Rabu, 13 September 2017

Makkiyah dan Madaniyah (PAI B Semester Genap 2017/2018)




Qurota A’yunin Fitriyah dan Slamet Waluyo
PAI B Angkatan 2016 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
In Islam, the Qur'an is believed to be the word of Allah which is the main source of the teachings of Islam itself in addition to other sources. Because the Qur'an is a book of Islamic guidance which according to the language of the Qur'an has the meaning of reading or reading. The verses of the Qur'an are passed down through a gradual process of time. The period of descent of these verses is divided into two, ie before and after the Hijrah of Prophet Muhammad SAW. All the verses revealed in Makkah and its surroundings, before the hijra are called Makkiyah verses. And the verses that descend after the Prophet (s). Hijrah to Medina, though not exactly down in Madinah called Madaniyah. In order to conform to the universal legal characteristics, a proper understanding of them is required. Starting from the concept of Makkiyah and Madaniyah in the view of the classical scholars, the number of surahs of the Qur'an that descended on Makkah and which descended on Madinah, the way of knowing Makkiyah and Madaniyah, the characteristics of the makkiyah surah, the specialties of Makkiyah and Madaniyah letters as well as the usefulness of knowing makkiyah and madaniyah.

Abstrak
Dalam agama Islam Alquran dipercaya sebagai kalam Allah yang menjadi sumber pokok ajaran agama Islam itu sendiri  di samping sumber-sumber lainnya. Karena Alquran merupakan kitab pedoman umat islam yang menurut bahasa Alquran mempunyai arti bacaan atau yang dibaca. Ayat–ayat Alquran diturunkan melewati suatu proses masa secara berangsur-ansur. Masa turunnya ayat-ayat ini dibagi menjadi dua, yakni sebelum dan sesudah Hijrah Nabi Muhammad SAW. Semua ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, sebelum hijrah disebut ayat Makkiyah. Dan ayat-ayat yang turunnya sesudah Nabi SAW. Hijrah ke Madinah, sekalipun tidak persis turun di Madinah disebut Madaniyah. Agar sesuai dengan karakteristik hukumnya universal, maka diperlukan pemahaman yang tepat terhadapnya. Mulai dari konsep Makkiyah dan Madaniyah dalam pandangan ulama klasik, jumlah surah Alquran yang turun di Makkah dan yang turun di Madinah, cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah, ciri-ciri surah makkiyah, keistimewaan surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, dan juga pula faedah mengetahui makkiyah dan madaniyah.

Keyword : Alquran, Characteristic, Makkiyah, Madaniyah, Concept

A.  Pendahuluan
Alquran dipercaya sebagai kalam Allah yang menjadi sumber pokok ajaran agama Islam di samping sumber-sumber lainnya. Kepercayaan terhadap kitab suci ini dan pengaruhnya dalam sejarah umat Islam sudah terbentuk sedemikian rupa sehingga percaya terhadap kitab suci menjadi salah satu rukun iman. Pada era globalisasi sekarang ini, muncul berbagai perubahan yang cukup signifikan dalam memahami isi dan ajaran kitab suci tersebut, sebagai kelanjutan dari dinamika pemikiran tentang penafsirannya yang sudah berkembang pada masa-masa sebelumnya. Gejala ini terjadi tidak hanya di kalangan umat Islam, tetapi juga di kalangan umat beragama lainnya.[1]
Alquran merupakan kitab pedoman umat islam, yang diketahui menurut bahasa Alquran mempunyai arti bacaan atau yang dibaca, Alquran adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu “maqru = yang dibaca”. Menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’) ialah : “Nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabinya Muhammad SAW yang ditulis dalam mashhaf.”
Tegasnya, Alquran itu menunjukkan kepada pengertian tersebut secara hakikat. Mereka ahli ushul membahas Alquran dari jurusan kedudukannya sebagai pokok dalilhukum. Maka yang menjadi pokok dalil itu, ialah: ayat-ayatnnya. Maka yang menjadi pokok dalil itu, ialah : ayat-ayatnya. Maka tiap satu ayat itu, dinamai Alquran.[2]
            Ayat–ayat Alquran diturunkan melewati suatu proses masa secara berangsur-ansur. Masa turunnya ayat-ayat ini dibagi menjadi dua, yakni sebelum dan sesudah Hijrah Nabi Muhammad SAW. Masa Nabi Muhammad SAW tinggal di Mekkah, selama 12 tahun 5 bulan 12 hari terhitung sejak tanggal 17 Ramadhan tahun ke -41 dari kelahirannta sampai awal Rabiul Awal tahun ke-54 sejak kelahirannya. Semua ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, sebelum hijrah disebut ayat Makkiyah. Dan ayat-ayat yang turunnya sesudah Nabi SAW. Hijrah ke Madinah, sekalipun tidak persis turun di Madinah disebut Madaniyah.[3]
            Agar sesuai dengan karakteristik hukumnya universal, maka diperlukan pemahaman yang tepat terhadapnya.[4]Maka kita sebagai umat muslim yang baik sangat perlu sekali untuk memahami secara detail dan rinci tentang ayat-ayat Alquran mulai dari konsep dasar Alquran, sejarah dan juga pula tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyah. Dalam artikel ini akan kita ulas mulai dari konsep makkiyah dan madaniyah menurut ulama klasik, jumlah ayat yang diturunkah di mekka dan madinah, cara membedakan surat makkiyah dan madaniyah, dan juga memaparkan faedah dalam mempelajari makiyyah dan madaniyah.
B.  Konsep Makki dan Madani dalam Pandangan Ulama Klasik
Jumhur Ulama sepakat bahwa dalam memahami ayat-ayat Alquran, seorang penafsir haruslah menggunakan perangkat-perangkat tafsir. Hal ini dilakukan agar para penafsir Alquran tidak melakukan penyimpangan yang terlalu jauh ketika menafsirkan Alquran. Teori Makki dan Madani sebagai salah satu kajian historis tentang ayat-ayat atau surat Alquran termasuk bagian dari perangkat tafsir yang digagas oleh ulama mutaqaddimin dan kemudian dikembangkan oleh ulama kontemporer. Kita perhatikan pengertian Makki dan Madani dalam pandangan Ulama klasik.[5]
Pengertian makki dan madani menurut al-Zarkasyi[6] ada tiga pendapat, diantaranya;
1.        Pendapat yang menyatakan bahwa makki adalah ayat atau surat yang diturunkan di Makkah, dan madani adalah ayat atau surat yang diturunkan di Madinah
2.        Pendapat  yang  menyatakan  yang  dimaksud  makki adalah ayat atau surat yang turun sebelum hijrah nabi Muhammad saw. Sedangakan madani adalah ayat atau surat yang turun setelah hijrah nabi Muhammad saw. Pendapat ini yang paling masyhur
3.        Pendapat terakhir menyatakan bahwa makki adalah ayat atau surat yang di-khitab-kan pada penduduk Makkah, sedangkan madani di- khitab-kan pada penduduk Madinah.

Tiga pengertian makki dan madani diatas sama persis dengan pengertian versi al-Suyuti[7]yang mengacu tiga pendapatseperti yang telah dijelaskan. Perbedaannya hanya pada urutan penempatan6, kalau al-Suyuti menempatkan pendapat paling masyhur di urutan pertama yang oleh al-Zarkasyi ditaruh di urutan ke-2. yakni yang dinamakan makki adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum Hijrah dan madani adalah ayat atau surat yang diturunkan setelah hijrah. al-Suyuti menambahkanbahwa ayat yang turun di luar masa itu yaitu baik di Makkah atau di Madinah, pada masa Fath makkah, haji wada’, dan pada waktu perjalanan dakwah, merujuk pada riwayat Utsman bin Sa’id al-Razi sampai padaYahya bin Salam mengatakan “ayat yang turundi Makkah dan ayat yang turun di tengah perjalanan ke Madinahnamun Nabi belum sampai kota Madinah, maka termasuk ayat makki. Dan ayat yang turun di beberapa perjalanan Nabi setelahbeliau sampai di kota Madinah, maka ayat itu termasuk madani
ﻣﺎ ﻟﺰل ﺑﻤﻜﺔ وﻣﺎﻧﺰل ﻓﻰ طﺮ ﯾﻖ اﻟﻤﺪ ﯾﻨﺔ ﻗﺒﻞ أن ﯾﺒﻠﻎ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ اﻟﻤﺪ ﯾﻨﺔ ﻓﮭﻮ ﻣﻦ اﻟﻤﻜﻰ. وﻣﺎ ﻧﺰل ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻰ أﺳﻔﺎره ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﻗﺪم اﻟﻤﺪ ﯾﻨﺔ ﻓﮭﺮ ﻣﻦ اﻟﻤﺪ ﻧﻲ.[8]
Dengan demikian, bila mengacu riwayat tersebut, turunnya ayat pada saat perjalanan hijrah Nabi dinamakan ayat makki.
Kategori yang dipakai dari pengertian makki dan madani yang paling masyhur seperti yang telah dikemukakan berdasarkan hitungan fase. Yakni fase sebelum dan setelah hijrah. Dalam Makkah, walaupun ada kemungkinan yang tidak termasuk kafir pun juga masuk golongan yang dikhitabkan. Sedangakan lafadz khitab untuk penduduk Madinah yang mayoritas kaum berimanadalah”ya ayyuha al-lazina amanu”[9]
Pendapat diatas pun masih menyisakan pertanyaan lain,bagaimana kasus yang ada di surat al-Baqarah:281 para ulama sepakat bahwa ia termasuk surat madaniyah, tapi dalam ayat 21, dan 128 mengandung karakteristik ayat makkiyah? Surat an-Nisa’ disepakati madaniyyah tapi di pembukanya memakai khitab ya ayyuhan nas”, selanjutnya surat al-Hajj termasuk makkiyah, namun ayat 77 memakai khitab “ya ayyuha al-lazina amanu”. Dalam kasus ini, sebagian ulama mengecualikannya,diantara mereka al-Zarkasyi dan al-Suyuti. Kedua tokoh itu menambahkan bahwa kasus masuknya alat khitab tersebut sah-sah saja, apalagi “ya ayyuhan nas “ dan”ya ayyuha al-lazinaamanu” hanyalah ciri-ciri umum cara Alquran ketika berbicarakepada penduduk Makkah dan Madinah. Alasannya, Alquran sesungguhnya di-khitab-kan kepada seluruh makhluk di semesta ini, jadi sah saja bila Alquran ketika berbicara kepada orang-orang yang beriman menyebut mereka dengan sifat, nama dan jenis mereka, sebagaimana sah pula jika Alquran memerintahkannon-mukmin untuk menjalankan ibadah mereka seperti halnya memerintahkan mukminin untuk istiqamah dan bersungguhdalam ibadah nya.[10]
Manna’ Khalil Qattan pengarang Mabahis fi Ulum al-Qurantidak mendefinisikan secara khusus tentang pengertian Makkidan Madani, ia menyebutkan bahwa ada sekitar 14 poin penting dalam studi Makki dan Madani: 1) ayat yang turun di Mekkah 2) yang turun di Madinah; 3) yang diperselisihkan; 4) ayat-ayat Makkiah dalam surah Madaniah; 5) ayat Madaniah dalam surah Makkiah; 6) yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya di Madinah; 7) yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya di Mekkah; 8) yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah (makki) dalam kelompok madani; 9) yang serupa diturunkan di Madinah (madani) dengan kelompok Makki; 10) yang dibawa dari Mekkah ke Madinah; 11) yang dibawa dari Madinah ke Mekkah; 12) yang turun waktu malam dan siang; 13) yang turun musim panas dan dingin; 14) yang turun waktu menetap dan dalamperjalanan. Tema bahasan inilah barangkali yang menginspirasi Nasr Hamid Abu Zaid untuk melakukan rekonstruksi ulang tentang teori Makki-Madani.[11]
Bagi Abu Zaid, studi makki dan madani adalah bentuk dialektika teks dengan realitas khususnya ketika ia menyapa sasaran penerimanya (Nabi). Perbedaan Makki dan Madani dalam teks merupakan perbedaan antara dua fase pentingyang memiliki andil dalam pembentukan teks, baik dalam taraf kandungan / isi ataupun strukturnya. Oleh karena itu, teks itu sendiri merupakan interaksi realitas yang dinamis-historis.Abu Zaid membagi pandangannya terhadap problematika pembacaan klasik tentang makki dan madani menjadi lima bagian, dua bagian mengenai konsep makki dan madani, dantiga bagian lainnya merupakan permasalahan tentang metode kompromi ulama dalam tenentuan makki dan madani. Lima bagian itu adalah; pertama, Norma-norma pembedaan, ; kedua, gaya bahasa, ; ketiga, Metode ekletik (talfiq) di antara riwayat,; keempat, Hipotesis tentang penurunan berulang (takarrar an-Nuzul), ; dan kelima, Pemisahan antara teks dan hukumnya.[12]
            Dalam studi Alqurandikenal adanya tiga pengertian dalam Makkiyah danMadaniyah. Pertama, Makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah dan Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah. Kedua, Makkiyah adalah ayat yang turun sebelum hijrah sekalipun turun di Madinah dan Madaniyah adalah ayat yang turun setelah hijrah meskipun turun di Makkah. Ketiga, Makkiyah adalah ayat yang sasarannya tertuju kepada penduduk Makkah dan Madaniyah ayat yang tertuju kepada penduduk Madinah.[13]




C.  Jumlah Surah Alquran yang Turun di Mekkah dan yang Turun di Madinah
Para ahli tafsir tiada sekata dalam menetapkan jumlah surah yang turun di Madinah. Bahkan mereka berselisih paham pula tentang menentukan surat-surat Makkiyah dan tentang menentukan surat-surat Madaniyah.[14]
Al Khudlary dalam kitab tarikh tasyri’ menetapkan, bahwa jumlah Alquran yang turun di Mekkah sejumlah 19/30 dan yang turun di Madinah 11/30. Surat-surat di Makkah sejumlah 91 dan yang turun di Madinah sejumlah 23.
Bila kita periksa Al-Munshaf dan kita perhatikan keterangan-keterangan yang terdapat dipermulaan tiap-tiap surat, nyatalah bahwa surat yang turun di Mekkah sejumlah 86, dan yang turun di Madinah sejumlah 28.[15]
a)      Surat-surat Makkiyah menurut tertib turunnya
Dibawah ini kami paparkan surat-surat Makkiyah menurut tertib turunnya berdasarkan keterangan sebagian ulama.
1.      Al ‘Alaq                                 
2.      Al Qalam
3.      Al Muzammil
4.      Al Muddatstie
5.      Al Fatihah
6.      Al Masad (Al Lahab)
7.      Al Takwir
8.      Al A’la
9.      Al Lail
10.  Al Fajr
11.  Adh dhuha
12.  Asy  Syarah (Al Insyiroh)
13.  Al Ashr
14.  Al ‘Adiyat
15.  Al Kaustar
16.  At Takatsur
17.  Al Maun
18.  Al Kafirun
19.  Al Fill

20.  Falaq
21.  An Nas
22.  Al Ikhlas
23.  An Najm
24.  ‘Abasa
25.  Al Qadar
26.  Asy Syamsu
27.  Al Buruj
28.  At Tin
29.  Al Quraish
30.  Al Qari’ah
31.  Al Qiyamah
32.  Al Humazah
33.  Al Mursalah
34.  Qaf
35.  Al Balad
36.  Ath Thariq
37.  Al Qamar
38.  Shad

39.  Al A’raf
40.  Al Jin
41.  Yasin
42.  Al Furqan
43.  Fathir
44.  Maryam
45.  Thaha
46.  Al Waqiah
47.  Asy Syu’ara
48.  An Naml
49.  Al Qashash
50.  Al Isra’
51.  Yunus
52.  Hud
53.  Yusuf
54.  Al Hijr
55.  Al An’am
56.  Ash Shaffat
57.  Luqman
58.  Saba
59.  Az Zumar
60.  Ghafir
61.  Fushshilat
62.  Asy Syura
63.  Az Zukhruf
64.  Ad Dukhan
65.  Al Jaatsiah
66.  Al Ahqaf
67.  Adz Dzariyat
68.  Al Ghasyiyah
69.  Al Kafh
70.  An Nahl
71.  Nuh
72.  Ibrahim
73.  Al Anbiya
74.  Al Mu’minun
75.  As Sajdah
76.  Ath Thur
77.  Al Mulk
78.  Al Haqqah
79.  Al Ma’arij
80.  An Naba
81.  An Naziat
82.  Al Infithar
83.  Al Insyiqaq
84.  Ar Rum
85.  Al Ankabut
86.  Al Muthafifin (Tathfif)

Sebagian ahli tafsir berkata: surat Tafhfif itulah surat paling penghabisan turun di Mekkah.
Menurut Al Khudlary, selain dari surat-surat yang tersebut masu juga dalam golongan surat-surat Makkiyah surat yang tersebut di bawah ibnu :
87.  Az Zalzalah
88.  Ar Rad
89.  Ar Rahman
90.  Al Insan
91.  Al Bayyinah
Surat-surat yang lima buah ini setengah ulama memasukkannya ke dalam bagian Madaniyah.[16]
b)      Surat-surat Madaniyah, menurut tertib turunnya ialah :
1.      Al Baqarah
2.      An Anfal
3.      Ali Imran
4.      Al Ahzab
5.      Al Mumtahanah
6.      An Nisa
7.      Al Hadid
8.      Al Qital
9.      Ath Thalaq
10.  Al Hasyar
11.  An Nur
12.  An Nur
13.  Al Haj
14.  Al Munafiqun
15.  Al Hujurat
16.  At Tahrim
17.  At Taghabun
18.  Ash Shaf
19.  Al Jumu’ah
20.  Al Fat-hu
21.  Al Maidah
22.  At Taubah
23.  An Nashr
Jika kita turuti pendapat sebagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa surat-surat yang turun di Madinah sejumlah 28, tambahan atas 23 ini, lima surat yaitu :
1.      Al Zalzalah
2.      Ar Rad
3.      Ar Rahman
4.      Al Insan
5.      Al Bayyinah
Kata Ibnu Hashshar dalam kitab An Nasikh wal Mansukh : surat yang disepakati turunnya  di Madinah sejumlah 20 surat, yaitu:
1.      Al Baqarah
2.      Ali Imran
3.      An Nisa
4.      Al Maidah
5.      An Anfal
6.      At Taubah
7.      An Nur
8.      Al Ahzab
9.      Muhammad
10.  Al Fat-hu
11.  Al Hujurat
12.  Al Hadid
13.  Al Mujadalah
14.  Al Hasyr
15.  Al Mumtahanah
16.  Al Jum’ah
17.  Al Munafiqun
18.  Ath Thalaq
19.  At Tahrim
20.  An Nashr[17]

Surat-surat yang diperselisihi sejumlah 11 surat, yaitu :
1.      Al Fatihah
2.      Ar Ra’du
3.      Ar Rahman
4.      Ash Shaf
5.      At-Taghbun
6.      At Tathfif
7.      Al Qadar
8.      Al Bayyinah
9.      Az Zalzalah
10.  Al Ikhlas
11.  Al Mu’auwiyadzatani (Al Falaq, An Nas)
Selain dari ayat tersebut, disepakati turunnyadi Makkah, yaitu sejumlah 82 ayat.[18]
D.        Ayat-ayat yang  Turun di Madinah, dan Hukumnya Makiyyah’z
1.      Al-Mumtahanah
2.      Ayat 41 surah Al-Nahl
Surah Al-Mumtahanah turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelang Fatuh Mekah. Ini terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui Rasulullah Saw. Hendak berangkat ke Mekah, seorang yang bernama Hattab bin Abi Balta’ah menulis surat untuk disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isi surat itu menginformasikan rencana Rasulullah Saw. Dan kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.[19]
Entah mengapa Al-Zarkasvi mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tedak menjelaskan alasannya. Ada kemungkinan, penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makiyyah adalah ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.[20]
Bila melihat kasus ayat 41 surah Al-Nahl, tampaknya kemungkinan itu benar, sebab Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat Madaniyah yang hukumnya Makkiyah, oleh karena khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
3.      Awal surah Al-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
Makkiyah Mirip Madaniyah
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung kasus ayat 32 Surah Al-Najm. Di sana ada kata “jjjj” yang statusnya bisa jadi membingungkan banyak orang karena hampir semua ulama mendefinisikan sebagai: “Pelanggaran hukum yang mengakibatkan had”. Padahal sebelum Rasulullah Saw. Meninggalkan Mekah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal. Ayat-ayat seperti inilah yang disebut Makkiyah mirip Madaniyah. Al-Zarkasyi memasukkan ayat 114 surah Hud ke dalam kategori ayat jenis ini. Ayat tersebut, kata Al-Zarkasyi, turun berhubungan dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang membeli kurma kepadanya.
Madaniyah mirip Makkiyah
            Merujuk pada kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, materi di seputar Makkiyah dan Madaniyah terbilang lengkap. Di dalam kitab itu, hanya ada tiga ayat Madaniyah yang mirip Makkiyah yaitu.
1.      Ayat 17 surah Al-Anbiya’, yang turun sehubungan dengan kedatangan delegasi kaum Nasrani Najran.
2.      Ayat 1 surah Al-‘Adiyat.
3.      Ayat 32 surah Al-Anfal.
Selain itu, terdapat ayat-ayat yang turun di beberapa tempat. Di Al-Juhfah, turun ayat 85 surah Al-Qashash; di Bait Al-Maqdis, Palestina, turun ayat 45 surah Al-Zukhruf; di Thaif, turun ayat 45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, dan  24 surah Al-Insyiqaq; dan di Hudaibiyah, turun ayat 30 surah Al-Ra’d.[21]
Ayat-ayat yang Turun pada Malam Hari
Tidak banyak yang dicatat dalam Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran tentang ayat yang turun pada malam hari. Hanya ada tiga buah, yaitu:
1.      Ayat 1 surah Al-Hajj. Ayat ini turun ketika terjadi peperangan Bani Al-Mushthaliq;
2.      Ayat 67 surah Al-Maidah;
3.      Ayat 56 surah Al-Qashash.
Selain ayat-ayat yang dituturkan Al-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran-nya seperti disebut di atas, Amir Abdul Aziz menambahkan beberapa ayat lagi yang turun pada waktu malam, yaitu:
1.      Ayat 190 s.d. akhir surah Ali Imran, yang berarti keseluruhannya berjumlah 10 ayat. Diriwayatkan, bahwa suatu malam Bilal hendak mengumandangkan adzan subuh. Sebelum itu ia mendapati Rasulullah Saw, tengah menangis. Bilal langsung menanyakan, apa gerangan yang telah membuat Rasulullah menangis? Rasul Saw. Menjawab; “Apa yang menghalangiku untuk menangis? Baru saja diturunkan kepadaku malam ini (Rasulullah Saw. Lalu membacakan ayat 90 surah Ali Imran sampai dengan akhir surah itu). Usai membacakan ayat-ayat yang baru saja beliau terima, Rasulullah kemudian mengatakan kepada Bilal: “Celakalah bagi orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya”.
2.      Surah Al-An’am. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkata: “Surah Al-An’am turun di Mekah sekaligus pada malam hari, dikawal seribu malaikat dengan mengumandangkan tasbih.
3.      Surah Maryam. Diriwayatkan dari Abu Maryam Al-Ghassaniy, berkata:
“Aku pernah mendatangi Rasulullah Saw., lalu kukatakan, aku punya tetangga yang malam ini melahirkan bayi wanita, beliau (Rasulullah Saw.) lalu mengatakan, “Malam ini diturunkan kepadaku surah Maryam, berilah dia nama Maryam.”
Ayat-ayat yang Turun pada Musim Dingin
1.      Aisyah pernah mengatakan bahwa ayat 11 surah Al-Nur yang sebab nuzul-nya berkaitan dengan dirinya diturunkan pada musim dingin.
2.      Ayat 9 surah Al-Ahzab. Khudzaifah meriwayatkan, pada malam Al-Ahzab, orang-orang berpencar dengan Rasulullah Saw., kecuali 12 orang. Rasulullah Saw, datang dan mengatakan kepada mereka, “Bangkitlah dan berangkatlah ke kamp Al-Ahzab.” Kutanyakan: “Wahai Rasulullah, demi dzat yang telah mengutusmu dengan benar, saya tidak melakukan untukmu kecuali karena takut kedinginan.
Lalu turunlah ayat 9 surah Al-Ahzab dan ayat yang sesudahnya.[22]
Ayat-ayat yang Turun di Perjalanan
1.      Ayat 281 surah Al-Baqarah, turun di Mina pada tahun terjadinya Haji Wada’.
2.      Ayat 58 surah Al-Nisa’. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad Saw. Pada hari futuh saat beliau berada di Ka’bah.
3.      Ayat 176 surah Al-Nisa’.
4.      Ayat 3 surah Al-Ma’idah, turun di Arafah pada waktu Haji Wada’.
Ayat-ayat yang Turun Musyayya’
            Musyayya’ artinya diiringi, dikawal, dan diantar. Ada beberapa ayat Alquranyang ketika turun dikawal sejumlah malaikat sebagai penghormatan. Ayat-ayat yang ketika turun diperlakukan seperti itu disebut, “ayat musyayya”.
Ayat-ayat atau surah-surah tersebut adalah:
1.      Al-Fatihah. Surah ini ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
2.      Ayat Kursiy, ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
3.      Surah Yunus. Surah ini ketika turun dikawal 70.000 malaikat.
4.      Surah Al-An’am. Dikawal 20.000 malaikta.
5.      Ayat 45 surah Al-Zukhruf, turun dikawal 20.000 malaikat.
Tentang riwayat pengawalan oleh 70.000 malaikat ketika turun surah Yunus yang merujuk pada apa yang disebut Abu ‘Amar bin Shalah dalam fatwanya dengan sumber dari Ubai bin Ka’ab, oleh Al-Zarkasyi dinilai berisnad lemah. Kebanyakan ayat Al-Quran dibawa Jibril sendiri tanpa pengawalan, demikian menurut Al-Zarkasyi.[23]
Cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
            Studi Makkiyah adalah studi sejarah, studi sirah, dan studi tentang kejadian tertentu yang memerlukan penyaksian langsung. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain yang dapat membantu di dalam memahami ayat-ayat mana saja yang terbilang Makkiyah dan ayat-ayat mana saja yang termasuk Madaniyah, kecuali riwayat dari para sahabat Rasulullah Saw. Karena merekalah yang mengikuti perjalanan hidup Rasulullah Saw. Baik di Mekah maupun di Madinah. Dari segi sumbernya, Makkiyah dan Madaniyah sama saja dengan sabab Nuzul, artinya Makkiyah maupun Madaniyah hanya dapat diketahui melalui riwayat demi riwayat yang diturunkan secara estafet dari satu generasi ke generasi berikutnya sebelum kemudian dibukukan atau ditulis dalam suatu bentuk catatan. Sekalipun demikian, ada semacam “isyarat-isyarat” yang bisa ditangkap untuk membedakan ayat Makkiyah dengan ayat Madaniyah. Isyarat-isyarat yang biasa disebut dhawabith itu adalah itu adalah sebagai berikut.
Ciri-ciri Surah Makkiyah
1.      Terdapat kata kalla di sebagian besar atau seluruh ayatnya.
2.      Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
3.      Diawali huruf tahajji seperti qaf, nun dan ha mim.
4.      Memuat kisah Adam dan Iblis (kecuali surah Al-Baqarah).
5.      Memuat kisah para Nabi dan Umat-umat terdahulu.
6.      Di dalamnya terdapat khithab (seruan) kepada semua manusia (wahai semua manusia).
7.      Menyeru dengan kalimat “Anak Adam”.
8.      Isinya memberi penekanan pada masalah akidah.
9.      Ayatnya pendek-pendek.
Ciri-ciri Surah Madaniyah
1.      Terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.
2.      Terdapat hokum-hukum faraidl, hudud, qihahsh dan jihad.
3.      Menyebut “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut).
4.      Memuat bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).
5.      Memuat hokum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan Al-ahwal Al-Syakhshiyah.
6.      Ayatnya panjang-panjang.[24]
Keistimewaan Surat-Surat Makkiyah dan Madaniyah
Diantara keistimewaan-keistimewaan surat Makkiyah, dapat dikemukakan:
1.      Pembekalan aqidah Islam dalam jiwa memalui ajakan beribadah kepada Allah Yang Esa, beriman kepada risalah Muhammad SAW dan kepada hari Akhir.
2.       Penetapan dasar-dasar ibadah dan muammalah dan etika keutamaan-keutamaan umum.
3.      Perhatian terhadap rincian kisah-kisah para Nabi dan ummat-ummat terdahulu, menjelaskan tentang ajakan para Nabi yang berupa aqidah dan sikap-sikap ummat mereka terhadap azab-azab yang di bumi.
4.      Surat-surat dan ayat-ayat yang dibarengi dengan kuatnya pilihan diksi dan peristiwa (yang dihadirkan kiamat).[25]
Adapun keistimewaan yang terdapat pada surat Madaniyyah, antara lain adalah:
5.       
1.      Alquranberbicara kepada masyarakat Islam Madinah, pada umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum syariah, ibadah dan muamalah, sanksi-sanksi, kewajiban-kewajiban, hukum jihad, dan lain-lain.
2.      8.2. Didalam masyarakat Madinah tumbuh sekelompok orang munafiq, lalu Al-Qur’an membicarakan sifat-sifat
2.      mereka dan menguak rahasia mereka. Alquranmenjelaskan bahaya mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin serta membeberkan media-media, tipuan-tipuan, serta strategi mereka untuk memperdaya kaum Muslimin.
3.       
3.      Diantara orang-orang Islam di Madinah, hiduplah sekelompok ahli kitab bangsa Yahudi. Mereka selalu melakukan perbuatan licik, memperdaya Islam dan pemeluknya. Maka Alqurandi Madinah membeberkan rahasia-rahasia mereka dan membatalkan keyakinan-keyakinan mereka.
4.       
4.      Pada umumnya, ayat-ayat dan surat-suratnya panjang dan untuk menggambarkan luasnya aqidah dan hukum-hukum Islam.[26]

D.  Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
            Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak faedahnya, diantaranya:
1.      Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat yang dapat membantu memahami ayat tersebut danmenafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang pennafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas terdahulu.
2.      Meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode nerdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Alquran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan: orang yang beriman, yang musyrik, yang munafik, dan Ahli Kitab
3.      Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode Mekah maupin periode Medinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah. Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an; dan Qur’an; dan Qur’an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.[27]

E.  Penutup
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, dari beberapa pendapat ulama tentang makkiyah dan madaniyah. Satu konsep yang diambil garis besarnya yakni pengertian makkiyah dan madaniyah yang pengklasifikannya berdasarkan 1)waktu 2)tempat dan 3)khitabnya. Kedua, Jumlah turun surat yang di turunkan di Mekkah ada 86 surat dan yang di Madinah ada 28 surat. Ketiga, Al-Quran merupakan kalam ilahi yang menjadikannya penting dari sisi agama maupun ilmu pengetahuan, dan kita selaku umat islam seyogyanya menyadari dengan hal tersebut seberapa penting kita memahami Alqurandari berbagai aspek karena “manusia terbaik di sisi Allah SWT adalah manusia yang mempelajari Alqurandan mengamalkannya”. Salah satu aspek penting mempelajari Alquranialah mengetahui mana surah atau ayat Makiyyah dan juga mana yang Madaniyah penting tidaknya seorang yang muslim mengetahuinya yang terpenting adalah usaha awal d ari seorang muslim mempelajari Al-Quraan, dia harus mengetahui klasifikasi mana surah dan ayat yang tergolong makkiyah maupun madaniyah. Dan yang terakhir faedah dari mempelajari ayat makkiyah dan madaniyah ini adalah Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah dan juga mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an.
.


DAFTAR PUSTAKA
Abd.Halim.2015. Perkembangan Teori Makki dan Madani dalam Pandangan Ulama Klasik dan Kontemporer. Jurnal Syadah: Yogyakarta
Anshory, Anhar. 2012. Pengantar Ulumul Quran. LPSI:Yogyakarta.
Ash-Shiddieqy, Prof.T.M Hasbi. 1974. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir. Bulan Bintang: Jakarta
Az-zanjani, Abu Abdullah.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Penerbit Mizan
Dr Umi Sumbulah, M.Ag dkk. 2014. Studi Al-Qur’an Dan Hadist. UIN Maliki Press:  Malang.
Hitami, Dr. Munzir, M.A. 2012. Pengantar  Studi Al-Qur’an: Teori dan Pendekatan. LKIS: Yogyakarta.
Novrianto, Reno. 2014. Upaya Menemukan Konsep Makiyyah dan Madaniyyah Pada Hadis. (SKRIPSI UIN Kalijaga: Yogyakarta
MA, Kontekstualisasi Al-Qur’an. 2010. Jurnal Hunafa Vol. 7
Mudzakir AS. Manna’ Khalil al-Qathan. 2015. Pustaka Litera Antar Nusa: Bogor
Mum’in, Zainul. 2013Teori Nasikh-Mansukh Sebagai Pembaharu Hukum Islam. (Skripsi UIN Sunan kalijaga: Yogyakarta

Catatan:
1.      Dalam tulisan ilmiah, seluruh gelar (Ustadz, Prof, Dr., dll) dihilangkan, sekalipun itu dalam footnote.
2.      Penulisan footnote untuk jurnal tolong diperbaiki.
3.      Jika buku terjemahan, maka beri judul bukunya kemudian keterangan penterjemah.


[1] Dr. Munzir Hitami, M.A., Pengantar  Studi Al-Qur’an: Teori dan Pendekatan( LKIS Yogyakarta, 2012) Hal 1
[2] Prof . T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir,(Bulan Bintang, 1974) Hal 15-16
[3] Abu Abdullah Az-zanjani, Wawasan Baru Tarikh Al-Quran, (Penerbit Mizan) Hal 51
[4] Zainul Mum’in. Teori Nasikh-Mansukh Sebagai Pembaharu Hukum Islam. (Skripsi UIN Sunan kalijaga Yogyakarta 2013) hal 1
[5]Abd.Halim, Perkembangan Teori Makki dan Madani dalam Pandangan Ulama Klasik dan Kontemporer(Yogyakarta;Jurnal Syadah. 2015) Vol. III hlm.3
3    Nama lengkapnya Badruddin Muhammad bin ‘Abdullah al-Zarkasyi (Kairo 745 M- w. 794 M), pengarang kitab Al-Burhan Fi ‘Ulum Al-Qur’an.
[7]Nama lengkapnya Jalaluddin al-Suyuti (849 H-w.911), pengarang kitab al-Itqanfi ‘Ulum al-Qur’an. karya Az-Zarkazi dan al-Suyuti ini menjadi rujukan para ulamasetelahnya dalam kajian al-Qur’an
[8]MA, Kontekstualisasi Al-Qur’an, Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.1, April 2010:61-68
[9]Abd.Halim, “Perkembangan Teori Makki dan Madani dalam Pandangan Ulama Klasik dan Kontemporer”(Yogyakarta;Jurnal Syadah. 2015) Vol. III hlm.5
[10]Ibid, hlm.6
[11]Ibid, hlm.7
[12]Ibid, hlm.8
[13] Reno Novrianto. Upaya Menemukan Konsep Makiyyah dan Madaniyyah Pada Hadis. (SKRIPSI UIN Kalijaga Yogyakarta. 2014) hal 95
[14] Prof. T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Bulan Bintang Jakarta, 1974) hal 61
[15]Ibid
[16]Ibid
[17]Ibid, hlm 63
[18]Ibid, hlm 64
[19] Dr Umi Sumbulah, M.Ag dkk, Studi Al-Qur’an Dan Hadist, (UIN Maliki Press Malang,2014) hal 148
[20]Ibid. Hal 149
[21]Ibid. Hal 150
[22]Ibid. Hal 151
[23] Ibid. Hal 153
[24] Ibid. Hal 138
[25] Anhar Anshory. 2012. Pengantar Ulumul Quran. LPSI:Yogyakarta. Hal 30
[26] Ibid, Hal 31
[27] Mudzakir AS. Manna’ Khalil al-Qathan, (Pustaka Litera Antar Nusa Bogor.2015) hal 79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar