu hadis itu diketahui.
Beberapa jenis kitab yang dapat membantu dalam metode ini yaitu kitab-kitab
mu’jam, kitab-kitab musnad, dan kitab-kitab athraf.[41]
a.
Musnad adalah kitab hadis yang disusun oleh para pengarangnya dan bersandar
pada nama-nama sahabat serta dihimpun secara kritis. Adapun penulisan urutan
nama-nama sahabat yang termasuk musnad, ada yang disusun berdasarkan huruf
alphabet, kabilah atau negeri, dan juga berdasarkan siapa yang lebih dahulu
masuk Islam. Musnad-musnad yang disusun oleh para ahli hadis berjumlah cukup
banyak, berikut adalah nama-nama sebagian musnad :[42]
1)
Musnad Ahmad bin Hanbal ( -241 H )
2)
Musnad Abu Bakr Abdullah bin Zubair al-Humaidy ( 219 H )
3) Musnad Abu Daud
Sulaiman bin Daud At-Thoyalisy ( -204 H )
4)
Musnad Asad bin Musa al-Umawi ( -212 H )
5)
Musnad Musaddad bin Musarhad al-Asady al-Bashri ( -228 H )
6)
Musnad Nu’aim bin Hammad
7)
Musnad Ubaidillah bin Musa al-Absy
8)
Musnad Abu Khoitsamah Zuhair bin Harb
9)
Musnad Abu Ya’la Ahmad bin Ali al-Matsna al-Mushili ( - 307 H )
10)
Musnad ‘Abd Ibnu Humaid ( -249 H )[43]
b.
Mu’jam adalah kitab yang berisi tentang susunan hadis berdasarkan musnad-musnad
sahabat, guru, negeri dan sebagainya. Penyusunan nama-nama tersebut seringkali
didasarkan pada huruf-huruf ensiklopedis. Dari sejumlah kitab mu’jam yang ada,
yang paling terkenal yaitu[44]
:
1)
Al-Mu’jam al-Kabir, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thobarany
( -30 H ).
2)
Al-Mu’jam al-Aushat, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad
At-Thobarany.
3)
Al-Mu’jam Ash-Shoghir, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad
At-Thobarany.
4)
Mu’jam Ash-Shohabah, karangan dari Ahmad bin Ali al-Hamadani ( -394 ).
5)
Mu’jam Ash-Shohabah, karangan dari Abu Ya’la Ahmad bin Ali al-Mushili ( -307 H
).[45]
c.
Al-Athrof adalah salah satu jenis kitab hadis yang penyusunannya hanya menyebut
permulaan bunyi hadis yang mengindikasikan bunyi hadis selanjutnya. Urutan
kitab-kitab al-Athrof biasanya disusun berdasarkan musnad para sahabat sesuai
dengan urutan huruf mu’jam. Dalam kegiatan penelusurannya, dimulai dengan
hadis-hadis sahabat yang permulaan namanya huruf alif, ba’, dan seterusnya.[46]
Kitab
al-Athrof yang paling terkenal yaitu Athrof Ash-Shohihain karangan Abu Mas’ud
Ibrahim bin Muhammad Ad-Dimasyqy, Athrof Ash-Shohihain karangan Abu Muhammad
Kholaf bin Muhammad al-Wasithy, Al-Asyrof ‘Ala Ma’rifat al-Athrof atau Athrof
As-Sunnah karangan al-Hafidz Abu Qosim Ali bin Hasan yang terkenal dengan nama
Ibu Asaakir Ad-Dimasyqy, Tuhfat al-Asyrof bi Ma’rifat al-Athrof atau Athrof
al-Kutub As-Sittah karangan Abu al-Hajjaj Yusuf Abdur Rahman al-Mizzy, Ittihaf
al-Maharoh bi Athrof al-‘Asyaroh karangan Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqolany,
Athrof al-Masanid al-‘Asyaroh karangan Al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Bushoiry,
dan Dzakhoir al-Mawarits fi Ad-Dilalat ‘Ala Mawa’dli al-Hadits karangan Abdul
Ghony an-Nabulsy.[47]
4. Takhrij melalui tema hadis
Takhrij
hadis dengan metode ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah menguasai
beberapa pembahasan atau satu dari beberapa pembahasan hadis, atau orang yang
memiliki pengetahuan yang luas. Maka dari itu, tidak semua orang dapat
menerapkan metode ini karena mereka belum tentu menguasai pembahasan dari
setiap hadis, terutama hadis-hadis yang isinya tidak begitu jelas, sehingga
untuk mendapatkan topik atau tema dari suatu hadis itu sangat sulit. Kitab yang
dapat membantu dalam penerapan metode ini yaitu :
1)
Kitab hadis yang membahas tentang masalah keagamaan secara keseluruhan, seperti
al-Jami’, al-Mustakhraj ‘Ala al-Jawami, al-Mu’ajim, dan sebagainya.[48]
2)
Kitab hadis yang membahas tentang sebagian besar masalah keagamaan, terutama
yang menyangkut masalah fiqh, seperti sunan, al-Musannafat, al-Muwaththa’ ibn
Malik, al-Mustakhraj ‘Ala al-Sunan, dan sebagainya.[49]
3)
Kitab hadis yang membahas masalah-masalah tertentu dari persoalan agama,
seperti al-Ajza’, al-Tarqib wa al-Tarhib, al-Zuhd wal Fadhail wa al-adab
al-Akhlak, al-Ahkam, dan sebagainya.[50]
5. Takhrij al-Hadis berdasarkan status hadis
Menurut
Mahmud Al-Thahhan, takhrij dengan metode ini secara istilah adalah meneliti
sanad dan matan suatu hadis. Para ulama terdahulu telah menyusun kitab hadis
yang menghimpun berbagai hadis berdasarkan statusnya. Takhrij al-hadis dengan
metode ini dapat dilakukan dengan melihat status suatu hadis yang akan diteliti
berdasarkan keadaan matan dan sanad hadis. Di antara kitab-kitab tersebut yaitu
kitab yang khusus menghimpun hadis-hadis mutawatir, seperti al-Azhar
al-Munasyirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, kitab yang menghimpun hadis mursal,
seperti kitab al-Marasil karya Abu Daud, dan kitab yang khusus menghimpun hadis
maudhu’ atau palsu, seperti kitab al-Maudhu’at al-Kubra karya ‘Ali al-Qari
al-Hawari, dan sebagainya.[51]
E. Metode Takhrij
al-Hadis Melalui Software
Sejak 18 tahun yang
lalu, berbagai kesulitan dalam men-takhrij hadis telah ditemukan jalan
keluarnya, yaitu dengan dihasilkannya berbagai software computer tentang hadis
yang dapat digunakan untuk kegiatan takhrij hadis dan meneliti kualitas hadis
tersebut. Software-software tersebut meliputi :
1. Mausu’ah al-hadits al-syariif : al-kutub al-tis’ah, yaitu software yang
memuat 9 kitab hadis terkenal disertai dengan fasilitas pencarian dan
penelitian hadis.[52]
2. Al-maktabah al-alfiyah lil sanah al-nabawiyah, yaitu software yang
memuat lebih dari 1300 jilid kitab hadis dan kitab penunjang untuk studi hadis,
yang dikelompokkan pada : al-shihhah, al-sunan, al-musannafat wa al-athar,
al-masanid, al-syurukh, tarajim, al-ruwat, mustaiah al-hadith, al-sirah wa
al-tarikh, dan al-gharib wa al-ma’ajim.[53]
3. Maktabah al-ajza’ al-haditsiyah, yaitu software yang berisi tentang
berbagai topic berbagai kitab hadis.[54]
4. Subul al-Salam lil syaikh Hasan Ayyub, yaitu software kitab hadis karya
al-Sa’aniy yang berisi 120 jam rekaman suara dan lebih dari 700 pembahasan atas
pertanyaan fiqhiyah.[55]
5. Wasiat Raul lil syaikh al-sha’rawi, yaitu software yang berisi uraian
syaikh al-sha’rawi terhadap hadis-hadis yang memuat wasiat rasul.[56]
6. Maktabah al-Hadis al-Syarif, yaitu software yang berisi tentang kumpulan
kitab-kitab Sharh, dan kitab pendukung studi hadis.[57]
7. Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul, yaitu ensiklopedi yang diangkat dari
kitab Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul.[58]
8. Mau’suah al-Hadits al-Dho’iifah wal maudhu’ah, yaitu software yang
memuat 76 kitab yang menjelaskan tentang hadis dhoif dan hadis maudhu’.[59]
F. Praktik
Takhrij al-Hadis Secara Konvensional
Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa sebuah hadis harus diketahui kehujjahannya. Cara untuk menentukan
keshahihan sebuah hadis adalah dengan menggunakan kaidah-kaidah keshahihan dan
atas dasar petunjuk literature yang biasa disebut tashih dan i’tibar.
Jika dikaji lebih lanjut, maka petunjuk tersebut dapat dirumuskan sebagai
metode takhrij.
Dalam kegiatan takhrij, kitab-kitab
takhrij memiliki peran yang cukup penting. Kitab-kitab takhrij yaitu
kitab-kitab yang disusun untuk men-takhrij hadis-hadis dari kitab
tertentu.[60]
Kegiatan takhrij meliputi periwayatan ( penerimaan, pemeliharaan, pentadwinan,
dan penyampaian ) hadis, penukilan hadis dari kitab-kitab asal untuk dimasukkan
dalam kitab-kitab tertentu, mengutip beberapa hadis yang berasal dari
kitab-kitab fan ( tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf dan akhlak ), dengan
menjelaskan sanad-sanadnya, membahas hadis-hadis sampai diketahui maqbul atau
mardud nya. Pada penjelasan mengenai metode takhrij al-Hadis secara
konvensional, penulis akan membahas salah satu metode yang dianggap paling
mudah digunakan dalam kegiatan ini, yaitu metode dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahros Li Alfadz al-Hadits an-Nabawi yang
disusun oleh DR.A.J. Weinsk.
Bagi pengguna
kamus kitab ini diharuskan untuk mengetahui aturan penyusunan kata-kata yang
terdapat dalam kamus ini. Berikut adalah aturan penyusunan materi atau
kata-kata dalam kamus daftar isi lafadz-lafadz hadis nabi :
1. Kata kerja ( fi’il jamaknya fa’il ), kata kerja untuk masa
lalu ( fi’il madhi ), kata kerja masa kini ( fi’il mudhori’ ), dan fi’il amr.
Isim maf’ul, isim fa’il, shighot ( pola kalimat ) yang mengiringi tiap dhomir,
disebut shighot fi’il mabni al-ma’lum tanpa lawahiq, shighot fi’il mabni li
ma’lum dengan lawahiq, shighot fi’il mabni li al-majhul tanpa dan dengan
lawahiq, dan yang pertama disebut fi’il mujarrod berikut fi’il mazid dengan
urutan yang sering digunakan para ahli shorof.
2. Isim-Isim Ma’na, antara lain[61]
:
a. Isim yang
dirofa’kan dengan nun
b. Isim yang
dirofa’kan tanpa tanwin
c. Isim yang
dirofa’kan dengan lahiqnya
d.Isim yang
diajarkan dengan idhofah nun
e. Isim yang
diajarkan dengan idhofah tanpa tanwin
f. Isim yang
diajarkan dengan idhofah dengan lahiqnya
g. Isim yang
diajarkan dengan huruf jar
h. Isim yang
dinashobkan dengan huruf nun
i. Isim yang
dinashobkan tanpa tanwin
j. Isim yang
dinashobkan dengan tanwin
3. Al-Musyaqqot, terdapat dua macam, yaitu al-musyaqqot tanpa
idhofah huruf mati dan al musyaqqot dengan idhofah huruf mati. Untuk
sumber-sumber as-Sunah yang lafadznya diberi daftar isi sudah diberikan rumus,
yaitu sebagai berikut[62]
;
خ =
Al-Bukhori
م = Muslim
ت = At-Turmudzi
د =Abu Daud
ن =An-Nasa’i
جه = Ibnu Majah
ط = Al-Muwatho’
حم = Musnas Ahmad
bin Hanbal
دي = Musnad
Ad-Darimy
Berikut
adalah contoh langkah-langkah takhrij al-hadis secara konvensional melalui
kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz al-Hadits an-Nabawi :
1. Siapkan kitab al-Mu’jam Al Mufahras
Li Afdzi al-Hadits an-Nabawi
2.
Siapkan bunyi hadis yang akan ditakhrijkan, seperti :
لا تدخلون
الجنة حتى يؤمنوا لا تؤمنوا حتى تحابوا
3.
Berdasarkan penggalan hadis di atas, maka dapat ditelusuri dengan beberapa
kata, yaitu dari kata تحابو, maka
dapat dibuka dalam kitab mu’jam pada bab ح karena kata dasar dari حبب. Setelah kitab mujam tersebut ditelusuri, hadis
kata tersebut dapat ditemukan
dalam kitab mu’jam jus 1 halaman 408 dengan keterangan :
ايمان , م = Shahih
Muslim kitab iman nomor urut hadis 93
د ادب = Sunan Abu
Daud kitab Al-Adab Nomor hadis 131
4.
Gambar di bawah ini adalah hasil pencarian dari huruf
Kitab
al-Mu’jam hanya menunjukkan tempat dari suatu hadis, kemudian tugas dari para
peneliti untuk menelusuri hadis-hadis tersebut dalam berbagai kitab sesuai
dengan petunjuk kitam mu’jam di atas.
G. Praktik Takhrij al-Hadis Melalui
Software
Dari
delapan software yang sudah diuraikan di atas, penulis hanya akan menjelaskan
aplikasi software yang nomor 1, yaitu mau’suah al-hadits al-syarif : al-kutub
al-tish’ah. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengaplikasian, maka terdapat
beberapa keperluan sistem yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu[63]
:
1. Komputer dengan kecepatan
prosessor 486 MB atau lebih tinggi.
2. Memori minimal 8 MB.
3. Drive CD-ROM atau Virtual Drive.
4. Monitor minimal VGA dan mouse.
5. Sound card dan speaker ( pilihan
).
6. Spasi hard disk yang kosong untuk
aplikasi yang paling lambat minimal 5 MB dan untuk aplikasi yang paling cepat maksimal 135 MB.
7. Sistem operasi minimal Windows
3,1.
Tahap
aplikasi software Mausuat al-Hadith al-Syarif : al-kutub al-Tish’ah dimulai
dengan membuka aplikasi software yang sudah diinstal. Setelah itu, klik start,
ketik hadith pada kolom start, pilih hadith. Setelah klik hadith, maka muncul
gambar seperti berikut ini :
Dari tampilan gambar di atas,
terlihat bahwa ada delapan menu utama yang tersedia dalam program ini, yaitu عرض(
tampilan atau tayangan ), بحث ( cari ), معاجم ( kamus ), تعريفات ( penjelasan ), تدريبات (
ujian atau latihan ), المصدر ( sumber ), خيارات ( pilihan ), عيدةمسا ( bantuan ).[64]
Menu utama عرض( tampilan atau
tayangan ) dibagi menjadi tujuh sub menu, seperti gambar berikut ini[65] :
Keterangan :
1. Sub menu pertama menampilkan hadis berdasarkan
nomor hadis.
2. Sub menu kedua menampilkan hadis berdasarkan
bab-bab dalam kitab hadis.
3. Sub menu ketiga menampilkan hadis dalam suatu
kitab, baik yang khulasah, mukhtasar yang tidak diulang-ulang, maupun secara
keseluruhan.
4. Sub menu keempat menampilkan daftar sumber hadis
tentang ayat-ayat Alquran dan qiraat.
5. Sub menu kelima berisi tentang pemberian catatan
terhadap hadis.
6. Sub menu keenam menampilkan menu untuk proses
pencetakan.
7. Sub menu ketujuh adalah menu untuk keluar.
Menu
utama بحث
( cari ) juga memuat tujuh sub menu, seperti gambar berikut[66] :
Keterangan :
1. Sub menu pertama menunjukkan orientasi atau arah pencarian.
2. Sub menu kedua menunjukkan pencarian hadis berdasarkan nama
rawi.
3. Sub menu ketiga menunjukkan pencarian hadis berdasarkan
kata-kata dalam matan hadis.
4. Sub menu keempat menunjukkan pencarian hadis berdasarkan
kata-kata dalam matan hadis.
5. Sub menu kelima menunjukkan pencarian hadis berdasarkan
topic-topik fiqhiyah.
6. Sub menu keenam menunjukkan pencarian hadis berdasarkan
gabungan cara pencarian berdasarkan kata, sumber takhrij dan topic fiqhiyah.
7. Sub menu ketujuh adalah menu untuk pencetakan hasil
pencarian.
Menu utama معاجم ( kamus ) berisi empat menu, seperti
gambar berikut[67]
:
Keterangan :
1. Sub menu pertama berisi tentang kamus yang memuat
kata-kata dalam hadis.
2. Sub menu kedua berisi tentang kata-kata dalam
hadis yang pengertiannya dianggap sulit atau asing.
3. Sub menu ketiga berisi tentang kamus yang
menjelaskan kata-kata dalam hadis yang masih samar.
4. Sub menu keempat adalah menu untuk pencetakan
hasil pencarian hadis melalui kamus.
Menu
utama تعريفات ( penjelasan ) memuat tiga hal, seperti gambar berikut ini[68] :
Keterangan :
1. Berisi tentang biografi akademik sembilan
mukharrij, yaitu al-bukhori, Muslim, Al-Tirmidhi, al-Nasha’i, Abu Dawud, Ibn
Majah, Ahmad, Malik, dan al-Darimiy.
2. Berisi tentang al-Kutub al-Tish’ah.
3. Menampilkan berbagai kitab yang dijadikan
referensi dalam pembuatan software mausuat al-Hadith al-Sharif : al-Kutub
al-Tish’ah ini.
Menu
utama تدريبات
( ujian atau
latihan ) memuat berbagai materi ujian tentang ilmu Mustalah al-Hadis,
keutamaan para nabi dan sahabat, dan fiqh. Menu utama ini juga memuat materi
untuk menghafalkan hadis, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini[69] :
Menu
utama المصدر ( sumber ) digunakan untuk menentukan tempat pencarian dari
al-Kutub al-Tish’ah yang diaktifkan sebagaimana yang ada pada gambar berikut
ini[70] :
Keterangan :
1. Penentuan nomor hadis dari berbagai edisi kitab.
2. Setting printer yang digunakan untuk mencetak
hasil pencarian dari software ini.
Keterangan :
1. Penjelasan bagaimana mengaplikasikan software
ini.
2. Penjelasan berbagai definisi mustalah al-hadith.
3. Penyajian versi dari software yang sedang
diaplikasikan ini.
Contoh Cara mengaplikasikan menu pada software
al-Mausu’ah al-Syarif : al-Kutub al-Tish’ah melalui tayangan :
a. Cara mengaplikasikan menu الحديثرقم,
yaitu menu tampilan hadis berdasarkan nomornya adalah sebagai berikut[73] :
1. Klik عرض pilih الحديثرقم ,
sebagaimana gambar berikut ini:
2. Setelah keluar gambar seperti di bawah ini, pilih
kitab, nomor hadis dan edisinya, lalu klik ikon الحاديثعرض,
sebagaimana gambar berikut ini :
3. Berikut ini adalah hasil pencarian tersebut :
b. Cara mengaplikasikan menu تب
يب المصدر, yaitu menu
tampilan hadis berdasarkan bab-bab yang tersedia dalam al-kutub al-tish’ah,
adalah sebagai berikut[74] :
1. Klik عرض pilih تب يب المصدر sebagaimana gambar berikut ini
2. Berikut adalah hasil tayangan di atas. Daftar
yang ada dalam kolom, yaitu
الوحيبدء
ke bawah sering disebut dengan kitab, sedangkan jika akan menampilkan
bab-babnya, maka klik satu kali sub menu yang betanda “+” atau bisa juga dengan
klik dua kali secara cepat pada nama kitab tersebut.
3. Berikut adalah tampilan gambar hasil pencarian
hadis berdasarkan bab-babnya.
c. Cara mengaplikasikan menu الحاديث اطراف, yaitu sub menu yang menampilkan
hadis dalam suatu kitab, baik yang khulasah, mukhtasar yang tidak
diulang-ulang, maupun secara keseluruhan, adalah sebagai berikut[75] :
1. Klik عرض pilih الحاديث اطراف,
sebagaimana gambar berikut ini :
2. Tayangan di bawah ini memperlihatkan bahwa masing-masing
sumber hadis dibagi menjadi empat kelompok untuk atraf dua kelompok untuk rawi.
Empat kelompok untuk atraf adalah sebagai berikut :
a)
yaitu tayangan hadis yang diambil dari masing-masing sumber kitab hadis yang
sesuai untuk pendidikan anak-anak dan masyarakat umum dan tidak diperuntukkan
bagi spesialis hadis.
b)
yaitu tayangan hadis dari sumber kitab hadis, dengan tidak menampilkan hadis
mauquf, maqtuf dan hadis yang merupakan pengulangan hadis yang sudah
ditayangkan sebelumnya karena kesamaan kata maupun maknanya.
c)
yaitu tayangan hadis dari sumber kitab hadis dengan tidak menyajikan hadis lain
yang merupakan pengulangan karena kesamaan kata maupun maknanya.
d)
yaitu tayangan keseluruhan hadith dari suatu
sumber kitab hadis. Tayangan ini menggunakan versi penomoran tarqim
al-alamiyah.
3. Sebagai contoh pilihlah referensi البخاري lalu pilih الخلاصة
untuk اطراف الحديث dan pilih كل رؤاة untuk رؤاة السند lalu klik ikon قائمة الأحاديثmaka
akan keluar hasil sebagaimana gambar berikut :
4. Tampilan di atas memiliki tiga pilihan, yaitu berdasarkan hadis yang diurutkan berdasarkan nomor hadis (حسب المصدر ), berdasarkan huruf alphabet yang ada pada awal
matan hadith (هجل ئيا), dan berdasarkan huruf alphabet nama rawi (الراوي الأ وّل).
Pilihan untuk mengurutkan hadith tersebut ada lima, yaitu:
a) Pilih ikon عرض النص , yaitu ikon untuk membuka hadis satu demi satu
b) Klik ikon بحث في القائمة , yaitu pencarian hadis dari
daftar hadis yang ada. Pencarian ini dapat
dilakukan berdasarkan nomor urut hadis, rawi awal, atau potongan matan, maka keluar gambar sebagai berikut :
sebagai contoh dicari hadis berdasarkan potongan matan, yaitu kata دعه , maka hilangkan contengan yang ada di depan كل الأعمدة dengan cara mengkliknya, seperti gambar berikut ini :
d. Cara mengaplikasikan فهارس المصدر yaitu untuk menampilkan hadis berdasarkan kesamaan indeksnya, yaitu sebagai berikut[76] :
1.
Klikعرض lalu فهارس المصدر
2.
Setelah keluar gambar tersebut, maka klik pilihan
yang dituju, lalu klik ikon قائمة الفهرس
3.
Jika masing-masing kelompok dibuka satu-satu maka
isi dan jumlah atau yang terkait dengan daftar sudah terdaftar pada daftar
berikut
e. cara mengaplikasikan hadis hasil pemberian catatan pinggir. Menu ini aktif apabila file hadis telah diberi catatan pinggir. Cara membuat catatan pinggir adalah dengan
membuka salah satu hadis lalu klik ikon تعليق المستخدم , lalu berilah catatan pinggir. Setelah selesai, klik تم .[77]
f. cara
mengaplikasikan menu cetak, yaitu[78] :
1.
Klikعرض lalu طباقة
2.
Berikut adalah tampilan menu
Ada 4 pilihan cetakan, تخريج الحديث yaitu untuk memberi catatan tentang siapa saja
mukharrij selai yang dicetak, yang mentakhrij hadith tersebut, dan pada kitab
apa serta nomor berapa mereka mentakhrijnya. أطراف الحديث Untuk memberi catatan
tentang tempat-tempat di mana seorang mukharrij mentakhrij hadith tersebut.الآيات القرأنية digunakan memberi catatan tentang nama surat dan
nomor ayat jika ada ayat Al-Qur’annya. Sedangkan yang terakhir معاني الأ لفاظ digunakan untuk memberi
catatan tentang makna yang dianggap sulit. Jumlah hadis yang dicetak dapat
disetting nomor permulaan (بداية مجال الطباعة) dan nomor akhir (نهاىة مجال الطباعة).
g. Cara menutup program Mausu’at Al-Hadith Al-Sharif: Al-Kutub Al-Tis’ah.
Klik عرض
lalu خروج, atau bisa juga dengan mengklik tanda silang di
sebelah kanan atas.[79]
H.
Penutup
Takrij al-hadis adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di
dalamnya dijelaskan secara lengkap mengenai matan dan sanad dari sebuah hadis.
Secara singkat takhrij dapat dapat diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan berbagai
sanad dari sebuah hadis serta redaksi dari sebuah matan hadis. Pencarian ini
dilakukan untuk mengetahui asal-usul hadis, sanad dan matan agar dapat
menentukan kualitas dari hadis tersebut.
Berdasarkan
proses takhrij yang dilakukan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis,
ditemukan lima metode takhrij yang dapat digunakan untuk mentakhrij hadis,
yaitu takhrij melalui awal kata مطلع الحديث ,
melalui salah satu kata dalam hadis لفظ من الفاظ الحديث ,
melalui perawi pertama الراوي الأعلى , melalui tema
pembahasan hadis, melalui sifat atau jenis hadis. Takhrij dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
cara konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfadz
al-Hadis al-Nabawi, karya A.J Wensick dengan metode pengenalan kata-kata yang
merupakan bagian dari matan hadis karena
cara ini dianggap sangat praktis, dan menggunakan software Mausu’at al
hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah versi 2.
Daftar Pustaka
Al Thohhan, Mahmud. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan
Studi Sanad. Semarang : Dina Utama
Anwar, Ali. 2011. Takhrij
Al-Hadith Dengan Komputer. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Husnan, 1993. Kajian Hadits Metode Takhrij. Jakarta
Timur : Pustaka Al-Kautsar
Nuruddin, 1994. ‘Ulum Al-Hadist. PT. Remaja Rosdakarya
: Bandung
Soetari, Endang. 2008. Ilmu Hadits Kajian Riwayah &
Dirayah. CV. Mimbar Pustaka : Bandung
Solahudin, Agus dan Agus S. 2013. Ulumul Hadist. CV.
Pustaka Setia : Bandung
Zuhri, Muh. 2003. Hadis Nabi Telaah Historis dan
Metodologis. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana
Yogya
Bahrudin,
2009. Takhrij Sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad. Jurnal
Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni.
Deraman,
Fauzi, 2001. Ilmu Takhrij Al-Hadith : Pengertian, Sejarah dan Kepentingannya. Jurnal
Usuluddin, Bil. 14.
Pamil,
Jon, 2012. Takhrij Hadist : Langkah Awal Penelitian Hadist. Jurnal
Pemikiran Islam ; Vol. 37, No. 1
Januari-Juni.
Catatan:
1.
Similarity
17%.
[1] Muh. Zuhri, Hadis
Nabi Telaah Historis dan Metodologis, PT. Tiara Wacana Yogya : Yogyakarta,
2003, hlm. 149.
[3] Husnan, Kajian Hadits
Metode Takhrij, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1993, hlm. 97.
[4] Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,
Dina Utama, Bandung, 1995, hlm. 14.
[5] Ibid.,
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9] Ibid.,
[10] Ibid. Hlm. 15.
[11] Ibid.
[12] Ibid.,
[13] Bahrudin, Takhrij
Sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad, Jurnal Ilmu Dakwah :Vol.
4 No. 13, Januari-Juni, 2009, hlm. 499.
[14] Agus Solahudin dan Agus
Suyadi, op.cit. hlm. 190
[15] Ibid.,
[16] Ibid.,
[17] Ibid.,
[18] Ibid.,
[19] Ibid., hlm. 190.
[20] Ibid.,
[21] Ibid., hlm. 191.
[22] Jon Pamil, Langkah
Awal Penelitian Hadis, Jurnal Pemikiran Islam : Vol. 37 No. 1 Januari-Juni
2012, hlm. 53.
[23] Ibid.,
[24] Ibid.,
[25] Bahrudin, op.cit.,
hlm. 450.
[26] Ibid.,
[27] Ibid.,
[28] Agus Solahudin dan
Agus Suyadi, op.cit. hlm. 191.
[29] Ibid.,
[30] Ibid., hlm. 191-192.
[32] Ibid.,
[33] Ahmad Husnan, Kajian
Hadits Metode Takhrij, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1993, hlm. 107.
[34]
Fauzi Deraman, Ilmu Takhrijal-Hadis : Pengertian, Sejarah, dan Kepentingannya,
Jurnal Usuluddin, Bil. 14, 2001, hlm. 63.
[35] Ibid., hlm. 64.
[36] Ibid.,
[37] Bahrudin., op.cit.,
hlm. 450-451.
[38] Ibid., hlm. 451-452.
[39] Ibid., hlm. 452-453.
[40] Ibid., hlm.453.
[41] Ibid., 454.
[42] Mahmud al-Thahhan,
op.cit., hlm. 40-41.
[43] Ibid.,
[44] Endang Soetari, Ilmu
Hadits Kajian Riwayah & Dirayah, CV. Mimbar Pustaka, Bandung, 2000,
hlm. 156.
[45] Ibid.,
[47] Ibid., hlm. 45-46.
[48] Bahrudin., op.cit.,
hlm. 455.
[49] Ibid., hlm. 456.
[50] Ibid.,
[51] Ibid., hlm. 457.
[52] Ali Anwar, Takhrij
Al-Hadith Dengan Komputer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 3.
[53] Ibid.,
[54] Ibid.,
[55] Ibid., hlm. 4.
[56] Ibid.,
[57] Ibid.,
[58] Ibid.,
[59] Ibid.,
[60] Nuruddin, ‘Ulum
Al-Hadits. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm. 191.
[61] Mahmud Al-Thahhan,
op.cit., hlm. 75-76.
[62] Ibid., hlm., 76.
[63] Ibid., hlm. 4-5.
[64] Ibid., hlm. 9.
[65] Ibid.,
[66] Ibid., hlm. 10
[67] Ibid.,
[68] Ibid., hlm. 11.
[69] Ibid.,
[70] Ibid., hlm. 11-12.
[71] Ibid., hlm. 12.
[72] Ibid.,
[73] Ibid., hlm. 30.
[74] Ibid., hlm. 40.
[75] Ibid., hlm. 46.
[76] Ibid., hlm. 52.
[77] Ibid., hlm. 55.
[78] Ibid., hlm. 56.
[79] Ibid., hlm. 59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar