Senin, 10 Februari 2020

al-Qur'an dan Historisitasnya (PIPS Kelas A Semseter Genap 2019-2020)



AL QURAN DAN HISTORISASINYA
(Mengenal Keontentikasi dan Sejarah Kodifikasi Al-Quran)

Tsinta Alfi Nuriyah Nabilah (18130054)
M. Sa’dii Fathir (18130136)
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: tsinta49@gmail.com, fairfathir87@gmail.com
Abstract
In this article discusses the definition of the Qur'an and its history. Al Qur'an itself is a Muslim holy book which was revealed by Allah and revealed by Prophet Muhammad SAW. through the Jibril for approximately 23 years. The evidence that the Quran was truly revealed by God can be studied from two perspectives namely internal and external. From an internal perspective, it can be seen that the Quran has such beautiful language that even the Bedouin were stunned by the Qur'anic verses. Whereas in the external perspective can be seen with the continuity of the verses of the Quran with everyday life and also in science. After the death of the Prophet Muhammad SAW, the Companions of the Prophet's friends began to try to collect pieces of the Qur'anic verses that are still stored in several places so that they can still be saved by ordering Zaid Bin Thabit to collect the pieces of the Qur'an and spread them to various parts of the Islamic city.
Abstrak
Dalam artikel ini membahas mengenai definisi Al Quran beserta historisasinya. Al Quran sendiri merupakan kitab suci kaum muslim yang diturunkan oleh Allah dan diwahyukan oleh Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril selama kurang lebih 23 tahun. Bukti bahwa Al Quran benar – benar diturunkan oleh Allah dapat dikaji dari dua perspektif yakni internal dan eksternal. Dalam perspektif internal, dapat dilihat bahwa Al-Quran memiliki bahasa yang sangat indah hingga kaum badui pun terkesima melihat syair – syair Alquran. Sedangkan dalam persepektif eksternal dapat dilihat dengan kesinambungan ayat – ayat Al-Quran dengan kehidupan sehari – hari dan juga dalam ilmu pengetahuan. Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat sahabat nabi mulai berusaha untuk mengumpulkan potongan – potongan ayat Al Quran yang masih tersimpan di beberapa tempat agar masih bisa disimpan dengan memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan kepingan Al Quran tersebut dan menyebarkannya ke berbagai penjuru kota Islam.

Keywords: Al Quran, Bukti Al-Quran, Syair Al-Quran.
A.      Pendahuluan
Kaum muslimin yang beriman pada Allah SWT. selalu berlomba – lomba untuk menegakkan segala kebenaran karena Allah. Seseorang yang beriman akan selalu tunduk pada Kitab Suci Al Quran karena disitulah mereka menemukan ketenangan, kegembiraan dan banyak manfaat lainnya.[1] Al Quran sendiri memiliki 30 juz yang terdiri dari 114 surat yang telah disusun oleh Allah SWT. Al-Quran memiliki surat terpanjang sebanyak 286 ayat dan surat terpendek sebanyak 3 ayat. [2]Al Quran pula memiliki banyak petunjuk di dalam nya seperti petunjuk mengenai syariat, aqidah dan akhlak sebagai jalan manusia untuk senantiasa berbuat kebajikan. Ayat yang pertama turun dalam Al Quran yaitu dalam surat Al – Alaq “Bacalah” (Iqro’) yang mana iqra mengandung arti yakni zigot yang tertempel di Rahim seorang ibu.[3] Sedangkan ayat yang terahir turun adalah ayat kelima dari surat Al Maidah yang berisi tentang ajaran Allah tentang manusia serta kemanusiaan yang sempurna yang disampaikan telah disampaikan dalam Al Quran.[4]
Di dalam Al-Quran pula memuat tentang sifat – sifat tuhan, gambaran mengenai kisah – kisah nabi serta umat pada jaman dahulu, memuat mengenai alam semesta serta pembentukanya, menjelaskan tentang hari akhir, hari kebangkitan serta mengenai surga dan neraka.[5] Turunnya Al-Quran ini membawa perubahan yang sangat besar pada masyarakat Arab. Al- Quran tidak hanya merubah budaya masyarakat Arab namun juga membuang hal – hal negatif yang ada di lingkungan social saat itu. [6]Maka dalam jurnal ini akan menjelaskan beberapa definisi Al-Quran dan bukti – bukti bahwa Al-Quran benar – benar ciptaan Allah dan bukan ciptaan Rasulullah serta penjabaran sejarah singkat kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi dan para Sahabatnya.
B.       Definisi Al Quran
Al Quran merupakan kitab suci kaum muslim yang diturunkan oleh Allah dan diwahyukan oleh Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril selama 23 tahun.[7] Al Qur.an sendiri mengatakan Kitab Suci ini diturunkan pada bulan Ramadhan (QS.2:185). Ilmuan muslim berpendapat Al Quran berasal dari kata kerja (fi’il) qara’a yang berarti membaca. Sehingga kata Al Quran memiliki arti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’.[8]
Al Farra berpendapat bahwa Al Quran berasal dari kata ‘Al-Qarain’ yang berarti kawan dikarenakan ayat – ayat dalam Al Quran saling terhubung dan benar satu sama lain.[9] Sedangkan menurut Al Zajjaj, Alquran dari kata Al Qar’u yang memiliki arti ‘Himpunan’. Hal ini dikarenakan Al Quran mengandung ataupun menghimpun semua kitab – kitab terdahulu dan disempurnakan di dalam Al Quran.[10] Terdapat pula kaum orientalis seperti Schawally, Horofiz dan Welhausen menyatakan bahwa Al-Quran bukan berasal dari kata qiraat namun berasal dari kata Keryana dalam bahasa Ibrani atau Suryani.[11]
Al- Quran pula memiliki beberapa klasifikasi yakni, Pertama, Al-Quran berisikan hukum hukum yang praksis mengatur hubungan manusia dengan AIIah dan dirinya sendiri,dengan sesama manusia,baik muslim maupun nonmuslim serta alam lingkungannya. Kedua,akidah yang wajib diimani, baik yang ada hubungannya dengan AIIah,malaikat,kitab kitabnya,Rasul rasulnya dan hari akhir. Ketiga, janji akan memperoleh balasan baik yang berlipat ganda bagi orang orang beriman dan berbuata baik,serta orang orang yang mau mencari keridhaan AIIah dan mempunyai tujuan selamat baik didunia maupun di akhirat. Keempat, akhlak yang mulia, yang dapat memperbaiki kondisi perangai perorangan dan masyarakat serta mendidik rohani seseorang dan umat untuk menjadi kepribadian yang lebih baik lagi.[12]
Adapun sifat – sifat esensial dari Al-Quran yaitu:Pertama, Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan pada Allah SWT.[13] Kedua, Al-Quran diturunkan melalui perantara yaitu malaikat Jjibril AS.[14] Ketiga, Al-Quran diturunkan dalah bahasa Arab.[15]Keempat, Al-Quran diturunkan pada banyak orang dan berkesinambungan dari jaman Nabi hingga jaman sekarang.[16] Kelima, Al-Quran menjadi petunjuk manusia dan mukjizat yang abadi. [17]Dan yang terakhir, Al-Quran merupakan ibadah bagi siapapun yang membacanya.[18]
Terkait mengenai isi dari ajaran Al-Quran, Fazlur Rahman berpendapat dalam bukunya yang berjudul “The Major Themes of The Koran” bahwa terdapat delapan pokok ajaran yakni: Tuhan, masyarakat, Nabi dan wahyu, Akhirat, Setan, Alam, Kejahatan serta kaum muslim yang berarti isi ajaran Al-Quran bersifat universal.[19]

C.    Bukti – Bukti Al Quran Sebagai Wahyu Allah SWT.
Banyak bukti – bukti bahwa Al Quran bersumber dari Allah SWT. dan bukan bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Arab pun berpendapat bahwa Al Quran memiliki keindahan yang luar biasa bahkan kaum kafir Quraisy mengagumi ayat – ayat Al Quran.[20] Bukti bahwa Al-Quran benar – benar bersumber dari Allah dapat dilihat dalam QS: Azzumar ayat 1 – 2 yang menyatakan:
Ayat diatas membuktikan bahwa Al-Quran benar – benar diturunkan oleh Allah yang maha perkasa dan bijaksana dengan memberikan Al-Quran sebagai kebenaran sehingga kita tetap menyembahnya dan taat kepadanya.
Hal ini dapat ditinjau melalui pendekatan internal dan eksternal. Pendekatan internal dilihat melalui segi sastra kebahasaan yang ada di dalam Al Quran sedangkan dari segi eksternal dapat dilihat melalui kecocokan Al Quran dengan ilmu – ilmu pengetahuan lainnya dan kejadian – kejadian yang terjadi di sekitar Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti kekuasaan Allah SWT.
Dalam pendekatan internal, Al Quran memiliki syair yang sangat luar biasa. Sejarah Al Quran pernah berpendapat bawha Al Quran susah dipahami oleh manusia karena memiliki makna yang sangat luas. [21] Bahkan, Umar pun masuk ke dalam Islam saat mengetahui keindahan ayat – ayat Al-Quran. Pada masa Rasul pun terdapat tuduhan – tuduhan bahwa Al-Quran merupakan kisah lama yang baru diperbarui.Saat itu juga, Rosulullah pun menantang orang – orang Arab untuk membuat syair seindah isi ayat Al Quran. Namun, tak seorang pun bias menyamai keindahan ayat Al Quran padahal itu adalah bahasa sehari – hari mereka sendiri. Jadi dapat disimpulkan bawha Al Quran merupakan bacaan umat muslim paling mulia yang hanya disentuk oleh orang – orang yang mulia.[22]
Dari segi bahasa, Al-Quran memilikiterminologinya sendiri dari sudut filosofis dan kesastraan sehingga nampak sekali perbedaan antara Bahasa Arab pada jaman Jahiliyah dan bahasa Arab versi Al-Quran.[23] Bahasa Al-Quran juga tidak mengandung soal mistis atau metafisisn dan biasanya berisi gambaran umum filosofis, agama dan ilmiah.[24]
Sedangkan ditinjau dari pendekatan eksternal, Al Quran sendiri diturunkan setelah turunnya Zabur, Taurat dan injil yang awalnya diperuntukkan untuk bani Israil sedangkan Al Quran diturunkan bagi semua manusia.[25] Al Quran merupakan sumber dari segala pengetahuan dan mencakup banyak cerita sejarah mulai dari jaman Adam, kerajaan – kerajaan besar hingga kisah akhir zaman kelak.[26] Di dalam ayat – ayat Al Quran juga memuat ilmu pengetahuan mengenai ekonomi seperti perdagangan, perisdustrian hingga perburuhan yang bisa digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan dalam masyarakat. [27] Jadi dapat disimpulkan, bahwa tidak ada satupun ayat – ayat Al Quran yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan sifatnya sudah pasti sehingga Al Quran juga sering dirujuk sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan.
Di dalam Al-Quran banyak ditemukan mukjizat atau manfaat lainnya karena Al-Quran memuat norma – norma yang bisa melindungi hak – hak asasi manusia yaitu perlindungan jiwa, kehormatan, agama, akal serta harta benda.[28] Selain itu, Al-Quran juga mengatur tentang hubungan antara 2 manusia misalnya dalam bentuk perkawinan, sopan santun terhadap sesame bahkan membahas mengenai hubungan internasional.[29] Dikaji secara universal, isi ajaran Al-Quran tidak dapat diaphami dalam satu sudut pandang atau konteks saja, jadi harus dikaja secara tekstual.[30]
Nama Nama lain Al Qur.an. al-Qadhi Abu-Ma’aliy Aziziy bin abdu Al-Malik,Badruddin al-Zarkasyi yang terdapat dalam kitab al-burhan fi ulum al Qur.an dijalaskan dalam Al Qur.an memiliki 55 buah nama.Ibnu Abd Al-Malik menggunakan ayat ayat Al Qur.an itu sendiri. Nama nama yang dikutip Ibnu Abd Al-Malik memang memiliki arti bagus. Rahmat AIIah memang harus menjadi pedoman bagi setiap orang yang beriman,Sebutan yang lebih mengena untuk nama lain Al Qur.an dan sudah masyhur antara lain.  Pertama Al-kitab dikatakan Al kitab dikarenakan ayat ayat Al Quran tertulis dalam bentuk kitab,dibuktikan dengan adanya beberapa ayat dari QS. Al Baqarah; 1-2.[31] Kedua, Al Furqan yang memiliki arti Pembeda. Dalam Al Qur.an dijelaskan antara yang hak dan yang batil,antara yang baik dan yang buruk. Dasar dari penamaan ini sendiri terbukti dari surah QS. Al-Furqan;1[32]. Ketiga, Al-Dzikr yang berarti Peringatan dikarenakan menurut al-Zarkasyi, Al-Qur.an mengandung peringatan peringatan,nasihat, serta informasi mengenai umat dahulu sebagai peringatan dan nasihat bagi oaring yang bertakwa. [33]Keempat, Al-Mushaf. Kitab kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa AIIah menyebut suhuf. Terbukti dengan adanya ayat 18 dan 19 surat al-A’la.[34]
D.    Sejarah Singkat Penulisan dan Kodifikasi Al Quran
Menurut para Ulama, mengumpulkan Al-Quran mengandung dua arti, yaitu mengumpulkan dengan cara menghafalkan dan menuliskannya. Setelah peperangan Yamamah, menyebabkan wafatnya Nabi Muhammad SAW. beserta para sahabat – sahabatnya membuat Umar dan Abubakar berusaha untuk mengumpulkan catatan Al Quran agar masih bisa disimpan dengan memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan kepingan Al Quran tersebut.[35]
a.       Masa Nabi Muhammad SAW
Menurut Syu’biy, turunnya Al Quran pada Rosulullah dalam bentuk wahyu terjadi pada malam lailatul qadar dan setelah itu diturunkan secara berangsur – angsur selama kurang lebih 23 tahun seiring dengan masa dakwahnya dan bertujuan agar bisa disampaikan pada umat manusia secara berangsur pula.[36] Rasulullah dipilih karena ia memiliki budi pekerti yang tingi, lemah lembut serta berpendirian teguh. Wahyu tersebut tidak diturunkan dalam satu kali jadi karena bisa meninmbulkan ayat – ayat yang tidak punya gaya gerak, makna yang mati, dan hanya sebuah dokumen yang tidak bisa menjadi inspirasi yang selalu berkembang sesuai peradaban yang berlangsung. [37]Wahyu tersebut turun pada Nabi atas kehendak Allah kapan saja. Bisa jadi saat Nabi sedang tidur, berdiri, dan lain sebagainya.[38] Rasulullah menjelaskan cara malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyunya. Pertama, Jibril membunyikan lonceng dan tidak menampakkan dirinya. [39]Kedua, Jibril menampakkan dirinya bak seorang pria dan berbicara pada Rasul layaknya teman dan Rasul pun menghafal ayat – ayat yang disampaikannya dengan mudah.[40]
 Cara Wahyu Turun AIIah SWT berfirman pada surah Asy Syura,Ayat 51 yang berisi AIIah yang berkomunikasi dengan manusia melalui tiga cara untuk mernyampaikan pesan pesannya yakni melalui wahyu,dari balik hijab dan dengan mengirim utusan. Yang pertama melalui Wahyu dari ayat diatas terdapat empat pengertian yang berkaitan dengan kata wahyu Pertama,isyarat yang terkandung didalam surat Maryam Ayat 11 yang mengisahkan tentang Nabi Zakariyah yang banyak menghabiskan waktunya dimihrab untuk beribadah kemudian menurut ayat itu,Zakariya mewahyukan kepada para kaumya agar mereka bertasbih saat waktu pagi dan petang. [41]Kedua bisikan, arti bisikan pada wahyu dapat dilihat dalam surah al,an’am ayat 112.[42] Ketiga I’lam yang berarti memberi insting. Pengertian wahyu didalam ilham ini dapat ditemui didalam Al Qur’an surat al Nahl ayat 68.[43] Keempat Ilham,diartikan pada dua ayat berikut lebih tepat kalau diartikan ilham. Ayat tersebut terdapat pada surat al-Qashash ayat 7 dan surat Thaha ayat 37-39.[44]Selanjutnya, Pewahyuan dari balik hijab didalam surat al-Syura adalah dari balik hijab, baik dalam keadaan terjaga,seperti pada saat nabi isra’ mi’raj, maupun dalam keadaan tidur. Maksud dari dalam keadaan terjaga yaitu AIIah Swt, berkomunikasi langsung tanpa petrantara. [45] Ketiga wahyu dengan cara mengirim utusan cara ini yang ditempuh oleh AIIah dimana diutuslah malaikat jibril untuk menyampaikan wahyu kepada para Rasul. [46]Turunnya wahyu ini pula terbagi menjadi beberapa fase. Fase pertama adalah fase mekkah, kemudian setelah peristiwa pewahyuan gua hira’ hingga sepuluh tahun berikutnya, kemudian fase kedua itu fase madinah,pasca hingga ia wafat. Dalam rentang masa Al Quran, Nabi Muhammad telah berperan menjadi sebagai penafsir utama. Namun beliau bukanlah pemeran utama. Para Sahabat ikut aktif dalam praktik penafsiran. Hal itulah yang memunculkan sahabat antara lain Ibn Umar dan Ibn Mas’ud sebagai pemikir tafsir pada saat itu.[47]
Pada masa Nabi Muhammad SAW, beliau tidak menulis Al-Quran sendiri. Beliau memiliki golongan sahabat yang akan menulis ayat – ayat Al-Quran yang telah disampaikan seperti Ubadah, Ali Muawiyah, Ubaiya dan Zaid. [48] Rasul memerintahkan para sahabatnya untuk menulis ayat – ayat Al-Quran dengan rapi agar nanti nya bisa dijilid menjadi satu. Karena keterbatasan alat tulis pada jaman itu, para sahabat pun menuliskannya di atas pelepah kurma, bebatuan, potongan kulit, di punggung keledai, di atas tulang – tulang, dsb.[49]  Jadi, wahyu yang baru diterima Nabi itu disampaikan pada generasi pertama Islam yakni para sahabatnya dengan bentuk hafalah atau tulisan. Disamping itu, sahabat Nabi seperti Ubay Bin Kaab, Abu Musa, Ibnu Masud dll dengan spontan merekam ayat – ayat Al-Quran tersebut dalam bentuk sebuah materi. Ibnu Abbas pernah meriwayatkan dari Utsman bin Affan bahwasannya saat turunnya wahyu pada Nabi, ia segera memanggil sekretarisnya untuk segera menuliskannya dan bersabda untuk meletakkan ayat ini pada surat ini dan surat begitu.[50]
Namun, pada masa Nabi, ayat – ayat Al-Quran yang disusun masih berantakan dan belum berurutan dan pada waktu itu masih belum ada seseorang yang ingin membukukannya. Menurut Al Khutabiy, Nabi tidak mengumpulkannya dikarenakan masih menunggu hukum ataupun tilawah dari Al-Quran tersebut.[51] Dalam beberapa riwayat, berpendapat bahwa Ali ibn Abi Thalib merupakan pengumpul pertama al-Quran dilandasi oleh perintah nabi sendiri.[52] Di titik inilah, timbul sebuah masalah bahwa apakah benar setiap orang yang telah menghafal dan mengingat ayat Al-Quran itu benar – benar keseluruhan atau hanya sebagian saja. Terdapat satu riwayat lagi mengenai menjelangnya ajal nabi mencoba memanggil Ali bin Abi Thalib serta memberitahukan tempat rahasianya yang berisikan bahan – bahan Al-Quran di balik tempat tidurnya serta memberikan wasiat pada Ali untuk mengeditnya kelak.[53]

b.      Masa Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar menjadi khalifah kira – kira setahun setelah Rosulullah SAW wafat. Setelah peperangan Yamamah, Abu Bakar sangat khawatir karena banyak qari’ yang meninggal dunia. Dan didalam peperangan yamamah pasukan kaum muslim kepemimpinan panglima perang Khalid ibn Walid  4000 orang dan ada juga yang berkata 13000 orang di antara mereka terdapat sebagian besar qurra dan huffazh.[54] Meskipun didalam peperangan saat itu pasukan muslim memperoleh kemenangan, namun tetap saja, banyak pula para para qari dan hafidz al-Quran sekitar tujuh puluh orang wafat pada saat itu. [55] Awalnya Abu Bakar dan Umar ragu untuk melakukan ini karena ini merupakan hal yang belum dilakukan Rosulullah SAW. Riwayat lain menyebutkan laporan dari Ya‘qubi mengungkapkan bahwa Abu Bakr sempat menolak mengumpulkan al-Quran karena tidak pernah melakukannya.[56] Tetapi karena Umar beberapa kali mendesak akhirnya Abu Bakar pun melapangkan dada untuk menerima usulannya[57]. Akhirnya Abu Bakar pun mengutus Zaid Bin Tsabit dan mulai mengumpulkannya dari pelepah kurma, kepingan batu, serta hafalan para sahabat. [58]
Terdapat laporan juga mengenai kinerja Zaid dalam pengumpulan potongan – potongan Al-Quran bahwa ia sangat bekerja keras dalam menelusuri jejak – jejak keaslian wahyu dengan dangat bijak sehingga sesuai dengan apa yang telah tertulis dan disampaikan oleh Nabi.[59] Abu Bakar memerintakan Zaid pada saat pemerintahannya selama kurang lebih dua tahun – mulai Rabi‘ al-Awwal 11H hingga Jumada al-Tsani 13H. Sementara itu, Zaid memulai tugasnya itu kira – kira setelah peperangan Yamamah terjadi.[60]
Setelah semua catatan terkumpul, kemudian disalin kembali kedalam lembaran – lembaran atau biasa disebut dengan shuhuf.[61] Setelah itu, lembaran tersebut disusun dan dijahit dengan rapi lalu diserahkah kepada Abu Bakar.[62] Riwayat lain meyebutkan bahwa ketika pengumpulan potongan ayat – ayat Al-Quran ke dalam mushaf pada masa Khalifah Abu Bakr, beberapa orang menyalin dan didikte oleh Ubay.[63] Akhirnya, disimpanlah Shuhuf tersebut oleh Abu Bakar dan setelah ia meninggal, dialihkanlah shuhuf tersebut pada Utsman.

c.       Masa Utsman Bin Affan
Langkah awal yang dilakukan Utsman sebagai Khalifah ketiga dengan melakukan penyeragaman Al-Quran yang dilakukan dengan pengumpulan teks – teks.Saat masa Utsman,rasa kebanggan pada Al Quran ini yang mendorong untuk mulai meneliti Mushaf secepatnya, melewati kesemua tempat guna menerima naskah dan mulai melakukan pemeriksaan kata demi kata (huruf demi huruf) untuk mengetahui perbedaan antara naskah naskah yang telah dia kirim.[64]Saat politik semakin meluas saat itu, semakin banyak pula masyarakat non Arab yang masuk ke dalam Islam sehingga merebak pula kekeliruan dalam pelafalan ayat – ayat Al-Quran.[65]
Pada jaman kekhalifahan Utsman, terjadilah pertempuran antara Armenia dan Azerbeijan (Irak) karena perbedaan pembacaan Al – Quran. Mereka senantiasa untuk membenarkan diri dalam bacaannya hingga saling mengkafirkan satu sama lain. [66] Dibalik alasan itulah, Utsman sempat khawatir dengan hal tersebut, maka ia berusaha untuk mengumpulkan bacaan –bacaan tersebut yang kemudian akan disempurnakan.
Utsman mengutus Hafsah untuk mengirim mushaf – mushaf Al-Quran yang telah dikumpulkan padanya.[67] Setelah itu, Utsman memanggil Zaid bin Tsabit, Abdulah bin Zubair, Said bin Ash serta Abdurrahman bin Harits untuk menyalin musaf tersebut menjadi beberapa mushaf.[68] Beberapa riwayat pun menyebutkan bahwa shuhuf awalnya dikumpulkan oleh Zaid atas perintah Abu Bakar dan berpindah ke Utsman dan telah kembali lagi ke Hafsah dengan dasar pembukuan Ustman.[69] Keterkaitan antara pengumpulan ayat – ayat Al-Quran oleh Utsman merupakan upaya untuk menyambungkan mushaf utsmani dengan pengumpulan ayat – ayat Al-Quran sebelumnya.
Disamping itu, terdapat riwayat lain yang menyatakan bahwa kodifikasi atau pembukuan Al-Quran pada masa Utsman adalah Zaid dan Said saja karena Zaid merupakan penulis wahyu terbaik pada saat itu dan Said merupakan yang fasih dalam membaca Al-Quran sehingga bertugas untuk mendikte Zaid. [70] Jadi, proses mengkodifikasian jaman Utsman ini tidak lepas dari peran Zaid Bin Tsabit dalam mengumpulkan potongan – potongan ayat Al-Quran. Setelah disalin menjadi beberapa mushaf akhirnya Utsman pun menyebarkan mushaf – mushaf ini ke berbagai penjuru kota Islam pada saat itu. Beberapa pendapat menyatakan bahwa, mushaf Al-Quran diterima masyarakat secara luas dan salah satu mushaf disimpan di Madinah dan beberapa di kirim ke Kufah, Damaskus, dan Basrah.[71]
Utsman pun menegaskan agar mashaf – mashaf yang berbeda dari Al-Quran untuk dibakar. Setelah Hafsah wafat pun, Mushaf resmi diambil oleh Khalifah bin Hakam dari Daulah Umayyah. Dari beberapa gagasan menunjukkan bahwa prinsip penyusunan mushaf Utsmani merujuk pada surat – surat panjang kearah surat – surat yang pendek.[72] Jumlah surat yang ada dalam mushaf utsmani berisi 114 surat – yakni di tengah-tengah jumlah surat dalam mushafUbay (116 surat) dan Ibnu Mas‘ud (111 - 112 surat).[73] Sejumlah riwayat juga menyatakan bahwa susunan kitab mashahif dan beberapa tafsir tradisional, bisa ditemukan pada bacaan yang disusun Ali yang tidak jauh beda dengan bacaan yang disusun Utsman dalam edisi mesir.[74]
Disini dapat kita lihat perbedaan antara penulisan versi Abu Bakar dan Utsman. Abu Bakar mencoba mengumpulkan ayat – ayat Al-Quran dikarenakan khawatir akah hilangnya Al-Quran setelah wafatnya Rasulullah. Sedangkan Utsman mengumpulkan Al-Quran dikarenakan adanya perbedaan bacaan antara satu daerah dan daerah lainnya. Abu Bakar pula mengumpulkan ayat – ayat Al-Quran berasal dari potongan – potongan tulang, diatas pelepah kurma, dsb. Sedangkan Utsman mengumpulkan potongan ayat Al-Quran dengan mengumpulkan perbedaan – perbedaan bacaan. Dan beberapa ulama pun, jaman sekarang Al-Quran kebanyakan menggunakan mushaf Utsmani.[75] Dalam pengumpulan Al-Quran tidak seorangpun sahabat Nabi yang terlibat dalam pengumpulannya yang berniat memanupulasi isinya.
Penutup
Dari artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Quran benar – benar diturunkan oleh Allah SWT. kepadaRasulullah melalui malaikat Jibril. Wahyu yang diterima oleh Nabi, disampaikan pada generasi Islam pertama untuk dipelihara dengan cara menghafal dan menulisnnya. Hal ini didukung oleh banyaknya bukti – bukti bahwa Al-Quran memuat bahasa yang sangat luar biasa serta tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkannya. Penamaan dari Al-Quran sendiri bersumber dari Allah, bukan dari Nabi maupun para sahabat.      
Selain itu, Al-Quran juga sangat berkesinambungan dengan ilmu pengetahuan apapun baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik. Al-Quran juga sendiri tidak lepas dari peran Nabi dan para sahabatnya dalam menyusun Al-Quran. Mulai dari jaman Nabi sendiri hingga kodifikasi versi Abu Bakar dan Utsman. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.Kita sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa seharusnya selalu mengamalkan Al-Quran dimanapun dan kapanpun agar senantiasa mengingat Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abu Bakar. 1989. Sejarah Al Qur-an. Solo: Ramadhani.
Adnan, Taufik. 2001. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.
Al-Azami. 2005. The History of The Qur’anic Text: from Revelation to        CompilationA Comparative Study with the Old and New Testament. Jakarta:  Gema Insani Press.
Athahillah.2010. Sejarah Al-Quran Verifikasi tentang Otentitas Al-Quran.   Yogyakarta:    Pustaka Pelajar.
Harun, Salman. 1999. Mutiara Al-Quran. Jakarta: Logos.
Lukman, Fadhli. 2018. Menyingkap Jati Diri Al-Quran. Yogyakarta: Bening Pustaka.
Nabi, Malik Ben. 2002. Fenomena Al-Quran. Bandung: Marja.
Sodiqin, Ali.2008. Antropologi Al-Quran: Model Dialektika Wahyu dan Budaya.    Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Sumbulah, Umi dkk. 2016. Studi Al-Quran dan Hadis. Malang: UIN Maliki Press.
Quthan, Mana’ul. 1993. Pembahasan Ilmu Al-Quran I. Jakarta: Rineka Cipta

Catatan:
1.      Similarity 6%
2.      Kajian tentang definisi al-Qur’an sudah cukup baik, tetapi malah terkesan lupa dengan definisi al-Qur’an secara istilah menurut para ulama.
3.      Tidak ada persinggungan bukti tentang al-Qur’an sebagai wahyu Allah secara eksternal.
4.      Menulis judul buku dalam tulisan inti dan footnote harus ditulis miring.

Meskipun ada beberapa kelemahan, saya sangat mengapresiasi makalah ini karena sangat referensial dan similarity Turnitin juga sangat kecil. Selamat!!!






[1]M. Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 1.
[2]Ibid.,hlm. 75.
[3] Salman Harun, Mutiara Al Quran (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 145.
[4]Ibid. hlm. 146.
[5] Ali Sodiqin, Antropologi Al-Quran (Yogyakarta: Ar-Ruz Media Grup:2008), hlm. 137.
[6]Ibid. hlm. 193.
[7] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al Quran (Jakarta: Yayasan Abad Demokratis, 2011), hlm. 1.
[8]Ibid., hlm. 54.
[9] A. Athaillah, Sejarah Al Quran Verifikasi tentang Otensitas Al Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 12
[10]Loc. Cit.
[11]Ibid. hlm. 13
[12]A. Athaillah, Sejarah Al Quran Verifikasi tentang Otensitas Al Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 33
[13] Ibid, hlm. 16
[14]Loc. Cit.
[15] Ibid Hlm. 17
[16]Loc. Cit.
[17] Ibid, hlm. 18
[18]Loc. Cit.
[19]Salman Harun, Mutiara Al Quran (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 154.
[20] M. Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 4.
[21] Abubakar Aceh, Sejarah Al Qur-an (Solo: Ramadhani, 1989) hlm. 50
[22] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al Quran 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 9
[23] Malik Ben Nabi, Fenomena Al-Quran (Bandung: Marja,2002) hlm. 97.
[24]Ibid. hlm. 96.
[25] A. Athaillah, Sejarah Al Quran Verifikasi tentang Otensitas Al Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 33.
[26] Abubakar. Op. Cit. 45
[27]Ibid.,hlm. 46.
[28]Salman Harun, Mutiara Al Quran (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 154.
[29]Loc. Cit.
[30]Ali Sodiqin, Antropologi Al-Quran (Yogyakarta: Ar-Ruz Media Grup:2008), hlm. 196.
[31] Umi Sumbulah dkk, Studi Al-Quran dan Hadis (Malang: UIN Maliki Press, 2016) Hlm. 11
[32] Ibid. Hlm. 12
[33]Loc. Cit.                                        
[34] Ibid. Hlm. 13
[35]Abubakar Aceh, Sejarah Al Qur-an (Solo: Ramadhani, 1989).hlm 37.
[36] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al Quran 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 114.
[37] Malik Ben Nabi, Fenomena Al-Quran (Bandung: Marja, 2002) hlm. 91.
[38] Salman Harun, Mutiara Al Quran (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 147.
[39] A. Athaillah, Sejarah Al Quran Verifikasi tentang Otensitas Al Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 121
[40] Ibid, hlm. 122.
[41] Umi Sumbulah dkk, Studi Al-Quran dan Hadis (Malang: UIN Maliki Press, 2016) hlm. 52
[42]Loc. Cit.
[43]Ibid. hlm 53
[44] Ibid. Hlm. 54
[45] Ibid. hlm. 55
[46] Loc. Cit.
[47] Fadhli Lukman, Menyingkap Jati Diri Al-Quran (Yogyakarta: Bening Pustaka, 2018) hlm. xvii
[48]Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al Quran 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 141.
[49]Loc. Cit.
[50]Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al Quran (Jakarta: Yayasan Abad Demokratis, 2011), hlm153
[51]Ibid. hlm. 142.
[52]Ibid.  hlm. 155.
[53]Ibid. Hlm. 157
[54] A. Athaillah, Sejarah Al Quran Verifikasi tentang Otensitas Al Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 214
[55] Loc. Cit.
[56] Taufik Op. Cit. 168.
[57] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al Quran 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 143.
[58]A. Athaillah, Op. Cit. 216
[59]Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al Quran (Jakarta: Yayasan Abad Demokratis, 2011), hlm. 169
[60] Ibid. Hlm. 173
[61]Ibid. hlm. 225.
[62] Loc. Cit.
[63] Ibid. hlm. 168.
[64] M. Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 110.
[65]Taufik. Op. Cit. 320
[66] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al Quran 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 146.
[67]Taufik Op. Cit. 228
[68] Loc. Cit.
[69] Ibid Hlm. 229
[70]Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al Quran (Jakarta: Yayasan Abad Demokratis, 2011), hlm. 230
[71]Ibid. Hlm. 234
[72] Ibid. Hlm. 244
[73] Ibid. Hlm. 245
[74]Ibid. hlm. 161
[75] M. Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar