Selasa, 21 November 2017

Takhrij al-Hadits (PAI D Semester Ganjil 2017/2018)





Nurul Hidayati Dwi Lestari (16110145) dan Moh. Hamdani (16110150)
PAI D 2016
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
This article discusses the Takhrij Hadith which Takhrij's own understanding is something that gives information about the source of the original hadith along with a complete explanation of its sanad, and in this discussion Takhrij Hadith includes the meaning of Takhrij in the language and also the term, and the benefit of studying what Takhrij only, and here also explain the steps or methods of a Hadîth in the first two ways, conventionally (traditional) and the second through software. In the first way, conventionally there are five methods used here are the first, Takhrij by using the method of knowing the companion of the hadith narrator. Secondly, Takhrij using the method of knowing the beginning of lafadz from Matan Hadith. Thirdly, Takhrij uses the method of knowing the words of the passage of Hadith which are rarely circulated or rarely used. Keempeat, Takhrij using the method of knowing the title of the Hadith. Fifth, Takhrij by using the method shows the existence of Matan and Sanad Hadith. And in this conventional method we use the work book of A.J. Wensick entitled Mu'jam al-Fahras to teach a Hadith. And the second way, using Software where in this method we are easier to takhrij a Hadith.


Abstrak
Pada artikel ini membahas tentang Takhrij Hadits yang dimana pengertian Takhrij itu sendiri adalah sesuatu yang memberikan infomasi tentang sumber hadits yang asli beserta dengan penjelasan lengkap sanadnya,dan dalam pembahasan ini Takhrij Hadits meliputi pengertian Takhrij secara bahasa dan juga istilah, dan manfaat mempelajari Takhrij itu apa saja, dan disini juga menjelas langkah-langkah atau metode-metode mentakhrij sebuah Hadits dengan dua cara yaitu yang pertama secara konvensional (manual) dan yang kedua melalui software. Dalam cara yang pertama, secara konvensional disini ada lima metode yang digunakan yaitu yang pertama, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui sahabat perawi hadits. Kedua, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui awal lafadz dari Matan Hadits. Ketiga, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui kata-kata bagian dari Hadits yang jarang beredar atau jarang digunakan. Keempeat, Takhrij dengan menggunakan metode mengetahui judul Hadits tersebut. Kelima, Takhrij dengan menggunakan metode memperlihatkan suatukeadaan dari Matan dan Sanad Hadits. Dan dalam metode konvensional ini kita menggunakan buku karya dari A.J. Wensick yang berudul Mu’jam al-Fahras untuk mentakhrij sebuah Hadits. Dan cara yang kedua, menggunakan Software yang dimana dengan metode ini kita lebih mudah untuk mentakhrij sebuah Hadits.

Kata Kunci: Takhrij, Manfaat, Metode-Metode, Software

A.      Pendahulan
Peranan hadis sangatlah penting bagi kehidupam umat islam. Jadi tidak heran para ulama terdahulu mati-matian dalam mengumpulkan dan mempelajari ilmu hadis. Mereka mengorbankan segala kekuatannya dalam hal itu, sampai-sampai mereka mendatangi beberapa tempat yang yang sekiranya terdapat sebuah hadis.
Berkat usaha para ulama tersebut, maka hadisthadist Nabi telah berhasil dikumpulkan serta dibukukanmenjadi khazanah yang sangat berharga bagi umat Islam. Diantara tokoh tokoh yang begitu berjasa dalam melakukanusaha mulia tersebut adalah al-Bukahri, Muslim, al-Turmuzi, al-Darimi dan lain sebagainya.
Walaupun hadist-hadist Nabi telah dibukukan yang penulisannya sudah lengkap baik matan maupun sanadnya,pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kita temui baik dalam tulisan maupun ceramahhadist-hadist yang tampa identitas (tidak disebutkan rawi dan kolektor serta kualitasnya) Terkadang hanya disebutkanpotongannya saja tanpa disebutkan rawi pertama serta kolektornya dan terkadang hanya disebutkan rawi pertamaserta kolektonya. Hal ini tentu saja tidak begitu meyakinkan kita apalagi kalau hadist yang disetir berkenaandengan masalah akidah maupun ibadah. Oleh karena itu kita perlu menelusuri hadist tersebut pada kitab sumbernyayang asli agar kita bisa rnengetahui lafal hadist yang dujumpai secara lengkap baik matan maupun sanadnya.
Menelusuri hadist pada sumber aslinya tidak bisa dilakukan sembarangan saja tapi perlu metode tersendiriyang sudah dirumuskan oleh para ahli hadist yang disebut dengan Metode. Takhrij al-hadist. Dalam uraian diatas dianjurkan untuk kita dalam mengetahui metode takhrij al-hadits tersebut. Oleh karena itu makalah ini akan kita jelaskan sedikit tentang metode tersebut.

B.       Pengertian Takhrij Hadits
Dipandang dari segi kebahasaan, kata ”Takhrij” itu sendiri berasal memiliki beberapa arti. Adapun yang paling mendekati adalah dari kata:خرج-يخرج-خروجا mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’il (huruf ra’) menjadi:خرّج-يخرّج-تخريجا yang berarti mengeluarkan, menampakkan, menerbitkan, menyebutkan, dan menumbuhkan.[1] Begitu juga dengan kata      الاخراج yang mempunyai arti memperlihatkan atau menampakkan.[2] Maksudnya menampakkan sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan dan masih samar. Penampakan dan pengeluaran di sini tidak mesti berbentuk fisik yang konkret, tetapi mencakup non fisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbath yang berarti mengeluarkan hukum dari nash Alquran dan hadis.[3]
Sedangkan dari segi istilahnya adalah,

التخريج هو الدلالة على موضع الحديث في مصادره الاصلية التي اخرجته سنده ببيان مرتبته عند الحاجة

Takhrij merupakan memberikan informasi atau pemberitahuan terhadap tempat hadis didalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan kualitas sesuai kebutuhan.[4]
Dalam mengenal pengertian takhrij alangkah baiknya kita mengetahui kata dasar yang sama dari kata kharaja yaitu ikhraj dan istikhraj. Kata ikhraj dalam terminologi ilmu hadis yaitu periwayatan hadis dengan menyebutkan sanadnya mulai dari mukharijnya dengan perawinya sampai kepada rasul SAW. Jika hadis tersebut marfu’, atau sampai kepada sahabat jika hadis tersebut muwaquf, atau sampai kepada tabi’in jika hadis tersebut maqthu’. Selanjutnya kata iskhraj, kata stikhraj dalam istilah ilmu hadis yaitu, bahwa seorang hafiz (ahli hadis) menentukan suatu kitab kumpulan hadis karya orang lain yang telah disusun lengkap dengan sanadnya, lalu dia mentakhrij hadis-hadisnya dengan sanadnya sendiri tanpa mengikuti jalur sanad penyusun kitab tersebut. Akan tetapi jalur sanadnya itu bertemu dengan sanad penulis buku tersebut pada gurunya atau guru sebagai penerima hadis pertama, dengan syarat bahwa hadis tersebut tidak datang dari sahabat lain, tetapi mestilah dari sahabat yang sama.[5]

C.      Manfaat Takhrij Hadis
Seseorang yang mempelajari ilmu takhrij hadis sangatlah penting dan merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuan dalam menguasai dibidang ilmu-ilmu kesyariahan, terutama dalam bidang hadis dan ilmu hadis. Jadi oleh karena itu dianjurkan untuk mempelajari kaidah-kaidah dan metode takhrij, dengan hal itu seseorang yang menguasainya dapat mengetahui bagaimana cara untuk sampai kepada suatu hadis didalam sumber-sumbernya yang asli, yang disusun pertama kali oleh para ulama mengkodifikasi hadis. Ketika menyadari bahwa sebagian para penyusun atau pengarang kitab-kitab dalam bidang fiqih, tafsir dan sebagainya yang didalamnya terdapat (tercantum) hadis nabi muhammad SAW, mereka hanya menulis dan meringkas hadis yang dibutuhkannya saja atau di saat tertentu saja. Selain itu, biasanya para mushannif tidak mengklarifikasikan status dari hadis tersebut, apakah hadis tersebut maqthu’, mauquf atau marfu’ yang kemudian berlanjut kepada kualitas hadis tersebut. Nah hal ini akan sangat rasakan oleh seseorang ketika mereka tidak mempelajari takhrij hadis, dan akan mempelajarinya karena mereka merasa membutuhkannya.[6]
Takhrij disini juga bertuajn apakah hadits yang kita cari itu melalui jalur yang berkualitas (sahih) taupun tidak.[7] Juga untuk mengetahui sumber asal hadis yang ditakhrij. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hadis-hadis tersebut. adapun beberapa manfaat tersebut dipaparkan secara perinci sebagai berikut, yaitu antara lain:[8]
1.        Adanya buku hadis dapat kita ketahui referensinya. Jadi dengan mempelajari takhrij kita dapat mengetahui kitab hadis apa saja yang didalamnya terdapat hadis tersebut dan kita dapat mengetahui perawi hadis yang ditelitinya.
2.        Dapat menampung beberapa sanad hadis. Dengan takhrij juga kita dapat menghimpun sejumlah sanad, kita dapat mendapatkan sebuah hadis yang akan diteliti. Misalnya kita mencari sanad yang ada di kitab Al-Bukhari maupun dikitab-kitab lain.
3.        Memberikan suatu informasi kepada kita tentang kadar kemampuan seorang perawi dalam mengingat atau menghafalkan hadis serta kejujuran dalam pewayatanya. Selain itu juga dapat mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan yang terputus (munqathi’).
4.        Dengan adanya dukungan sanad lain yang seimbang maupun lebih tinggi kualitasnya sehingga meningkatkan suatu hadis yang dha’if menjadi hasan li ghairihi. Bisa juga ditemukannya sanad lain yang lebih tinggi kualitasnya atau sederajat sehingga dapat meningkatkan hadis hasan menjadi shahih li ghairihi.
5.        Mengetahui bagaimana penilaian para imam hadis terhadap suatu kualitas hadis dan penilaian bagaimana kritikan yang disampaikan.
6.        Dapat menghimpun sejumlah sanad maupun matan sebuah hadis bagi seseorang yang melakukan takhrij.
7.        Sebagai bentuk pemberitahuan setelah dilakukannya penelitian dari segi sanad maupun matannya, bahwasanya suatu hadis tersebut bisa dikatakan dhaif, hasan maupun hadis sahih.[9]

D.      Metode-Metode Takhrij Hadits Secara Konvensional
Jika kita dimintai mentakhrijkan suatu Hadits, maka yang harus kita lakukan pertama kali ialah memperhatikan status dari Hadits yang akan kita takhrijkan, dengan cara memperhatikan yang meriwayatkannya, atau melihat judulnya, atau bisa juga dengan kita memperhatikan sifat spesifik yang terkandung dalam Hadits tersebut pada Sanad atau pada Matannya. Cara tersebut untuk memudahkan dalam mentakhrij.[10] Dibwah ini adalah Metode-Metode Takhrij Hadits secara konvensional:
1.        Metode Pertama, Takhrij dengan Metode Mengetahui dari Perawi Hadits Pertama
Pada sebuah Hadits yang akan di Takhrij dengan metode ini caranya yaitu dengan berlandaskan pada perawi pertama. Perawi dari golongan sahabat pada Hadits tersebut, bila sanadnya itu muttasil samapai pada Nabi Muhammad SAW. Juga bisa dari golongan Tabi’in, jika hadits tersebut mursal.[11]Jika kita tidak mengetahui  nama perawi atau nama perawi tidak disebutkan pada Hadits, maka kita tidak bisa menggunkan metode ini.[12]
Contoh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ وَاقِدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمْ الْمَرْأَةَ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوهُ إِلَى نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَ

Kita bisa menggunakan metode ini, jika menemukan Hadits seperti contoh diatas. Dan kita bisa mencari melalui perawi Hadits yang pertama. Yang diatas bisa dilihat bahwa perawi pertamnya adalah Jabir. Kemudian kita bisa mencari melalui kitab-kitab takhrij hadits yang dimana disusun dengan susunan rawinya.[13]
Kitab yang bisa untuk mentakhrij dengan memakai metode ini adalah ada beberapa kitab, yaitu: 1) Kitab Musnaid (kitab ini disusun dengan berdasar pada perawi pertamanya) seperti musnad Imam Ahmad bin Hanbal yang dimana hadits-hadits dalam kitab ini tersusun sesuai dengan perawi-perawinya.[14] Dan kitab musnad ini termasuk cukup besar dan berisi kurag lebih 40.000 Hadits.[15] 2) Kitab al-Athrof yang dimanapemgarang menyusunnya berdasar pada nama sahabat-sahabat, dan meyusun nama-nama mereka sesuai dengan urutan huruf abjad.[16]
Kelebihan: dalam mencari hadits, hasilnya kan lebihtepat. Disebabkan langsung difokuskan kepada suatu Hadits yang telah diriwayatkan oleh sahabat yang dimaksudkannya.[17]
Kekurangan: a) jika kita tidak mengetahui perawinya, maka kita tidak bisamenggunkan metode ini. b) jika perawi meriwayatkan banyak Hadits, maka kita harus mencarinya dengan satu persatu, oleh sebab itu diperlukan kesabaran yang luar biasa.[18]

2.        Metode Kedua, Takhrij dengan Cara Mengetahui Lafadz Pertama Matan Hadits.
Dalam metode yang kedua ini adalah suatu metode dengan cara mengetahui lafadz pertama pada suatu matan Hadits, dan urutan dalam hadits ini sesuai dengan urutan huruf-huruf alfabet dan juga huruf hijaiyah.[19]
Kitab Al-Jami’As-Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nazir, kitab ini juga menggunakan metode ini. Kitab ini dikarang oleh Jalaluddin Abu Fadhil Abd Ar-Rohman Ibn Abi Bakar Muhammad Al-Khudri As-Suyuthi. Pencarian Hadits dalam kitab ini sangat mudah karena kitab ini hadits-hadits nya disusun berdasarkan dengan urutan huruf hijaiyah.[20]
Contoh:
قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ

Step-step yang harus dilakukakan untuk mengetahui lafadz lengkapnya yaitu dengan menelusuri penggalan matan dari hadits terserbut pada urutan awal matan. Muhammad Fuad Abdul Baqi, dalam kamusnya, penggalan Hadits diatas berada pada halaman 2014. Maksudnya adalah lafadz yang dicari terdapat pada halaman 2014 dan di juz IV. Hasil dari penelusuran ini adalah sebagai berikut:[21]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukalah dari kekuatan itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”[22]
       Kelebihan: yang dimana kita bisa melacak dengan cara yang cepat apabila sudah kita ketahui awalan katanya. Kekurangannya: kita tidak mungkin bisa menemukan sebuah hadits yang akan kita cari, bila terjadi suatu perubahan walaupun hanya sedikit saja diawal kata. Contohnya apabila kita mencari hadits yang berbunyi  اِذَاأتَا كُم  akan tetapi yang kita ingat adalah لَوجاأكم  jadi hadits tersebut tidak akan mungkin bisa ditemukan.[23]

3.        Metode ketiga, Takhrij dengan Cara Mengemukakan Kata-Kata yang Jarang Digunakan dalam Suatu Bagian Matan Hadits.
Dalam metode ini melalui kosa kata yang berbentuk isim, atau fi’il dengan bermacam-macam pecahan tafsirnya, yang mana itu akan dijadikan sebagai kunci ataupun sebagai alat bantu untuk mencari Hadits.[24]
Pada metode ini agar pencarian sebuah Hadits bisa dilakukan dengan cepat dan mudah, maka upayakan untuk menggunakan kosa kata yang jarang digunakan dalam sebuah hadits.[25]
Contoh: kita akan mencari hadits yang berbunyi sebagai berikut,

إِنَّ النَّبِيَّ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي عَنْ طَعَامِ الْمُتَبَارِيَنِ اَنْ يأْ كُلَ

Kita pilih kataالْمُتَبَارِيَنِdalam entriتَبَرَsupaya pelacakan bisa dilakukan lebih cepat dan mudah. Kenapa kita menggunakan kosa kata tersebut, dikarenakan kosa kata tersebut lebih sedikit digunakan daripada kosa kata yang lainnya, misalnya نَهَيatauطَعَمْ[26]
       Metode ini mempunya kelebihan dan kekuranagn, kelebihannya ialah:[27]
a)         Dapat dengan mudah dan cepat mencari Hadits.
b)        Memungkinkan dalam mencari Hadits dengan melalui setiap kata yang ada dalam suatu matan Hadits.
c)         Jika kita hanya menggunakan salah satu kosa kata yang ada dalam sebuah hadits, maka itu bisa dipakai untuk mentakhrij sebuah Hadits.[28]
d)        Kita bisa mempeoleh suatu informasi yang rinci akan nomor hadits, nama dari bab, dan mana dari kitab.[29]
Kelemahan:[30]
a)      Prosesnya akan dirasakan susah dikarenakan jika kita tidak bisa menemukan akar lafadz pada Hadits yang akan kita cari.
b)      Hasil pencarian kadang tidak sama persis denagan Hadits yang akan kita cari, disebabkan apabila didapat hal tentang pengurangan atau penambahan kata padamatan Hadits.
Diperlukan kitab penunjang dalam metode ini, yaitu kitab Al-Mu’jam Al-Mufahros Li Alfadz al-Hadits an-Nabawi oleh A.J. Wensinck dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi.Kitab tersebut merupakan kamus daftar isi dari lafadz-lafadz Hadits Nabi yang didalamnya ada sembilan referensi dari beberapa referensi yang terkenal kitab-kitab Induk.[31] Kitab-kitab tersebut adalah sebagai berikut: Shahih al-Bukhari,Shahih Mualim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi,Muwaththa’ Malik, dan Musnad Imam Ahmad.[32]

4.        Metode keempat, dengan Cara Mencari Suatu Hadits dengan Berdasar Pada Tema atau Topik.
Jika melakukan takhrij dengan metode ini, maka kita harus menyimpulkan tema dari hadits terlebih dahulu, setelah itu kita mencari tema tersebut pada kitab-kitab yang disusun dengan menggunakan metode ini.[33]
Kitab Miftah Kunuz As-Sunnah yang dimana kitab ini banyak membantu dalam penggunaan metode ini, didalamnya berisi tentang daftar isi Hadits yang telah disusun berdasar judul-judul pembahasan, kitab ini dikarang oleh Dr. Arijin Vensink.[34]
Contoh Hadits dibawah ini:

بُنِيَ الإِسلاَمُ عَلَي خَمْسٍ دَةِ اَنْ لاَاله إلاَّاللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُالله, وَاِقُامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالصَوْمِ رَمَضَانَ وَحِجُّ البَيْتِ مَنِ اِسْتَطَعَ الَيْهِ سَبِيْلاَ

“Di bangun Islam atas lima (fondasi), yaitu kasaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah, menidrikan shalat, membayar zakat, mempuasakan bulan Ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang telah mampu.”[35]
Dapat disimpulkan bahawaHadits diatas memuat beberapa tema, ada tauhid, ada iman, sholat,zakat, puasa, dan juga haji. Berdasar pada tema-tema diatas, selanjutnya kita harus mencari tema-tema tersebut dalam kitab-kitab Hadits. Jika tema yang kita cari pada suatu hadits tidak kita temukan, maka akan sulit untuk melakukan takhrij hadits denagn cara menggunakan metode ini.[36]
Adapun kelebihan dan kekuranagn pada metode ini, kelebihannya adalah:[37]
a)         Pada metode ini cukup dengan mengetahui makna sbuah hadits yang akan di takhrij, sudah isa memakai metode ini.
b)        Metode ini juga bisa membuat seseorang yang menggunakannya bisa mengasah kecerdasan pada saat berusaha mencari makna hadits yang di carinya.
Kekurangan:[38]
a)      Jika hadits yang akan ditakhrij itu sulit disimpulkan, dan akhirnya tidak dapt menentuka temanya, bisa dikatakan metode ini tidak dapat dipakai atau tidak bisa diterapkan.
b)      Jika terdapat pemahaman yang berbeda anatara para mukharij dengan para penyusun kitab, maka mukharij akan mencari Hadits pada tempat yang salah.

5.        Metode Kelima, dengan Cara MengetahuiSifat dan Jenis Hadits (Status Hadits)
Dalam metode ini yang bisa dijadikan patokan dalam pencarian suatu hadits adalah jika dalam hadits terlihat sifat yang jelas akan jenishadits itu. Ulama-Ulama telah mengelompokan hadits-hadits sesuai dengan jenisnya. Para mukharij nantinya akan terasa mudah dalam pencarian sebuah hadits jika sudah menemukan jenis hadits tersebut.
Misalnya, kita sudah mengetahui jenis hadit yang akan kita takhrij, danhadits itu termasuk dalam jenis hadits mutawatir, makalangkah selanjutkan kita cukup melacak pada kitab yang kumpulan hadits-hdits jenis mutawatir. Begitupun juga dengan jenis-jenis hadits yang lainnya, jika hadits yang akan kita cari itu terglong dalam jenis hadits maudhu’, maka kita harus mencari kitab kumpulan hadits-hadis maudhu’.[39]
Pada metode ini, yang bisa dijadikan untuk mentakhrij antara lain yaitu: kitab al-Azhar al Mutanatsirah fial-Akhbar al-Mutawatirah (kitab ini berisi hadits-hadits muatawir) oleh Iman as-Suyuthi, kitab Tanzih asy-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar asy-Syani’ah al-Maudhu’ah (berisi hadits-hadits maudhu’) oleh Ibn ‘Iraq, kitab al Ithafat as-Saniyah fial-Ahadits al-Qudsiyyah (berisi hadits-hadits Qudsi) oleh Majlis al-A’la bida al-Qur’an dan Hadits, dan masih banyak lagi kitab-kitab yang lainnya.[40]
Kelebihan: Kitab yang digunakan pada metode ini sedikit, sehingga kita mencarinya tidak sulit, dan metode ini cukup simpel dan mudah.[41] Kekurangan: Dikarenakan sedikit hadits-hadits yang termuat dalam kitab yang akhirnya menjadikan keleluasaan dalam pelacakan sangat terbatasi, dan ini yang menjadi kekurangannya.[42]

E.       Metode-Metode Takhrij Hadits dengan Komputer
Takhrij Hadits saat ini sudah mudah dalam melakukannya, karena teknologi zaman sekaramg sudah semakin canggih, yaitu dengan menggunkan tekonologi komputer. Yang dimana softwarenya bernama Mausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah. Pentakhrijan suatu hadits dengan teknologi komputer cara menggunakannya bermacam-macam, cara ini juaga mengikuti teori pentakhrijan pada umumnya. Pencarian dengan menggunakan komputer kita bisa mengetahui kualitas pada hadits teresbut, mulai dari kualitas matan hadits atau kualitas sanadnya, dan hadits-hadits yang lainnya juga bisa dicari dengan menggunakan aplikasi atau software takhrij hadits.[43]
Sebagai pengingat saja, mentakhrij Hadits dengan metode komputer jangan terlalu terpaku atau mengandalkan apa yang terdapat dalam aplikasi tersebut. Kalau memungkinkan, sebaiknnya dicek dulu dengan kitab-kitab yang ada agar memperkuat dalam proses pentakhrijan. Karena yang membuat software ini adalah manusia, maka dari itu manusia tidak luput dari kesalahan.[44]
1.        Mencari Hadits Berdasar kepada nomor Haditsnya.
Kita sering sekali menjumpai dalam buku, ketika ada yang mengutip sebuah Hadits. Dan rata-rata hanya memberi keterangan beupa makna dari hadits tersebut, nomor  haditsnya, dan nama mukharrij nya.[45] Maka dari itu, kita akan melacaknya untuk memperoleh infirmasi yang lengkap tentang hadits yang akan kita cari. Langkah-langkahnya sebagai berikut:[46]
a.         Buka aplikasi Takhrij HaditsMausuat al-Hadith al-Sharif: al-Kutub al-Tis’ah.
b.         Klik عرض kemudian رقم الحديث seperti gambar dibawah.










c.         Kemudian akanmuncul gambar seperti yang dibawahini, lalu pilihlah salah satu kitab hadits yang akan kamu cari. Misalnya, kita akan mencari hadits yangakan ditakhrij oleh pada kitab Muslim dengan nomor 1855, kemudian klik ikon pojok kanan bawah.














d.        Dibawah ini adalah hasilnya
 



















Jika kita ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang sama. Maka kita klikأطراف seperti dibawah ini.


Pada kolom yang berada di tengah bawah, disitu terlihat jelas ada beberapa hadits yang sama (nomor hadits 1851, 1852, dan seterusnya) dan terdapat pada kitab yang sama yaitu kitab Muslim.
Kemudian yang kedua, jika kita ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang berbeda, klikتخريجdibawah ini adalah contohnya.




Setelah kita klikتخريج, hasilnya dikolom menunjukkan ada hadits yang sama pada kitab yang lain. Yaitu terdapat pada kitab Bukhari.

2.        Mencari Hadits Berdasar Kepada Kata-Kata dari Matan Hadits.
Metode yang ini juga sering digunakan dalam mentakhrij suatu hadits. Kata-kata yang akan digunakan disini adalah berupa fi’il atau isim.[47] Langkah-langkah nya seperti dibawah ini:[48]
a.         Klik بحثkemudianالبحث الصرفي













b.         Kemudian akan muncul seperti gamabar yang dibawah ini, lalu ketiklah kata-kata darimatan Hadits yang akan kita cari. Contoh, kata-kata منكم منكرا kemudian klik و, kemudian متتالية, kemudian klik ikon بحث yang berada pada pojok kanan bawah.





















1)        و maksudnya disini adalah jika diketik dua kata. Maka nanti hasil pencariannya akan  ditampilkan  jika kedua kata yang diketik tadi berada pada suatu hadits.
2)        اوmaksudnya disini yaitu jika kita mengetik dua kata. Maka nanti hadits akan di tampilkan jika salah satu dari kata yang kita ketik tadi terdapat pada suatu hadits.
3)        متبا عطة غير مرتبةmaksudnya disini ialah beberapa kata yang kita ketik tadi nanti letaknya akan ditampilkan berjauh-jauhan dalam suatu hadits, tidak runtut. Mungkin salah satu dari mereka nanti ada yang diawal atau satunya di akhir hadits. Misalnyaمنكم منكرا hasil pencarian yang akan ditampilkan ada kata منكم ataupun adaمنكرا walaupun letaknya berjauh-jauhan.
4)        متبا عدة مرتبة disini maksudnya ada beberapa kata yang berjauh-jauhan tapi saling berurutan dalam hadits. Misal kita mencari kata منكم منكرا, maka nanti akan ditampiilkan hadits pencarian yang ada kedua kata tersebut yang berjauh-jauhan, tetapi kata منكم berada diawal daripada kata منكرا.
5)        متتا لية maksudnya disini adalah ada beberapa kata yang berurutan dalam hadits. Kita ambil contoh منكم منكرا, nanti hasil yang akan ditampilkan adalah dua kata tersebut yang tanpa disela-selai kata-kata lain.
6)        باللو اصق disini maksudnya adalah pada ikon ini fungsinya untuk mencari kata yang diinginkan ditambah dengan kata awalan atau akhiran. Misalnya, kita akan mengetik kataمحسن maka nanti hasil atau yang muncul adalah kata محسنtermasuk juga kata yang mempunyai awalan danakhiran, misalnya محسنين.
7)        مطابق disini maksudnya adalah, jika ada kata yang awalannya hanya berupaال dan akhirannya berupa ة. Misalnya, kata محسن , maka nanti yangmuncul adalah kata محسن, bisa juga kata yang berawalan dan akhiran, contoh المحسن atau محسنة.
8)        على مستوى الجذر maksudnya kita mencari kata yang kita inginkan beserta kata-kata yang lainnya yang dimana itu berasal dari akar kata yang menyamainya.

c.         Pada windows 7, kata yang kita ketik tidak bisa ditampilkan.

















Maka jika muncul seperti gambardiatas, maka kita tidak bisa memilih ikon بحثdiseababkan karena tidak bisa terbaca, jadi kita harus memilih ikon كل الجذور disebabkan kita harus memilih semua pilihan  tersebut.

d.        Dibawah ini adalah hasilnya, maka kita cari satu persatu hadits yang kita maksud.. ada kata  منكم منكرا secara berurutan dalam 6 hadits.
 



















e.         Gambar dibawah ini adalah salah satu hasil dari 6 hadits yang muncul tadi. Kitaambil dari Imam Ahmad, nomor 11034.
























Jika ingin mengetahui hadits yang sama dan pada kitab yang sama, maka kliklah اطرافز , disitu akan muncul beberapa hadits yang samapada kitab yang sama pula.



















kemudian jika ingin mencari hadits yang sama pada kitab yang berbeda, makan klik تخريج untuk menemukan pada kitab yang berbeda.




























F.       Penutup
Dari uraian diatas tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa takhrij hadits ialah sesuatu yang menunjukan sumber lengkap dari suatu hadits, mulai dari sanad hingga rawinya, bahkan kualitas hadits tersebut. Kita juga tahu bahwa tujuan dari takhrij ini juga sangat banyak begitupun manfaatnya.
Cara mentakhrij sebuah hadits juga banyak sekali metode-metodenya, mulai dari cara yang konvensional (terbagi dalam beberapa metode) hingga cara yang lebih praktis yaitu dengan menggunakan komputer (terbagi dalam bermacam-macam metode). Dan setiap metode pasti ada kelemahan dan kekurangan masing-masing. Tetapi yang jelas takhrij hadits ini sangat membantu dalam mencari informasi yang lengkap tentang suatu hadits.



















DAFTAR PUSTAKA

Zuhri, Muh. Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.
Al-Thohhan, Mahmud.Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al Munawar dan Masykur Hakim. Semarang: Dina Utama, 1995.
Sahrani, Sohari.Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Smeer, Zeid B. Ulumul Hadits. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Soetari, Endang. Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: CV. Mimbar Pustaka, 2008.
Anwar, Ali. Takhrij al-Hadits dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadits dan Meneliti Kualitasnya. Kediri: IAIT Press, 2011.
Majid, Khon Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2008.
Solahuddin, M Agus dan Suyadi, Agus. Ulumul Hadis. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008
Ahmad, Muhammad. Ulumul Hadis. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2004.
Smeer,Zeid B. Studi Hadis Kontemporer.Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014.

Catatan:
1.      Similarity 15%.
2.      Hadis sudah masuk KBBI dengan kata hadis dan bukan hadist
3.      Pengulangan referensi dalam footnote yang sudah ditulis sebelumnya tidak ditulis semua keterangannya.

Secara umum makalah ini sudah baik.


[1] Abdul Majid khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 115.
[2] Zeid B. Smeer, Studi Hadis Kontemporer, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), hlm. 249.
[3]Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 115.
[4]M Agus Solahudin. Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 189.
[5] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 186.
[6] Ibid., hlm. 190.
[7] Muh. Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003),hlm. 150.
[8]Abdul Majid khon, Ulumul Hadis,  (Jakarta: Amzah, 2008, hlm. 118.
[9]Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hlm. 132.
[10]Mahmud Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 38.
[11] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 199.
[12]Mahmud Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 40.
[13] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 176.
[14] Ibid.,
[15]Mahmud Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al Munawar dan Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 42.
[16] Ibid., hlm. 44.
[17] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 177.
[18] Ibid.,
[19]M Agus Solahudin. Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm.196.
[20] Ibid., hlm. 146-147.
[21] Ibid., hlm. 197.
[22] Ibid.,
[23] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 174.
[24]Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 175.
[25] Ibid.,
[26] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 196.
[27] Ibid., hlm. 196-197.
[28] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 174
[29] Ibid.,
[30] Ibid., hlm. 175.
[31] Mahmud Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj. Agil Husin Al Munawar dan Masykur Hakim (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 74.
[32] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 197.
[33]ibid., hlm. 201.
[34] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 177.
[35] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 201.
[36] Ibid.,
[37] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 178.
[38] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 202.
[39] Zeid B Smeer, Ulumul Hadits, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 178.
[40] Ibid., hlm.179.
[41] Ibid.,
[42] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 202.
[43] Endang Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar Pustaka, 2008), hlm. 169-170.
[44] Ibid., hlm. 70.
[45] Ali Anwar, Takhrij al-Hadits dengan Komputer: Cara Mudah Mencari Hadits dan Meneliti Kualitasnya, (Kediri: IAIT Press, 2011), hlm. 29.
[46] Ibid., hlm. 30-31.
[47] Ibid., hlm. 66.
[48]Ibid., hlm. 66-72.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar