Selasa, 22 November 2016

Takhrij al-Hadits (PBA D Semester III)




TAKHRIJ AL-HADITS
Bayu Setiawan Prambudi dan Muhammad Nahidh Islami
Pendidikan Bahasa Arab kelas D, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract:In this article we describe the definition and benefits takhriju al-hadith and how do Takhrij al-hadith in a conventional manner and using computer.Takhriju al-hadith is the watchword two opposing cases in one issue, namely the clarification of the quality of the hadith. Takhriju al-hadith can be done in two ways: in a conventional manner (with books) and using the computer. Takhriju al-hadith is very important to know the quality of the narrators of hadith and so there is no doubt in hadith.Takhriju al-hadith can be described as an entry point for research activities hadith. The mastery of this material will be charging a convenience to students in tracing the hadiths to search in the books of hadith. Particularly Takhrij al-hadith in a conventional manner so that students are encouraged to seek their own hadiths of the original book.
Keyword: Takhrij, al-hadits,

Pendahuluan
Pada dasarnya hadits merupakan salah satu sumber hukum bagi manusia hukum yang selalu dijadikan panutan setelah al-qur’an, hadits merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw. Takhriju al-hadits dapat diibaratkan sebagai pintu masuk bagi kegiatan penelitian hadits. Penguasaan terhadap materi ini akan membarikan kemudahan kepada mahasiswa dalam menelusuri hadits-hadits yang ingin dicari didalam kitab-kitab hadits. Terutama sekali takhrij al-hadits dengan cara konvensional sehingga mahasiswa diharapkan dapat mencari sendiri hadits-hadits dari kitab yang asli.

PengertianTakhrijHadits
Secaraetimologi kata takhrijberasaldari katakharraja, yukharriju, yang mempunyai beberapa arti mengeluarkan  (Istinbath), melatih/meneliti (tadrib) dan mengharapkan (taujih).Menurut Dr Mahmud Thahhan kata takhrij menurut bahasa ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan dalam satu persoalan”[1]
Menurut Istilah, kata takhrij memiliki beberapa pengertian , yaitu:
1.      Mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam rangkaian sanad yang telah menyampaikan hadits itu.
2.      Menunjukkan asal usul hadits dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun oleh mukharrij-nya.
3.      Mengemukakan hadits berdasarkan sumber pengambilan-nya yang didalamnya disertakan metode periwayatan dan sanad-nya masing-masing dengan menjelaskan keadaan perawi dan kwalitas hadits-nya.
4.      Menunjukkan letak asal hadits pada sumber aslinya, yang didalamnya dikemumakan hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing[2].
Menurut M Syuhudi Ismail, ada tiga alasan utama yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhriju-l-hadits dalam melakukan penelitian hadits, sebagaimana pandangannya dalam buku Metodologi Penelitian Hadits Nabi:
1.      Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti
2.      Untuk mengetahui seluruh riwayat hadits yang akan diteliti
3.      Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Syahid dan Mutabi’ pada sanad yang diteliti[3]
Adapun manfaat dari kegiatan Takhrijul al-hadits sangar banyak sekali, diantaranya:
1.      Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu hadits berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
2.      Dapat menambah perbendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang dirujuknya. Semakin banyak kitab asal yang memuat suatu hadits, semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang kita miliki.
3.      Dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat hadits yang banyak itu, maka dapat diketahui apakah riwayat tersebut Munqati’, mu’dal dan lain lain. Demikian pula dapat diketahui status riwayat tersebut shahih , hasan atau dhaif.
4.      Dapat memperjelas kualitas suatu hadits dengan banyaknya riwayat. Suatu hadits yang daif kadang diperoleh melalui satu riwayat, naamun takhrij memungkinkan akan menemukan riwayat lain yang shahih. Hadits yang shahih tersebut akan mengangkat kualitas hadits yang daif tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
5.      Dapat diketahui pendapat para ulama seputar kualitas hadits.
6.      Dapat memperjelas kualitas hadits yang samar.
7.      Dapat memperjelas periwayat hadits yang tidak diketahui namanya, yaitu melalui perbandingan diantara sanad yang ada.
8.      Dapat menafikan pemakaian lambang periwayatan ‘an’ dalam periwayatan hadits oleh seorang mudallis.
9.      Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
10.  Dapat menjelaskan nama periwayat yang sebenarnya.
11.  Dapat memperkenalakan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad.
12.  Dapat memperjelas arti kata asing yang terdapat dalam satu sanad.
13.  Dapat membedakan hadits yang mudraj.
14.  Dapat membedakan antara periwayatan secara lafadz dengan periwayatan secara makna.
15.  Dapat menjelaskan waktu dan tempat turunya hadits, dan lain-lain.[4]
Cara melakukan Takhriju al-hadits secara konvensional
            Melakukan takhriju al-hadits secara konvensional yaitu melakukan takhriju al-hadits dengan menggunakan kitab-kitab hadits atau kitab-kitab kamus. Ada lima metode yang bisa digunakan dalam kegiatan takhrij al-hadits secara konvensional, yaitu:
1.     Dengan mengetahui rawi hadits yang pertama, yakni sahabat apabila hadits tersebut muttasil dan tabi’in apabila hadits tersebut mursal.[5]
Dengan mengetahiu nama rawi pertama atau sanad terakhir suatu hadits , lafadz matan secara lengkap disertai sanadnya dapat diketahui melalui penelusuran dari kitab-kitab Athraf, kitab-kitab musnad, dan kitab-kitab mu’jam. Kitab-kitab tersebut memuat nama sahabat tertentu dengan menyebutkan semua hadits yang diriwayatkannya ataupun nama tabi’in tertentu serta hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Beberapa kitab yang bisa digunakan dalam metode ini ialah:
a)     Kitab-kitab Musnad
Kitab-kitab musnad adalah kitab yang disusun pengarangnya berdasar nama-nama sahabat atau kitab yang menghimpun hadits-hadits sahabat. Jumlah kitab musnad banyak sekali, al-Kattani menyebut 82 dan ada yang menyebut 100 kitab. Diantara kitab-kitab musnad ialah: Musnad Ahmad Ibn Hanbal. Kitab ini terdiri dari 40.000 hadits dan memuat 904 sahabat.
b)     Kitab-kitab Mu’jam
Kitab mu’jam adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-gurunya, negaranya atau yang lainnya berdasarkan urutan alfabetis. Diantara kitab-kitab mu’jam ialah: Al-Mu’jam al-kabir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Tabarani (w.360 H)
c)      Kitab-kitab Athraf
Kitab yang didalamnya disebut sebagian saja dari suatu lafadz hadits dan diisyaratkan kelanjutannya dan diterangkan sanadnya baik seluruhnya atau sebagian besar. Diantara kitab-kitab Athraf yang masyhur ialah: Athraf al-shahihain karya Abu Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi (w.410 H).
Kelebihan menggunakan metode ini adalah:
1.      Dapat diketahui semua hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu dengan sanad dan matan-nya secara lengkap.
2.      Ditemukannya banyak jalan periwayatan untuk matan yang sama
3.      Memudahkan untuk menghafal dan mengingat hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu.
Kekurangan dari metode ini:
1.      Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan sahabat tertentu dengan haditsnya (untuk kitab-kitab yang tidak disusun secara alfabetis)
2.      Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan hadits tertentu dari seorang sahabat. Karena biasanya sahabat tidak hanya meriwayatkan satu atau dua hadits saja
3.      Bervariasinya kualitas hadits yang terkumpul karena tanpa penyeleksian sehingga ada yang shahih, hasan, dan da’if.[6]

2.     Dengan mengetahui lafaz awal suatu hadits

1)     Kitab yang diperlukan:[7]
a)     Kitab-kitab yang memuat hadits-hadits yang masyhur di masyarakat, antara lain:
1.      Al-Tazkirah fi al-hadits al- musytahiroh karya Badr al-din ibn Abd Allah al-Zarkasyi (w.974 H) dan lain-lain.
b)     Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis:
1.      Al-Jami’ al-Shagir min hadits al basyir al-nazir karya Jalal al-din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti (w. 911 H.)
c)      Kamus yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu:
1.      Untuk shahih Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadits Al-Bukhari
2.      Untuk shahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Gharib minha
3.      Untuk shahihain, yaitu Miftah al-Shahihain
2)     Kelebihan dan kekurangannya
Dengan mengetahui satu lafaz awal matan, hadits tersebut dapat ditelusuri sumber asli, sanad dan matannya secara lengkap. Sedangkan kekurangannya adalah peneliti hadits harus bekerja keras karena tidak dicantumkan nomor bab ataupun halaman dari hadits tersebut pada kitab tertentu.



3.   Dengan mengetahui sebagian lafadz hadits, baik di awal,tengah maupun akhir matannya
1) Kitab-kitab yang diperlukan:[8]
                     Referensi yang paling refrensatif untuk metode ini yaitu kitab karya Arnold John Wensinck dengan  judul al-Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabawi, dengan penerjemah Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini merupakan kamus dari kitab hadits, yakni Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hambal.
                        Untuk Musnad Ahmad حم )( hanya disebutkan juz serta halamannya; Shahih Muslim (م) dan al-Muwatta (ط) nama bab dan nomor urut hadits, sedangkan Shahih Bukhari (خ), Sunan Abi Dawud (د), Sunan al-Tirmidzi (ت), Sunan Nasai (ن) serta Sunan Ibn Majah (جه), Sunan al-Darimi (دى), disebutkan nama bab serta nomor urut babnya.
2)     Kelebihandankekurangannya
Denganmenggunakansebagianlafadznyasajabaik di awal, tengahmaupun di akhirmatan, haditsdapatditelusurisumberaslinyadengancepatkarenabersamakitabrujukandisertakannamabab, nomor baba tau nomorhaditssertanomorjuzdanhalamannya. Di sampingitu, metodeinijugamemudahkanuntukmencarihadits-haditsdengansumbernyadalammatan yang samaatau hamper sama.
Adapunkekurangannyayaitupemakaianmetodeiniharusmengetahui kata asaldarilafadz yang diketahui; hanyamembuatkitabhadits 9 sajasehinggabilalafadzhadits yang disebutkantidakdiambilkandarikitab 9 itu, makatidakakandapatditemukan; tidak bias dipergunakanmetodeinibilalafadz yang diketahuiberupahuruf, ism  dhamir, nama orang, atau kata kerja yang seringdipergunakan; sertametodeinitidaksecaralangsungmenunjukkanrawiawalhadits yang dimaksud.

4.     Denganmengetahuitemahadits

1)     Kitab yang diperlukan:[9]
a)     Kitab-kitabJawami, seperti: Al-Jami al-Shahih, karya Abu Abd Allah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari
b)     Kitab-kitabMustakhraj, seperti: MustakhrajShahih al-Bukhari,karya al-gitrifi, MustakhrajShahih Muslim, karya Abu Awanah al-Isfirayini
c)      Kitab-kitabal-Majami, seperti: Al-Jam bain al-Shahihain, karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad ( w.650 H.)
d)     Kitab-kitabMustadrakat, seperti: al-Mustadrak,karya al-Hakim (w.405 H.)
e)     Kitab-kitabZawaid, seperti: Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busyairi (w.840 H.)
f)       KitabMiftahKunuz al-Sunnah: kitab karya Arnold John Wensinck yang diterjemahkan Muhammad Fuad Abd al-Baqi.Kitab yang dijadikanrujukan, yakni Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hambal, Musnad Zaid ibn Ali, Sirah ibn Hisyam,Magazi al-Waqidi,danTabaqat Ibn Sad.
2)     Kelebihandankekurangannya
Kelebihannyaadalahbanyaknyahadits yang ditemukanpadatematertentukarenasumber yang dijadikanrujukankitabinicukupbanyak, yakni 14 rujukan.
Adapunkekurangannyaadalahsulitnyamenentukansuatupotonganmatanhaditsataumatanhaditstermasuktema yang mana, karenabesarkemungkinanadanyaperbedaanpersepsiantarapenyusunkitabdanpenelusurhadits.

5.     DenganmengamatisecaramendalamkeadaanSanaddanMatan

1)     Kitab yang diperlukan:[10]
a.       Al-Maudu at al-sughra, karya Ali al-Qari (w.1014 H.)
b.      Tanzih al-Syariah al-Marfuah an al-ahadis al-Syaniah al-Mauduah, karya al-Kinani (w. 963 H.)

Petunjuk yang lain darimatanyaitubiladiketahuimatanhaditstersebutmerupakanhaditsqudsi.Kitabrujukanseperti: Misykah al Anwar, karyaMuhy al-Din Muhammad ibn Ali ibn Arabi al-Khatimi (w.638 H.)
Petunjukdarisanad, misalnyasanad yang rawinyameriwayatkanhaditsdarianaknya. Kitabrujukanseperti: riwayah al-Aba ‘an al-Aba karya Abu Bakr Ahmad ibn Ali al-Baghdadi.
Petunjukdarisanaddanmatansecarabersamaan. Kitabrujukanseperti: ilal al-Haditskarya Ibn AbiHatim al-Razi.
2)     Kelebihandankelemahan
Kelebihandarimetodeiniadalahditemukannyahadits yang dicaridalamkitabrujukandenganadanyapenjelasantambahandaripenyusunnya. Adapunkekurangannyaadalahperlunyapengetahuan yang mendalambagipenelusuranhaditsuntukmengetahuikeadaansanaddanmatannya.

Cara MelakukanTakhrij al-HaditsdenganPerangkatKomputer
            Cara melakukantakhrij al-Haditsdenganmenelusuridanmembacakitab-kitabhaditsataukamussangatbaik, namunmemerlukanwaktu yang lama. Untukmempercepat proses penelusurandanpencarianhaditssecaracepar, jasa computer dengan program Mausuah al-Hadits al-Syarif, al-Kutub al-Tisahbisadigunakan.programinimerupakanshoftwarecomputer yang tersimpandalamcompact disk read only memory (CD-ROM) yang diproduksiSakhrpadatahun 1991 edisi 1.2.20.
            Program inimemuatseluruhhadits yang terdapat di dalamal-kutub al-tisah(Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn Hambal) lengkapdengansanaddanmatannya. Di sampingitu program inijugamengandung data-data tentangbiografi, daftar guru danmurid al-jarhwa al-tadildarisemuaperiwayathadits yang ada di dalamkutub al-tisah. Program inijugadapatmenampilkanskemasanadhadits, baiksatujalurmaupunskemasemuajalurperiwayatan.
            Ada delapancara  yangbisadigunakanuntukmenelusurihadits-hadits yang terdapatdalamal-kutub al-tisah,antara lain:
a.       Denganmemilihlafadz yang terdapatdalamdaftarlafadz yang sesuaidenganhadits yang dicari
b.      Denganmengetikkansalahsatulafadzdalam ,atanhadits
c.       Berdasarkantemakandunganhadits
d.      Berdasarkankitabdanbabsesuai yang adadalamkitabaslinya
e.       Berdasarkannomoruruthadits
f.        Berdasarkanpadaperiwayatnya
g.       Berdasarkanaspektertentudalamhadits
h.      BerdasarkanTakhrij al-Hadits.[11]

ContohKegiatanTakhrij Al-Hadits[12]
            Contoh 1, haditstentang “SyafaatNabibagiUmatnya”, bunyinya:
لكل نبي دعوة مستجابة وإني اختبأت دعوتي شفاعة لأمتي وهي نائلة إن شاء الله من مات منهم لا يشرك بالله شيئا
            “SetiapNabitersediabaginyasatudoamustajab. Dan akumasihmenyimpanpermintaankuitu agar menjadisyafaatuntukumatku, kelak, dansyafaatkuitu – insyaallah – mencapaisiapasajadariumatku yang meninggalduniadalamkeadaantidakmenyekutukan Allah denganapapunselain-Nya.
            Setelahdilakukankegiatantakhrij al-hadits, hadits di atasbersumberdari:
a.       Al-Bukhari, kitabal-Dawud, no. hadits 5829; dan al-Bukhari, kitabal-Tauhid, no. hadits 6920.
b.      Muslim, kitabal-Iman, no. hadits 293,294,295,296, 297, 298 dan 300.
c.       Al-Tirmidzi, kitabal-DaawatanRasulillah, no. hadits. 3526.
d.      Ibn Majah, kitabal-Zuhud, no. hadits 4297.
e.       Ahmad ibn Hanbal, babBaqiMusnad al-Muksirin, no. hadits 7389, 8602, 8780, 8935, 9140, 9185 dan 9920.
f.        Malik, kitabAl-Nida li al-Salah, no. hadits 443.
g.       Al-Darimi, kitabal-Riqaq, no. hadits 2685.

Contoh 2, haditstentang “SyafaatNabibagi orang yang berdosabesar”, bunyinya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
“Rasulullahbersabda: syafaatkubagi orang-orang yang berdosabesardariumatku”
Setelahdilakukankegiatantakhrij al-hadits,hadits di atasbersumberdari:
a.       Al-Tirmidzi, kitabSifah al-Qiyamahwa al-WaraanRasulillah, no. hadits 2360 dan 2359.
b.      Ibn Majah, kitabal-Zuhd, no. hadits 4300.
c.       Abu Dawud, kitabal-Sunnah, no. hadits 4114.
d.      Ahmad ibn Hanbal, babBaqiMusnad al-Muksirin, no. hadits 12745.

KESIMPULAN
            Takhriju al-haditsadalahberkumpulnya dua perkara yang berlawanan dalam satu persoalan, yaitu dalam memperjelas kualitas hadits. Takhriju al-hadits dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional (dengan kitab-kitab) dan dengan menggunakan komputer. Takhriju al-hadits sangat penting dalam mengetahui kualitas hadits serta para perawinya agar tidak ada keraguan dalam suatu hadits.



DAFTAR PUSTAKA

Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974
M.Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu hadits, Gaung Persada Press: Jakarta,2008
Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009
AgungDanarto,” Mausulah al-Hadits al-Kutub al-Tisah”, ModulPraktikumKomputer, JurusanTafsirHaditsFakultasUshuluddin IAIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2000.

Revisi:
1.      Tidak ada indikasi copy-paste.
2.      Pendahuluan kurang greget.
3.      Penulisan footnote masih salah, tolong lebih diperbaiki.
4.      Berikan praktek langsung dengan menggunakan kitab al-mu’jam al-mufahras dan CD Maudu’ah dan diuraikan lewat tulisan.



[1]Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974 hal.9.
[2]M.Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu hadits, Gaung Persada Press: Jakarta,2008 hal.155.
[3]Suryadidan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hal.32.
[4]Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hal.38.
[5]Mahmud al-Thahan, Ushulul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Dar al-Quran al-Karim: Beirut,1974 hal.39-61.
[6]Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Matodologi Penelitian Hadits,TH-Press: Yogyakarta,2009.hlm. 42
[7] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.62-89; Abd al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 27-79.
[8] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.90-105; Abd al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 83-101.
[9] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid, hal.108-145; Abd al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 149-239.
[10] Mahmud al-Tahhan, Ushul al-TakhrijwaDirasat al-Asanid,hal. 148-152; Abd al-Mahd, ThuruqTakhrijHaditsRasulullah saw.,hlm. 241-254.
[11]AgungDanarto,” Mausulah al-Hadits al-Kutub al-Tisah”, ModulPraktikumKomputer, JurusanTafsirHaditsFakultasUshuluddin IAIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2000.
[12]program Mausuah al-Hadits al-Syarif, al-Kutub al-Tisah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar