Minggu, 11 Februari 2018

Alquran dan Historisitasnya (PIPS Kelas A 2017/2018 Genap)



AL-QUR’AN DAN HISTORISITASNYA(BUKTI KEASLIAN DAN SEJARAH PENULISAN SERTA PEMBUKUANNYA)
PIPS A2016
Widia Diningrum                   (16130006)
Dewi Nur Musthofiyah (16130012)
Achmad Rizky Ludvy A        (16130117)

Abstract

The Qur'an is the holy book of Allah that was passed last after the other holy books as the perfect and also the guidance for mankind. The Qur'an was revealed to the Prophet Muhammad with the angel of the angel Gabriel. Much humanity doubts the authenticity of the Qur'an. However, until now no one is able to make beautiful sentences like what is in the Qur'an. The Qur'an is not handed down directly in the form of a book, but it is gradually lowered by about 23 years. In his bookkeeping development only began in the period of Ustman ibn Affan's caliphate. before that, the Qur'an was only taught directly by the Prophet Muhammad and some of his companions wrote him in the things that existed at the time. Prior to the record, the Qur'an is only a scattered sheets that read only a piece of paragraph.


Abstrak
Al-Qur’an adalah kitab suci Allah yang diturunkn terakhir setelah kitab-kitab suci lainnya sebagai penyempurna dan juga pedoman bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril. Banyak sekali umat manusia meragukan akan keaslian Al-Qur’an. Namun, sampai saat ini tidak ada seorang pun yang mampu membuat kalimat indah seperti apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak diturunkan secara langsung berupa kitab, akan tetapi diturunkan secara berangsur-angsur selam kurang lebih 23 tahun. Dalam perkembangan pembukuannya baru dimulai pada masa kekhalifaan Ustman bin Affan. sebelum itu, Al-Qur’an hanya diajarkan langsung oleh nabi Muhammad saw dan sebagian para sahabat menulisknnya dalam benda yang ada pada saat itu. Sebelum dibukukan, al-Qur’an hanya berupa lembaran-lembaran yang berserakan yang bertuliskan hanya sepotong-potong ayat saja.

Keywords: Al-Qur’an, Nabi Muhammas saw, Mushaf

A.    Pendahuluan


Al-Qur’an adalah Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan utama diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.[1]
Secara bahasa Al-Quran bersal dari kata kerja qara’a  yang berarti “mengumpulkan atau menghimpun” , dan qira’ah yang berarti “menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.Awal di turunkannya Al-Quran ditandai dengan surat Al-Alaq ayat 1-5

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ – خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ- الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ - عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ –

dan setelah itu ayat al-qur’an turun secara beransur-ansur.
Al-Quran juga memperkenalkan dirinya dengan berbagai sifat, di antaranya adalah bahwa merupakan kitab yang keotentikannya di jamin oleh Allah, dan ia adalah kitab  yang selalu dipelihara. إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ - 15:9( Sesungguhnya  Kami yang menurunkan Al-Quran dan kalimah pemeliharanya ). ( QS 15:9 ).[2]
Gua Hira menjadi saksi turunnya wahyu dari situ sebagian besar ulama Indonesia bahwa turunnya Al-Quran jatuh pada 17 ramadhan yang sering kita peringati dengan Nuzulul Quran,anggapan ini berdasasrkan surat Al-Anfal (8: 41), ketika itu terjadi perang Badar pada tanggal 17 ramadhan. Untuk yang pertama Wahyu turun menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah adalah melalui mimpi yang haqiqi, kedua dimasukkan ke dalam jiwa Nabi tanpa melihatnya, ketiga malaikat Jibril muncul dihadapan Nabi dengan rupa seorang laki-laki, keempat wahyu dating menyerupai lonceng, kelima wahyu disampaikan malaikat Jibril dengan bentuk aslinya, keenam wahyu disampaikan di atas lapisan-lapisan langit, ketujuh Allah berfirman langsung kepada nabi tanpa perantara.[3]
Al-Quran mempunyai 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dimana surah terpanjang adalah Al-Baqarah terdiri dari 286 surah, dan yang paling pendek adalah surah Al-Kautsar terdiri 3 ayat
Dalam kehidupan seorang muslim kita wajib berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadist karena di dalam Al-Qurna banyak firman-firman Allah yang merujuk pada umat manusia dalam kehidupannaya. Dari itu pula umat muslim wajib mengamalkan ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Quran, ketika kita sedang membaca atau kita dekat dengan Al-Quran maka hati kita cukup tenang dan nyaman, bagaimana kita tahu bahwa keberkahan Al-Quran bias mengangkat derajat seorang muslim menjadi lebih baik dan bias mensucikan dirinya dari hal-hal yang buruk bagi dirinya.
Untuk di Jawa Timur sendiri banyak berdiri pondok pesantren Al-Quran yang dimana mencetak para hafidz-hafidzoh quran yang baik, tidak hanya itu JawaTimur sendiri menjadi provinsi yang paling banyak hafidz-hafidzoh di Indonesia. Contohnya wakil Indonesia yang juga hafidz sekaligus imam Masjidil Haram yang berasal dari Jawa Timur, yaitu Syech Syarwani yang makamnya terdapat di Bangil-JawaTimur
Bagaimana kita sering mendengar dan tidak bosan-bosannya mendapat nasihat dari para ulama yang mengahruskan kita membaca, mengamalkan, memahami ayat Al-Quran bagi kehidupan kita agar anak turun kita senantiasa dilindungi oleh Allah dan cinta terhadap Al-quran.

B.     Bukti-bukti Al-Qur’an sebagai Wahyu Allah SWT

Bagi setiap orang yang beriman tentu tidak perlu pembuktian tentang kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Allah. Karena mereka telah meyakininya dengan sepenuh hati. Akan tetapi berbeda dengan orang-orang yang mengingkari nabi Muhammad atau para kaum kafir, mereka mengira Al-Quran adalah ciptaan nabi Muhammad SAW.  Bahkan perkiraan mereka terhadap nabi Muhammad tidak ada yang dapat membuktikannya secara jelas. Mereka hanya menggunakan alasan-alasan dan data yang tidak benar. Karena kejadian ini Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk menantang para tokoh-tokoh sastra untuk mendatangkan kitab seperti Al-Qur’an. Setelah itu beliau meminta para tokoh-tokoh quraisy yang mahir dalam sastra untuk membuat 10 surat seperti yang ada di dalam Al-Qur’an, namun mereka tidak sanggup. Kemudian beliau meminta kepada merek satu surat saja, akan tetapi merek tetap tidakmampu. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat al-isyra’ ayat 88:
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa, Al-Quran tidak bisa di buat oleh manusia dan jin, bahkan dengan cara apapun mereka tidak akan pernah bisa menandingi keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya , gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an yang di buat oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Berikut ini keterangan dari Al-Quran tentang pembuktian kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Allah antara lain[4] :
1.    Dari segi isi
a.    Kelengkapan isi
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai pengoreksi kitab-kitab terdahulu. Ini bukan berarti bahwa ajaran yang dibawa oleh nabi terdahulu adalah salah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 48:……
Artinya :
“ Dan kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an  dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain.
Kita mempercayai kitab-kitab yang dibawa oleh nabi terdahulu adalah kitab dari Allah. Namun, seiring perkembangan zaman kitab-kitab tersebut mulai diubah oleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Sehingga sangat menyimpang dari ajaran kitab yang asli.
Al-Quran pada hakikatnya mengandung lima prinsip yaitu Tauhid, janji dan ancaman Allah, ibadah, dan sejarah ummat terdahulu sebelum nabi Muhammad . Sebagaiman Allah berfirman dalam Q.S. Yusuf ayat 111

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ - 12:111
Artinya :
“Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa, Al-Quran adalah penyempurna kitab-kitab rasul sebelumnya, yaitu kitab taurat yang diwahyukan kepada nabi Musa AS, kitab zabur yang diwahyukan kepada nabi Daud AS, dan kitab Injil yang diwahyukan kepada nabi Isa AS, dan sebagai petunjuk hidup untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
b.    Kehebatan Isi
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Israa’ ayat 88

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya :
“ Katakanlah : “Sesunguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekaipun sebagaian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
Dari ayat diatas, Allah menegaskan kepada mansia  yang megingkari Al-Qur’an sebagai kalamullah, bahwa manusia maupun makhluk lainnya tidak akan mampu membuat yang serupa dengan Al-Qur’an meskipun satu satu surat yang terpendek saja. Kehebatan lainnya juga terletak pada isinya, dimana menceritakan masa lalu dan masa yang akan datang, sehingga tidak mungkin bagi nabi Muhammad yang buta huruf menulisnya sendiri.
2.    Dari segi Bandingan dengan kitab-kitab Terdahulu
a.    Al-Qur’an mengakui kitab-kitab terdahulu
Islam adalah agama yang satu-satunya yang diciptakan oleh Allah, dimana agama para nabi dan rasul terdahulu adalah islam. Dengan demikian kitab-kitab terdahulu yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad adalah berasal dari wahyu Allah. Untuk itulah kita diwajibkan meyakini kitab-kitab terdahulu.[5] Sebagaiman Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 4

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Artinya :
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-kitab yang diturunlan sebelumnya.”
Tetapi perbedaannya dengan Al-Qur’an adalah kitab yang diwahyukan kepada nabi terdahulu dikhususkan  untuk kaum atau kelompok tertentu saja dan hanya berlaku pada masa itu saja. Sedangkan kitab Al-Qut’an yang diturunkan kepada nabi akhir zaman yaitu  nabi Muhammad untuk seluruh ummat manusia dan berlaku sampai akhir zaman.
b.    Al-Qur’an sebagai kitab suci paling sempurna
Kitab suci ummat terdahulu banyak dimanipulasi oleh manusia yang mengakibatkan kebenarannya tidak dapat dipercaya. Maka dari itu, manusia harus meninggal semua ajaran-ajaran nya dan beralih kepada Al-Qur’an yang dipelihara kebenarannya oleh Allah sampai akhir zaman.
3.    Dari segi Historis
Allah SWT berfirman dalam surat Yunus ayat 90-92 disebutkan bahwa :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ - 10:90آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ - 10:91فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ - 10:92
Artinya:
”Dan kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas mereka, hingga ketika Fir’aun hamper tenggelam berkatalah dia. “ Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercaya oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. Dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari itu kami selamat badamu supaya dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu . tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami.”
Dari ayat diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an telah lama mengetahui bahwa jasad Fir’aun akan ditemukan, dan itu terbukti setlah ditemukannya jasad firaun yang kemudian sampai sekarang diawetka dan dijadikan mumi oleh orang Mesir. Ini membuktikan bahwa Al-Quran dapat mengetahui kejadian masa lampau dan masa yang akan datang dan ini juga membuktikan bahwa Al-Qur’an ada kalamullah.
4.    Dari segi Ilmu Pengetahuan
Di dalam Al-Qur’an diwajibkan bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an juga menginspirasi para ilmuan untuk megadakan riset atau penelitian. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Ghosyiyah 17-18:

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ - 88:17
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ - 88:18
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ia diciptakan?”
“Tidak hanya di dalam bumi saja, bahkan Al-Qur’an juga menganjurkan melintasi langit menuju luar angkasa untuk melihat keagungan dan kebesaran Allah SWT.”
5.    Dari segi fitrah manusia
Fitrah adalah potensi-potensi tertentu yang ada pada diri manusia yang telah dibawanya semenjak lahir, dalam kaitannya dengan tugas manusia sebagai khalifah Allah untuk menciptakan kemakmuran dan kebahagiaan dimuka bumi ini.  Dalam hal ini nabi Muhammad bersabda yang artinya “Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrah manusia (H.R Muslim).

C.     Sejarah Singkat Penulisan dan Kodifikasi Al-Qur’an

1.    Masa Nabi Muhammad SAW
Proses penulisan Al-Qur’an sudah berlangsung sejak zaman nabi Muhammad saw dalam proses menerima wahyu dalam rentang waktu kurang lebih 23 tahun. Setiap kali nabi Muhammad saw menerima wahyu, nabi Muhammad saw memanggil para sahabat-sahabatnya untuk mendengarkan ayat-ayat al-qur’an yang diterimanya. Apabila sahabat tidak memahami maksud dari ayat yang dibacakan oleh nabi Muhammad saw, para sahabat langsung menanyakan kepada beliau dan kemudian menghafalkannya. Nabi muhammad saw tidak menganjurkan kepada umatnya untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an yang diwahyukan, namun kelebihan dari umat islam pada waktu itu yakni mereka berantusias untuk menghafalkan sesuai dengan kapasitas kemampuan mereka kemudian diamalkannya tentang apa yang terkandung dalam ayat-ayat yang mereka pahami. Mereka senantia menantikan wahyu-wahyu selanjutnya yang akan diajarkan oleh Rasululloh saw secara langsung.
Dalam salah satu hadist di riwatkan Al-Barra’ bin ‘Azib menceritakan disaat nabi Muhammad saw menerima wahyu, beliau meminta kepada Umar bin Khattab untuk memanggilkan Zaid bin Tsabit untuk datang dengan membawa alat tulis untuk menuliskan ayat al-Qur’an yang baru diwahyukan. Pada masa itu media penulisan yang tersedia yaitu kulit binatang, lempengsn batu, tulang binatang, dan juga pelepah kurma. Ini semua membuktikan bahwa sudah adanya penulisan al-Qur’an sejak zaman nabi Muhammad saw.
Selain itu, masih banyak para sahabat yang juga ikut menuliskan ayat-ayat al-Qur’an diantaranya kurang lebih terdapat enam puluh lima sahabat yang juga langsung ditugaskan oleh nabi untuk menuliskan wahyu. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Alin bin Abi Thalib, Abu Umamah, Abu Ayyub Al-Anshari, Abu Huzhaifah, Abu Sufyan bin Harb, Abu Salamah, Abu ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab, Al-Arqam, Usaid bin Al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Tsabit bin Qais, Ja’far bin Abi Thalib, Jahm bin Sa’ad, Suhaim, Hatib, Hudzaifah, Husain, Handzala, Huwaitib, Khalid bin Sa’id, Khalid bin Walid, Zubbair bin ‘Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Tsabit, Sa’ad bin Ar-Rabi’, Sa’ad bin ‘Ubadah, Sa’id bin Sa’id, Shurahbil bin Hasan, Thalhah bin Ubaidillah, ‘Amir bin Fuhaira, ‘Abbas bin Abdul Munthalib, Abdullah bin Al-Arqam, Abdullah bin Abi Bakr, Abdullah bin Ruhawah, Abdullah bin Zaid, Abdullah bin Sa’ad, Abdullah bin Abdullah, Abdullah bin Amr, Uqba, Al-‘Ala bin ‘Uqba, Amru bin Ash, Muhammad bin Maslamah, Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyyah bin Abu Sufyan, Mu’aqib bin Mughirah, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abu Sufyan.[6] Para sahabat melakukan penulisan tidak secara kolektif yang menuliskan secara keseluruhan, namun hanya sepotong ayat saja yang menjadikan Al-Qur’an tidak bisa di bukukan. Ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar pada masa itu juga tidak seutuhnya bentuk al-Qur’an hanya berupa suhuf-suhuf dan mushaf-mushaf. Nabi juga tidak menganjurkan para sahabat untuk menuliskan selain al-Qur’an karena dikhawatirkan tercampurnya al-Qur’an dengan hal lainnya.
Dalam penyusunan urutan surah yang terdapat saat ini memang tidak sesuai dengan kronologis turunnya ayat yang diwahyukan Allah swt kepada nabi Muhammad saw. Namun, nabi Muhammad saw lebih memahami tentang bagaimana penyusunan ayat dan pengelopokan surah-surah yang sesuai. Penyusunan yang dilakukan oleh nabi Muhammad juga tidak sembarang. Setiap setahun sekali malaikat jibril datang untuk memeriksa runtutan ayat dan surat.[7]
Bukti lain adanya penulisan ayat al-Qur’an pada zaman Rasulullah saw yaitu dalam kisah masuk islamnya salah satu sahabat nabi yaitu Umar bin Khattab. Pada waktu itu, umar mendengarkan fatimah yakni saudara perempuannya yang sedang membacakan awal surat At-Thaahaa yang tertulis dalam mushaf. Allah memberikan hidayah kepada hidayah kepada Umar yang kemudian umar mengambil mushaf yang dibaca oleh fatimah, dan masuklah umar kedalam agama Islam.

2.    Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Di masa Rasululloh saw, penulisan al-Qur’an dilakukan ketika beliau mendapatkan wahyu. Rasululloh memerintahka para sahabatnya untuk menulis dan juga menghafal wahyu yang telah diterimanya. Namun sebagaian besar para sahabat hanya menghafalnya dan hanya sebagian sahabat yang menulisnya.Kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Rasululloh digantikan oleh Khulafaur Rasyidin[8] yang mana yang menjadi khalifah pertama yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar, terdapat suatu pergerakan dimana Musailamah Al-Kadzab berdakwa yang mengaku sebagai seorang nabi dimana tujuan musailamah adalah untuk memurtadkan orang-orang islam. Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar menyiapkan pasukan pengendara kuda berjumlah 4000 untuk memerangi Musailamah dibawah pimpinan Khalid bin Walid. Pada saat itu Musailamah sedang berada di Yamamah dan sedang mempengaruhi golongan Bani Hanifah. Peperangan berlangsung di Yamamah dan menewaskan banyak pasukan perang dan tujuh puluh diantaranya adalah orang Qurra’. Mengetahui hal tersebut, Umar bin Khattab meminta kepada khalifah Abu Bakar untuk melakukan suatu tindakan tentang pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dan melakukan pembukuan untuk menghindari hal-hal yang yang menjadikan hilangnya al-Qur’an. Pada Awalnya khalifah Abu Bakar menolak usulan tersebut dengan alasan bahwa nabi Muhammad saw tidak pernah melakukan hal tersebut. Umar mencoba untuk menegaskan apa yang diinginkannya dengan alasan kenapa hal tersebut harus dilakukan. Tidak lama kemudian dengan izin Allah yang telah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut.
Kemudian Abu Bakar mempercayai Zaid bin Tsabit[9] untuk mengumpulkan suhuf-suhuf dan juga menuliskan kembali suhuf-suhuf yang telah dikumpulkan. Sebelumnya, Abu Bakar membentuk suatu kepanitian pengumpulan Al-Qur’an yang mana diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dan dibantu para sahabat lain diantaranya adalah Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, dan Abu Zaid. Disamping itu Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib dan juga para sahabat lainnya juga ikut membantunya.[10]
Langka yang dilakukan Zaid bin Tsabit dibawah utusan khalifah Abu Bakar yaitu mengumumkan ke seluruh penjuru kota bagi siapa saja yang mempunyai tulisan-tulisan al-Qur’an dalam media apapun yang pernah dituliskan dihadapan nabI Muhammad saw untuk menyerahkan kepada panitia pengumpulan al-Qur’an, dan juga bagi siapa saja yang pernah belajar al-Qur’an langsung kepada nabi Muhammad saw, untuk menuliskannya.[11] Setelah ayat-ayat al-Qur’an sudah terkumpul, khalifah Abu Bakar, Zaid bin Tsabit dan juga sahabat yang lainnya melakukan penyusunan al-Qur’an sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad saw yakni dengan mengurutkan ayat yang saling berkesinambungan. Kemudian menuliskannya kembali di atas kulit binatang karena pada waktu itu belum ada media untuk menulis seperti halnya kertas. Setelah semua tersalin diikatlah mushaf-mushaf tersebut dan disimpan di kediaman khalifah Abu Bakar.
Setelah khalifah Abu Bakar wafat, kepemimpinan agama islam digantikan oleh khalifah Umar bin Khattab. Mushaf-mushaf yang pernah di simpah khalifah Abu Bakar berpindah tangan kepada khalifah Umar. Pada masa kekhalifahan Umar terjadi suatu gerakan yaitu penyembaran al-Qur’an namun masih berupa mushaf-mushaf yang tidak dibukukan. Namun salinan pada masa khalifah Abu Bakar tetap disimpan di kediaman khalifah Umar. Disamping penyebaran mushaf, khalifah Umar juga menempatkan para sahabar diberbagai daerah untuk mengajarkan al-Qur’an secara langsung. Kebijakan tersebut terjadi selama kepemimpinan khalifah Umar. Sepeninggal khalifah Umar, salinan dari masa khalifah Abu Bakar di berikan kepada Hafshah binti Umar bin Khattab[12].

3.    Masa Utsman bin Affan
Penyempurnaan Al-Qur’an terjadi setelah wafatnya nabi Muhammad saw. Hal ini dilakukan mulai dari zaman pemerintahan khalifah Abu Bakar dan kemudian dilanjutkan dengan Umar bn Khattab. Mereka melakukan gerakan untuk menuliskan Al-Qur’an yang sebelumnya hanya dihafalkan oleh para sahabat-sahabat saja. Tulisan-tulisan Al-Qur’an pada masa itu dinamakan shuhuf. Pembukuan Al-Qur’an dimulai pada zaman kekhilafahan Utsman bin Affan. Hal itu diawali dengan terjadinya perang Yamamah yang diriwayatkan oleh Bukhary dari Anas menjelaskan bahwa Hudzaifah Ibnul Zaman menemukan perselisihan dalam pelafalan Al-Qur’an dalam memerangi penduduk Syam dalam peperangan yang terjadi untuk mengalahkan Arminia dan Hudzaifah. Faktor utama yang menjadi perselisihandalam pelafalan Al-Qur’an karena memang setiap umat islam diberbagai wilayah memiliki dialek yang khas sendiri-sendiri. Karena pada saat kepemimpinan Utsman bin Affan terjadi perluasan wilayah umat islam diluar Jazirah Arab yang menjadikan umat islam tidak datang dari bangsa Arab saja. Mereka menganggap kalimat al-Qu’an yang dilafalkan sudah benar. Hudzaifah meminta kepada khalifah Utsman untuk segera melakukan tindakan untuk mengatasi hal itu agar tidak terjadi suatu perselisihan mengenai kitab suci seperti apa yang dilakukan oleh orang Nasrani dan Yahudi.
Mendengar hal tersebut, khalifah Utsman menanggapinya langsung melakukan suatu tindakan yakni dengan mengeluarkan suatu kebijakan untuk melakukan kodifikasi(pembukuan) yang selama ini berupa shuhuf-shuhuf yang berserakan di tangan umat Islam. Dalam kebijakan ini, khalifah Utsman menggunakan dua metode yang dilakukan. Pertama, Utsman bin Affan memerintkah Zait bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Harits, dan Said bin Ash untuk menyalin shuhuf-shuhuf sepeninggalan khalifah sebelumnya yang berada ditangan Hafshah. Mereka menyalin menjadi beberapa mushaf, dan kemudian salinan mushaf tersebut dikirimkan ke Kufah, Bashrah, Damaskus, dan Madinah. Kemudian shuhuf-shuhuf itu dikembalikan lagi kepada Hafshah. Disamping itu Utsman bin Affan memerintahkan untuk membakar mushaf Al-Qur’an selain salinan yang ditulis oleh para sahabt . Salinan pertama disimpan sendiri oleh Utsman Bin Affan. Kedua, Utsman bin affan membentuk sebuah tim pengumpulan naskah Al-Qur’an yang terdiri dari dua belas orang sahabat diantaranya Sa’id bin Al-‘Ash, Nafi’ bin Zubair bin Amr bin Naufal, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Hisham, Khatir bin Aflah, Anas bin Malik, Abdullah bin ‘Abbas, Malik bin Abi ‘Amir, Abddullah bin Umar, dan Amru bin Ash.Utsman bin Affan memerintahkan melalui pidatonya “saat ini, umat islam memiliki bacaan Al-Qur’an yang berbeda-beda, dan aku memerintahkan untuk siapa saja yang mempunyai ayat-ayat Al-Qur’an yang dituliskan sejak zaman Rasululloh agar segera diberikan kepadaku”. Mendengar perintah tersebut, orang-orang berbondong-bondong menyerahkan bagian-bagian ayat yang mereka miliki, yang dituliskan diatas kulit binatang, lempengan batu, tulang binatang, dan pelepah kurma. Pada saat penyerahan ayat tersebut, Utsman bin Affan bertanya kepada setiap orang apakah apa yang diserahkan yakni tulisan potongan ayat mereka mengetahui dan memahami seperti apa yang telah dibacakan oleh nabi Muhammad saw sendiri. Setiap orang bersumpah dan mengatakan apa yang mereka baca sama dengan bacaan yang sudah diajarkan nabi Muhammad saw dan kemudian ayat-ayat tersebut diserahkan kepada Zaid bin Tsabit. Setelah terkumpul, para sahabat membandingkan shuhuf-shuhuf yang terkumpul dengan shuhuf yang ada ditangan Hafshah. Setelah adanya kesamaan, para sahabat mulai menyusun shuhuf-shuhuf tersebut menjadi sebuah mushaf. Dalam penyusunan tersebut 114 surah telah di urutkan yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.[13]Penyusunan surah tersebut sesuai dengan cara penulisan yang sudah dilakukan oleh khalifaah Abu Bakar yang pernah ia lakukan dihadapan Rasululloh saw. Setelah itu para sahabat membacakan susunan ayat-ayat tersebut didepan Utsman dan seluruh para sahabat untuk mendapatkan kesepakatan. Dirasa tidak ada yang protes tentang penyusunan surah-surah tersebut para sahabat menuliskan kembali al-Qur’an menjadi beberapa salinan.[14] Para sahabat membuat 6 buah salinan yang akan disebarluaskan wilayah penduduk islam diantaranya yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam, dan Yaman dan satu lagi disimpan Utsman sendiri di Madinah yang sekarang dikenal sebagai Al-Mushaf Al-Imam.[15]
Disamping menyebarkan mushaf-mushaf yang sudah dibenarkan dan disepakati, Khalifah Utsman juga mengutus para sahabat bersama dengan mushafnya untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan pelafalan yang benar berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad saw pada saat itu. Adapun para sahabat yang diutusnya antara lain Abdullah bin Saib ke Mekkah, Al-Mughirah bin Syihab ke Syam, Abu Abdirrahman As Sulma ke Kufah, Amir bin Qais ke Basrah, dan Zaid bin Tsabit ke Madinah.[16]
Kebijakan khalifah Utsman untuk mengumpulkan suhuf dan menyalin mushaf menjadi beberapa salinan dan disebarluaskan mampu mengatasi perselisihan umat islam dalam hal kitab suci. Selain itu, pembukuan al-Qur’an di masa khalifah Ustman menghasilkan suatu bacaan isi al-Qur’an yang sama dan juga menentukan urutan tatanan surah-surah yang sudah disepakati bersama. Hal itu menjadikan khalifah Ustman mendapatkan banyak pujian dari umat Islam sebagai khalifah yang mampu memperjuangkan masalah kitab suci seperti apa yang telah dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq sebelumnya.

D.    Penutup

Alquran adalah Kitab Suci Islam yang merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di antara tujuan utama diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Quran juga memperkenalkan dirinya dengan berbagai sifat, di antaranya adalah bahwa merupakan kitab yang keotentikannya di jamin oleh Allah, dan ia adalah kitab  yang selalu di pelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahulahafidzun ( Sesungguhnya  Kami yang menurunkan Al-Quran dan kalimah pemeliharanya ). ( QS 15:9 ).
Pada saat diturunkannya Al-Quran atau wahyu juga terdapat banyak bukti kepada Nabi yang Allah berikan di Gua Hiro. Maka dari itu kita sebagai umat muslim marilah terus berusaha mengamalkannya karena keberkahan Al-Quran sangat besar bagi kehidupan kita. Dengan demikian rugi rasanya apabila kita sebagai umat muslim meninggalkan atau jauh dari Al-quran.





DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Emsoe. 2002. The Amazing Stories of Al-Quran. Bandung: Salamadani.
At-Tubany, ZiyadUl-Haq. 2009. Karakter Diri Dibalik Juz Al-Quran. Surakarta: Rahma Media Pustaka
Ghazali, Abd Moqsith dkk. 2009. Metodologi Studi Al-Quran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hitami, Munzir. 2012. PengantarStudi Al-Quran. Yogyakarta: LKiSYogyakarta
Mustofa, Ahmad. 1994. Sejarah Al-Quran. Surabaya: Al-Ikhlas
Shaleh, AbdQodirdkk. 2008. Antropologi Al-Quran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Shihab, M.Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Catatan:
1.     Similarity hanya 3%. Selamat!!!
2.     Referensi yang hanya menyantumkan alamat website tidak boleh. Harus menyantumkan keterangan jurnal/buku/penelitian yang dikutip lengkap.
3.     Struktur makalah harusnya: pendahuluan, definisi Alquran, bukti-bukti Alquran sebagai wahyu Allah, sejarah Alquran dari masa ke mana, dan simpulan. Bukan seperti yang ada dalam makalah ini.
4.     Pendahuluan bukan berisi materi pembahasan, tetapi uraian-uraian yang bisa mengantarkan pada materi pembahasan.
5.      Materi tentang Bukti-bukti Alquran sebagai wahyu Allah belum “mantap.” Harusnya, supaya mantap, diberikan bukti ayat Alquran yang sesuai dengan temuan ilmu pengetahuan modern.
6.     Daftar pustaka hanya sembilan?
7.     Penutup/Simpulan berisi kesimpulan dari pembahasan yang ada, dan saya belum melihat itu.


[1]http://repository.uinsu.ac.id/468/4/BAB%20I.pdf
[2]Shihab, M. Quraish, Membumikan Al- Quran, (Bandung : Mizan,1994) hal 21
[3]Emsoe Abdurrahman dan Apriyanto Ranoedarso, The amazing stories of Al-Quran, (Bandung:Salamadani, 2002) hal 8
[5]Ibid
[6]Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories of Al-Qur’an, hal. 38.
[7] Diriwayatkan oleh Bukhary dalam hadist shahihnya.
[8] Seorang pemimpin yang menggantikan nabi Muhammad saw setelah beliau wafat yang sudah dipercayai oleh umat Islam, bukan Nabi.
[9] Seseorang yang hidup di zaman nabi Muhammad saw dan telah menjadi sekretaris kepercayaan Rasululloh karena dirinya mempunyai kecerdasan yang sangat tinggi, terampil, cermat dan juga teliti. Disamping itu juga Zaid bin Tsabit pernah belajar dan juga menghafal ayat Al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw.
[10] H. Ziyad Ul-Haq At-Tubany, Karakter Diri Dibalik Juz Al-Qur’an, hlm. 6-7.
[11] Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa kekhalifaan Abu Bakar menjadi pengumpulan naskah al-Qur’an yang pertama(Al-Jam’ul Qur’an Awwal) dan ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah pengumpulan naskah al-Qur’an yang kedua(Al-Jam’ul Qur’an Ats-Tsany)
[12] Salah satu istri Nabi Muhammad saw dan merupakan putri dari Khalifah Umar bin Khattab.
[13] Namun secara kronologis sebenarnya surah yang pertama diturunkan adalah surah Al-‘Alaq.
[14] Emsoe Abdurrahman, The Amazing Stories of Al-Qur’an, hal. 46-47.
[15] Jumlah salinan Mushaf tidak bisa dipastikan karena diberbagai macam buku ada yang menyebutkan 4, 7, dan 9.
[16]H. Ziyad Ul-Haq At-Tubany, Karakter Diri Dibalik Juz Al-Qur’an, hlm. 12-13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar