Minggu, 22 April 2018

Takhrij al-Hadits (PIPS D Semester Genap 2017/2018)


TAKHRIJ AL-HADIS
 

Fani Khikmia Tsani
 Izatun Ni’mah
Ahmad Muzadi Kirom
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas D  
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


Abstract
This article discusses takrij al-hadis. Takhrij al-hadis is one of the methods in the activity of Hadith research to trace or search the hadiths in various Hadith books as the original source of the hadith, in which there is matan and sanad according to the hadith to be studied. The benefit of takhrij al-hadis is simply to know the origin, sanad and matan hadith to be studied. In the activities of takhrij al-hadis, there are several methods, namely through the introduction of the Sahabah Hadith's name, through the introduction of the early lafadz or matan of a hadith, through the introduction of the topics contained in the hadith matan, through certain observations contained in a hadith, through the introduction of words which is part of the matan hadith. Takhrij can be done in two ways, namely conventionally by using the book Al-Mu'jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi by A. J Wensick, and using Maus al Hasith al Sharif: al kutub al Tis'ah version 2.
Keyword : Takhrij, al-Hadis, Sanad, Matan
Abstrak
Artikel  ini  membahas tentang takrij al-hadis. Takhrij al-hadis adalah salah satu metode dalam kegiatan penelitian hadis untuk menelusuri atau mencari hadis pada berbagai kitab-kitab  hadis sebagai sumber asli dari hadis yang tersebut, yang di dalamnya terdapat      matan dan sanad sesuai dengan hadis yang akan diteliti. Manfaatnya takhrij al-hadis secara sederhana adalah untuk mengetahui asal usul, sanad dan matan hadis yang akan diteliti.  Dalam kegiatan takhrij al-hadis, terdapat beberapa metode yaitu melalui pengenalan nama Sahabat perawi hadis, melalui pengenalan awal lafadz atau matan suatu hadis, melalui pengenalan topik yang terkandung dalam matan hadis, melalui pengamatan tertentu yang terdapat dalam suatu hadis, melalui pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadis.  Takhrij dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi  karya A.J Wensick, dan menggunakan Software Mausuat al hadith al Sharif : al kutub al Tis’ah versi 2.
Kata Kunci : Takhrij, al-Hadis, Sanad, Matan

A. Pendahuluan
            Ilmu hadis adalah salah satu cabang ilmu Islam yang sangat penting untuk dipelajari. Secara umum, hadis dapat diartikan sebagai segala informasi yang dinisbahkan kepada Nabi SAW. yang menyangkut perkataan, perbuatan sikap diam atau taqrir, dan segala keadaan beliau selama periode kenabiannya. Maka dari itu, hadis diyakini umat Islam sebagai sumber ajaran pokok setelah Alquran, yang menjangkau seluruh aspek ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah muamalah, dan akhlak. Alquran dan hadis secara bersama dijadikan sebagai pedoman dan rujukan utama bagi umat Islam. Oleh karena itu, gambaran komprehensif tentang Islam sudah ada pada kedua sumber pokok tersebut. Keberadaan hadis sebagai sumber pokok agama Islam tidak dapat dipisahkan dari Alquran, karena Nabi SAW. diutus oleh Allah SWT. untuk menjelaskan kitab suci Alquran kepada umat manusia, dan hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW. sebagai penjelas berbagai informasi yang termuat dalam kitab suci Alquran.
            Pentingnya peran tersebut, maka hadis berada pada posisi yang terhormat di mata umat Islam. Kedudukan hadis yang begitu tinggi inilah yang kemudian mendorong para ulama untuk mempelajari, mengkaji, serta meneliti hadis-hadis Nabi SAW. dengan tujuan untuk menjadikan hadis sebagai landasan normatif dari seluruh aktifitas para ulama dan seluruh umat Islam. Selain itu, para ulama beserta kaum cendikawan Islam terdorong untuk mengadakan gerakan pembersihan hadis dari berbagai virus yang dapat melemahkan hadis Nabi dari posisinya yang terhormat dan berkedudukan tinggi. Berbagai upaya dan tindakan selalu dilakukan untuk menjaga kehormatan hadis. Mengingat begitu pentingnya peranan hadis bagi umat Islam, maka sejak dahulu para ulama telah memberikan perhatiannya dalam mengumpulkan dan mempelajari hadis-hadis nabi . Maka berkat usaha para ulama tersebut, hadis-hadis nabi telah berhasil dikumpulkan dan dijadikan satu menjadi sebuah buku sebagai khazanah yang sangat berharga bagi umat Islam.
            Namun, walaupun hadis-hadis Nabi telah dibukukan yang penulisannya sudah dilengkapi oleh matan beserta sanadnya, pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak sekali ditemui hadis-hadis Nabi yang tanpa identitas, seperti tidak disebutkan rawi dan kolektor serta kualitas dari hadis tersebut. Hal ini tentu saja tidak dapat diyakini dengan begitu saja, apalagi jika hadis tersebut berkaitan dengan masalah akidah maupun ibadah. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan penelusuran hadis-hadis tersebut pada sumbernya yang asli, agar dapat diketahui lafal hadis yang ditemui secara lengkap baik dalam matan maupun sanadnya. Dalam kegiatan penelusuran inilah yang kemudian muncul metode tersendiri, mengingat bahwa dalam menelusuri sebuah hadis pada sumber aslinya tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, maka metode ini lazim disebut dengan metode takhrij al-hadis.
            Meskipun pada masa itu, para ulama terdahulu tidak membutuhkan metode takhrij al-hadis karena pengetahuan mereka terhadap sumber-sumber syari’at sangat luas serta ingatannya juga sangat kuat. Ketika para ulama membutuhkan sebuah hadis sebagai dalil dan lain-lain, dengan waktu singkat mereka dapat menemukannya. Walaupun hadis-hadis tersebut sudah dibukukan, mereka mudah menemukan mengenai proses periwayatan dari sebuah hadis tersebut.[1]
            Takhrij hadis merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui jalannya sanad hadis, sehingga kita dapat mengetahui memahami dari mana hadis tersebut diriwayatkan. Cara ini dilakukan juga untuk memeriksa kualitas hadis dan menguatkan keyakinan agar saat mengamalkan  suatu hadis tidak ada keraguan didalamnya. Oleh sebab itu, dalam artikel  ini penulis akan menjelaskan pengertian, manfaat dan metode takhrij al hadis dan kegiatan takhrij al-hadis secara konvensional dan melalui software beserta penerapannya.

B. Pengertian Takhrij al-Hadis
            Secara bahasa kata takhrij adalah bentuk mashdar dari kata خرّج - یخرّج -تخریجا , yang berarti mengeluarkan, atau berasal dari kata خرج yang berarti tampak atau jelas. Kata tersebut juga dapat diartikan dengan makna “ الاستنباط ,” ( mengeluarkan), atau “ التدلریب “ ( meneliti ), dan “ التوجیھ ,” ( menerangkan ).[2] Maksudnya yaitu mengeluarkan atau menampakkan sesuatu yang tersembunyi, yang tidak terlihat, dan yang masih samar. Berdasarkan arti dari “ mengeluarkan ” , maka takhrij dapat diartikan sebagai kegiatan mengeluarkan hadis, yaitu siapa saja para imam ahli hadis yang mengeluarkan atau mencatat sebuah hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW.[3]
            Berikut adalah definisi takhrij menurut bahasa, yaitu :
1. Menurut bahasa, takhrij ialah bertemunya dua hal yang bertentangan pada satu waktu.[4]
اجتماع امرين متضادين في شيءواحدز

2. Dalam kamus dikatakan, ‘aam fihi takhrij ; khisbhun ( subur ) dan jadbun ( paceklik ).[5]  
عا م فيه تخريج : خصب و جدب

3. Ardhun Mukhorrojah = tanah yang pada sebagiannya tumbuh rumput dan pada sebagian lainnya tidak tumbuh rumput.[6]
ارض مخرجة ( كمنقشة ) نبتها فى مكان دون مكان

4. Khorroja al-lauha takhrijan – ia telah menulis sebagian tidak menulis sebagiannya lagi.[7]
خرج اللوح تخريجا : كتب بعضا وترك بعضا  

5. Al-Khorju – artinya dua warna ; putih dan hitam.[8]
لونان من بياض وسوادالخرج

            Kata takhrij digunakan dalam beberapa makna, yang paling terkenal yaitu sebagai berikut :
1. Istinbath, di dalam kamus dikatakan al-istikhroj. Al-ikhtiroj artinya istinbath.[9]
الاستخراج والاختراج : الاستنباط

2. At-Tadrib di dalam kamus dikatakan khirrij berarti mukhorroj ( yang dikeluarkan ).[10]
خرجه في الاد ب فتخرج وهو خريج ( كعنين ) بمعنى مفعول ا ي مخرج

3. At-Taujih, kamu katakan khorrojah al-masalah ; wajjahaha, artinya ia menjelaskan kepadanya dengan suatu cara.[11]
 لها وجهابين
4. Makhroj, artinya tempat keluar. Dikatakan khoroja makhrojan hasanan, hadza makhrojahu = ini tempat keluarnya.[12]
ضع الخروج يقال : خرج مخرجا حسان وهذا مخرجهمو

            Secara terminologi, takhrij menurut ahli hadis adalah bagaimana seseorang itu menyebutkan hadis disertai dengan sanadnya sendiri dalam kitab yang dikarangnya. Contoh pada Imam Bukhari yang mengeluarkan hadis beserta sanad-sanadnya dari kitab yang dikarangnya. Dalam konteks ini, tokoh hadis tersebut bertindak sebagai mukharrij.[13]
            Beberapa ahli hadis mengungkapkan bahwa takhrij diketahui sebagai tempat keluarnya. Arti tempat keluarnya, yaitu para perawi isnadnya yang mengeluarkan hadis di jalur mereka. Ahli hadis mengatakan bahwa Imam Bukhori menampakkannya kepada manusia dengan menjelaskan tempat keluarnya, yang demikian dengan menyebut tokoh-tokoh isnadnya yang telah mengeluarkan hadis dengan cara mereka. Hal inilah yang menjadikan asal mula kata takhrij di kalangan para ahli hadis yang artinya menampakkan tempat keluarnya hadis dengan menyebut para perawi isnadnya.
            Para muhadisin mengartikan takhrij hadis sebagai berikut :
1. Takhrij hadis ialah mengemukakan atau menjelaskan sebuah hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para periwayat hadis tersebut dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.[14]
2. Takhrij hadis ialah ulama yang mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau beberapa kitab hadis lain yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan hadis tersebut.[15]
3. Takhrij hadis ialah mengeluarkan, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam sebuah kitab Fathul Mughits yaitu,  takhrij adalah seorang muhadis yang mengeluarkan hadis-hadis dari dalam kitab ajza’, al-masikhat, atau kitab-kitab lainnya, kemudian hadis tersebut disusun gurunya atau teman-temannya dan dibicarakan, dan selanjutnya disandarkan kepada pengarang atau penyusun kitab tersebut.[16]
4. Takhrij hadis ialah dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan menyandarkan hadis tersebut pada kitab sumber yang asli dengan menyebut perawi yang menyusunnya.[17]
5. Takhrij hadis ialah menunjukkan atau mengemukakan letak asal suatu hadis pada sumber yang asli, yaitu kitab yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian untuk kepentingan penelitian, maka dijelaskan kualitas sanad dari hadis tersebut.[18]
            Dari ke lima uraian di atas, maka takhrij hadis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kegiatan mengemukakan kepada orang banyak mengenai suatu hadis dengan menyebutkan para rawinya yang ada dalam hadis tersebut.[19]
2. Kegiatan mengemukakan asal-usul suatu hadis dengan menjelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis, yang rangkaian sanadnya berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau juga berdasarkan rangkaian sanad gurunya, dan sebagainya.[20]
3. Kegiatan mengemukakan berbagai hadis berdasarkan sumber pengambilannya dari kitab-kitab yang di dalamnya dijelaskan metode-metode periwayatannya dan sanad-sanad hadis tersebut, disertai dengan metode dan kualitas para rawi sekaligus hadisnya.[21]
            Takhrij menurut beberapa tokoh yang terkenal :
1. Mahmud al-Thahhan
            Menurut Mahmud al-Thahhan, takhrij adalah sebuah usaha untuk menunjukkan posisi atau letak hadis pada sumber-sumber hadis tersebut, yang bersifat asli yang di dalamnya telah dicantumkan sanad hadis tersebut secara lengkap, serta menjelaskan kualitas hadis tersebut jika diperlukan.[22]
2. Nawir Yuslem
            Menurut Nawir Yuslem, takhrij adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab hadis sebagai sumber yang asli dan di dalamnya dijelaskan secara lengkap matan dan sanad hadis tersebut.[23]
3. M. Syuhudi Ismail
            Menurut M. Syuhudi Ismail, takhrij adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang didalamnya sumber tersebut dijelaskan secara lengkap mengenai matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[24]
            Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis adalah sebuah usaha untuk menemukan matan dan sanad hadis secara lengkap dari berbagai sumber yang asli, sehingga dapat diketahui kualitas suatu hadis, baik secara langsung melalui kolektor sebuah hadis tersebut, maupun melalui kegiatan penelitian selanjutnya.
            Namun pada zaman sekarang, pengertian takhrij seperti di atas sudah banyak ditinggalkan para ulama. Hal itu disebabkan karena zaman sekarang hampir tidak ada satu pun umat Islam, termasuk para ulamanya yang mempunyai kitab hadis hasil tulisannya sendiri. Setiap kali umat Islam, baik itu ulama, ustadz ataupun orang awam membutuhkan hadis Nabi SAW. untuk keperluan dakwah atau yang lainnya, mereka selalu cukup merujuk pada beberapa kitab hadis yang sudah ada. Bahkan kini sudah tidak jarang ulama maupun para ustadz mengambil hadis yang berasal selain dari kitab-kitab tentang hadis.
            Bertolak dari realitas tersebut, maka definisi takhrij yang lebih tepat untuk konteks masa sekarang adalah definisi yang dikemukakan oleh Mahmud al- Thahhan, yang mengatakan bahwa takhrij adalah kegiatan yang menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, di mana hadis tersebut dikeluarkan dan dilengkapi dengan sanad-sanadnya, yang kemudian menjelaskan derajatnya ketika diperlukan. Sedangkan sebagai istilah teknis di bidang hadis, takhrij dipahami untuk beberapa kepentingan, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan kepada orang lain mengenai suatu hadis dengan menyebutkan para periwayatnya, yang ada dalam berbagai rangkaian sanadnya secara lengkap.[25]
2. Untuk kegiatan mengeluarkan dan meriwayatkan suatu hadis dari kitab-kitab atau guru. Kegiatan ini memperhatikan riwayat hidup para periwayat hadis tersebut, untuk mengetahui kredibilitas setiap periwayat, apakah mereka termasuk dalam orang-orang terpercaya ataukah tidak. [26]
3. Untuk menunjukkan kitab-kitab rujukan hadis, yaitu dengan menyebutkan letak sebuah hadis dalam berbagai kitab yang memuatnya secara lengkap disertai dengan sanad-sanadnya.[27]
            Jadi, Takrij al hadis adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab  hadis sebagai sumber asli dari hadis tersebut, yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap mengenai matan dan sanad hadis yang bersangkutan.

C. Manfaat Takhrij al-Hadis
            Ilmu takhrij adalah salah satu bagian dari ilmu agama yang harus diperhatikan, karena dalam ilmu takhrij membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber berasalnya hadis tersebut. Selain itu, dalam ilmu takhrij juga ditemukan berbagai kegunaan dan hasil-hasil yang diperoleh, termasuk dalam menentukan kualitas sanad hadis.
            Takhrij hadis bertujuan untuk mengetahui dari mana asal sumber hadis yang ditakhrij, dan mengetahui status dari hadis-hadis tersebut, ditolak atau diterima. Melalui metode ini, maka dapat diketahui hadis-hadis yang pengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku, sehingga hadis-hadis tersebut memiliki kejelasan, baik dalam asal-usulnya maupun kualitasnya. Berikut adalah manfaat dari takhrij hadis, antara lain :
1. Dapat diketahui banyak dan sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang dijadikan sebagai  topik kajian.[28]
2. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan yang akan menambah kekuatan riwayat dalam suatu hadis. Begitupun sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan dalam sebuah hadis itu tidak akan bertambah.[29]
3. Dapat ditemukan status hadis, baik itu hadis shahih li dzatih atau shahih li ghairih, dan hasan li dzatih atau hasan li ghairih, sehingga dapat diketahui istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya.[30]
4. Dapat memberi kemudahan bagi orang yang akan mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadis tersebut adalah hadis makbul ( dapat diterima ). Begitupun sebaliknya, seseorang tidak akan mengamalkannya jika mengetahui bahwa hadis tersebut mardud ( ditolak ).[31]
5. Dapat menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. yang harus diikuti, karena terdapat beberapa bukti yang kuat mengenai kebenaran hadis tersebut, baik dalam segi sanad maupun dalam segi matan.[32]
6. Dapat diketahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang lebih luas mengenai berbagai periwayatan dan beberapa hadis yang terkait.[33]
            Secara umum, manfaat dari ilmu takhrij merujuk pada tiga perkara utama, yaitu :
1. Manfaat yang berkaitan dengan sanad
            Melalui ilmu takhrij, seorang pengkaji hadis dapat menilai sanad yang terdapat dalam suatu hadis dari berbagai sumber, dapat menilai kekuatan dan kelemahan dan mengetahui kedudukannya yang benar. Seorang pengkaji hadis juga dapat mengetahui pasti kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat pada sanad, seperti perawi yang tidak dikenali identitasnya. Selain itu, melalui takhrij dapat juga diketahui kecacatan yang mungkin dilakukan oleh seorang perawi dalam meriwayatkan suatu hadis.[34]
2. Manfaat yang berkaitan dengan matan
            Seorang pengkaji atau pelajar akan dapat mengetahui maksud suatu hadis, baik yang tersurat maupun yang tersirat, di samping dapat melihat realiti dan persekitaran yang terdapat bagi suatu hadis atau dapat dikatakan asbab wurud al-hadis.[35]
3. Melalui ilmu takhrij al-hadis, seorang pengkaji atau pelajar dapat mengetahui sumber rujukan dari sebuah hadis, dapat diketahui kecacatan, kesamaran, kekurangan dan penyelewengan yang bisa saja terdapat dalam sebuah hadis.[36]
            Maka dari itu, mengetahui disiplin ilmu takhrij sifatnya sangat penting untuk mempelajari kaidah-kaidah dan metodenya, agar dapat diketahui bagaimana proses sampainya hadis-hadis tersebut disertai dengan sumber-sumber yang orisinal. Manfaat dari takhrij sangat besar, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam ilmu-ilmu hadis.

D. Metode Takhrij al-Hadis Secara Konvensional
            Dalam kegiatan men-takhrij al-hadis terdapat beberapa cara yang terbagi dalam 5 metode, yaitu :
1. Takhrij al-Hadis melalui lafadz pertama dari matan hadis
            Metode ini digunakan pada saat peneliti suatu hadis mengetahui lafadz pertama dari matan hadis yang akan dicari. Terdapat beberapa kitab yang membantu pelaksanaan takhrij dengan metode ini, yaitu :
            a. Kitab yang mengandung beberapa hadis yang masyhur di kalangan masyarakat Islam, yaitu ucapan-ucapan yang banyak beredar di masyarakat yang disandarkan kepada Nabi SAW. yang terdiri dari hadis shohih, hasan dho’if,  dan yang maudhu’ atau yang tidak diketahui asalnya. Sebagian besar kitab-kitab ini disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah, yaitu antara lain kitab al-lu’lu al-Manshurah fi al-Ahadits al-Musytahirah karya al-Hafidh Ibn Hajar al-Atsqanai, kitab al-Durar al-Muntasirah fi al-Ahadits al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti, dan al-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musyatahirah karya Badr al-Din Ibn Muhammad Ibn Abdullah al-Zarkasyi.[37]
            b. Kitab yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah, yaitu kitab yang disusun dengan cara menghimpun hadis dari berbagai kitab hadis kemudian disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah tanpa disertai dengan penulisan sanad dari masing-masing hadis tersebut. Dengan begitu, yang ditulis secara alfabetis dalam kitab ini hanya matan dari hadis saja. Setelah mencantumkan matan dari suatu hadis, para penulis kitab ini memberikan simbol dengan memberikan huruf hijaiyah yang berisi informasi mengenai orang-orang yang meriwayatkan sebuah hadis tersebut dan simbol yang berisi nilai dari setiap hadis yang telah ditulis dalam kitab tersebut. Simbol-simbol tersebut yaitu sebagai berikut[38] :
            1) خ      = Imam Bukhori dalam kitab shahihnya
            2) م       = Imam Muslim dalam kitab shahihnya
            3) ق      = Muttafaq Alaih
            4) د       = Abu Daud dalam kitab sunannya
            5) ت     = At-Turmudzi dalam kitab sunannya
            6) ن      = Al-Nasa’I dalam kitab sunannya
            7) ه       = Ibn Majah dalam kitab sunannya
            8)4       = Hadis riwayat empat penulis kitab sunan ( Abu Daud, at-Turmudzi, al-                            Nasa’i, Ibn Majah )
            9) 3      = Hadis riwayat tiga penulis kitab sunan ( Abu Daud, at-Turmudzi, al-Nasa’i)
            10) حم = Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal dalam kitab musnadnya
            11)  عم = Hadis riwayat Abdullah bin Ahmad dalam kitab zawaidnya
            12)ك    = Hadis riwayat al-Hakim dalam kitab mustadraknya
            13)خذ   = Hadis riwayat Al-Bukhori dalam kitab al-Adab al-Mufrad
            14) تخ   = Hadis riwayat Al-Bukhori dalam kitab al-Tarikh
            15) ص             = Hadis riwayat Said bin Manhur dalam kitab sunannya
            16)ع     = Hadis riwayat Abu Ya’la dalam kitab musnadnya
            17)عق   = Hadis riwayat al-Aqily dalam kitab al-Dhuafa’, dan lain-lain.
            c. Kitab miftah ( kunci ) dan fahras ( tema pembahasan ) dari kitab hadis tertentu, yang sebagian besar ulama mutakhkhirin menyusun kitab ini secara alfabetis dengan tujuan untuk memudahkan para pencari hadis dalam menemukan hadis-hadis Nabi dengan waktu singkat. Contoh kitab yang tergolong kategori seperti ini antara lain kitab Miftah al-Shahihain karya al-Tanqadi, dan kitab Fahras li Ahadis al-Shahih Muslim karya Muhammad Fuad Abdul Baqy.[39]

2. Takhrij al-Hadis melalui salah satu lafadz yang terdapat dalam matan hadis
            Takhrij hadis ini dapat dilakukan dengan mengetahui lafadz atau kata yang terdapat dalam matan suatu hadis, yang dapat berbentuk isim ( kata benda ), maupun fi’il ( kata kerja dalam berbagai bentuk ). Metode ini sering digunakan oleh para pentakhrij hadis karena dianggap mudah untuk dilakukan dan diterapkan dalam kegiatan penelitian suatu hadis. Salah satu kitab terbaik yang digunakan sebagai pendukung dari metode ini adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadh al-Hadits Nabawi yang ditulis oleh A.J. Wensink. Kitab ini menghimpun berbagai potongan hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis induk, antara lain : Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Al-Turmudzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwaththa’ Malik bin Anas, dan Musnad Ahmad bin Hanbal.[40]

3. Takhrij al-Hadis melalui periwayat pertama
            Takhrij al-hadis dapat dilakukan melalui periwayat pertama dari hadis yang hendak diteliti.           Yang menjadi periwayat pertama dari suatu hadis adalah sahabat, yaitu orang yang menerima hadis itu secara langsung dari Nabi SAW. dan bisa juga periwayat tersebut adalah seorang tabi’in ketika hadis tersebut mursal. Metode ini hanya dapat digunakan jika nama periwayat pertama dari suatu hadis itu diketahui. Beberapa jenis kitab yang dapat membantu dalam metode ini yaitu kitab-kitab mu’jam, kitab-kitab musnad, dan kitab-kitab athraf.[41]
            a. Musnad adalah kitab hadis yang disusun oleh para pengarangnya dan bersandar pada nama-nama sahabat serta dihimpun secara kritis. Adapun penulisan urutan nama-nama sahabat yang termasuk musnad, ada yang disusun berdasarkan huruf alphabet, kabilah atau negeri, dan juga berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam. Musnad-musnad yang disusun oleh para ahli hadis berjumlah cukup banyak, berikut adalah nama-nama sebagian musnad :[42]
            1) Musnad Ahmad bin Hanbal ( -241 H )
            2) Musnad Abu Bakr Abdullah bin Zubair al-Humaidy ( 219 H )
            3) Musnad Abu Daud Sulaiman bin Daud At-Thoyalisy ( -204 H )
            4) Musnad Asad bin Musa al-Umawi ( -212 H )
            5) Musnad Musaddad bin Musarhad al-Asady al-Bashri ( -228 H )
            6) Musnad Nu’aim bin Hammad
            7) Musnad Ubaidillah bin Musa al-Absy
            8) Musnad Abu Khoitsamah Zuhair bin Harb
            9) Musnad Abu Ya’la Ahmad bin Ali al-Matsna al-Mushili ( - 307 H )
            10) Musnad ‘Abd Ibnu Humaid ( -249 H )[43]
            b. Mu’jam adalah kitab yang berisi tentang susunan hadis berdasarkan musnad-musnad sahabat, guru, negeri dan sebagainya. Penyusunan nama-nama tersebut seringkali didasarkan pada huruf-huruf ensiklopedis. Dari sejumlah kitab mu’jam yang ada, yang paling terkenal yaitu[44] :
            1) Al-Mu’jam al-Kabir, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thobarany ( -30 H ).
            2) Al-Mu’jam al-Aushat, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thobarany.
            3) Al-Mu’jam Ash-Shoghir, karangan dari Abu Al-Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thobarany.
            4) Mu’jam Ash-Shohabah, karangan dari Ahmad bin Ali al-Hamadani ( -394 ).
            5) Mu’jam Ash-Shohabah, karangan dari Abu Ya’la Ahmad bin Ali al-Mushili ( -307 H ).[45]
            c. Al-Athrof adalah salah satu jenis kitab hadis yang penyusunannya hanya menyebut permulaan bunyi hadis yang mengindikasikan bunyi hadis selanjutnya. Urutan kitab-kitab al-Athrof biasanya disusun berdasarkan musnad para sahabat sesuai dengan urutan huruf mu’jam. Dalam kegiatan penelusurannya, dimulai dengan hadis-hadis sahabat yang permulaan namanya huruf alif, ba’, dan seterusnya.[46]
            Kitab al-Athrof yang paling terkenal yaitu Athrof Ash-Shohihain karangan Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad Ad-Dimasyqy, Athrof Ash-Shohihain karangan Abu Muhammad Kholaf bin Muhammad al-Wasithy, Al-Asyrof ‘Ala Ma’rifat al-Athrof atau Athrof As-Sunnah karangan al-Hafidz Abu Qosim Ali bin Hasan yang terkenal dengan nama Ibu Asaakir Ad-Dimasyqy, Tuhfat al-Asyrof bi Ma’rifat al-Athrof atau Athrof al-Kutub As-Sittah karangan Abu al-Hajjaj Yusuf Abdur Rahman al-Mizzy, Ittihaf al-Maharoh bi Athrof al-‘Asyaroh karangan Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqolany, Athrof al-Masanid al-‘Asyaroh karangan Al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Bushoiry, dan Dzakhoir al-Mawarits fi Ad-Dilalat ‘Ala Mawa’dli al-Hadits karangan Abdul Ghony an-Nabulsy.[47]

4. Takhrij melalui tema hadis
            Takhrij hadis dengan metode ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah menguasai beberapa pembahasan atau satu dari beberapa pembahasan hadis, atau orang yang memiliki pengetahuan yang luas. Maka dari itu, tidak semua orang dapat menerapkan metode ini karena mereka belum tentu menguasai pembahasan dari setiap hadis, terutama hadis-hadis yang isinya tidak begitu jelas, sehingga untuk mendapatkan topik atau tema dari suatu hadis itu sangat sulit. Kitab yang dapat membantu dalam penerapan metode ini yaitu :
            1) Kitab hadis yang membahas tentang masalah keagamaan secara keseluruhan, seperti al-Jami’, al-Mustakhraj ‘Ala al-Jawami, al-Mu’ajim, dan sebagainya.[48]
            2) Kitab hadis yang membahas tentang sebagian besar masalah keagamaan, terutama yang menyangkut masalah fiqh, seperti sunan, al-Musannafat, al-Muwaththa’ ibn Malik, al-Mustakhraj ‘Ala al-Sunan, dan sebagainya.[49]
            3) Kitab hadis yang membahas masalah-masalah tertentu dari persoalan agama, seperti al-Ajza’, al-Tarqib wa al-Tarhib, al-Zuhd wal Fadhail wa al-adab al-Akhlak, al-Ahkam, dan sebagainya.[50]

5. Takhrij al-Hadis berdasarkan status hadis
            Menurut Mahmud Al-Thahhan, takhrij dengan metode ini secara istilah adalah meneliti sanad dan matan suatu hadis. Para ulama terdahulu telah menyusun kitab hadis yang menghimpun berbagai hadis berdasarkan statusnya. Takhrij al-hadis dengan metode ini dapat dilakukan dengan melihat status suatu hadis yang akan diteliti berdasarkan keadaan matan dan sanad hadis. Di antara kitab-kitab tersebut yaitu kitab yang khusus menghimpun hadis-hadis mutawatir, seperti al-Azhar al-Munasyirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, kitab yang menghimpun hadis mursal, seperti kitab al-Marasil karya Abu Daud, dan kitab yang khusus menghimpun hadis maudhu’ atau palsu, seperti kitab al-Maudhu’at al-Kubra karya ‘Ali al-Qari al-Hawari, dan sebagainya.[51]
           
E. Metode Takhrij al-Hadis Melalui Software
            Sejak 18 tahun yang lalu, berbagai kesulitan dalam men-takhrij hadis telah ditemukan jalan keluarnya, yaitu dengan dihasilkannya berbagai software computer tentang hadis yang dapat digunakan untuk kegiatan takhrij hadis dan meneliti kualitas hadis tersebut. Software-software tersebut meliputi :
1. Mausu’ah al-hadits al-syariif : al-kutub al-tis’ah, yaitu software yang memuat 9 kitab hadis terkenal disertai dengan fasilitas pencarian dan penelitian hadis.[52]
2. Al-maktabah al-alfiyah lil sanah al-nabawiyah, yaitu software yang memuat lebih dari 1300 jilid kitab hadis dan kitab penunjang untuk studi hadis, yang dikelompokkan pada : al-shihhah, al-sunan, al-musannafat wa al-athar, al-masanid, al-syurukh, tarajim, al-ruwat, mustaiah al-hadith, al-sirah wa al-tarikh, dan al-gharib wa al-ma’ajim.[53]
3. Maktabah al-ajza’ al-haditsiyah, yaitu software yang berisi tentang berbagai topic berbagai kitab hadis.[54]
4. Subul al-Salam lil syaikh Hasan Ayyub, yaitu software kitab hadis karya al-Sa’aniy yang berisi 120 jam rekaman suara dan lebih dari 700 pembahasan atas pertanyaan fiqhiyah.[55]
5. Wasiat Raul lil syaikh al-sha’rawi, yaitu software yang berisi uraian syaikh al-sha’rawi terhadap hadis-hadis yang memuat wasiat rasul.[56]
6. Maktabah al-Hadis al-Syarif, yaitu software yang berisi tentang kumpulan kitab-kitab Sharh, dan kitab pendukung studi hadis.[57]
7. Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul, yaitu ensiklopedi yang diangkat dari kitab Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul.[58]
8. Mau’suah al-Hadits al-Dho’iifah wal maudhu’ah, yaitu software yang memuat 76 kitab yang menjelaskan tentang hadis dhoif dan hadis maudhu’.[59]

F. Praktik Takhrij al-Hadis Secara Konvensional
            Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa sebuah hadis harus diketahui kehujjahannya. Cara untuk menentukan keshahihan sebuah hadis adalah dengan menggunakan kaidah-kaidah keshahihan dan atas dasar petunjuk literature yang biasa disebut tashih dan i’tibar. Jika dikaji lebih lanjut, maka petunjuk tersebut dapat dirumuskan sebagai metode takhrij.
            Dalam kegiatan takhrij, kitab-kitab takhrij memiliki peran yang cukup penting. Kitab-kitab takhrij yaitu kitab-kitab yang disusun untuk men-takhrij hadis-hadis dari kitab tertentu.[60] Kegiatan takhrij meliputi periwayatan ( penerimaan, pemeliharaan, pentadwinan, dan penyampaian ) hadis, penukilan hadis dari kitab-kitab asal untuk dimasukkan dalam kitab-kitab tertentu, mengutip beberapa hadis yang berasal dari kitab-kitab fan ( tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf dan akhlak ), dengan menjelaskan sanad-sanadnya, membahas hadis-hadis sampai diketahui maqbul atau mardud nya. Pada penjelasan mengenai metode takhrij al-Hadis secara konvensional, penulis akan membahas salah satu metode yang dianggap paling mudah digunakan dalam kegiatan ini, yaitu metode dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahros Li Alfadz al-Hadits an-Nabawi yang disusun oleh DR.A.J. Weinsk.
            Bagi pengguna kamus kitab ini diharuskan untuk mengetahui aturan penyusunan kata-kata yang terdapat dalam kamus ini. Berikut adalah aturan penyusunan materi atau kata-kata dalam kamus daftar isi lafadz-lafadz hadis nabi :
1. Kata kerja ( fi’il jamaknya fa’il ), kata kerja untuk masa lalu ( fi’il madhi ), kata kerja masa kini ( fi’il mudhori’ ), dan fi’il amr. Isim maf’ul, isim fa’il, shighot ( pola kalimat ) yang mengiringi tiap dhomir, disebut shighot fi’il mabni al-ma’lum tanpa lawahiq, shighot fi’il mabni li ma’lum dengan lawahiq, shighot fi’il mabni li al-majhul tanpa dan dengan lawahiq, dan yang pertama disebut fi’il mujarrod berikut fi’il mazid dengan urutan yang sering digunakan para ahli shorof.
2. Isim-Isim Ma’na, antara lain[61] :
            a. Isim yang dirofa’kan dengan nun
            b. Isim yang dirofa’kan tanpa tanwin
            c. Isim yang dirofa’kan dengan lahiqnya
            d.Isim yang diajarkan dengan idhofah nun
            e. Isim yang diajarkan dengan idhofah tanpa tanwin
            f. Isim yang diajarkan dengan idhofah dengan lahiqnya
            g. Isim yang diajarkan dengan huruf jar
            h. Isim yang dinashobkan dengan huruf nun
            i. Isim yang dinashobkan tanpa tanwin
            j. Isim yang dinashobkan dengan tanwin      
3. Al-Musyaqqot, terdapat dua macam, yaitu al-musyaqqot tanpa idhofah huruf mati dan al musyaqqot dengan idhofah huruf mati. Untuk sumber-sumber as-Sunah yang lafadznya diberi daftar isi sudah diberikan rumus, yaitu sebagai berikut[62] ;
            خ          = Al-Bukhori
            م           = Muslim
            ت         = At-Turmudzi
            د           =Abu Daud
            ن          =An-Nasa’i
            جه        = Ibnu Majah
            ط          = Al-Muwatho’
            حم         = Musnas Ahmad bin Hanbal
            دي        = Musnad Ad-Darimy
            Berikut adalah contoh langkah-langkah takhrij al-hadis secara konvensional melalui kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz al-Hadits an-Nabawi :
            1. Siapkan kitab al-Mu’jam Al Mufahras Li Afdzi al-Hadits an-Nabawi
            2. Siapkan bunyi hadis yang akan ditakhrijkan, seperti :
            لا تدخلون الجنة حتى يؤمنوا لا تؤمنوا حتى تحابوا
            3. Berdasarkan penggalan hadis di atas, maka dapat ditelusuri dengan beberapa kata,         yaitu dari kata تحابو, maka dapat dibuka dalam kitab mu’jam pada bab ح karena kata dasar dari حبب. Setelah kitab mujam tersebut ditelusuri, hadis kata tersebut           dapat ditemukan dalam kitab mu’jam jus 1 halaman 408 dengan keterangan :
            ايمان , م = Shahih Muslim  kitab iman nomor urut hadis 93
            د ادب     = Sunan Abu Daud kitab Al-Adab Nomor hadis 131
            4. Gambar di bawah ini adalah hasil pencarian dari huruf

            Kitab al-Mu’jam hanya menunjukkan tempat dari suatu hadis, kemudian tugas dari para peneliti untuk menelusuri hadis-hadis tersebut dalam berbagai kitab sesuai dengan petunjuk kitam mu’jam di atas.
           
G. Praktik Takhrij al-Hadis Melalui Software
            Dari delapan software yang sudah diuraikan di atas, penulis hanya akan menjelaskan aplikasi software yang nomor 1, yaitu mau’suah al-hadits al-syarif : al-kutub al-tish’ah. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengaplikasian, maka terdapat beberapa keperluan sistem yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu[63] :
1. Komputer dengan kecepatan prosessor 486 MB atau lebih tinggi.
2. Memori minimal 8 MB.
3. Drive CD-ROM atau Virtual Drive.
4. Monitor minimal VGA dan mouse.
5. Sound card dan speaker ( pilihan ).
6. Spasi hard disk yang kosong untuk aplikasi yang paling lambat minimal 5 MB dan untuk    aplikasi yang paling cepat maksimal 135 MB.
7. Sistem operasi minimal Windows 3,1.  
           
            Tahap aplikasi software Mausuat al-Hadith al-Syarif : al-kutub al-Tish’ah dimulai dengan membuka aplikasi software yang sudah diinstal. Setelah itu, klik start, ketik hadith pada kolom start, pilih hadith. Setelah klik hadith, maka muncul gambar seperti berikut ini :


            Dari tampilan gambar di atas, terlihat bahwa ada delapan menu utama yang tersedia dalam program ini, yaitu عرض( tampilan atau tayangan ), بحث ( cari ), معاجم ( kamus ),  تعريفات ( penjelasan ), تدريبات ( ujian atau latihan ), المصدر ( sumber ), خيارات  ( pilihan ),  عيدةمسا ( bantuan ).[64]
            Menu utama عرض( tampilan atau tayangan ) dibagi menjadi tujuh sub menu, seperti gambar berikut ini[65] :

Keterangan :
1. Sub menu pertama menampilkan hadis berdasarkan nomor hadis.
2. Sub menu kedua menampilkan hadis berdasarkan bab-bab dalam kitab hadis.
3. Sub menu ketiga menampilkan hadis dalam suatu kitab, baik yang khulasah, mukhtasar yang tidak diulang-ulang, maupun secara keseluruhan.
4. Sub menu keempat menampilkan daftar sumber hadis tentang ayat-ayat Alquran dan qiraat.
5. Sub menu kelima berisi tentang pemberian catatan terhadap hadis.
6. Sub menu keenam menampilkan menu untuk proses pencetakan.
7. Sub menu ketujuh adalah menu untuk keluar.
                                                
            Menu utama بحث ( cari ) juga memuat tujuh sub menu, seperti gambar berikut[66] :


Keterangan :
1. Sub menu pertama menunjukkan orientasi atau arah pencarian.
2. Sub menu kedua menunjukkan pencarian hadis berdasarkan nama rawi.
3. Sub menu ketiga menunjukkan pencarian hadis berdasarkan kata-kata dalam matan hadis.
4. Sub menu keempat menunjukkan pencarian hadis berdasarkan kata-kata dalam matan hadis.
5. Sub menu kelima menunjukkan pencarian hadis berdasarkan topic-topik fiqhiyah.
6. Sub menu keenam menunjukkan pencarian hadis berdasarkan gabungan cara pencarian berdasarkan kata, sumber takhrij dan topic fiqhiyah.
7. Sub menu ketujuh adalah menu untuk pencetakan hasil pencarian.

            Menu utama  معاجم ( kamus ) berisi empat menu, seperti gambar berikut[67] :

Keterangan :
1. Sub menu pertama berisi tentang kamus yang memuat kata-kata dalam hadis.
2. Sub menu kedua berisi tentang kata-kata dalam hadis yang pengertiannya dianggap sulit atau asing.
3. Sub menu ketiga berisi tentang kamus yang menjelaskan kata-kata dalam hadis yang masih samar.
4. Sub menu keempat adalah menu untuk pencetakan hasil pencarian hadis melalui kamus.
           
            Menu utama تعريفات ( penjelasan ) memuat tiga hal, seperti gambar berikut ini[68] :
Keterangan :
1. Berisi tentang biografi akademik sembilan mukharrij, yaitu al-bukhori, Muslim, Al-Tirmidhi, al-Nasha’i, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, Malik, dan al-Darimiy.
2. Berisi tentang al-Kutub al-Tish’ah.
3. Menampilkan berbagai kitab yang dijadikan referensi dalam pembuatan software mausuat al-Hadith al-Sharif : al-Kutub al-Tish’ah ini.

            Menu utama تدريبات ( ujian atau latihan ) memuat berbagai materi ujian tentang ilmu Mustalah al-Hadis, keutamaan para nabi dan sahabat, dan fiqh. Menu utama ini juga memuat materi untuk menghafalkan hadis, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini[69] :

            Menu utama المصدر ( sumber ) digunakan untuk menentukan tempat pencarian dari al-Kutub al-Tish’ah yang diaktifkan sebagaimana yang ada pada gambar berikut ini[70] :
           
            Menu utama خيارات  ( pilihan ) memuat dua hal, seperti gambar berikut ini[71] :
Keterangan :
1. Penentuan nomor hadis dari berbagai edisi kitab.
2. Setting printer yang digunakan untuk mencetak hasil pencarian dari software ini.

            Menu utama عيدةمسا ( bantuan ) memuat tiga hal, seperti gambar berikut ini[72] :
Keterangan :
1. Penjelasan bagaimana mengaplikasikan software ini.
2. Penjelasan berbagai definisi mustalah al-hadith.
3. Penyajian versi dari software yang sedang diaplikasikan ini.

Contoh Cara mengaplikasikan menu pada software al-Mausu’ah al-Syarif : al-Kutub al-Tish’ah melalui tayangan :
a. Cara mengaplikasikan menu  الحديثرقم, yaitu menu tampilan hadis berdasarkan nomornya adalah sebagai berikut[73] :
1. Klik عرض pilih الحديثرقم , sebagaimana gambar berikut ini:
2. Setelah keluar gambar seperti di bawah ini, pilih kitab, nomor hadis dan edisinya, lalu klik ikon  الحاديثعرض, sebagaimana gambar berikut ini :
3. Berikut ini adalah hasil pencarian tersebut :

b. Cara mengaplikasikan menu تب يب المصدر, yaitu menu tampilan hadis berdasarkan bab-bab yang tersedia dalam al-kutub al-tish’ah, adalah sebagai berikut[74] :
1. Klik عرض pilih تب يب المصدر sebagaimana gambar berikut ini
2. Berikut adalah hasil tayangan di atas. Daftar yang ada dalam kolom, yaitu   الوحيبدء ke bawah sering disebut dengan kitab, sedangkan jika akan menampilkan bab-babnya, maka klik satu kali sub menu yang betanda “+” atau bisa juga dengan klik dua kali secara cepat pada nama kitab tersebut.
3. Berikut adalah tampilan gambar hasil pencarian hadis berdasarkan bab-babnya.


c. Cara mengaplikasikan menu الحاديث  اطراف, yaitu sub menu yang menampilkan hadis dalam suatu kitab, baik yang khulasah, mukhtasar yang tidak diulang-ulang, maupun secara keseluruhan, adalah sebagai berikut[75] :
1. Klik عرض pilih الحاديث  اطراف, sebagaimana gambar berikut ini :
2. Tayangan di bawah ini memperlihatkan bahwa masing-masing sumber hadis dibagi menjadi empat kelompok untuk atraf dua kelompok untuk rawi. Empat kelompok untuk atraf adalah sebagai berikut :
            a) yaitu tayangan hadis yang diambil dari masing-masing sumber kitab hadis yang sesuai untuk pendidikan anak-anak dan masyarakat umum dan tidak diperuntukkan bagi spesialis hadis.
            b) yaitu tayangan hadis dari sumber kitab hadis, dengan tidak menampilkan hadis mauquf, maqtuf dan hadis yang merupakan pengulangan hadis yang sudah ditayangkan sebelumnya karena kesamaan kata maupun maknanya.
            c) yaitu tayangan hadis dari sumber kitab hadis dengan tidak menyajikan hadis lain yang merupakan pengulangan karena kesamaan kata maupun maknanya.
            d)  yaitu tayangan keseluruhan hadith dari suatu sumber kitab hadis. Tayangan ini menggunakan versi penomoran tarqim al-alamiyah.
3. Sebagai contoh pilihlah referensi البخاري lalu pilih الخلاصة untuk اطراف الحديث dan pilih كل رؤاة untuk رؤاة السند lalu klik ikon  قائمة الأحاديثmaka akan keluar hasil sebagaimana gambar berikut :
4. Tampilan di atas memiliki tiga pilihan, yaitu berdasarkan hadis yang diurutkan berdasarkan nomor hadis (حسب المصدر ), berdasarkan huruf alphabet yang ada pada awal matan hadith (هجل ئيا), dan berdasarkan huruf alphabet nama rawi (الراوي الأ وّل). Pilihan untuk mengurutkan hadith tersebut ada lima, yaitu:
a) Pilih ikon عرض النص , yaitu ikon untuk membuka hadis satu demi satu
b) Klik ikon بحث في القائمة , yaitu pencarian hadis dari daftar hadis yang ada. Pencarian ini dapat dilakukan berdasarkan nomor urut hadis, rawi awal, atau potongan matan, maka keluar gambar sebagai berikut :
 
sebagai contoh dicari hadis berdasarkan potongan matan, yaitu kata دعه , maka hilangkan contengan yang ada di depan كل الأعمدة  dengan cara mengkliknya, seperti gambar berikut ini :
 
d. Cara mengaplikasikan فهارس المصدر yaitu untuk menampilkan hadis berdasarkan kesamaan indeksnya, yaitu sebagai berikut[76] :
1.      Klikعرض lalu فهارس المصدر
2.      Setelah keluar gambar tersebut, maka klik pilihan yang dituju, lalu klik ikon قائمة الفهرس
3.      Jika masing-masing kelompok dibuka satu-satu maka isi dan jumlah atau yang terkait dengan daftar sudah terdaftar pada daftar berikut
e. cara mengaplikasikan hadis hasil pemberian catatan pinggir. Menu ini aktif apabila file hadis telah diberi catatan pinggir. Cara membuat catatan pinggir adalah dengan membuka salah satu hadis lalu klik ikon تعليق المستخدم , lalu berilah catatan pinggir. Setelah selesai, klik تم .[77]
f. cara mengaplikasikan menu cetak, yaitu[78] :
1.      Klikعرض  lalu طباقة
2.      Berikut adalah tampilan menu
Ada 4 pilihan cetakan,  تخريج الحديث yaitu untuk memberi catatan tentang siapa saja mukharrij selai yang dicetak, yang mentakhrij hadith tersebut, dan pada kitab apa serta nomor berapa mereka mentakhrijnya. أطراف الحديث  Untuk memberi catatan tentang tempat-tempat di mana seorang mukharrij mentakhrij hadith tersebut.الآيات القرأنية digunakan memberi catatan tentang nama surat dan nomor ayat jika ada ayat Al-Qur’annya. Sedangkan yang terakhir معاني الأ لفاظ  digunakan untuk memberi catatan tentang makna yang dianggap sulit. Jumlah hadis yang dicetak dapat disetting nomor permulaan (بداية مجال الطباعة) dan nomor akhir (نهاىة مجال الطباعة).
g. Cara menutup program Mausu’at Al-Hadith Al-Sharif: Al-Kutub Al-Tis’ah. Klik  عرض lalu خروج, atau bisa juga dengan mengklik tanda silang di sebelah kanan atas.[79]
H. Penutup
          Takrij al-hadis adalah kegiatan penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalamnya dijelaskan secara lengkap mengenai matan dan sanad dari sebuah hadis. Secara singkat takhrij dapat dapat diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadis serta redaksi dari sebuah matan hadis. Pencarian ini dilakukan untuk mengetahui asal-usul hadis, sanad dan matan agar dapat menentukan kualitas dari hadis tersebut.
          Berdasarkan proses takhrij yang dilakukan oleh para muhadditsin dalam melacak hadis, ditemukan lima metode takhrij yang dapat digunakan untuk mentakhrij hadis, yaitu  takhrij melalui awal kata مطلع الحديث , melalui salah satu kata dalam hadis  لفظ من الفاظ الحديث , melalui perawi pertama الراوي الأعلى , melalui tema pembahasan hadis, melalui sifat atau jenis hadis.  Takhrij dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara konvensional dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam al Mufahras li Alfadz al-Hadis al-Nabawi, karya A.J Wensick dengan metode pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadis karena cara ini dianggap sangat praktis, dan menggunakan software Mausu’at al hadith al Sharif: al kutub al Tis’ah versi 2.











Daftar Pustaka

Al Thohhan, Mahmud. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad. Semarang : Dina           Utama
Anwar, Ali. 2011. Takhrij Al-Hadith Dengan Komputer. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Husnan, 1993. Kajian Hadits Metode Takhrij. Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar
Nuruddin, 1994. ‘Ulum Al-Hadist. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Soetari, Endang. 2008. Ilmu Hadits Kajian Riwayah & Dirayah. CV. Mimbar Pustaka :     Bandung        
Solahudin, Agus dan Agus S. 2013. Ulumul Hadist. CV. Pustaka Setia : Bandung
Zuhri, Muh. 2003. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta : PT. Tiara    Wacana Yogya
Bahrudin, 2009. Takhrij Sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad. Jurnal Ilmu                Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni.
Deraman, Fauzi, 2001. Ilmu Takhrij Al-Hadith : Pengertian, Sejarah dan Kepentingannya.            Jurnal Usuluddin, Bil. 14.
Pamil, Jon, 2012. Takhrij Hadist : Langkah Awal Penelitian Hadist. Jurnal Pemikiran Islam ;         Vol. 37, No. 1 Januari-Juni.
                                                              
Catatan:
1.      Similarity 17%.


[1] Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, PT. Tiara Wacana Yogya : Yogyakarta, 2003, hlm. 149.
[2] Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadsi. CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 189.
[3] Husnan, Kajian Hadits Metode Takhrij, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1993, hlm. 97.
[4] Mahmud Al Thohhan,  Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Dina Utama, Bandung, 1995, hlm. 14.
[5] Ibid.,                                                                                       
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9] Ibid.,
[10] Ibid. Hlm. 15.
[11] Ibid.
[12] Ibid.,
[13] Bahrudin, Takhrij Sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad, Jurnal Ilmu Dakwah :Vol. 4 No. 13, Januari-Juni, 2009, hlm. 499.
[14] Agus Solahudin dan Agus Suyadi, op.cit. hlm. 190
[15] Ibid.,
[16] Ibid.,
[17] Ibid.,
[18] Ibid.,
[19] Ibid., hlm. 190.
[20] Ibid.,
[21] Ibid., hlm. 191.
[22] Jon Pamil, Langkah Awal Penelitian Hadis, Jurnal Pemikiran Islam : Vol. 37 No. 1 Januari-Juni 2012, hlm. 53.
[23] Ibid.,
[24] Ibid.,
[25] Bahrudin, op.cit., hlm. 450.
[26] Ibid.,
[27] Ibid.,
[28] Agus Solahudin dan Agus Suyadi, op.cit. hlm. 191.
[29] Ibid.,
[30] Ibid., hlm. 191-192.
[31] Ibid., hlm. 192.
[32] Ibid.,
[33] Ahmad Husnan, Kajian Hadits Metode Takhrij, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1993, hlm. 107.
[34] Fauzi Deraman, Ilmu Takhrijal-Hadis : Pengertian, Sejarah, dan Kepentingannya, Jurnal Usuluddin, Bil. 14, 2001, hlm. 63.
[35] Ibid., hlm. 64.
[36] Ibid.,
[37] Bahrudin., op.cit., hlm. 450-451.
[38] Ibid., hlm. 451-452.
[39] Ibid., hlm. 452-453.
[40] Ibid., hlm.453.
[41] Ibid., 454.
[42] Mahmud al-Thahhan, op.cit., hlm. 40-41.
[43] Ibid.,
[44] Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah & Dirayah, CV. Mimbar Pustaka, Bandung, 2000, hlm. 156.
[45] Ibid.,
[46] Mahmud Al-Thohhan., op.cit. hlm. 45.
[47] Ibid., hlm. 45-46.
[48] Bahrudin., op.cit., hlm. 455.
[49] Ibid., hlm. 456.
[50] Ibid.,
[51] Ibid., hlm. 457.
[52] Ali Anwar, Takhrij Al-Hadith Dengan Komputer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 3.
[53] Ibid.,
[54] Ibid.,
[55] Ibid., hlm. 4.
[56] Ibid.,
[57] Ibid.,
[58] Ibid.,
[59] Ibid.,
[60] Nuruddin, ‘Ulum Al-Hadits. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm. 191.
[61] Mahmud Al-Thahhan, op.cit., hlm. 75-76.
[62] Ibid., hlm., 76.
[63] Ibid., hlm. 4-5.
[64] Ibid., hlm. 9.
[65] Ibid.,
[66] Ibid., hlm. 10
[67] Ibid.,
[68] Ibid., hlm. 11.
[69] Ibid.,
[70] Ibid., hlm. 11-12.
[71] Ibid., hlm. 12.
[72] Ibid.,
[73] Ibid., hlm. 30.
[74] Ibid., hlm. 40.
[75] Ibid., hlm. 46.
[76] Ibid., hlm. 52.
[77] Ibid., hlm. 55.
[78] Ibid., hlm. 56.
[79] Ibid., hlm. 59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar